kelompok umur di atas 40 tahun kemudahan penggunaan dari sistem informasi tidak lagi menjadi perhatian bagi mereka.
4.4. Pembahasan
Pembahasan berikut ini bertujuan menjelaskan secara teoritis dan dukungan empiris terhadap hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.15 dan analisis
pengaruhnya.
4.4.1. Literasi TIK perangkat desa tidak berpengaruh positif terhadap persepsi
kemanfaatan e-Desa.
H
01
terbukti secara empiris diterima artinya tidak terjadi pengaruh positifsignifikan antara literasi TIK terhadap kemanfaatan dari penerapan e-desa.
Dalam model teori TAM untuk memprediksi intensitas penggunaan salah satunya adalah melihat dari persepsi kemanfaatan. Dari hasil pengujian hipotesis literasi
TIK tidak berpengaruh positif terhadap kemanfaatan sehingga pernyataan hipotesis ini tidak mendukung
dengan apa yang diteliti oleh Sirait 2007 “guna mewujudkan kinerja pemerintah yang bersih dan efisien, perlu didukung oleh kemampuan
penguasaan teknologi dan komunikasi di kalangan pejabat “. Begitu juga tidak
mendukung apa yang diteliti oleh Rustam 2014 “Sehubungan kadar literasi TIK
cenderung masih belum memadai pada umumnya, maka ini berindikasi kalau para aparatur itu belum siap memerankan diri sebagai aparat yang bekerja dalam
sistem pemerintahan berbasiskan konsep governance ”. Kedua ahli tersebut
menyatakan bahwa kalangan pejabat pemerintahan harus memiliki kemampuan penguasaan TIK sehingga konsep pemerintahan berbasis elektronik dapat berjalan
dengan lancar. Hasil uji pada hipotesis H
01
ini menunjukkan bahwa memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan penguasaan TIK atau tidak bagi perangkat desa DIY, tidak memiliki pengaruh terhadap kemanfaatan dari penerapan e-desa.
Hasil pengujian H
01
juga tidak mendukung dengan keputusan kebijakan UU No 6 tahun 2014 tentang desa. Dari kebijakan UU tersebut terlihat bahwa
pemerintah indonesia saat ini sudah memutuskan mengadopsi TIK dalam layanan pemerintahan. Dari kebijakan ini terlihat pemerintah indonesia memiliki tujuan
ingin meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas dalam layanan masyarakat. Dari tujuan tersebut ada satu hal yang penting yaitu
transparansi. Lalu bagaimana transparansi akan tercapai jika perangkat desa DIY tidak memiliki kemanfaatan dari penerapan e-desa.
Dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa memiliki literasi TIK tidak ada pengaruh terhadap kemanfaatan dari penerapan e-desa. Berdasarkan temuan
peneliti di lapangan hal ini bisa disebabkan oleh kebijakan yang tidak berkelanjutan. Maksud dari kebijakan yang tidak berkelanjutan adalah sering terjadinya pergantian
sistem informasi terkait terjadinya perubahan regulasi dari pemerintah. Seperti yang peneliti temui di kabupaten Gunung Kidul, untuk sistem informasi keuangan desa
mereka sudah melakukan tiga kali pergantian sistem informasi. Setiap sistem informasi memiliki platform yang berbeda, sehingga perangkat desa perlu
penyesuian lagi. Hal ini memberikan dampak negatif terhadap kemanfaatan yang dirasakan oleh perangkat desa. Penerapan e-desa hanya digunakan sebatas waktu
tertentu saja selama regulasi pemerintah belum berubah. Ketika terjadi perubahan regulasi dari pemerintah seharusnya bukan menganti sistem informasi tetapi meng-
update sistem informasi yang sudah ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.4.2. Literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi