Activity Based Costing System

2. Cenderung mengejar laba jangka pendek dengan mengabaikan keputusan- keputusan strategis. Keputusan strategis diperlukan oleh setiap perusahaan agar tetap survive dalam persaingan global. 3. Persaingan global yang semakin ketat disertai dengan kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang lebih berkualitas, beranekaragam, handal dan harga yang terjangkau telah mendorong perusahaan untuk mengubah strateginya. 4. Modelnya masih menggunakan klasifikasi kerangka rekening dalam struktur organisasi untuk mengumpulkan biaya-biaya sehingga menghasilkan visibilitas biaya yang tidak cukup terhadap aktivitas- aktivitas utama dan hubungan sebab akibat ekono mi diantara aktivitas- aktivitas.

F. Activity Based Costing System

1. Pengertian Activity Based Costing System Activity Based Costing System merupakan pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dasar dari pendekatan ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Terdapat beberapa pengertian Activity Based Costing System yang diungkapkan oleh para ahli manajemen biaya dalam rumusan pengertian yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya rumusan tersebut mempunyai pengertian yang sama. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian Activity Based Costing System yang diungkapkan oleh beberapa ahli, antara lain: Definisi Rayburn dan dikutip ole h Tunggal 1995:20 mengenai pengertian Activity Based Costing System sebagai berikut: “Activity Based Costing System recognize that performance of activities triggers the consumption of resources that are recorded as costs. The purpose of Activity Based Costing System is to assign cost to the transactions and activities performed in an organization, and then allocate them appropriately to product according to each product’s use of activities.” Dari definisi Rayburn dikatakan bahwa Activity Based Costing System mengakui pelaksanaan aktivitas yang dapat menimbulkan sumber daya yang dicatat sebagai biaya. Adapun tujuan dari Activity Based Costing System adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari suatu aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas dari setiap produk. Wayne J. Morse, James R. Davis, Al. L. Hartgraves Management Accouting, 1991: 605, dalam Tunggal, 1995:20 “The assigment and reassignment of costs objective on the basis of the activities that causes costs. Activity Based Costing System is based in the premise that activities causes costs and that the costs of activities should be assigned to cost objectives on the basis of the activities they consume. Activity Based Costing traces cost to product on the basis of activities used to product them.” Pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Activity Based Costing berdasarkan pada dasar pemikiran bahwa aktivitas menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Activity Based Costing menelusuri biaya ke produk dengan dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Hansen dan Mowen 2003:321 mendefinisikan Activity Based Costing System adalah: “Sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan, kemudian ke produk”. Supriyono 1994:230 mengemukakan pengertian Activity Based Costing System adalah: “Sistem yang terdiri dari dua tahap yaitu melacak biaya ke berbagai aktivitas kemudian tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk”. Dari ketiga pengertian Activity Based Costing System diatas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing System merupakan suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan, lalu membebankan biaya tersebut kepada manajer untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan pengendalian. 2. Manfaat Activity Based Costing System Supriyono, 1994:578-579 a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinannya melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam dan global. b. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead. Activity Based Costing System mengidentifikasi biaya overhead berdasarkan aktivitas yang menimbulkan biaya, sehingga biaya yang dihasilkan oleh Activity Based Costing System dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau dan mengendalikan berbagai aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan melayani konsumen. c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan. Activity Based Costing System dapat menyediakan informasi yang berkaitan dengan pembuatan produk sehingga manajemen memperoleh kemudahan dalam mendapatkan informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan. 3. Keterbatasan Activity Based Costing System Meskipun diyakini mampu menghasilkan informasi yang baik dan relevan, Activity Based Costing System juga memiliki keterbatasan- keterbatasan, antara lain: 1. Sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi berbagai macam produk yang berada di dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi ini tidak dapat selalu dipenuhi oleh setiap perusahaan, sehingga mengakibatkan sistem ini menjadi kurang ekonomis bila diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat memenuhi syarat tersebut. 2. Sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas yang lebih menekankan pada permasalahan alokasi atau pembebanan biaya-biaya manufaktur, pemasaran, penelitian dan pengembangan ternyata tidak menjelaskan bagaimana komposisi suatu produk yang dianggap paling optimal. 3. Secara konseptual penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas mempunyai kelemahan sebagai berikut: a. Beberapa biaya masih juga dialokasikan secara arbiter, misalnya pemakaian gedung, yang terdiri dari biaya sewa atau depresiasi, asuransi dan pajak bangunan. Penelusuran biaya-biaya tersebut terhadap aktivitas dan produk secara cermat masih sulit, maka ditempuh dengan alokasi biaya secara arbiter. b. Beberapa biaya, misalnya biaya depresiasi aktiva tetap masih dialokasikan berdasarkan periode waktu yang ditentukan secara arbiter. c. Penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas untuk biaya-biaya pemanufakturan mengabaikan beberapa biaya yang dapat diidentifikasikan terhadap produk tertentu dari analisa harga pokok produk. 4. Sistem harga pokok produk berbasis aktivitas tidak dapat menunjukkan biaya-biaya yang dapat dihindarkan jika suatu produk, jasa atau segmen organisasi dieliminasi. 4. Kendala dalam penerapan Activity Based Costing System a. Alokasi Walaupun data aktivitas penting diperoleh, tetapi beberapa biaya masih memerlukan alokasi biaya yang berdasarkan volume. Misalnya biaya-biaya yang berhubunga n dengan gedung biasanya mencakup biaya sewa, asuransi, dan pajak bangunan. Usaha- usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas biaya-biaya ini merupakan tindakan yang tidak praktis. b. Periode-periode akuntansi Periode waktu yang arbiter masih digunakan dalam menghitung biaya-biaya. Informasi untuk mengevaluasi perilaku biaya tersebut dapat diberikan saat siklus produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk yang memiliki siklus hidup yang lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang sementara. c. Beberapa biaya yang terabaikan Dalam menganalisa biaya produksi berdasarkan aktivitas beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya Halim, 1996:470-471.

G. Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Supriyono, 1994: 664-671: