PENDAHULUAN Pengantar Teknologi Industri Pertanian.
3
sektor per tanian ter hadap PDB. Sementar a sektor i ndustr i per lahan-lahan menjadi sektor str ategis dan dapat mengalahkan sektor per tanian. Bukti
nyata dalam keadaan ini adalah ter jadinya pengalihan fungsi lahan per tanian ke lahan industr i yang begitu cepat. Keadaan ini disebabkan
kar ena lahan saw ah mempeker jakan tenaga ker ja cukup banyak dengan hasil yang r endah sementar a sektor industr i sebaliknya. Selain itu faktor
lain yang menyebabkan sektor industri ser ing lebih unggul dibanding sektor per tanian adalah bahw a sektor industri semakin dominan
menggunakan teknologi sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat makin tinggi.
Agr oindustri yang ter dir i dar i dua kata yaitu agr o budidaya; per tanian dan industr i adalah mer upakan salah satu alter native atau jalan keluar
yang per lu dikaji untuk mengatasi nilai tambah yang sesalu r endah di sektor per tanian. Indonesia yang mempunyai sumber daya alam ber limpah
amat sangat ber peluang dalam mengembangkan agr oindustr i; bahan baku yang selalu ter sedia sepanjamg tahun, tenaga ker ja yang cukup , ser ta
menggunakan teknologi yang tidak ter lalu r umit; pasar yang ter buka lebar mer upakan keunggulan komper atif untuk menghasilkan pr oduk-pr oduk
agr oindustr i yang dapat ber saing di er a global. Kualitas pr oduk per tanian Indonesia har us dapat ber saing dengan pr oduk
per tanian negar a-negar a lainnya. Tuntutan kebutuhan masyar akat akan pengembangan teknologi khususnya teknologi per tanian demi mengolah
sumber daya yang ter sedia; akan ber dampak semakin gencar nya par a peneliti
dan masyar akat
pemer hati teknologi
per tanian untuk menghasilkan r ancang bangun teknologi tepat guna yang ber basis
keunggulan daer ah Nur pilihan, 2002. Tingginya tuntutan masyar akat atas kualitas pr oduk per tanian membuat kita untuk ter us mengembangkan
4
baik kuantitas maupun kualitas agar dapat ber saing, dan yang lebih penting lagi ialah agar pr oduk per tanian dar i negar a lain tidak masuk ke Indonesia.
Bila pr oduk per tanian dar i negar a lain dengan mudahnya masuk ke Indonesia ser ta kualitas yang tinggi dan har ga yang lebih mur ah ser ta
kontinuitas selalu ter jamin maka ini akan mer upakan ancaman khususnya bagi par a petani kita.
Ketatnya per saingan pasar bebas dalam er a globalisasi memer lukan peningkatan jumlah dan mutu peker ja dengan kemampuan baik teknis
maupun manajer ial yang ber kualitas agar menghasilkan pr oduk pertanian yang kompetitif. Teknologi cepat sekali usang sehingga sehar usnyalah
usaha pengembangan teknologi industr i per tanian ter us mener us dikembangkan agar dapat ber tahan dalam per saingan yang semakin tajam.
