Pengaruh literasi teknologi informasi perangkat desa terhadap intensitas penggunaan E-Desa.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa, kemudian apakah persepsi kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-desa. Selanjutnya, apakah persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. Kerangka penelitian ini mengadopsi Technology Acceptance Model (TAM) dan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 153 orang. Data penelitian dianalisis menggunakan PLS-SEM (Partial Least Square – Structural Equation Modeling) dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi TIK perangkat desa tidak berpengaruh positif/signifikan terhadap persepsi kemanfaatan e-desa, sedangkan literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan e-desa. Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-desa. Persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. Berdasarkan hasil penelitian ini, lembaga pemerintahan desa di DIY dapat mengetahui hubungan literasi TIK terhadap penggunaan e-desa. Lembaga pemerintahan desa dapat meningkatkan intensitas penggunaan e-desa dengan memperkuat tiga aspek yaitu literasi TIK perangkat desa, kemudahan penggunaan e-desa, dan kemanfaatan e-desa.

Kata kunci : Literasi TIK, Elektronik-Desa (E-Desa), Technology Acceptance Model (TAM)


(2)

ABSTRACT

The aim of this research is to find out whether ICT literacy of village government officials will positively affects the perception about usefulness and easeness in using e-desa. At the next step, this research will find out whether perception about easeness of e-desa will positively affect the perception usefulness of e-desa. Finally, research will observe whether perception about usefulness and easeness in using e-desa will positively affect the intention of e-desa usage. This research adopted the Technology Acceptance Model (TAM) and employed proportionate stratified random sampling. Total sample were 153 people. Data were analyzed using PLS-SEM (Partial Least Square - Structural Equation Modeling) with software SmartPLS 3.0. The results show that the ICT literacy of village government officials do not give positively affect on the perception about usefulness of e-desa, while the ICT literacy of village government officials positively affect on the perception easeness of e-desa usage. The perception about easeness of e-desa positively affects on the perception about usefulness of e-desa. The perception about usefulness and easeness of e-desa positively affect on the intention of e-desa usage. Based on this result, the village government agency could find out the ICT literacy towards the intention of e-desa usage. The village government agency could increase the intention of e-desa usage by strengthening three aspects which are the ICT literacy of village government officials, the easeness of e-desa, and the usefulness of e-desa.


(3)

PENGARUH LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI PERANGKAT DESA TERHADAP INTENSITAS PENGGUNAAN E-DESA.

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh Aweng 142222208

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

ii

PENGARUH LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI PERANGKAT DESA TERHADAP INTENSITAS PENGGUNAAN E-DESA.

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh Aweng 142222208

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI PERANGKAT DESA TERHADAP INTENSITAS PENGGUNAAN E-DESA.

Oleh : Aweng 142222208

Tesis ini telah dipertahankan pada tanggal, 15 Desember 2016 Di depan Dewan Penguji yang terdiri dari:

Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D Pembimbing I

Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D

Pembimbing II

Dr. H. Herry Maridjo, M.Si Penguji Ahli I

Dr. Fransisca Ninik Yudianti, M.Acc., Q.I.A Penguji Ahli II

Telah diperbaiki dan disetujui untuk diterima

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Yogyakarta, ……….

Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma

Ketua Program Studi


(6)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

TESIS

PENGARUH LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI PERANGKAT DESA TERHADAP INTENSITAS PENGGUNAAN E-DESA.

Diajukan oleh Aweng 142222208

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D Pembimbing I

Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D


(7)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 Desember 2016


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Aweng

NIM : 142222208

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Literasi Teknologi Informasi Perangkat Desa terhadap Intensitas Penggunaan E-Desa”.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpusatakaan Unversitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau di Media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 15 Desember 2016 Yang menyatakan


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat kurnia serta segala bimbingan yang telah dilimpahkan sehingga penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Literasi Teknologi Informasi Perangkat Desa terhadap Intensitas Penggunaan E-Desa” dapat diselesaikan. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama berproses dalam menyelesaikan tesis ini, penulis bersyukur atas segala bentuk dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. dan Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan tesis ini.

2. Dosen-Dosen Magister Manajemen USD yang telah memberi ilmu pengetahuan dan pengalaman.

3. Seluruh Aparat Pemerintah Desa DIY yang telah memberi ijin dan data untuk penelitian dan menjadi tempat penelitian ini.

4. Orang tua yaitu Paulus Aban dan Margareta Awi atas dukungan moral, spiritual dan finansial dalam penyusunan tesis ini.

5. Seluruh teman-teman Magister Manajemen yang telah memberikan masukan dan dukungan.


(10)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

DOSEN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 6

1.6. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Desa ... 8

2.1.2. E-Desa ... 10

2.1.3. Literasi TIK ... 12

2.1.4. Technology Acceptance Model (TAM) ... 15

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

2.3. Pengembangan Hipotesis ... 30

2.4. Kerangka Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1. Desain Penelitian ... 35

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 36


(11)

ix

3.4. Instrumen Penelitian ... 43

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.6. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Identitas Responden ... 52

4.2. Pengujian Kuesioner ... 54

4.3. Analisis Data ... 56

4.3.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.3.2. Analisis Data Menggunakan PLS-SEM ... 62

4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 68

4.4. Pembahasan ... 75

4.4.1. Literasi TIK perangkat desa tidak berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-Desa. ... 75

4.4.2. Literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan e-Desa. ... 77

4.4.3. Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-desa. ... 78

4.4.4. Persepsi kemanfaatan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. ... 79

4.4.5. Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan... 81

5.2. Keterbatasan ... 83

5.3. Implikasi ... 84

5.3.1. Implikasi Akademis... 84

5.3.2. Implikasi Manajerial ... 84

5.4. Saran ... 86

DAFTAR REFERENSI ... 88


(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Progres kronologi TAM (ariff et al., 2013) ... 20

Tabel 2. 2. Penelitian terdahulu... 26

Tabel 3. 1. Definisi operasional variabel penelitian ... 36

Tabel 3. 2. Data desa di diy 2016 ... 37

Tabel 3. 3. Sampel desa di kabupaten kulonprogo... 40

Tabel 3. 4. Sampel desa di kabupaten bantul ... 40

Tabel 3. 5. Sampel desa di kabupaten gunung kidul ... 41

Tabel 3. 6. Sampel desa di kabupaten sleman ... 42

Tabel 3. 7. Tingkat keandalan cronbach’s alpha ... 44

Tabel 3. 8. Skala likert pernyataan positif menurut sugiyono (2010) ... 45

Tabel 3. 9. Keterangan simbol ... 48

Tabel 4. 1. Tingkat pengembalian kuesioner ... 52

Tabel 4. 2. Identitas responden berdasarkan umur ... 53

Tabel 4. 3. Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 53

Tabel 4. 4. Hasil uji validitas ... 54

Tabel 4. 5. Hasil uji reliabilitas ... 56

Tabel 4. 6. Hasil analisis statistik deskriptif ... 56

Tabel 4. 7. Outer loading ... 62

Tabel 4. 8. Average variance extracted ... 63

Tabel 4. 9. Average variance extracted setelah dieliminasi ... 63

Tabel 4. 10. Outer loading setelah eliminasi ... 64

Tabel 4. 11. Cross loading ... 65

Tabel 4. 12. Composite reliability ... 66

Tabel 4. 13. Cronbach's alpha ... 66

Tabel 4. 14. R-square ... 67

Tabel 4. 15. Uji statistik hipotesis nol ... 69

Tabel 4. 16. Hasil analsis jalur ... 71

Tabel 4. 17. Hasil analisis jalur kelompok pendidikan ... 72


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Unsur-unsur e-government (Purnawingwulan et al., 2015) ... 11

Gambar 2. 2. Indikator analisis TAM (Davis, 1989) ... 17

Gambar 2. 3. Final indikator analisis TAM (Davis, 1989) ... 18

Gambar 2. 4. Final model TAM (Davis, 1996) ... 19

Gambar 2. 5. Modifikasi model TAM oleh Chuttur (2009) & Gathani (2001) .... 22

Gambar 2. 6. Modifikasi model TAM oleh Liu et al., (2010) ... 22

Gambar 2. 7. Modifikasi TAM oleh Teo et al., (2008) ... 23

Gambar 2. 8. Modifikasi model TAM yang digunakan dalam penelitian ini. ... 23

Gambar 2. 9. Kerangka penelitian adopsi dari model TAM ... 34

Gambar 3. 1. Garis kontinum menurut Sugiyono (2009)... 46

Gambar 3. 2. Model diagram jalur partial least square ... 47


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 91 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ... 94 Lampiran 3. Rekapitulasi Kuesioner ... 100


(15)

xiii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa, kemudian apakah persepsi kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-desa. Selanjutnya, apakah persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. Kerangka penelitian ini mengadopsi Technology Acceptance Model (TAM) dan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 153 orang. Data penelitian dianalisis menggunakan PLS-SEM (Partial Least Square – Structural Equation Modeling) dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi TIK perangkat desa tidak berpengaruh positif/signifikan terhadap persepsi kemanfaatan e-desa, sedangkan literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan e-desa. Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan e-desa. Persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa. Berdasarkan hasil penelitian ini, lembaga pemerintahan desa di DIY dapat mengetahui hubungan literasi TIK terhadap penggunaan e-desa. Lembaga pemerintahan desa dapat meningkatkan intensitas penggunaan e-desa dengan memperkuat tiga aspek yaitu literasi TIK perangkat desa, kemudahan penggunaan e-desa, dan kemanfaatan e-desa.

Kata kunci : Literasi TIK, Elektronik-Desa (E-Desa), Technology Acceptance Model (TAM)


(16)

xiv ABSTRACT

The aim of this research is to find out whether ICT literacy of village government officials will positively affects the perception about usefulness and easeness in using e-desa. At the next step, this research will find out whether perception about easeness of e-desa will positively affect the perception usefulness of e-desa. Finally, research will observe whether perception about usefulness and easeness in using e-desa will positively affect the intention of e-desa usage. This research adopted the Technology Acceptance Model (TAM) and employed proportionate stratified random sampling. Total sample were 153 people. Data were analyzed using PLS-SEM (Partial Least Square - Structural Equation Modeling) with software SmartPLS 3.0. The results show that the ICT literacy of village government officials do not give positively affect on the perception about usefulness of e-desa, while the ICT literacy of village government officials positively affect on the perception easeness of e-desa usage. The perception about easeness of e-desa positively affects on the perception about usefulness of e-desa. The perception about usefulness and easeness of e-desa positively affect on the intention of e-desa usage. Based on this result, the village government agency could find out the ICT literacy towards the intention of e-desa usage. The village government agency could increase the intention of e-desa usage by strengthening three aspects which are the ICT literacy of village government officials, the easeness of e-desa, and the usefulness of e-desa.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan apa yang diteliti, mengapa hal tersebut diteliti dan untuk apa diteliti.

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan bagi masyarakat Indonesia. Dengan TIK masyarakat lebih mudah mengakses berbagai informasi dan menunjang pekerjaan (Syarifuddin, 2014). Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk digital (Kadir, 2014). Perubahan yang telah terlihat di Indonesia adalah terjadinya inovasi dalam manajemen pelayanan pemerintahan dengan mengintegrasikan teknologi informasi berbasis internet (e-government). Penerapan e-government merupakan proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien (Sosiawan, 2008). Menurut Sancoko (2011) kualitas pelayanan publik di Indonesia sampai saat ini secara umum masih belum baik, perlu dilakukan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, menurut Wardiningsih (2012) penerapan teknologi informasi dapat memberikan peningkatan pada kinerja pelayanan publik terutama kepada masyarakat.

Peningkatan pelayanan publik tidak terlepas dari tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Karena hal ini pemerintah


(18)

menghadirkan kebijakan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan sistem informasi desa (e-desa) dan pembangunan kawasan perdesaan. Desa elektronik (Electronic Desa) adalah sebuah sistem yang didasarkan pada teknologi informasi untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan desa dan e-desa merupakan salah satu wujud dari penerapan e-government khususnya di pemerintahan desa.

Kebijakan UU Desa di atas hadir karena pemerintah menerapkan strategi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Strategi Indonesia saat ini yaitu membangun negaranya dari pinggiran. Hal ini dimaksud untuk memperkuat daerah-daerah dan desa, dengan salah satu wujudnya mengalokasikan sekian dana untuk setiap desa. Dana desa ini membawa potensi untuk setiap desa berkembang, tetapi juga membawa banyak persoalan seperti korupsi (dana salah sasaran, penyelewengan pembukuan, salah prosedur, dan susah dimonitor). Menurut Rahman (2012) penyebab korupsi ditingkat desa karena kurangnya pengawasan dan keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Sistem informasi desa (e-Desa) hadir untuk menjawab persoalan ini.

Ketika pemerintahan desa menerapkan teknologi canggih, kompetensi atau pengetahuan tentang TIK yang dimiliki oleh perangkat desa tentu menjadi salah satu penentu keberhasilan. Siapa perangkat desa? Perangkat Desa adalah sekretaris desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis yang bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya (UU RI No.6 Tahun 2014). Kompetensi atau pengetahuan TIK lebih dikenal dengan istilah Literasi TIK


(19)

(ICT Literacy). Menurut Siswanto (2012) Literasi TIK adalah kombinasi kemampuan intelektual, konsep-konsep yang mendasar dan kemampuan terkini yang harus dimiliki seseorang agar mampu menggunakan informasi dan berkomunikasi secara efektif. Dan ada 4 aspek membangun Literasi TIK yaitu literasi informasi, literasi komputer, literasi digital dan literasi internet.

Literasi TIK penting dimiliki oleh perangkat desa karena merekalah yang akan menerapkan dan mengoperasikan e-Desa. Menurut Sirait (2007) tujuan pemerintah mengaplikasikan e-government guna mewujudkan kinerja pemerintah yang bersih dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu didukung oleh kemampuan penguasaan TIK di kalangan pejabat pemerintah itu sendiri. Hal serupa juga disampaikan oleh Purnawingwulan, Dewi, & Irawan (2015) yang menyatakan bahwa perlunya pendidikan dan pelatihan TIK untuk meningkatkan literasi TIK masyarakat desa. Demikian juga dengan Praditya (2014) menyatakan bahwa proses pelayanan publik melalui situs web di pemerintahan desa sudah seharusnya difasilitasi dengan dukungan sumber daya TIK dan sumber daya manusia yang dimiliki.Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah Literasi TIK yang dimiliki perangkat desa berpengaruh signifikan terhadap intensitas penggunaan e-Desa.

Supaya penelitian ini mempunyai landasan teori yang kuat, peneliti akan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). TAM adalah sebuah model yang menjelaskan perilaku individu dalam penerimaan teknologi informasi. Menurut Davis (1989) ada 2 faktor utama pada TAM yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use)


(20)

yang keduanya memiliki hubungan untuk memprediksi intensitas perilaku penggunaan sistem informasi. Persepsi kemanfaatan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja pengguna tersebut. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem informasi dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri (Laihad, 2013).

TAM yang dikembangkan oleh Davis (1989) memiliki beberapa variabel yang saling mempengaruhi. Variabel eksternal mempengaruhi variabel persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan. Persepsi kemudahaan penggunaan mempengaruh terhadap persepsi manfaat. Kemudian variabel persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi intensitas perilaku penggunaan. Menurut Fatmawati (2015) variabel eksternal dapat diganti dan disesuaikan dengan obyek dan topik penelitian. Dalam penelitian ini literasi TIK menjadi variabel eksternalnya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1. Apakah literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap kemanfaatan dan kemudahaan penggunaan e-desa.

1.2.2. Apakah kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap kemanfaatan.


(21)

1.2.3. Apakah kemanfaatan dan kemudahaan penggunaan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas penggunaan e-desa.

Terdapat 4 variabel utama yang akan digunakan yaitu 1) literasi TIK 2) persepsi kemanfaatan 3) persepsi kemudahaan penggunaan 4) intensitas penggunaan. Dalam mengukur tingkat literasi TIK akan dilihat dari 3 aspek yaitu literasi informasi, literasi komputer, dan literasi internet. Sedangkan untuk untuk mengukur persepsi kemanfaatan, kemudahan penggunaan, dan Intensitas penggunaan akan menggunakan indikator yang dikembangkan dalam teori TAM. 1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah literasi TIK perangkat desa memiliki pengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa, persepsi kemudahaan penggunaan e-desa memiliki pengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan. Dan kemudian apakah persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku penggunaan e-desa.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.4.1. Praktis

Memberikan sumbangan ide-ide dan masukan serta bahan pemikiran bagi pemerintah daerah dan lembaga lainnya yang terkait pemberdayaan desa dalam kebijakan penerapan TIK di pemerintahan desa.


(22)

Sebagai dokumentasi tertulis mengenai pengaruh literasi TIK terhadap intensitas penggunaan e-desa dan perkembangannya sampai saat ini.

1.5.Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian hanya di desa Daerah Istiwewa Yogyakarta yang sudah menerapkan e-Desa.

1.6.Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari 3 bagian yaitu : 1.6.1. Bagian Awal

Bagian awal mencakup: sampul tesis, halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, arti simbol dan singkatan, dan abstrak.

1.6.2. Bagian Utama Bab I. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan apa yang diteliti, mengapa hal tersebut diteliti dan untuk apa diteliti. Bab ini mencakup: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan referensi teori yang digunakan untuk memperkuat penelitian, hipotesis dan kerangka penelitian. Bab ini mencakup: tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, hipotesis, dan kerangka penelitian.

Bab III. Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan kepada pembaca bagaimana peneliti akan mendeskripsikan langkah-langkah atau cara menjawab permasalahan yang


(23)

diteliti. Bab ini mencakup: desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memaparkan hasil analisis yang dilakukan peneliti dan pembahasan hasil. Bab ini mencakup: deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini memberikan informasi kesimpulan dan saran yang dirangkum oleh peneliti dari hasil penelitian. Bab ini mencakup: kesimpulan, keterbatasan, implikasi, dan saran.

1.6.3. Bagian Akhir

Bagian akhir ini berisi tentang daftar acuan yang digunakan peneliti dan data-data pendukung penelitian. Bagian ini mencakup daftar pustaka dan lampiran.


(24)

8 BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan referensi teori yang digunakan untuk memperkuat penelitian, hipotesis dan kerangka penelitian.

2.1.Landasan Teori 2.1.1.Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat (UU RI No.6 Thn 2014). Menurut Rasyid, Musa, & Latare (2015) Desa diartikan dalam dua jenis komunitas, yaitu komunitas besar (kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil (desa, rukun tetangga dan sebagainya). Maka Desa adalah komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat.

Landis (1948) mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa adalah lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa adalah lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa adalah lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian.

Sedangkan menurut Tempoh (2013)Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul


(25)

dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara.

Dari beberapa definisi desa diatas peneliti simpulkan bahwa Desa adalah komunitas kecil yang menetap disuatu tempat yang memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Serta memiliki batas wilayah dan berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan untuk kepentingan masyarakat setempat.

2.1.1.1. Pemerintahan Desa

Menurut Mariani (2014) dan UU RI No.6 Thn 2014 Pemerintahan Desa adalah seperangkat orang-orang yang menyelenggarakan urusan kepentingan masyarakat yang diselenggarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa berserta para pembantunya (perangkat desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan keluar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan.

2.1.1.2. Perangkat Desa

Menurut Widjaja (2003) Perangkat Desa terdiri atas:

2.1.1.2.1. Unsur staf, yaitu unsur pelayanan seperti Sekretaris desa dan Perangkat Tata usaha.

2.1.1.2.2. Unsur Pelaksana, yaitu pelaksana teknis lapangan seperti Urusan Pamong tani Desa dan Urusan Keagamaan. 2.1.1.2.3. Unsur wilayah, yaitu unsur pembantu Kepala Desa di

wilayah bagian Desa seperti Kepala Dusun.

