Pengantar Teknologi Industri Pertanian.

(1)

(2)

(3)

PEN GAN T AR


(4)

PEN GAN T AR

T EK N OLOGI IN DU ST RI PERT AN I AN

Nur pilihan Bafdal


(5)

Pengantar Teknologi Industri Pertanian

Prof. Nurpilihan Bafdal

Editor : Prof. Djum ali M angunwidjadja

Dr. Akm adi Abbas

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang m emperbanyak sebagian at au

seluruh isi buku ini dalam bent uk apa pun, baik secara elektronik m aupun m ekanik, t erm asuk m em fot okopi, m erekam , at au dengan m enggunakan sist em penyim panan lainnya, t anpa izin t ert ulis dari Penerbit .

UNDANG – UNDANG NOM OR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan t anpa ham m engum um kan at au m em perbanyak suat u cipt aan at au m em ber izin unt uk it u, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 7 (tujuh) tahun dan/ at au denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja m enyiarkan, m em am erkan, m engedarkan, at au m enjual kepada um um suat u cipt aan at au barang asli pelanggaran Hak Cipt a at au Hak Terkait sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), dipidana dengan pidanan penjara paling lam a 5 (lima) tahun dan/ at au denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

Bafdal, Nurpilihan

Pengant ar Teknologi Indust ri Pert anian - Bandung : Unpad Press, 2012

1 jil., 109 hlm ., 16 x 24 cm . ISBN 978-602-9234-09-1


(6)

(7)

i

KATA PENGANTAR

Buku Teknologi Industr i Per tanian disusun oleh Penulis ber dasar kan pemikir an-pemikir an yang selama ini dituangkan dalam bentuk makalah-makalah seminar , maupun bahan pengajar an untuk mata kuliah Pengantar Teknologi Industr i Per tanian di Fakultas Teknologi I ndustr i Per tanian. Buku ini selain membahas beber apa penger tian-penger tian; juga ber isikan potr et teknologi, industr i per tanian dan agr oindustri di Indonesia saat ini ; meliputi str ategi, sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) beser ta peluang dan kendalanya. Sumber daya alam yang ber limpah di negar a kita bila tidak diolah secar a optimal ser ta tidak menggunakan teknologi, maka belum dapat meningkatkan nilai tambah secar a maksimal. Ter sedianya komoditas per tanian dengan keunggulan kompar atif daer ah ; tenaga kerja yang cukup, teknologi yang tidak ter lalu r umit, pasar yang ter buka lebar semuanya mer upakan keunggulan kompar atif yang dimiliki negara kita untuk menjadi negar a ter kemuka dalam menghasilkan pr oduk-pr oduk agr oindustr i dengan nilai tambah tinggi.

Banyak faktor penyebab belum ber kembangnya teknologi industr i per tanian di negar a kita, untuk itu diper lukan kajian dan pembahasan yang mendalam dan kompr ehensif mengenai masalah-masalah ter sebut beser ta solusinya. Peningkatan daya saing memer lukan efisiensi, teknologi, manajemen, tataniaga dan keunggulan kompar atif ser ta kompetitif dar i komoditi unggulan daer ah, yang semuanya akan ber muar a pada pr oduk olahan dengan melibatkan industr i.

Dengan selesainya buku ini, Penulis mengucapkan ter ima kasih yang sebesar -besar nya pada Dekan Fakultas Teknologi Industri Per tanian Unpad : Dr .Mimin Muhaemin, yang selalu memotivasi Penulis ser ta


(8)

ii

Teman-teman di Bidang Kajian Teknik Tanah Dan Air , Fakultas Teknologi Industr i Per tanian Unpad yang telah member ikan semangat bagi Penulis sehingga selesainya buku ini; ser ta Pr of. Djumali Mangunw idjadja dan Dr . Akmadi Abbas yang selalu member ikan masukan kepada Penulis. Ter ima kasih yang tidak ter hingga untuk Anak-anakku ter sayang; Ceffi Jenivita., S.TP. ; Joffi Fer diansyah., S.IP. ser ta Muhammad Hilfiansyah, S.Sos; yang selalu mendukung kar ir Penulis dan member ikan semangat sampai ter susunnya buku ini. Kepada Menantu-menantuku; Pr of. Dr . Eko Pr asojo; Rd.Fina Maulan., S.IP. dan Indri Angriani., S.Sos. yang tidak henti-hentinya member i masukan positif , ser ta Cucu-cucu ter cinta Umniah Salsabila Pr asojo dan Alya Tochter Pr asojo yang selalu mendoakan Penulis agar sehat selalu dan dapat menyelesaikan buku ini.

Semoga buku ini dapat ber manfaat.

Bandung, Mar et 2012 Penulis,


(9)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… i

Daftar Isi ………..……….. iii

Daftar Tabel ……….………... v

Daftar Gambar ………... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TEKNOLOGI INDUSTRI DAN PERTANI AN ………. 7

2.1. Penger tian-penger tian ………. 7

2.2. Teknologi Industr i Per tanian Dalam Pembangunan.. 11

2.3. Teknologi Dan Industr i Sebagai Pilihan Di Bidang Per tanian ……… 16

BAB III PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA ……….... 23

3.1. Tantangan Pengembangan Teknologi Industr i Per - tanian Di Er a Global ……….... 24

3.2. Peningkatan Sumber Daya Manusi a Dan Memba- ngun Daya saing ……….…... 31

3.3. Kendala-Kendala ……….….. 36

BAB IV PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MEMACU AGROINDUSTRI BERBASIS KEUNGGULAN KOMODITI DAERAH ……….…….. 39

4.1. Revitalisasi Teknologi Industr i Per tanian Memacu Agr oindustri ……….…… 40

4.2. Pener apan teknologi tepat Guna Untuk Men dukung Usaha Kecil Menengah (UKM) ……….….. 51


(10)

iv

4.4. Kecender ungan Per kembangan Teknologi Industr i Per tanian Didunia Pendidikan …... 65

BAB V. SUMBER DAYA ALAM, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI .... 79

5.1. Sumber Daya Alam Di Bidang Per tanian …….………. 79 5.2. Teknologi Industr i Per tanian Dan Nilai Tambah……. 81 5.3. Beber apa Aplikasi Teknologi Industr i Per tanian

Menggunakan Teknologi Tepat Guna ……….…… 84


(11)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2011 Negar a Asia Tenggar a ………. 32 Tabel 2 : Biaya Pengolahan Kudapan PMT- AS Menggunakan Dan

Tanpa Teknologi Tepat Guna ……….……... 89 Tabel 3 : Hasil Pengembangan Usaha Pengolahan Sabut Kelapa …. 94


(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Tahapan Adopsi Teknologi Per tanian ……….. 28 Gambar 2 : Diagr am Alir Pr oses Agr oindust r i ……….. 41 Gambar 3 : Revitalisasi Teknologi Per tanian Menuju Agr oindustr i 45 Gambar 4 : Pemasyar akatan Teknologi Tepat Guna ………. 62 Gambar 5 : Delapan Faktor Menuju Sukses Guna Mencapai Keung-

gulan ………..… 74 Gambar 6 : Pola Hubungan ABG ………... 76


(13)

1

BAB I. PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai penduduk lebih dar i 80% tinggal di pedesaan, dengan mata pencahar ian sebagian besar adalah ber tani, yang sangat ter gantung dar i sumber daya alam di tempat mer eka hidup. Kenyataannya per tumbuhan penduduk dipedesaan, tidak seimbang dengan keter sediaan sumber daya alam yang mer eka kelola, salah satu penyebabnya kar ena keter batasan pemilikan lahan yang kecil (r ata-r ata nasional 0,25 hektar per satu keluar ga). Luas lahan yang sempit ini tentu tidak dapat mencukupi kebutuhan minimum yang diper lukan untuk satu keluar ga. Jalan keluar nya adalah anggota keluar ga ber upaya untuk menciptakan lapangan peker jaan melalui kegiatan dan pr ogr am di luar bidang per tanian seper ti beker ja sebagai pedagang ataupun ke luar desa beker ja di pabr ik-pabr ik. Namun kar ena penguasaan ilmu pengetahuannya dibidang non pertanian sangat ter batas maka peker jaan yang bar u digeluti ter sebut tidak ber tahan lama, disebabkan kalah ber saing dengan sumber daya manusia yang lebih menguasai bidang-bidang di sektor non pertanian.

Walaupun upaya masyar akat desa belum optimal untuk membangun desa dan mensejahter akan keluar ga namun masyar akat ter us mencoba peker jaan-peker jaan khususnya di sektor per tanian agar kebutuhan mer eka dapat ter penuhi, ser ta mampu memper kuat daer ah dan meningkatkan per ekonomian daer ah. Untuk meningkatkan nilai tambah dar i pr oduk-pr oduk per tanian yang ber asal dar i sumber daya alam pedesaan maka masyar akat memerlukan jenis teknologi yang sesuai dan mampu meningkatkan pr oduktivit as daer ah dan masyar akat ser ta ber sifat padat kar ya (dapat menyer ap tenaga ker ja pedesaan).

Pemer intah faham sekali akan kesulitan yang dialami oleh masyar akat pedesaan pada umumnya, maka mulailah pemer i ntah memikir kan jalan


(14)

2

pemecahan dar i akar per masalahan yang ada. Salah satu alter natif pemecahan masalah adalah mengintr oduksi teknologi-teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi masyar akat di pedesaan. Salah satu bentuk kepedulian pemer intah ini adalah pada tahun 1998 ber dir i or ganisasi dengan nama Unit Pelayanan Teknis Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (UPT BPTTG) LIPI; dan sejak tahun 2004 UPT BPTTG ber ubah menjadi UPT Balai Besar Teknologi Tepat Guna (B2TTG) LIPI. Institusi ini ber tugas memasyar akatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tujuannya melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi melalui kegiatan pelatihan, desiminasi teknologi tepat guna, pengembangan masyar akat, bantuan kr edit teknologi dan ker jasama. Hampir setiap har i kita mendengar or ang menyebut kata teknologi dan industr i misalnya komputer saya menggunakan teknologi canggih; atau pr oduk suatu komoditi pertanian telah diolah dengan menggunakan teknologi, sehingga dapat menembus pasar inter nasional dan dapat disebut hasil industri per tanian yang mempunyai nilai tambah tinggi. Namun apakah kita telah memahami apa sebenar nya ar ti dan makna dar i teknologi dan industri dimaksud?.

Pada tahun 1994 sektor per tanian member ikan sumbangan pada pr oduk domestik br uto (PDB) mencapai 17,4 per sen sementar a sektor industri hanya 13,2 per sen; hal ini menunjukkan bahw a sektor per tanian masih mempunyai peluang bagi pencar i tenaga ker ja penduduk Indonesia. Umumnya par a petani yang mempunyai luas lahan kecil ini hanya mengelola lahan mer eka tanpa dapat optimal menggunakan teknologi , cukup hanya dengan mener uskan car a-car a ber cocok tanam yang tur un menur un dar i nenek moyangnya ; sehingga usahatani yang dilakukan adalah tr adisional dan pada gilir annya ter jadi penur unan sumbangan


(15)

3

sektor per tanian ter hadap PDB. Sementar a sektor i ndustr i per lahan-lahan menjadi sektor str ategis dan dapat mengalahkan sektor per tanian. Bukti nyata dalam keadaan ini adalah ter jadinya pengalihan fungsi lahan per tanian ke lahan industr i yang begitu cepat. Keadaan ini disebabkan kar ena lahan saw ah mempeker jakan tenaga ker ja cukup banyak dengan hasil yang r endah sementar a sektor industr i sebaliknya. Selain itu faktor lain yang menyebabkan sektor industri ser ing lebih unggul dibanding sektor per tanian adalah bahw a sektor industri semakin dominan menggunakan teknologi sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat makin tinggi.