Dalam kondisi per saingan bebas, dimana ser buan teknologi asing akan semakin membanjir i maka selayaknyalah bahw a kebijakan industri
nasional yang selama ini lebih ber pihak pada pembangunan industr i besar yang padat modal ber alih kepada industr i kecil dan menengah di negar a
kita. Industr i besar sangat sedikit menyer ap tenaga ker ja sementar a industr i kecil dan menengah apabila dikelola dengan baik dan ter ar ah
maka akan dapat menyer ap sumber daya manusia yang ter sedia. Penguasaan, pener apan dan pemanfaatan teknologi dimaksudkan agar
masyar akat Indonesia dapat memiliki kebanggaan atas kemampuan bangsanya sendir i dalam mengembangkan teknologi khususnya teknologi
dibidang pertanian. Pengembangan teknologi akan mendukung pula per tumbuhan sektor industri dimana kegiatan industr i dapat tumbuh dan
ber kembang kar ena didukung oleh pasar dalam neger i yang kuat . Banyak faktor yang menyebabkan belum ber kembangnya agr oindustr i di
Indonesia; misalnya belum optimalnya data potensi sumber daya alam
5
yang mempunyai keunggulan komper atif di suatu daer ah; ser ta petani belum ter biasa menggunakan teknologi baik itu teknologi pr a panen;
teknologi panen dan teknologi pasca panen. Keadaan ini kemungkinan disebabkan
kar ena kur angnya pengetahuan par a petani
dalam menggunakan teknologi ter sebut. Industr i per tanian ber basis teknologi
diper lukan untuk menghasilkan pr oduk yang ber mutu dan pada gilir annya akan dapat dijual dengan har ga yang dapat ber saing baik di pasar an
domestik maupun di pasar an global. Masalah lain yang ser ing pula kita dapatkan di tingkat petani adalah
ter biasanya par a petani menjual pr oduk pr imer yaitu pr oduk yang belum diolah tanpa melibatkan teknologi pasca panen. Tentunya keadaan ini
member ikan dampak yang kur ang menguntungkan bagi petani; yaitu mendapatkan hasil jual r endah. Keadaan ini dilakukan petani kar ena
sangat terdesak akan kebutuhan sehar i-har i yang tidak dapat dihindari. Namun menur ut Handaka., dkk 2002 keadaan ini ter us ber ubah, bukti
nyatanya adalah bahw a pada tahun 1969 pangsa pasar sektor per tanian pr imer dalam PDB sekitar 40 per sen, sedangkan pada tahun 1995 hanya
tinggal 16 per sen, sementar a pangsa pasar industr i dalam PDB meningkat dar i 10 per sen tahun 1969 menjadi 23 per sen tahun 1995. Ter nyata
setelah dikaji peningkatan sektor industr i ter sebut didominasi oleh industr i hasil per tanian; ar tinya adalah bila pembangunan per tanian
semula dititik ber atkan pada pr oduksi komoditas per tanian primer , maka dengan angka di atas ter lihat bahw a telah ter jadi per geser an yang cukup
signifikan ke ar ah sektor industr i ter utama industr i pengolahan hasil di bidang per tanian.
Budaya masyar akat yang telah t er biasa dengan mengelola sistem per tanian tr adisional, untuk dir ubah kepada sistem pertanian ber budaya industr i
6
yang menggunakan teknologi tidaklah mer upakan hal yang mudah; mengingat Indonesia mer upakan bangsa yang besar dengan kepulauan
meliputi lebih dar i 15.000 lima belas r ibu pulau dan geografis yang sulit dijangkau. Selain itu pengenalan teknologi tidak har us menimbulkan
pegeser an dan konflik inter nal pada masyar akat sasar an; bila bentur an- bentur an ter jadi maka kemungkinan besar inovasi yang dikenalkan tidak
akan ber hasil atau dengan kata lain teknologi ter sebut akan ditolak. Selayaknyalah intr oduksi teknologi dimulai dari pengembangan dar i
teknologi yang t elah ada dan telah dikenal oleh masyar akat sasar an secar a tur un temur un sehingga tidak ter lalu asing bagi masyar akat. Satu hal yang
akan ter jadi bila teknologi dan industr ialisasi dikenalkan pada masyar akat, maka tidak dapat dihindar i pula akan ter jadi per ubahan budaya yang
menyesuaikan pada lingkungan masyar akat sasar an. Nur pilihan 2002 ber pendapat bahw a pendekatan agr oindustr i di suatu
daer ah akan optimal bila teknologi per tanian yang dikembangkan dapat memanfaatkan komoditi unggulan daer ah; mengundang investor baik dar i
dalam maupun dar i luar neger i dan mampu meningkatkan kemampuan pengguna teknologi per tanian ter utama dalam hal pemanfaatan dan
pener apan teknologi per tanian. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pr oses agr oindustri, untuk hal ini harus diupayakan ter jadi r evitalisasi
dalam komponen ker ja dar i PDB sektor per tanian kesektor industr i jasa.
7