Menurut UU RI No.6 Thn 2014 Perangkat Desa adalah orang-orang yang bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangannya. Perangkat desa terdiri dari (1) sekretaris Desa, (2)


(26)

pelaksana kewilayahan; dan (3) pelaksana teknis. Sedangkan menurut Mariani (2014) perangkat desa terdiri dari kepala desa, lembaga pemusyawarah desa, sekretaris desa, kepala dusun, dan kepala-kepala urusan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, pelaksana kewilayahan (kepala dusun), dan pelaksana teknis (kepala-kepala urusan). Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

2.1.2.E-Desa

Pengertian e-desa tidak jauh berbeda dengan e-government. E-government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Ada 2 hal utama dalam pengertian e-government, pertama adalah penggunaan teknologi informasi & komunikasi (TIK) sebagai alat bantu dan kedua adalah tujuan pemanfaatannya sehingga jalannya pemerintahan dapat lebih efisien (Sosiawan, 2008). Sedangkan menurut Departemen Komunikasi dan Informatika Indonesia, e-government sebagai penyelenggaran pemerintahan berbasis elektronik untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait lainnya menuju good government (pemerintahan yang bersih).

e-desa merupakan salah satu wujud dari kebijakan pemerintah dalam penerapan e-government di pemerintahan desa. Penerapan e-government oleh pemerintah tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan e-government sebagai berikut:


(27)

2.1.2.1. Terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintahan.

2.1.2.2. Melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini.

2.1.2.3. Menunjang good governance dan keterbukaan. 2.1.2.4. Meningkatkan pendapatan asli daerah

Dalam penerapan e-government ada unsur-unsur yang dipenuhi, menurut Purnawingwulan et al., (2015) ada 3 unsur yaitu alat, tujuan, dan obyek.

Gambar 2. 1. Unsur-unsur e-government (Purnawingwulan et al., 2015) Dilihat dari definisi dan unsur penerapan e-government, peneliti menyimpulkan bahwa e-desa adalah sebuah sistem yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntibilitas layanan pemerintah desa.

Berdasarkan hasil prasurvei di lapangan di pemerintahan desa DIY, peneliti menyimpulkan ada beberapa jenis e-desa yang sudah diterapkan yaitu

alat

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

tujuan

untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas

obyek


(28)

sistem informasi keuangan desa, sistem informasi desa, sistem informasi profil desa, dan sistem informasi administrasi penduduk. Dari beberapa jenis e-desa tersebut hanya sistem informasi keuangan desa yang diterapkan secara menyeluruh artinya semua desa diwajibkan dan harus menggunakan sistem informasi keuangan desa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti lebih fokus membahas penggunaan sistem informasi keuangan desa oleh perangkat desa.

2.1.3.Literasi TIK

Menurut Sirait (2007) salah satu tahap awal yang diperlukan dalam pengembangan e-government adalah tingkat literasi TIK, baik pada SDM pengelola e-government, pejabat pemerintah, maupun masyarakat luas sebagai konsumen e-government. Hal serupa juga disampaikan oleh Purnawingwulan et al., (2015) bahwa dalam penerapan e-government unsur pertama yang harus dipenuhi adalah kemampuan penggunaan TIK. Karena e-desa merupakan salah satu wujud penerapan dari e-government maka literasi TIK penting dimiliki oleh perangkat desa.

Literasi TIK terdiri dari 2 bagian kata yaitu literasi dan TIK, literasi adalah kemampuan/pengetahuan/melek. Sedangkan TIK adalah istilah yang memayungi segala peralatan dan aplikasi, antara lain: radio, television, HP, komputer, hardware dan software, sistem satellite, dan sebagainya, juga bermacam-macam aplikasi yang berkaitan dengan mereka seperti video conference dan belajar jarak jauh. TIK juga sering diperbincangkan dalam konteks yang khusus, misalnya TIK dalam bidang pendidikan, kesehatan, atau perpustakaan (Siswanto, 2012).


(29)

Menurut Sirait (2007) literasi adalah serangkaian atribut yang berkaitan dengan pemahaman, nilai-nilai, keterampilan yang dimiliki. Sedangkan literasi TIK adalah satu kombinasi dari kemampuan intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk berlayar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.