Agr oindustri yang ter dir i dar i dua kata yaitu agr o (budidaya; per tanian) dan industr i adalah mer upakan salah satu alter native atau jalan keluar yang per lu dikaji untuk mengatasi nilai tambah yang sesalu r endah di sektor per tanian. Indonesia yang mempunyai sumber daya alam ber limpah amat sangat ber peluang dalam mengembangkan agr oindustr i; bahan baku yang selalu ter sedia sepanjamg tahun, tenaga ker ja yang cukup , ser ta menggunakan teknologi yang tidak ter lalu r umit; pasar yang ter buka lebar mer upakan keunggulan komper atif untuk menghasilkan pr oduk-pr oduk agr oindustr i yang dapat ber saing di er a global.

Kualitas pr oduk per tanian Indonesia har us dapat ber saing dengan pr oduk per tanian negar a-negar a lainnya. Tuntutan kebutuhan masyar akat akan pengembangan teknologi khususnya teknologi per tanian demi mengolah sumber daya yang ter sedia; akan ber dampak semakin gencar nya par a peneliti dan masyar akat pemer hati teknologi per tanian untuk menghasilkan r ancang bangun teknologi tepat guna yang ber basis keunggulan daer ah (Nur pilihan, 2002). Tingginya tuntutan masyar akat atas kualitas pr oduk per tanian membuat kita untuk ter us mengembangkan


(16)

4

baik kuantitas maupun kualitas agar dapat ber saing, dan yang lebih penting lagi ialah agar pr oduk per tanian dar i negar a lain tidak masuk ke Indonesia. Bila pr oduk per tanian dar i negar a lain dengan mudahnya masuk ke Indonesia ser ta kualitas yang tinggi dan har ga yang lebih mur ah ser ta kontinuitas selalu ter jamin maka ini akan mer upakan ancaman khususnya bagi par a petani kita.

Ketatnya per saingan pasar bebas dalam er a globalisasi memer lukan peningkatan jumlah dan mutu peker ja dengan kemampuan baik teknis maupun manajer ial yang ber kualitas agar menghasilkan pr oduk pertanian yang kompetitif. Teknologi cepat sekali usang sehingga sehar usnyalah usaha pengembangan teknologi industr i per tanian ter us mener us dikembangkan agar dapat ber tahan dalam per saingan yang semakin tajam. Dalam kondisi per saingan bebas, dimana ser buan teknologi asing akan semakin membanjir i maka selayaknyalah bahw a kebijakan industri nasional yang selama ini lebih ber pihak pada pembangunan industr i besar yang padat modal ber alih kepada industr i kecil dan menengah di negar a kita. Industr i besar sangat sedikit menyer ap tenaga ker ja sementar a industr i kecil dan menengah apabila dikelola dengan baik dan ter ar ah maka akan dapat menyer ap sumber daya manusia yang ter sedia. Penguasaan, pener apan dan pemanfaatan teknologi dimaksudkan agar masyar akat Indonesia dapat memiliki kebanggaan atas kemampuan bangsanya sendir i dalam mengembangkan teknologi khususnya teknologi dibidang pertanian. Pengembangan teknologi akan mendukung pula per tumbuhan sektor industri dimana kegiatan industr i dapat tumbuh dan ber kembang kar ena didukung oleh pasar dalam neger i yang kuat .

Banyak faktor yang menyebabkan belum ber kembangnya agr oindustr i di Indonesia; misalnya belum optimalnya data potensi sumber daya alam


(17)

5

yang mempunyai keunggulan komper atif di suatu daer ah; ser ta petani belum ter biasa menggunakan teknologi baik itu teknologi pr a panen; teknologi panen dan teknologi pasca panen. Keadaan ini kemungkinan disebabkan kar ena kur angnya pengetahuan par a petani dalam menggunakan teknologi ter sebut. Industr i per tanian ber basis teknologi diper lukan untuk menghasilkan pr oduk yang ber mutu dan pada gilir annya akan dapat dijual dengan har ga yang dapat ber saing baik di pasar an domestik maupun di pasar an global.

Masalah lain yang ser ing pula kita dapatkan di tingkat petani adalah ter biasanya par a petani menjual pr oduk pr imer yaitu pr oduk yang belum diolah tanpa melibatkan teknologi pasca panen. Tentunya keadaan ini member ikan dampak yang kur ang menguntungkan bagi petani; yaitu mendapatkan hasil jual r endah. Keadaan ini dilakukan petani kar ena sangat terdesak akan kebutuhan sehar i-har i yang tidak dapat dihindari. Namun menur ut Handaka., dkk (2002) keadaan ini ter us ber ubah, bukti nyatanya adalah bahw a pada tahun 1969 pangsa pasar sektor per tanian pr imer dalam PDB sekitar 40 per sen, sedangkan pada tahun 1995 hanya tinggal 16 per sen, sementar a pangsa pasar industr i dalam PDB meningkat dar i 10 per sen tahun 1969 menjadi 23 per sen tahun 1995. Ter nyata setelah dikaji peningkatan sektor industr i ter sebut didominasi oleh industr i hasil per tanian; ar tinya adalah bila pembangunan per tanian semula dititik ber atkan pada pr oduksi komoditas per tanian primer , maka dengan angka di atas ter lihat bahw a telah ter jadi per geser an yang cukup signifikan ke ar ah sektor industr i ter utama industr i pengolahan hasil di bidang per tanian.

Budaya masyar akat yang telah t er biasa dengan mengelola sistem per tanian tr adisional, untuk dir ubah kepada sistem pertanian ber budaya industr i


(18)

6

yang menggunakan teknologi tidaklah mer upakan hal yang mudah; mengingat Indonesia mer upakan bangsa yang besar dengan kepulauan meliputi lebih dar i 15.000 (lima belas r ibu) pulau dan geografis yang sulit dijangkau. Selain itu pengenalan teknologi tidak har us menimbulkan pegeser an dan konflik inter nal pada masyar akat sasar an; bila bentur an-bentur an ter jadi maka kemungkinan besar inovasi yang dikenalkan tidak akan ber hasil atau dengan kata lain teknologi ter sebut akan ditolak. Selayaknyalah intr oduksi teknologi dimulai dari pengembangan dar i teknologi yang t elah ada dan telah dikenal oleh masyar akat sasar an secar a tur un temur un sehingga tidak ter lalu asing bagi masyar akat. Satu hal yang akan ter jadi bila teknologi dan industr ialisasi dikenalkan pada masyar akat, maka tidak dapat dihindar i pula akan ter jadi per ubahan budaya yang menyesuaikan pada lingkungan masyar akat sasar an.

Nur pilihan (2002) ber pendapat bahw a pendekatan agr oindustr i di suatu daer ah akan optimal bila teknologi per tanian yang dikembangkan dapat memanfaatkan komoditi unggulan daer ah; mengundang investor baik dar i dalam maupun dar i luar neger i dan mampu meningkatkan kemampuan pengguna teknologi per tanian ter utama dalam hal pemanfaatan dan pener apan teknologi per tanian. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pr oses agr oindustri, untuk hal ini harus diupayakan ter jadi r evitalisasi dalam komponen ker ja dar i PDB sektor per tanian kesektor industr i jasa.


(19)

7

BAB II. TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN 2.1.Pengertian-Pengertian

Penger tian yang dimaksud pada bab ini bukanlah mer upakan harga mati sebuah definisi tetapi mer upakan pemahaman-pemahaman atau penger tian dar i satu kata atau lebih.

A. Teknologi

Akmadi ( 2004) , ber pendapat bahw a teknologi adalah suatu alat untuk memper mudah manusia dalam menjalankan aktivitas sehar i-har i dalam hal menyediakan kebutuhan dasar dan juga dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi.

Akmadi ( 2010) , menyimpulkan bahw ateknologi mer upakan per w ujudan kemampuan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam melalui kegiatan-kegiatan pr oduktif

Rahardi ( 2008) , menyimpulkan bahw a teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi kepentingan dan kesejahter aan. Teknologi tidak ter lepas dar i sumber daya manusia dan sumber daya alam demi membangun kemandir ian suatu bangsa dan ini hanya bisa dicapai kalau masyar akatnya menguasai teknologi.

Siswo ( 2005), menyatakan bahw a teknologi adalah himpunan

pengetahuan atau ilmu mengenai pener apan ilmu yang per lu penelitian, dan pengembangan.

Djumali., dkk ( 2002) , mengemukakan bahw a teknologi dapat dilihat atau diar tikan dar i pr oses kegiatan manusia yang menjelaskan kegiatan pembuatan suatu bar ang buatan ter sebut.


(20)

8

Poppy dan Wilson ( 1974) , dalam Djumali.,dkk mengar tikan teknologi sebagai kegiatan manusia dalam mer encanakan dan menciptakan benda-benda yang menilai pr aktis.

Nurpilihan ( 2002), ber pendapat bahw a teknologi adalah kar ya, cipta dan kar sa manusia untuk menghasilkan pr oduk dan jasa dengan nilai tambah yang tinggi.

Firman ( 2002), mengemukakan bahw a pener apan teknologi mutlak har us dilaksanakan untuk menciptakan agr oindustr i yang tangguh dan mempunyai daya saing di pasar global. Teknologi yang diter apkan seyogyanya dicir ikan dengan par ameter sebagai ber ikut: (i) mutu pr oduk; (ii) penghantar an pr oduk; (3) per sediaan pr oduk; (iv) pr oses bahan baku; (v) pemelihar aan aset dan mesi n ser ta sumber daya manusia.

Rausch.,et all ( 1987), menyimpulkan bahw a: In Technology we ar e ent er ing a per iode of t ur bulence, a per iode of r apid innovat ion. But t ime of t ur bulence also one of gr eat oppor t unit y for t hose who can under st and, accept , and exploit t he new r ealit ies.

Habibie ( 1994) , tr anfor masi teknologi di suatu negar a akan selayaknya mengalami empat tahap alih teknologi yaitu; (1) tahap adaptasi teknologi; (2) tahap integr asi teknologi; (3) tahap pengembangan teknologi dan (4) tahap penelitian dasar . Dalam pengembangan teknologi per lu diper hatikan tiga hal yaitu: (1) mutu pr oduk; (2) biaya mur ah dan (3) tepat w aktu.

Helmi ( 2002), ber pendapat bahw a teknologi memegang kunci dalam upaya memacu per kembangan agr oindustr i ber basis komoditi unggulan daer ah.

Siswo ( 2005) , ber pendapat bahw a keber hasilan teknologi dapat diukur dar i empat faktor yaitu:


(21)

9

a. Teknologi har us menghasilkan nilai lebih, mempunyai kemampuan yang semakin ber var iasi untuk memenuhi keper luan yang makin ber agam, hemat dalam menggunakan sumber daya ter masuk ener gi.

b. Teknologi har us menghasilkan pr oduktivitas ekonomi atau keuntungan finansial. Salah satu car a untuk menghitung pr oduktivitas teknologi adalah menghitung r asio output r upiah. Teknologi yang tidak menghasilkan keuntungan atau nilai pr oduktivitasnya kur ang dar i satu, disebut non-per for ming atau tidak ber kiner ja; biasanya teknologi ini per kembangannya tidak ber kelanjutan (sust ainable).

c. Teknologi har us dapat diter ima oleh masyar akat pengguna; hal ini dibutuhkan agar ber manfaat bagi pengguna, disukai, mudah digunakan dapat diper oleh dengan mudah dan tidak ber tentangan dengan kebiasaan pengguna, secar a sosial, tekni s dan ekonomis dapat diter ima.

d.Teknologi har us ser asi dengan lingkungan agar keber adaannya dapat diter ima oleh masyar akat penggunanya ser ta ber kesinambungan.

Dar i beber apa penger tian-penger tian teknologi yang dikemukakan oleh beber apa par a pakar di atas maka dapat disimpulkan bahw a bila kita ber bicar a teknologi khususnya teknologi per tanian maka kata kunci yang ter makna di dalamnya adalah: kegiatan sumber daya manusia, alat mesin dan jasa dibidang per tanian; nilai tambah tinggi; agr oindustr i dan kemandir ian bangsa. Sedangkan bila akan mentr ansfor masikan teknologi ter utama pada negar a-negar a yang sedang ber kembang maka empat tahap tr ansfor masi teknologi yang dianjur kan oleh Habiebie (1994) per lu mendapat per hatian.


(22)

10

B. Industri

Rahardi ( 2008), mengungkapkan bahw a pr oses i ndustr ialisasi mer upakan suatu pr oses per ubahan budaya agr ar is ke budaya industr i yang memer lukan inter nalisasi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam budaya masyar akat. Industr ialisasi per lu dipandang sebagai pr oses per ubahan kebudayaan, yaitu membangun sikap mental dan budaya sebagaimana yang hidup di masyar akat industr i.

Nurpilihan ( 2008), ber pendapat bahw a industr i dalam ar ti luas adalah penggunaan teknologi dalam memanfaatan sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) yang ter sedia secar a efektif dan efisien ser ta menghasilkan kualitas yang memenuhi per syar atan yang telah ditetapkan.

Firman ( 2002), mengemukakan bahw a industrialisasi adalah suatu pr oses yang panjang membutuhkan w aktu yang lama, biaya yang tidak sedikit untuk mer ealisasikannya. Untuk membangun masyar akat industr i har uslah dimulai dar i membangun kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan sehar i-har i dan tidak bisa ditumbuhkan secar a dr astis.

Hadi ( 2001), ber pendapat bahw a industr i ber basis per tanian ber tujuan meningkatkan nilai tambah pr oduk dan menciptakan efisiensi pengelolaan usaha tani. Per kembangan industri per tanian seyogyanya didukung oleh pemanfaatan sumber daya manusia secar a optimum dan inovasi teknologi dalam industr i pengolahan hasil per tanian sesuai dengan per ubahan pasar global yang ter jadi.

Airlangga ( 2004), ber pendapat bahw a industrialisasi mampu menjadi

engine of gr owt h , sementar a industr i yang kokoh akan mampu mendor ong peningkatan ekspor , penguatan devisa dalam neger i, penciptaan lapangan


(23)

11

ker ja bar u dan pengembangan distribusi pendapatan masyar akat. Selanjutnya dalam ar ti yang luas industri dapat pula mendor ong penguatan pendidikan, kar ena tuntutan dalam pengembangan sumber daya manusia dan alih teknologi; kar ena teknologi yang ber samaan dengan industri mampu menjadi per sepektif dalam ar ah pengembangan budaya bangsa yang masih peka ter hadap teknologi.

Kata kunci yang dapat dipetik dar i pengertian industr i khususnya dibidang per tanian yang dikemukakan par a pakar di atas adalah: (1) efisiensi; (2) per ubahan budaya dar i agr ar is ke budaya industri; (3) nilai tambah; (4) agr oindustr i dan (5) kualitas atau mutu.

2.2.Teknologi Industr i Pertanian Dalam Pembangunan

Titik ber at pembangunan di Indonesia saat ini masih menitikber atkan pada bidang ekonomi, namun bidang ekonomi yang dimaksud har uslah seimbang dengan pembangunan aspek kehidupan masyar akat guna mencapai kondisi kehidupan bangsa yang utuh, maju secar a mater il dan sepir itual dalam suasana ketenter aman dan kesejahter aan lahir batin yang seimbang ber dasar kan Pancasila dan UUD 1945. Walaupun pr oses industr ialisasi di Indonesia ber kembang dengan cepat, namun sektor per tanian selalu menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pr oses industrialisasi dapat ber jalan dengan cepat namun tetap har us didukung dengan sektor per tanian yang tangguh, guna mencukupi kebutuhan pangan penduduk.

Per anan dan pengar uh teknologi dalam per ekonomian dunia dir asakan penting pada saat ini, alasannya adalah bahw a teknologi mer upakan salah satu faktor penting bagi keunggulan-keunggulan negar a maju yang mempunyai dasar industri yang kuat. Teknologi digunakan pula sebagai


(24)

12

kunci untuk menguasai penggunaan kekayaan alam dan pengembangan industr i yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi . Teknologi dan kualitas sumber daya manusia seper ti dua belah mata uang; tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, kar ena manusia adalah pelaku dar i teknologi. Dengan per kataan lain agar per tanian dapat kokoh dalam menunjang sektor industr i maka petani sebagai sumber daya manusia dan pelaku di sektor per tanian seyogyanya menguasai teknologi w alaupun teknologi ter sebut adalah teknologi seder hana atau teknologi tepat guna. Per encanaan pembangunan per tanian Indonesia secar a menyelur uh dimulai sejak tahun 1960, dimana pemer intah menyadar i bahw a negar a dapat membangun apabila kebutuhan pangan masyar akat telah ter penuhi dengan baik. Ger akan ber upa intensifikasi khusus (Insus) maupun bimbingan masyar akat (Bimas) ter hadap petani secar a massal dilakukan dengan melibatkan selur uh komponen bangsa termasuk mahasisw a. Hasil per tanian mencapai puncak kejayaan ketika Indonesia oleh FAO dinyatakan mampu mencapai sw asembada pangan pada tahun 1984. Keber hasilan pembangunan per tanian ini ber langsung tidak lama, kar ena keber pihakan pemer intah ber alih pada pembangunan sektor industr i dan jasa. Kebijakan impor hasil per tanian dar i luar neger i dan penghapusan subsidi maupun pr oteksi ter hadap sektor per tanian domestik menyebabkan hasil per tanian kehilangan daya saing dibandingkan pr oduk per tanian luar neger i yang dipr oteksi dan disubsidi oleh pemer intah. Keadaan ini berdampak ser ius yang akan ber muar a pada keter gantungan Indonesia ter hadap pr oduk hasil per tanian pokok seper ti ber as, gandum, kedelai dan lain-lain. Pada saat yang sama nilai ekonomi komoditi per tanian oleh pemer intah Indonesia ditur unkan har ganya sehingga penghasilan petani secar a keselur uhan r endah.


(25)

13

Pada saat keter pur ukan sektor per tanian ter sebut mulailah ter fikir kan bagaimana agar sektor per tanian bangkit kembali mengingat bahw a Indonesia adalah negar a agr ar is yang sangat kaya akan sumber daya alam yang ter bahar ukan. Dir asakan per lu adanya per ubahan; yaitu per ubahan pola tr adisi per tanian kita yang semula hanya ter gantung dar i pada pola alam menjadi tr adisi beker jasama dengan alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi ser ta or ganisasi sosial yang ter us dikembangkan.

Landasan teknologi per tanian yang mempunyai landasan tr adisi bar u per lu dikembangkan; per tanian yang mengar ah pada industr i yaitu efisiensi, pr oduksi komoditi per tanian yang ber kualitas ser ta menjaga keber lanjutan pr oduk tetap har us dicapai. Efisiensi pada sektor per tanian har uslah dimulai dar i teknologi pr a panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen.

Pengembangan teknologi per tanian har uslah menuju kear ah industr i agar nilai tambah tinggi; memang hal ini tidaklah semudah membalik telapak tangan, mengingat kur ang siapnya sumber daya manusia yang tersedia sebagai pelaku teknologi. Menur ut Nur pilihan (2002), peker ja disektor per tanian umumnya ber pendidikan r endah; sekitar 50 per sen hanya tamat sekolah dasar , sehingga keadaan ini ser ing sekali menghambat teknologi bar u yang akan diter apkan. Faktor lain yang juga menghambat per kembangan teknologi industri adalah belum optimalnya peta kebutuhan teknologi di setiap daer ah yang mempunyai komoditi unggulan daer ah. Pener apan teknologi yang akan diintr oduksikan pada masyar akat sasar an seyogyanya dapat ber dayaguna dan ber hasilguna, maka untuk itu per lu dikembangkan teknologi per tanian yang merupakan pengembangan dar i teknologi yang sudah ada dan sudah dikenal pada masyarakat sasar an. Dalam er a per saingan global ini timbul per tanyaan pada kita


(26)

14

bahw a teknologi industr i yang bagaimana sehar usnya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, agar kita dapat mengejar keter batasan dan memper cepat keter tinggalan kita dar i negara-negar a yang sedang ber kembang lainnya?.

Nur pilihan (2002) ber pendapat bahw a teknologi dan industr i yang dibutuhkan masyar akat adalah teknologi dan industr i yang tangguh dan kompetitif; ar tinya adalah bahw a teknologi dan industr i yang secar a langsung dapat meningkatkan kesejahter aan r akyat Indonesia secar a mer ata; menciptakan lapangan peker jaan dan selalu mendukung per tumbuhan sektor ekonomi baik ekonomi mikr o maupun ekonomi makr o.

Teknologi yang diintr oduksi pada masyar akat har uslah dapat diter ima dengan baik; penolakan masyar akat ter hadap teknologi bar u yang diintr oduksi, disebabkan kar ena teknologi ter sebut tidak dapat memenuhi har apan dalam sistem sosial yang ber laku di masyar akat. Namun penolakan ini dapat dicegah bila intr oduksi teknologi mer upakan pengembangan dar i teknologi yang telah dikuasai oleh petani.

Pener apan teknologi per tanian selain har us ber or ientasi pada industr i juga har us pula memper oleh hasil yang jelas dan konkr it ser ta dapat meningkatkan pr oduktivitas disektor pertanian. Mar ak dan pesatnya per tumbuhan sektor industr i mengakibatkan menur unnya sumbangan sektor per tanian; namun hal ini bukan ber ar ti bahw a sektor per tanian tidak str ategis lagi atau tidak dibutuhkan. Sektor industr i atau dengan kata lain industr ilisasi yang kokoh har uslah didukung oleh per tanian yang tangguh yaitu didukung oleh keter sediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam.


(27)

15

Di masa mendatang per kembangan sektor industr i kian mer ebak dan mempunyai kar akter istik industri yang dinamis, ar tinya adalah industr i har uslah mempunyai daya saing tinggi dan bukan lagi ditentukan oleh besar nya kepemilikan atau penguasaan ter hadap sumber bahan baku, melainkan sudah mengar ah pada pasar dan kemampuan member ikan nilai tambah. Sumber daya manusia disektor industri har uslah pr ofesional dalam penger tian mampu memenuhi tuntutan industr ialisasi pada saat ini, saat mendatang agar industri dapat ter us ber kembang.

Par adigma teknologi pertanian telah ber geser sejalan dengan er a per tanian menuju er a industrialisasi, sehingga pr oduk-pr oduk teknologi per tanian seyogyanya memenuhi kr iter ia sebagai ber ikut yaitu: (1) efisien dan ber daya saing; (2) pr oduknya har us ber kesinambungan; (3) ber or ientasi bisnis; (4) mempunyai standar mutu dan dapat ber saing ser ta (5) ber skala ekonomi (Nur pilihan, 2002).

Melihat kecender ungan per masalahan di atas maka salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah industr i ber basis per tanian dalam ar ti luas atau lebih dikenal dengan agr oindustr i. Pembangunan agr oindustri har uslah mempunyai keter kaitan kuat dengan sektor lainnya dan memi liki dampak luas ter hadap peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan ker ja ser ta pemanfaatan, pengembangan dan penggunaan teknologi pengolahan melalui keter kaitan yang saling menguntungkan antar a petani pr odusen dengan industr i pengolahan ser ta pembangunan ekonomi pedesaan.

Pembangunan industri ber basis teknologi per tanian seyogyanya mengacu pada per mintaan pasar , sejalan dengan itu maka industr i pengolahan pr oduk-pr oduk per tanian akan menjadi penting. Per paduan antar a


(28)

16

teknologi industr i pertanian dengan pasar mencakup sebagai ber ikut (Tan, 2002) :

1. Teknologi pr oduksi yang meliputi: pengolahan tanah; per semaian; pemupukan; pember ian ir igasi penyiangan; pember antasan hama dan penyakit serta input ber upa benih/ bibit, pupuk, obat-obatan dan alat mesin per tanian

2. Teknologi panen yang mencakup w aktu, penggunaan alat panen seper ti alat cir i kematangan ser ta car a dan alat panen

3. Teknologi pasca panen, yang meliputi pengangkutan, pember sihan, pencucian, sor tasi, gr ading, penger ingan / pembekuan, pengemasan dan penyimpanan, susut mutu dan jumlah

4. Teknologi pengolahan yang meliputi pencampur an, pemasakan, pendinginan, penger ingan, penggor engan, pelapisan, pemangggangan, fer mentasi, pengecilan ukur an, pengemasan dan pengepakan, tata letak dan alir an pr oduksi

5. Teknologi distr ibusi dan perdagangan.

Lima cakupan yang di atas menggambar kan bahw a teknologi pertanian akan dimulai dar i teknologi pra panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen, sementar a teknologi distribusi dan per dagangan adalah suatu bentuk mata r antai teknologi pemasar an atau lebih dikenal dengan agr ibisnis.

2.3.Teknologi Dan Industri Sebagai Pilihan di Bidang Pertanian

Agar pr oduk komoditi per tanian mempunyai daya saing tinggi maka upaya daya saing tidak hanya ter batas pada penggunaan teknologi semata, namun mencakup pula bagaimana membangun nilai efisiensi dan menjaga kualitas


(29)

17

yang secar a ber kesinambungan dapat ter jaga. Teknologi dan industri sampai saat ini memang masih menjadi pilihan untuk membangun daya saing dan kemandir ian bangsa. Per masalahan yang dihadapi adalah siapkah sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi menghadapi kecender ungan di atas. Pemer intah telah membuat kebijakan agar sasar an di bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokok r akyat, har uslah ada keseimbangan antar a sektor industr i dengan sektor per tanian. Salah satu upaya untuk memper tahankan ketahanan pangan adalah melalui pener apan teknologi per tanian dengan memper timbangkan kondisi lingkungan daer ah.

Pener apan teknologi tidak dapat dilakukan tanpa memper timbangkan kondisi lokal daer ah, kar ena bagaimanapun teknologi tidak bebas dar i nilai, sehingga peluang bentur an dengan masyar akat cukup besar (Akmadi, 2010). Besar nya tingkat kegagalan pener apan teknologi di masyar akat lebih banyak disebabkan oleh ketidaksesuaian teknologi yang diintr oduksi dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyar akat sasar an

Pengembangan teknologi memegang per anan utama dalam memacu per kembangan industr i; di bidang per tanian per kembangan industri dimaksud adalah per kembangan agr oindustri yang memer lukan langkah nyata untuk mer angsang investasi. Agr oindustr i mer upakan pr oses mengubah komoditas per tanian pr imer menjadi produk olahan yang akan mempunyai nilai tambah tinggi. Pengelolaan pr oduk per tanian yang menggunakan teknologi dan menuju industrialisasi ser ing dianalogkan sebagai per tanian moder n; analog ini ada yang sependapat dan ada pula yang mempunyai pemikir an yang ber beda. Pada hakikatnya per ubahan per tanian yang tr adisional menjadi per tanian yang menggunakan teknologi


(30)

18

agr oindustr i mer upakan salah satu aspek penting dan pilihan dalam pembangunan

Schumacher (1987) ber pendapat bahw a keber hasilan teknologi per tanian yang akan diintr oduksi pada suatu daer ah sangat ter gantung dar i sumber daya manusia; sumber daya alam ser ta keadaan sosial ekonomi ; sementar a pendekatan yang per lu diper hatikan adalah sebagai ber ikut:

1. Pendekatan teknis; yaitu suatu pendekatan yang ber kaitan dengan kondisi geogr afis; sar ana dan pr asar ana untuk mendukung teknologi dimaksud cukup ter sedia dan masyar akat mampu menggunakan teknologi ter sebut

2. Pendekatan sosial; yaitu car a pendekatan sesuai dengan keadaan sosial budaya masyar akat setempat, dan intr oduksi teknologi ini tidak menimbulkan ker esahan, ataupun per tentangan sosial masyar akat 3. Pendekatan ekonomi; yaitu suatu pendekatan dimana teknologi bar u

ter sebut secar a finansial terjangkau dan secar a nyata dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat sebagai pengguna teknologi ter sebut

4. Pendekatan lingkungan; yaitu teknologi ter sebut r amah lingkungan dan tidak mencemar kan lingkungan

5. Pendekatan politik; yaitu suatu pendekatan yang mendapat dukungan dar i pemer intah atau polit ical will dar i pemer intah secar a jelas

Salah satu kunci keber hasilan bila teknologi dan industr i sebagai pilihan di bidang per tanian adalah kualitas sumber daya manusia. Negar a ber kembang seper ti Singapur a telah ber hasil meningkatkan per ekonomiannya; w alaupun negar a ini tidak mempunyai sumber daya alam. Singapur a ber upaya ker as untuk membangun kualitas sumber daya


(31)

19

manusia secar a ter us mener us; kar ena pemer intahnya sadar sekali akan keadaan negar anya yang tidak mempunyai sumber daya alam. Sebaliknya Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang ber limpah namun tidak dikelola dengan baik yang ar tinya tidak menggunakan teknologi dan agr oindustr i secar a optimal, kar ena alasan tidak ter sedianya sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi maka akan ber dampak pada kecilnya pendapatan per kapita dar i r akyat. Seyogyanyalah pengembangan sumber daya manusia Indonesia di bidang per tanian diar ahkan pada penguasaan ilmu teknologi dan industr i agar tepat sasar an, dan pada gilir annya dapat meningkatkan kualitas pr oduk per tanian yang dapat ber saing baik ditingkat domestik maupun ditingkat global.

Dir ektor at Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada tahun 2005 telah melakukan evaluasi ter hadap lulusan str ata satu (S-1) di bidang ilmu per tanian; hasilnya adalah lulusan sar jana per t anian ter lalu spesifik, monodisiplin dan lebih ber or ientasi pada pendalaman ilmu. Di lapangan menunjukkan bahw a kompetensi sar jana per tanian yang dibutuhkan adalah sar jana yang memiliki kompetensi dibidang per tanian, menguasai dan paham kear ifan lokal, menguasai teknologi infor masi dan komunikasi, pr oblem solver , memiliki jiw a w ir ausaha, memili ki pengetahuan bisnis, komunikatif dan kolabor atif. Untuk memenuhi kr iter ia yang dimaksud di atas maka per lu diupayakan pembenahan kur ikulum yang ter us mener us. Per tanyaan yang mendasar dan ser ing dilontar kan oleh masyar akat adalah macam teknologi bagaimana yang dihar apkan untuk menuju ke industr ialisasi?; per tanyaan ini ser ing dilempar kan oleh masyar akat khususnya masyar akat petani. Jaw aban dar i per tanyaan ini adalah teknologi yang sudah dikenal oleh masyar akat sasar an; ber akar dar i sosial budaya dan mer upakan pengembangan teknologi yang sudah dikuasai.


(32)

20

Teknologi semacam ini dikenal dengan teknologi per tanian spesifik w ilayah.

Jacob.,dkk (2002) mengungkapkan bahw a teknologi pertanian spesifik w ilayah adalah teknologi yang dihasilkan dar i penggalian masyar akat setempat dan dikembangkan, kemudian diintr oduksi ser ta dir ekomendasikan oleh lembaga penelitian. Sedangkan Nur pilihan (2009) ber pendapat bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah adalah suatu pengembangan teknologi yang telah ada dan dikuasai oleh masyar akat setempat, r amah lingkungan dan sangat spesifik untuk mengolah komoditi unggulan daer ah sasar an dan member ikan nilai tambah tinggi yang tinggi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Depar temen Tenaga Ker ja Republik Indonesia (2004) telah mendefinisikan penger tian dar i teknologi per tanian spesifik wilayah adalah sebagai teknologi yang dibutuhkan oleh masyar akat, didasar kan atas kesesuaikan w ilayah dan mer upakan pengembangan dar i memanfaatkan kemajuan i lmu pengetahuan dan teknologi ser ta mempunyai nilai tambah tinggi.

Meskipun teknologi per tanian spesifik wilayah telah ter uji keunggulannya dan aplikasinya dengan mudah dapat dilakukan oleh masyar akat setempat tetapi menur ut Nur pilihan (2007), ada beber apa faktor penghambat yang menjadikan teknologi ini sulit diadopsi oleh masyar akat sasar an. Faktor -faktor penghambat ter sebut adalah:

1. Kesiapan sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuk mener ima teknologi dimaksud. Ketidaksiapan ini adalah disebabkan kar ena tingkat pendidikan dan keter ampilan petani yang mer upakan pelaku teknologi masih r endah


(33)

21

2. Keadaan sosial budaya petani yang amat sulit mener ima infor masi bar u; selalu memper tahankan budaya tur un menur un dar i leluhur nya yang telah mendar ah daging

3. Aksesibilitas infor masi dan sar ana pr asar ana yang sulit dijangkau menyebabkan teknologi per tanian spesifik w ilayah sukar ber kembang 4. Sukar nya mer ubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan

per tanian, mer upakan penghambat dar i pengembangan teknologi per tanian spesifik w ilayah

Mengkaji penger tian-penger tian teknologi pertanian spesifik w ilayah di atas maka dapat disimpulkan bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah adalah:

1. Teknologi atau pengembangan teknologi yang sudah ber akar pada masyar akat setempat

2. Teknologi yang dikembangkan sangat ter gantung dar i komoditas unggulan setempat dengan tujuan kualitas pr oduk dapat ditingkatkan 3. Teknologi dimaksud har us sesuai dengan kondisi lingkungan ter utama

kondisi sumber daya manusia; keadaan geogr afis setempat dan lainnya 4. Teknologi yang diintr oduksi dapat diter ima oleh masyar akat setempat

dan tidak menimbulkan per tentangan.

5. Teknologi har us nyata dan konkr it serta dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat

Menyimak per syar atan-per syar atan butir 1 sampai butir 5 di atas maka dapat disimpulkan bahw a teknologi per tanian spesifik w ilayah ini sangat mungkin diter apkan pada daer ah ter tentu yang mempunyai komoditi unggulan daer ah, agar nilai tambah dapat ter capai.


(34)

(35)

23

BAB III. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA

Manusia selalu ingin per ubahan yang menghendaki kemudahan demi memenuhi kebutuhan hidupnya; sementar a manusia tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, kar ena teknologi akan menyempur nakan pr oses-pr oses nilai tambah. Tantangan besar teknologi industri di Indonesia adalah masalah pr oduktivitas tenaga ker ja; kar ena sangat ter kait dengan kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dan keter ampilan sehingga pada gilir annya akan mempengar uhi daya saing untuk meningkatkan sektor ekonomi.

Pengembangan teknologi industri per tanian di Indonesia sangat ter gantung dar i penguasaan keter ampilan, pengetahuan teknik dan kemampuan or ganisator is yang diper lukan agar teknologi industri dapat ber fungsi dengan baik. Umumnya pemanfaat an teknologi industri per tanian di Indonesia masih kur ang memadai kar ena sulitnya masyar akat untuk memper oleh infor masi teknologi industri yang mer eka butuhkan. Industr ilisasi bukanlah diar tikan untuk membangun pabr ik yang besar , namun yang lebih penting lagi adalah membangun sikap mental dan budaya dar i masyar akat. Khusus industrialisasi di sektor pertanian dapat diar tikan sebagai pr oses per ubahan budaya dar i agr ar is menuju kebudaya industr i.

Walaupun pener apan pengembangan teknologi industr i per tanian mempunyai keunggulan-keunggulan yang nyata dan dapat menaikkan nilai tambah bagi petani namun intr oduksi teknologi ini di Indonesia per lu dikaji lebih lanjut.


(36)

24

3.1.Tantangan Pengembangan Teknologi Industri Pertanian di Era Global

Globalisasi adalah suatu fenomena ekonomi dimana per ekonomian suatu negar a akan ter integr asi dengan per ekonomian dunia. Penggunaan teknologi yang ber beda sangat menentukan per bedaan kemajuan per ekonomian suatu negar a; sementar a globalisasi disetiap negar a sangat ter gantung dar i kondisi negar a dimaksud.

Di bidang per tanian, globalisasi dicir ikan oleh per dagangan bebas, dimana dengan ter bukanya ar us infor masi masyar akat sudah dapat melihat apa yang ter jadi di negara luar khususnya di bidang teknologi per tanian. Industr i pr oduk per tanian di negar a maju mengingatkan kepada petani kita agar pr oduk per tanian di Indonesia dapat ber saing di tingkat global. Kesepakatan Putar an Ur uguay tentang GATT, dimana negar a Indonesia mener ima kesepakatan ter sebut; maka timbul masalah yaitu bagaimana kita dapat mengambil keuntungan dar i kesepakatan GATT ter sebut tanpa menimbulkan konflik. Cir i er a globalisasi ditandai dengan per dagangan bebas dan melembaganya citr a bar u yang akan membuat kesejahter aan meningkat.

Bila kita ber bicar a per saingan bebas maka har us dipahami terjadi membaur nya batas antar negar a, atau sudah ter jadinya tanpa batas antar negar a. Keadaan globalisasi khususnya di tatar an per tanian sudah amat ter asa saat ini; contoh konkr itnya adalah ter sedianya buah-buahan impor sampai ke pasar an tr adisional sementar a buah-buahan lokal seper ti apel malang, saw o, tidak setiap saat dapat kita jumpai di pasar . Keadaan ini ar tinya adalah bahwa keber adaan buah-buahan impor baik di pasar sw alayan maupun pasar tradisional ter sedia setiap saat ; sementar a beber apa buah-buahan lokal hanya kita dapati pada w aktu ter tentu atau


(37)

25

hanya pada musimnya saja. Sebagai contoh di Indonesia buah r ambutan hanya dapat dinikmati pada bulan Desember sampai Febr uar i setiap tahun; setelah itu kita tidak dapat menjumpai buah ini di pasar an.

Di tingkat tatar an petani Indonesia secar a langsung kesepakatan GATT ini tidak ter asa, mungkin juga para petani tidak mengetahui apa isi kesepakatan ter sebut. Namun yang ter asa bagi petani kita adalah mengapa komoditi per tanian mer eka semakin menur un baik kuantitas maupun kualitasnya; atau mengapa buah-buahan impor semakin digemar i oleh konsumen di Indonesia?. Jaw aban atas per tanyaan ini adalah bahw a dalam kesepakatan GATT diper kenankannya pr oduk per tanian masuk dar i luar neger i. Konflik per saingan tidak akan dapat diselesaikan tanpa kita har us meningkatkan kualitas pr oduk per tanian; maka semakin jelas upaya memper ebutkan sumber-sumber daya ekonomi seper ti pemanfaatan sumber daya alam; teknologi; modal dan kualitas sumber daya manusia semakin menonjol per annya.

Globalisasi dan kesepakatan GATT memang belum tentu mudah dan mulus diter apkan di Indonesia, bisa juga menjadikan masalah ter utama bila kita belum siap mener ima kesepakatan ini. Semua ini menjadi tantangan bagi pengembangan teknologi per tani an di er a global ini.

Kondisi per saingan ini tentu tidak ter jadi dalam keadaan sama bagi semua negar a-negar a pelaku teknologi. Teknologi per tanian di negar a-negar a maju sangat ber beda dibanding dengan negar a yang sedang ber kembang, baik tingkatan/ tahapan teknologi yang digunakan, sar ana pr asar ana, pelaku teknologi, modal dan polit ical will dar i pemer intah. Salah satu kelemahan teknologi per tanian pasca panen adalah t eknologi penyimpanan hasil per tanian. Pemer intah Kor ea sadar betul akan hal ini dan member ikan dukungan teknis yang tinggi bagi par a petaninya; sebagai


(38)

26

contoh adalah di kaw asan-kaw asan per tanian pemer intah Kor ea membangunkan r uangan pendingin (cold st or age). Sumbangan ini dimaksudkan agar par a petani dapat menyimpan hasil panen mer eka seketika setelah panen. Pemer intah Kor ea menyadar i bahw a dengan lahan per tanian yang tidak luas sedapat mungkin hasil per tanian dapat memenuhi kebutuhan r akyat Kor ea dan tanpa har us mengimpor t dar i luar . Di negar a China juga ter lihat polit ical will pemer intah kepada petani salah satu bentuk per hatian pemer intah adalah membangun r uangan pendingin

(cold st or age) di tengah kaw asan per tanian sayur dan buah-buahan; w alaupun kebijakan ini sedikit ber beda dengan di Kor ea namun tujuannya tetap sama yaitu ingin membantu par a petani agar dapat menyelamatkan hasil panennya. Ruang pendingin yang disumbangkan oleh pemerintah China dikelola secar a otonomi penuh oleh suatu badan/ or ganisasi petani. Hasil panen sayur an dan buah-buahan setelah panen disimpan ter lebih dahulu di r uang pendingin sebelum dijual. Selanjutnya hasil pr oduk per tanian ter sebut akan dibeli oleh suatu badan koper asi dengan har ga yang tidak mer ugikan petani at au dengan har ga sesuai dengan har ga pasar , sehingga petani langsung mendapatkan uang. Satu hal yang dapat dicontoh dar i pengalaman negar a China adalah bahw a lahan petani sayur-sayur an dan buah-buahan biasanya ber lokasi tidak jauh dar i kota, hal ini dimaksudkan agar selain menekan biaya tr anspor tasi juga secar a teknis agar sayur an dan buah-buahan dapat ter distribusi ke konsumen dengan cepat dan masih dalam keadaan segar . Pemer intah Kor ea dan China telah menetapkan kebijakan clust er di bidang per tanian atau ber kumpulnya petani dalam sebuah kaw asan untuk mengelola tanaman sejenis seper ti buah-buahan, sayur -sayur an ataupun bunga-bungaan.


(39)

27

Kebijakan industr ial clust er ing pada dasar nya akan mendor ong ber kembangnya kelompok-kelompok UKM kar ena menempatkan industri sejenis atau yang saling ter kait pada suatu kaw asan ter tentu; baik desa, kecamatan ataupun sentr a industri. Beber apa komoditi per tanian dengan industr ial clust er ing juga sudah dibangun di Indonesia; sebagai contoh adalah sentr a ker upuk ikan dan udang di daer ah Sidoar jo (Jaw a Timur ); yang dir asakan cukup efektif dan dapat mensejahter akan masyar akat, kar ena mampu menciptakan lapangan ker ja, meningkatkan pendapatan ser ta meningkatkan kesejahter aan masyar akat. Klaster UKM ini juga ter bukti mampu member ikan efek tidak langsung dan positif pada ekonomi lokal, yang pada gilir annya akan mampu menciptakan peker jaan sekunder , menar ik minat penyedia jasa ser ta akan mendor ong per tumbuhan ekonomi lokal.

Car a-car a yang dilakukan oleh Negar a Kor ea dan China dalam mengelola pr oduk per tanian mempunyai keuntungan-keuntungan komper atif sebagai ber ikut:

1. Sayur an dan buah-buahan dapat ter jaga kualitasnya kar ena teknologi pasca panen yang diter apkan

2. Petani tidak mengalami ker ugian kar ena ter gesa-gesa untuk menjual hasil panennya

3. Petani mendapatkan kew ajar an dar i hasil penjualan hasil panen yang dijual langsung kepada suatu or ganisasi/ badan yang legal

4. Har ga jual dapat dikendalikan

Pener apan teknologi har uslah dimulai dar i adanya per masalahan; baik teknis, sosial maupun ekonomi. Kemudian masalah ini dikaji lebih lanjut, dir ancang teknologi yang spesifik w ilayah; diuji keunggulannya dar i


(40)

28

teknologinya dan didesiminasikan ke masyar akat sasar an. Gambar 1 ber ikut ini adalah diagr am ali r tahapan adopsi teknologi per tanian.

Gambar 1. Tahapan Adopsi Teknologi Pertanian

Gambar 1 di atas menyajikan bagaimana adopsi suatu pengembangan teknologi yang telah ada di masyar akat setempat; dimulai dar i ter dapatnya suatu masalah misalnya teknologi yang ada di masyar akat ter sebut belum menunjukkan teknologi yang sesuai harapan; sudah usang, tidak sesuai dengan per kembangan zaman dan nilai tambah r endah. Masyar akat seakan-akan tidak mer asakan dampak positif dar i teknologi yang ada ini, sehingga per lu adanya pengembangan teknologi yang ber muar a pada nilai tambah yang tinggi. Pengembangan teknologi yang bar u seyogyanya ter lebih dahulu dilakukan uji coba dan evaluasi oleh lembaga penelitian dan pengembangan, sehingga hasilnya sesuai har apan masyar akat. Tolak ukur dar i keber hasilan ber upa indikator kesesuaian dengan keadaan lingkungan ter utama ter sedianya sumber daya (sumber daya manusia dan sumber daya alam) di daer ah masyar akat sasar an dan pada gilir annya akan menaikkan nilai tambah tinggi dan dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat Biasanya masyar akat akan mengadopsi teknologi yang

Teknologi

M asalah

Kebutuhan Pengembangan

Nilai Tambah

Nilai Tambah

Sesuai

Terima

Tidak Sesuai

Tolak Uji


(41)

29

diper kenalkan atau teknologi yag telah dikembangkan bila mer eka melihat keunggulan teknologi bar u lebi h baik dar i teknologi yang lama.

Teknologi per tanian hanyalah mer upakan alat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pr oduk per tanian; namun bila teknologi yang diter apkan tidak tepat sasar an; tidak dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang paham ter hadap teknologi dimaksud; tidak didukung oleh sar ana dan pr asar ana yang optimal ser ta tidak pula didukung oleh keber pihakan pemer intah maka pener apan teknologi ter sebut tidaklah ber hasil guna. Agar teknologi yang akan diper kenalkan pada petani dapat ber hasil maka seyogyanya dikenalkan melalui difusi inovasi teknologi; yaitu suatu gagasan penyebar an teknologi bar u yang dapat diter ima oleh komunitas masyar akat, dan selalu membaw a per ubahan. Inovasi teknologi sehar usnya melibatkan par tisipasi masyar akat sasar an dar i awal, dar i mulai per encanaan sampai pengambilan keputusan mener ima atau menolak teknologi bar u yang benar -benar dapat memecahkan per masalahan di daer ah tesebut. Roger s (1995) ; ber pendapat bahw a difusi teknologi mer upakan pr oses dimana inovasi teknologi dikomunikasikan pada sistem sosial melalui salur an-salur an ter tentu dalam suatu per iode ter tentu. Difusi juga mer upakan tipe komunikasi khusus yang ber kaitan dengan penyebar an pesan-pesan yang diter ima oleh komunitas sebagai ide bar u. Selanjutnya pr oses pengenalan inovasi hingga mengambil keputusan oleh pelaku untuk mener ima atau menolak inovasi bar u yang ditaw ar kan melalui tahapan-tahapan sebagai ber ikut:

1. Adanya kesadar an (awar dness) dar i masyar akat sasar an tentang per lunya inovasi bar u

2. Tumbuhnya minat (int er est) dar i masyar akat untuk mengetahui inovasi bar u


(42)

30

3. Penilaian (evaluat ion) dar i masyar akat atas untung r uginya mener ima inovasi bar u

4. Mencoba (t r ial) dar i masyar akat sebelum menetapkan mener ima atau menolak inovasi bar u ter sebut

5. Mener ima (adopt ion) dar i kelompok sasar an untuk mener ima dan mener apkan inovasi yang akan diter apkan.

Pendekatan partisipatif sangat tepat diter apkan agar inovasi teknologi dapat diter ima masyar akat; inovator selayaknya mengetahui dengan pasti kondisi daer ah dan kebiasaan setempat seper ti kebutuhan teknologi; keter sediaan sumber daya; tr adisi sosial budaya masyar akat dan meyakinkan masyar akat bahw a teknologi yang akan digunakan dapat meningkatkan kesejahter aan masyar akat dan meningkatkan daya saing tanpa menimbulkan konflik.

Pr oses difusi inovasi teknologi har uslah membaw a per ubahan di segala sisi; baik per ubahan sikap, pendapatan dan per ubahan teknologi yang akan diikuti dengan peningkatan nilai tambah. Bila inovasi teknologi yang diadopsi oleh pengguna pada suatu saat tidak lagi dapat memuaskan komunitas pengguna teknologi misalnya adanya inovasi teknologi per tanian yang lebih bagus maka langkah yang har us diambil adalah mengkaji ulang kelemahan teknologi per tanian itu. Ser ing pula ter jadi bahw a difusi teknologi per tanian timbul dar i keinginan masyar akat kar ena adanya masalah yang tidak menguntungkan petani; kemudian masyar akat tani melalui kelompok tani mendiskusikan per masalahan ter sebut dan akhir nya ber sama-sama dengan instansi ter kait mer umuskan ser ta memutuskan teknologi per tanian apa yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Bila keputusan ber sama telah ditetapkan agar teknologi dapat diadopsi oleh masyar akat maka peker jaan selanjutnya adalah


(43)

31

mensosialisasikan per ubahan teknologi ini kemasyar akat pengguna teknologi. Bila dir asakan teknologi yang dikembangkan mendapat hambatan maka tugas peneliti dan masyarakat untuk menyempur nakan teknologi ter sebut. Car a pendekatan inovasi teknologi seper ti ini akan memper kecil kegagalan atau ketidak puasan pengguna ter hadap teknologi per tanian dimaksud.

3.2.Peningkatan Sumberdaya Manusia dan Membangun Daya Saing

Per tumbuhan ekonomi dan kemakmur an mater i dar i suatu masyar akat ter gantung pada kuantitas dan kualitas bar ang yang dipr oduksi. Pr oses pr oduksi akan mengkombinasikan antar a sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi. Unsur lain yang dibutuhkan dalam pener apan teknologi adalah adanya alat dan fasilitas antar a lain mesin, kualitas sumber daya manusia tangguh sangat ber kor elasi er at dengan daya saing suatu bangsa.

Dalam masa mendatang, penguasaan ilmu pengetahyan dan teknologi bukanlah hanya sekedar kebutuhan belaka, namun sudah menjadi kehar usan. Disadar i bahw a kemampuan untuk memper oleh pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan mer upakan pr oses yang kompleks dan menuntut usaha yang tiada putusnya. Disisi lain tekad dan har apan bangsa Indonesia adalah dapat mensejajar kan dir i dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Hal in dapat dicapai dengan upaya memper cepat pr oses pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.

Di Indonesia indikator yang digunakan untuk menilai daya saing sumber daya manusia adalah dinyatakan dengan Human Development Index (HDI) ; yaitu suatu indikator yang dikenalkan oleh UNDP dan pengukurannya


(44)

32

mencakup tiga aspek yaitu (i) tingkat har apan hidup; (ii) tingkat pendidikan dan (iii) pendapat r iil. Data HDI pada tahun 1996, Indonesia ber ada pada per ingkat 102 dunia; 1997 per ingkat 99; tahun 1998 per ingkat 105. Sementar a pada tahun 2001 pada per ingkat 112; tahun 2002 pada per ingkat 110; tahun 2003 pada per ingkat 112 dan pada 2006 pada per ingkat 111 (dalam Air langga; 2004). Tahun 2011 Litbang Pelita mengungkapkan bahw a ber dasar kan UNDP per ingkat HDI Indonesia di negar a Asia Tenggar a adalah tur un menjadi 124 (Tabel 1). Bila kita menyimak angka per ingkat HDI secar a nasional di Indonesia maka kita dapat menyimpulkan bahw a Indonesia selalu ber ada pada angka di atas 100 dunia, jauh di baw ah negara tetangga kita yaitu Malaysia, Singapur a dan Thailand yang ketiga negara ini HDI nya di atas angka per ingkat HDI Indonesia

Tabel 1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSI A ( IPM) 2011 NEGARA ASI A TENGGARA

Dar i Tabel 1 di atas ter lihat bahw a HDI untuk negar a Asia Tenggar a; Singapur a menduduki per ingkat ter tinggi yaitu 26, Malaysia per ingkat 61, sementar a Thai land dan Filipina masih ber ada di atas Indonesia yaitu


(45)

33

masing-masing pada per ingkat 103 dan 112. HDI negar a Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar masih ber ada ber ada di baw ah Indonesia.

Rahar di (2008), ber pendapat bahw a kunci utama dalam mew ujudkan daya saing adalah ter capainya pr oduktivitas dan efisiensi, dan hal ini ber kaitan er at dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Kualitas ter sebut tidak hanya ter batas pada kemampuan untuk menguasai teknologi belaka tetapi juga mencakup etos ker ja, sikap, disiplin dan mandir i serta mampu menghar gai w aktu.

Kemandir ian mer upakan suatu konsep yang er at kaitannya dengan pr ofesionalisme, namun bila kita telaah dan pelajar i sejar ah kemudian kita r enungkan lebih dalam lagi maka dapatlah dikatakan bahw a upaya mencapai keunggulan dan kemandir ian suatu bangsa tidak hanya ber gantung pada pembinaan masyar akat pr ofesional belaka, namum membutuhkan pula pembinaan lingkungan. Secar a makr o dapat diar tikan bahw a dibutuhkan antar a lain pembinaan suatu masyar akat yang ter buka, memer lukan dukungan nilai ser ta pemikir an-pemikir an. Secar a mikr o penger tian kemandirian mer ujuk pada suatu landasan dimana seseor ang tidak ter gantung pada pihak lain, namun ber pijak atas dasar kemampuannya. Kemandir ian dapat pula diartikan sebagai konsep keandalan dar i suatu or ganisasi atau suatu individu dimana keandalan dapat ditunjukkan melalui pr ofesi pada bidang yang digelutinya. Seseor ang yang r endah kadar penguasaan ilmu pengetahuannya kemungkinan besar mempunyai nilai kemandir ian yang r endah pula.

Memang sangat sulit untuk mendor ong daya saing dengan per timbangan bahw a daya saing menyangkut bukan hanya sumber daya manusia belaka namun juga infr astr uktur ; kecukupan ener gi; dan pembenahan bir okr asi yang semuanya ini akan ber muar a pada dor ongan sektor industr i. Kusbini


(46)

34

(2011) ber pendapat bahw a untuk mendor ong ekspor komoditi hor tikultur a seper ti buah-buahan; sayur an; tanaman hias dan biofar maka har uslah dikembangkan secar a ter integr asi sejak tingkat budidaya sampai industr i pengolahan dan per dagangan. Di China pr oses pengembangan agr oindustr i dilakukan secar a ter integr asi. Petani hanya ber tugas mempr oduksi belaka sementar a pemasar an dan pengolahan pasca panen dilakukan ber sama-sama dengan sektor industr i.

Dalam kondisi per saingan bebas, dimana sebuan teknologi asing akan semakin membanjir i negar a kita, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan kemandir ian bangsa Indonesia dapat ter capai dan masyar akat Indonesia memiliki kebanggaan atas kemampuannya dalam mengembangkan teknologi khususnya teknologi di bidang per tanian. Sumber daya alam Indonesia yang dapat diper bahar ui, ter hampar dar i Sabang sampai ke Mar auke menanti untuk dikelola menggunakan teknologi menuju ke pr oses industr ialisasi guna meningkatkan kesejahter aan dan kemakmur an masyar akat per tanian. Pemer intah Indonesia telah menetapkan kebijakan bahw a penguasaan, pener apan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi (iptek) mer upakan salah satu indikator ter hadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam er a global dimana per saingan semakin tajam dan kompet itif , ditambah lagi semakin pendeknya siklus hidup dar i suatu teknologi maka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak har us didukung. Masyar akat petani yang ber mukim di desa kelihatan akan sulit untuk mengenyam bangku sekolah for mal, kar ena faktor usia, dan biaya sudah tidak lagi memungkinkan untuk membiayai sekolah. Sebagai jalan keluar nya adalah member ikan pendidikan non for mal seper ti pelatihan-pelatihan dengan


(47)

35

pr ogr am yang pr ogr esif ser ta pemecahan pr oblem konkr it melalui sistem, (Wahono, 1993).

Per kembangan dan kemajuan teknologi ser ta industr i di Indonesia tidak ter lepas dar i pentingnya pendidikan sumber daya manusia. Budaya penguasaan, pener apan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mer upakan dasar yang har us dimiliki oleh sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi. Er a global telah ber jalan, pembangunan industr i ber basis teknologi per tanian tanpa disadar i ber jalan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai untuk mengelola sumber daya alam. Per gur uan tinggi sebagai suatu institusi penyiapan sumber daya manusia yang ber kualitas mempunyai kew ajiban untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar mampu ber saing pada er a global ini. Per kembangan teknologi industr i per tanian seyogyanya mendapat dukungan oleh sumber daya manusia secar a utuh dan menyelur uh agar inovasi teknologi industr y menghasilkan pr oduk-pr oduk per tanian yang dapat ber saing baik ditingkat domestik maupun global. Per saingan yang ket at di pasar global memer lukan peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuan manejer ial dan teknis, sehingga pada gilir annya dapat menghasilkan pr oduk per tanian yang kompetitif.

Per anan kualitas sumber daya manusia untuk mengor ganisasikan sistem pembinaan masyar akat dan pemanfaatan teknologi mer upakan tolak ukur penyampaian teknologi tepat guna. Pengor ganisasian pada prinsipnya ber or ientasi dar i baw ah, atau dengan kata lain sesuai dengan kebutuhan masyar akat namun bukan suatu hal yang dipaksakan.


(48)

36

3.3.Kendala-Kendala

Kecender ungan yang ter jadi saat ini di Indonesia ialah bahw a pengelolaan hasil per tanian pada tingkat petani dan industr i kecil masih menggunakan teknologi seder hana, tentunya kualitas yang dihasilkan belum menunjukkan hasil yang dapat ber saing di er a global. Pengembangan hasil per tanian yang menggunakan teknologi seder hana ini disebabkan oleh beber apa faktor seper ti:

1. Rendahnya penguasaan teknologi per tanian, mulai dar i teknologi per tanian pr a panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen ser ta teknologi pemasar an

2. Lemahnya modal industr i kecil untuk mengelola hasil per tanian dar i penanganan bahan mentah sampai pengemasan

3. Belum ter identifikasinya secar a r inci per mintaan produk unggulan yang kompetitif dan diminati pasar

4. Tidak ter sedianya infor masi pasar mengenai standar isasi pr oduk-pr oduk per tanian yang dibutuhkan pasar

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilaksanakan bukan hanya melalui pendidikan for mal belaka, namun pendidikan tidak formalpun dapat dilakukan agar kualitas sumber daya dapat ditingkatkan. Hasil-hasil penelitian dar i per gur uan tinggi khususnya mengenai teknolgi dan industri dapat didesiminasikan kepada petani melalui pelatihan ataupun penyuluhan.

Daya saing sangat er at kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidangnya dan mepunyai sikap yang pr ofessional. Dihar apkan sumber daya manusia yang ber kualitas dapat mengolah sumber daya alam menjadi pr oduk pr imer yang ber daya saing


(49)

37

tinggi. Di negar a yang maju ada hubungan antar a kualitas manusia dengan kenaikan pendapatan , namun di negar a kita hubungan ini belum jelas dan tidak ter str uktur , namun ukur an yang digunakan adalah menggunakan Index HDI yang mer upakan gabungan antara par ameter tingkat pendapatan, pendidikan dan harapan hidup. Dengan adanya per ubahan dar i agr ar is menjadi industri maka ter jadi peningkatan tenaga ker ja yang semula 63,8 juta menjadi 84,2 juta (sensus penduduk 1985-1995)

Hal lain yang membuat daya saing kita masih ber ada pada per ingkat yang lemah adalah dunia pendidikan yang mer upakan mesin pengger ak untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masih mengalami ber bagai masalah. Mahalnya biaya pendidikan atau kita sebut mendidik itu ber investasi; bukan saja didapati pada lembaga pendidikan swasta belaka namun juga pada lembaga pendidikan neger i.

Selain itu kur ikulum ber basis kompetensi masih belum optimal dilaksanakan baik mulai dar i Sekolah Dasar ; Sekolah Mengah Umum; Sekolah Menengah Atas maupun t ingkat Per gur uan Tinggi. Memang semua kendala-kendala di atas tidaklah mudah penyelesaiannya atau dengan per kataan lain tidak semudah membalik telapak tangan; kadang-kadang ter fikir pula dar i mana har us mulai; jaw abannya adalah har us diselesaikan secar a kompr ehensif dan ter integr asi; dan selalu belajar dari negar a industr i maju yang telah menggunakan teknologi ber basis sumber daya komoditi unggulan di suatu daer ah.

Mar tosudir jo (2005), ber pendapat bahw a per masalahan yang terjadi bila pener apan teknologi menuju agr oindustr i menggunakan unggulan daer ah adalah:

1. Belum ter tanganinya potensi unggulan daer ah di bidang agr obase r esour ces indust r ies ser ta belum siapnya masyar akat menghadapi er a


(50)

38

industr i ker akyatan dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna untuk memenuhi per mintaan global dengan menggunakan bahan baku lokal;

2. Kur angnya masukan teknologi produk dalam pengolahan, ser ta kemasan agar dapat memasuki pasar yang lebih luas maupun pasar global ;dan

3. Belum ter capainya kualitas pr oduk yang memenuhi standar pemasar an baik dalam neger i maupun luar neger i.


(51)

39

BAB IV. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNTUK MEMACU AGROINDUSTRI BERBASIS KEUNGGULAN KOMODITI DAERAH

Konsepsi kemandir ian lokal member i peluang dan kompetensi kepada w ilayah / daer ah untuk mengatasi masalah pangan ber dasar kan potensi dan kar akter istik, yang sekaligus akan menciptakan keseimbangan antar a keper luan pangan untuk memenuhi pangan dan gizi keluar ga. Pangan lokal sangat potensial untuk dikaji secar a intensif sebagai bahan pangan dalam kegiatan agr oindustri. Menur ut Suar ni (2003) beber apa bahan pangan lokal seper ti sagu, ber as, jagung, ubi jalar , ubi kayu, talas dan pisang sangat ber potensi sebagai sumber kar bohidr at, namun pemanfaatannya r elatif ter tinggal dibandingkan dengan bahan pangan sumber kar bohidrat yang ber asal dar i ser ealia dan umbi-umbian. Bahan pangan labu kuning dan sukun mempunyai kandungan air ber kisar antar a 70 sampai 90%, namun kaya akan vitamin dan miner al. Pengembangan pangan lokal potensial di daer ah-daer ah atau komoditas unggulan daer ah memer lukan model inkubator agr ibisnis agar dapat dikembangkan pada tar af agr oindustri. Penyebar an teknologi per tanian di suatu wilayah untuk masyarakat sasar an akan diaw ali oleh adanya suatu kebutuhan masyar akat. Inovasi teknologi yang dikenalkan seyogyanya dapat membantu memecahkan penyelesaian masalah yang dihadapi. Teknologi per tanian tidak akan mempunyai ar ti apabila tidak dimanfaatkan oleh masyar akat; agar teknologi ter sebut dapat diter ima maka pr oses difusi dan adopsi teknologi yang dikenalkan haruslah ber jalan baik. Selayaknyalah pengetahuan teknologi bagi setiap komoditas yang akan dikembangkan mulai dar i teknologi pr a panen ; teknologi panen dan teknologi pasca panen dapat dikuasai oleh par a petani dalam mengelola komoditas per taniannya.


(52)

40

Agr oindustri adalah bagian dar i salah satu sub sistem agr ibisnis yang memper oleh dan mentr ansfor masikan bahan-bahan hasil per tanian menjadi bahan setengah jadi yang langsung dikonsumsi (Gumbir a Sa’id dan Intan, 2004 dalam Pur nomo 2011).

Agr oindustri telah ter bukti sebagai tulang punggung per ekonomian Indonesia yang dapat ber tahan selama masa kr itis yang dialami bangsa kita. Sebagai negar a agr ar is, Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar dalam pengembangan agr oindustri. Sumber daya alam yang ber limpah, sumber daya manusia yang memadai namun belum optimal, pener apan teknologi per tanian yang tidak ter lalu r umit, dan pasar yang ter buka lebar mer upakan keunggulan kompar atif yang dimiliki negar a Indonesia untuk menjadi negar a ter kemuka dalam menghasilkan pr oduk-pr oduk agr oindustr i.

4.1.Revitalisasi Teknologi Industr i Pertanian Memacu Agroindustr i

Tan (2002) ber pendapat bahw a agr oindustr i mer upakan bagian dar i industr ialisasi sementar a kombinasi antar a agr oindustr i dan agr ibisnis disebut industr ialisasi. Agr oindustri lebih ter kait dengan t eknologi pr oduk, sedangkan agr ibisnis lebih terfokus dan banyak ber hubungan dengan aspek pemasar an. Agr oindustri selayaknya mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing pr oduk per tanian sehingga mampu mendukung per tumbuhan ekonomi dan dapat menjadi per luasan lapangan kerja. Agr oindustri dapat pula menciptakan kemandirian industr i bila implementasinya mer upakan keter paduan antar a teknologi dengan pasar per tanian ter kait, baik yang ber sifat padat kar ya, semi padat kar ya, semi padat modal dan padat modal. Komoditas per tanian yang ber nafaskan industr i agr o selayaknya menggunakan sistem per tanian yang


(53)

41

menggunakan pr oduk pertanian dengan tujuan ekonomis dan diusahakan secar a ber kesinambungan ser ta menghasilkan pr oduk yang dapat diekspor ke luar daer ah maupun ke luar neger i. Gambar 2 ber ikut ini mer upakan diagr am alir pr oses agr oindustr i. Diagr am alir ini menunjukkan bahw a masalah masih menjadi patokan utama dar i pr oses agr oindustri.

Gambar 2. Diagram Alir Proses Agroindustri

Gambar 2 menunjukkan bahw a dalam r angka membangun pr oses agr oindustr i akan dimulai dar i per masalahan yang ada di masyar akat; contoh konkr it adalah misalnya dimulai dar i industr i hilir . Pr oduksi komoditi per tanian unggulan daer ah yang ber limpah dan hanya dapat dijual sebagai pr oduk pr imer . Masyar akat butuh penanganan komoditas per tanian ter sebut agar dapat dijual dengan nilai tambah tinggi; ber ar ti komoditas per tanian ter sebut har us diolah ter lebih dahulu sebelum dijual ke pasar an. Penanganan per lu menggunakan teknologi; sedangkan teknologi masyar akat yang ter sedia belum dapat memenuhi kebutuhan masyar akat agar mendapatkan nilai tambah tinggi. Teknologi yang bar u per lu dikembangkan; diselar askan dengan teknologi spesifik w ilayah, yang

AGROINDUSTRI M asalah

Kebutuhan M asyarakat Kebijakan Pemerintah Pasar Domestik dan Global

INPUT

Komoditas Unggulan

Daerah

Sumber Daya

M odal Investasi

Teknologi M asyarakat

PROSES

1. Pengembangan Teknologi

2. Teknologi Spesifik

W ilayah

3. Pengolahan Produk

OUTPUT

Produk Dengan Nilai


(54)

42

ar tinya teknologi yang sangat ter gantung dar i sumber daya yang ter sedia. Teknologi yang dikembangkan ini har uslah dapat memenuhi per syar atan pengolahan pr oduk komoditi per tanian agar mendapatkan nilai tambah yang tinggi. Pr oses ini disebut dengan agr oindustr i, yaitu suatu pr oses yang membangun pembenahan teknologi pengolahan ber basis komoditas unggulan daer ah. Sejalan dengan pr oses tersebut secar a par alel juga melibatkan peningkatan kualitas sumber daya manusia ser ta melibatkan lembaga per modalan. Polit ical will dar i pemer intah mengenai kebijakan per mintaan pasar gobal dan domestik akan mendor ong pengembangan agr oindustr i yang membuat kualitas pr oduk akan menjadi lebih baik. Pengembangan teknologi per tanian di Indonesia agar dapat menuju ke sektor agr oindustr i menghadapi masalah mendasar seper ti:

1. Kur angnya sumber daya manusia yang ber kualit as sebagai pelaku teknologi

2. Belum optimalnya peta kebutuhan teknologi per tanian di setiap daer ah

3. Kecilnya luas lahan petani di Indonesia (r ata-r ata 0,25 s/ d 0,4 hektar / keluar ga petani)

4. Teknologi khususnya teknologi per tanian yang cepat usang 5. Cir i masyar akat tani yang masih agr ar is tr adisional

Per tanian tangguh, moder n dan efisien akan ter capai bila komoditi unggulan daer ah diolah dengan pemanfaatan dan pener apan teknologi per tanian tepat guna atau teknologi bar u yang ter gantung dar i sumber daya yang ter sedia.


(55)

43

Revitalisasi teknologi per tanian menjadi suatu kebutuhan dimana teknologi yang dikembangkan seyogyanya diupayakan pada kemampuan menggali nilai tambah tinggi ber dasar kan potensi komoditi unggulan daer ah agar pr oses agr oindustr i dapat ter capai

Hambatan / kendala r evitalisasi teknologi per tanian dalam mendukung sektor agr oindustri ber basis komoditi unggulan daer ah adalah belum adanya/ ter sedianya pola komoditi unggulan di daer ah; minimnya sumber daya manusia yang ber kualitas dan menguasai teknologi tepat guna ser ta belum optimalnya jar ingan sumber infor masi dan lembaga masyar akat yang ter str uktur .

Str ategi pencapaian optimalisasi r evitalisasi teknologi per t anian adalah: a. Membangun sumber daya manusia pr oduktif yang kaya inovasi

b. Membentuk jar ingan sumber infor masi yang mampu menampung dan mengelola pr oses pengkayaan, penjar ingan, penyesuaian, penerapan dan pemanfaatan teknologi per t anian

c. Menghasilkan teknologi per tanian andalan yang dibutuhkan masyar akat setempat dan dapat menumbuhkan agr oindustr i

d. Membangun kemitr aan antar a dunia usaha dengan lembaga-lembaga penelitian.

Revitalisasi teknologi per tanian menuju agr oindustr i ber basis komoditi unggulan daer ah menuntut per ubahan str uktur dan kultur al yang cukup mendasar .

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka peluang untuk mendayagunakan komoditi unggulan daer ah sebagai sumber kesej ahter aan dan kemajuan bangsa menjadi semakin besar . Untuk itu per lu adanya


(1)

(2)

111

DAFTAR PUSTAKA

Air langga, H. 2004. Str ategi Clust er ing Dalam Industr ialisasi Indonesia. Pener bit ANDI. Yogyakar ta.

Akmadi Abbas. 2004. Spesifikasi Alat Teknologi Tepat Guna. Lembaga I lmu Pengetahuan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna.

Akmadi Abbas. 2010. Model Dinamik Pr oses Adopsi Teknologi Pascapanen Padi Spesifik Wilayah Jaw a Barat. Diser tasi S3. Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Padjadjar an Bandung.

Anw as, O.M. 2011. Str ategi Pemanfaatan Media Pembelajar an Dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh Per tanian. Jur nal Teknodik Vol: XV No 2, Desember 2011. Wahana Komunikasi Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Pendidikan.LIPI Bogor .

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Penggunaan TABELA Untuk Penanaman Padi Saw ah di Kendar i.

De Datta, S.K. 1981. Pr inciple and Pr act ices of Rice Pr oduct ion. John Wiley & Sons. New Yor k.

Djumali, M. dan Illah,S. 2005. Pengantar Teknologi Per tanian. Pener bit Penebar Sw adaya. Jakar ta

Habibie, B.J. 1995. Kampanye Teknologi. Kantor Menter i Riset dan Teknologi. Jakar ta

Hadi, S. 2002. Pengembangan Pendidikan Tinggi Per tanian untuk Memacu Pembangunan Agr oindustri Per tanian. Makalah Seminar Nasional: Status Dan Per kembangan Teknologi Untuk Memacu Agr oindustri Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Pr osiding Seminar ; Ker jasama antar a Pr ogr am Studi Teknik Per tanian, Fakultas Per tanian Univer sitas Andalas; Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.

Handaka. 2002. Pengembangan Agr oindustr i Ber basis Keunggulan Sumber Daya Lokal. Makalah Seminar Nasional: Status Dan Per kembangan


(3)

112

Teknologi Untuk Memacu Agr oindustri Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Pr osiding Seminar ; Ker jasama antar a Pr ogr am Studi Teknik Pertanian, Fakultas Per tanian Univer sitas Andalas , Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.

Helmi. 2002. Per spektif Sosial Ekonomi Dalam Memacu Agr oindustr i Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Makalah Seminar nasional: Status Dan Per kembangan Teknologi Untuk Memacu Agr oindustri Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah.Pr osiding Seminar Ker jasama Pr ogr am Studi Teknik Per tanian Fakultas Per tanian Univer sitas Andalas, Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.

Her i, R, 1999. Menumbuhkan Usaha Kecil di Desa Ter tinggal Melalui Pener apan Teknologi Tepat Guna Dalam Penyelenggar aan Pr ogr am Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Makalah Seminar Nasional Alih Teknologi Tepat Guna Dan Pengembangan Industri Skala Kecil Dan Menengah. Jur usan Teknologi Per tanian, Fakultas Per tanian Unpad, Jatinangor dan UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, Subang

Jacob, Nulik. Dkk. 2002. Teknologi Unggulan Spesifik Lokasi Hasil Pengkajian Per tanian. Makalah Seminar Teknologi Per tanian Spesifik Lokasi. BPTP Nusa Tenggar a Timur

Kinta, H. 1999. Usaha Pengolahan Sabut Kelapa dengan Menggunakan Teknologi Tepat Guna. Makalah Seminar Nasional Alih Teknologi Tepat Guna Dan Pengembangan Industr i Kecil Menengah. Jur usan Teknologi Per tanian, Fakultas Per tanian Unpad, Jatinangor dan UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, Subang.

Mar leen, H. dan Lies,M. 1999. Efek Imbangan Bubur cabai Mer ah, Bubur Tomat dan Bubur Ubi Ter hadap Kualitas Saus Cabai untuk Konsumsi Masyar akat. Makalah Seminar Nasional Alih Teknologi Tepat Guna dan Pengembangan Industr i Kecil Menengah. Jur usan Teknologi Per tanian, Fakultas Per tanian Unpad, Jatinangor dan UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, Subang

Mar tosudir jo,A.w . 2005. Pengembangan Usaha Sabut Kelapa. Teknologi Tepat Guna, Pengembangan dan Pemasyar akatan. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. LIPI Subang.


(4)

113

Nur pilihan, B. Dan Suzuki .1997. Pengar uh Car a Penggenangan Air Ter hadap Per tumbuhan Hasil Dan Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Padi saw ah Kultivar Membr amo Pada Sistem TABELA. Lapor an Penelitian, Fakultas Per tanian Unpad.

Nur pilihan, B. 1997. Pener apan Teknologi Tepat Guna (Peluang Dan Kendala). Makalah Seminar Nasional : Alih Teknologi Tepat Guna Dan Pengembangan Industr i Skala Kecil Menengah. Jur usan Teknologi Per tanian Fakultas Per tanian Unpad, Jatinangor dan UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI. Subang

Nur pilihan, B. dan Suzuki. (1999). Pengar uh Tinggi Penggenangan Air Padi Saw ah IR-36 Di Lahan Saw ah Babakan Siliw angi Bandung. Lapor an Penelitian Fakultas Per tanian Unpad.

Nur pilihan,B. 2001.Teknologi Pengelolaan Hemat Air Sebagai Upaya Penanggulangan Kr isis Sumber Daya Air Di Lahan Per tanian.Pidato Pengukuhan/ Or asi Ilmiah Jabatan Gur u Besar Dalam Ilmu Teknologi Per tanian Fakultas Per tanian Univer sitas Padjadjar an. Senat Univer sitas Padjadjar an 2001.

Nur pilihan, B. 2002. Reposisi Teknologi Per tanian Memacu Agroindustri Ber basis Komoditi Unggulan. Makalah Seminar Nasional: Status Dan Per kembangan Teknologi Untuk Memacu Agr oindustri Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Pr osiding Seminar ; Ker jasama antara Pr ogr am Studi Teknik Per tanian Univer sitas Andalas, Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.

Nur pilihan,B. dkk. 2008.Standar d Kompetensi Lulusan S1 Teknologi Per tanian. Depar temen Pendidikan Nasional Dir ektor at Jender al Pendidikan Tinggi. Jakar ta.

Pur nomo,D. 2011. Str ategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global. Diser tasi S3 Sekolah Pascasar jana Institut Per tanian Bogor .

Rahar di,R. 2008.Teknologi Dan Masyar akat, Pemikir an-Pemikir an Seor ang Teknolog. Pener bit CV Lubuk Agung Bandung.


(5)

114

Savitr i,D. 2005. Diseminasi Teknologi Tepat Guna. Teknologi Tepat Guna, Pengembangan Dan Pemasyar akatan . Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. LIPI Subang.

Schumer , E.F. 1987. Kecil Itu Indah. LP3ES.Yayasan Obor . Jak ar ta.

Suar ni. 2003. Pangan Lokal Potensial: Pener apan Teknologi Tepat Guna dalam Pengembangan Model Inkubator Agr obisnis Di Sulaw esi Selatan. Makalah Seminar Nasional Tahunan PERTETA. Jur usan Teknologi Per tanian Fakultas Per tanian Unpad Jatinangor . dan Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang.

Subar i, 2008. Pener apan Oper asi ir igasi untuk Budidaya Padi pada Syst em of Rice Int ensificat ion (SRI) di petak Ter sier . Jur nal Ir igasi , Vol 3, No 2 November 2008. Balai Ir igasi Bekasi.

Sufyandi,A.1999. Str ategi Per ber dayaan Usaha Industr i Kecil Melalui Pener apan Teknologi Tepat Guna. Makalah Seminar Nasional: Alih Teknologi Tepat Guna Dan Pengembangan Industr i Skala Kecil Menengah. Jur usan Teknologi Per tanian Fakultas Per tanian Univer sitas Padjadjar an, Jatinangor dan UPT Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang.

Tan,F. 2002. Str ategi Pengembangan Teknologi Agr oindustr i Ber basis Komoditi Unggulan. Makalah Seminar Nasional : Status Dan Per kembangan Teknologi Untuk Memacu Agr oindustr i Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Pr osiding Seminar ; Ker jasama antara Pr ogr am Studi Teknik Per tanian, Fakultas Per tanian Univer sitas Andalas; Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.

Umar ,H. dan Edw ar d,S. 2002. Penampilan Per akar an Tanaman Melon Yang Ber beda Posisi Jar ak Tanam Dalam Sistem Irigasi Kendi. Makalah Seminar Nasional: Status Dan Per kembangan Teknologi Untuk Memacu Agr oindustr i Ber basis Komoditi Unggulan Daer ah. Pr osiding Seminar ; Ker jasama antar a Pr ogram Studi Teknik Per tanian, Fakultas Per tanian Univer sitas Andalas, Pr ogr am Pascasar jana Univer sitas Andalas dan Per himpunan Teknik Per tanian Indonesia.


(6)

115

Wahono , S. 1995. Bioteknologi Di Indonesia Dalam Per spektif Makr o. Buku Kampanye Teknologi . Edisi Per dana Tahun 1995. Kantor Menter i Riset dan Teknologi Jakar ta.