Literasi TIK sendiri secara konseptual terminologis sebenarnya merupakan sebuah variabel mayor. Variabel mayor literasi TIK berkaitan dengan alat-alat teknik yang memungkinkan orang terfasilitasi untuk bertindak informatif dan komunikatif. Sebagai variabel mayor di dalamnya terkandung variabel minor seperti literasi digital, literasi komputer, literasi informasi dan literasi internet (Rustam, 2014).

Variabel minor juga disampaikan oleh Sirait dan Siswanto (2012, 2007) untuk sampai ketahap literasi TIK ada 4 tahap yang harus ditempuh ; 1) literasi digital, 2) literasi komputer, 3) literasi informasi dan 4) literasi internet. Literasi informasi adalah kemampuan mengakses informasi dari berbagai bentuk, seperti buku, surat kabar, video, CD-ROMs, atau WEB. Literasi komputer adalah kemampuan menggunakan komputer untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau kumpulan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, nilai, dan hubungan yang mengizinkan seseorang berfungsi sebagai warga negara yang produktif dalam masyarakat yang berkiblat pada komputer. Literasi digital adalah kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika disajikan melalui alat digital. Dan Literasi internet adalah kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan


(30)

praktis mengenai internet sebagai satu media komunikasi dan informasi retrieval.

Setelah mengetahui apa itu Literasi TIK dan apa saja tahapan yang harus dipenuhi, maka selanjutnya sangat penting untuk mengetahui bagaimana mengukur tingkat literasi TIK yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Syarifuddin (2014) untuk mengetahui literasi masyarakat terhadap TIK dapat dilakukan dari tingkat pengetahuan, pengalaman, penggunaan, dan tujuan menggunakan TIK.

Dalam penelitian ini untuk mengukur literasi TIK perangkat desa akan dilihat dari 3 aspek literasi TIK yaitu literasi informasi, literasi komputer, dan literasi internet dari segi persepsi penggunaan. Peneliti tidak mengukur secara riil dari segi pengetahuan, pengalaman, penggunaan (praktik menggunakan), dan tujuan karena mempertimbangkan waktu untuk mengumpulkan data yang cukup lama. Terutama subjek dari penelitian ini adalah perangkat desa (lebih dari satu desa) yang letak keberadaan desanya menyebar dari satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu untuk mengukur literasi TIK perangkat desa peneliti akan mengikuti metode yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut.

2.1.3.1. Literasi Informasi

Untuk mengukur literasi informasi dari perangkat desa peneliti menggunakan aspek menurut frekuensi penggunaan media/produk TIK (Telepon Sellular, Komputer, Internet, TV, Radio, Surat Kabar/Majalah, Buku) dalam seminggu (Sirait, 2007).


(31)

Untuk mengukur literasi komputer peneliti dari perangkat desa peneliti menggunakan aspek menurut frekuensi peruntukkan dalam penggunaan komputer ( mengetik, mengolah data, multimedia, game ) (Sirait, 2007).

2.1.3.3. Literasi Internet.

Untuk mengukur literasi internet dari perangkat desa peneliti akan menggunakan aspek yang digunakan oleh Sirait dan Rustam (2007, 2014) yaitu 1) menurut tingkat keseringan mencari informasi di internet. 2) menurut tingkat keseringan menggunakan e-mail. 2.1.4.Technology Acceptance Model (TAM)

Menurut Fatmawati (2015) sebelum model TAM muncul, ada teori yang dikenal dengan nama Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada tahun 1980. Penekanan TRA waktu itu ada pada sikap yang ditinjau dari sudut pandang psikologi. Prinsipnya yaitu: menentukan bagaimana mengukur komponen sikap perilaku yang relevan, membedakan antara keyakinan ataupun sikap, dan menentukan rangsangan eksternal. Sehingga dengan model TRA menyebabkan reaksi dan persepsi pengguna terhadap sistem informasi akan menentukan sikap dan perilaku pengguna tersebut.

Selanjutnya pada tahun 1986 Davis melakukan penelitian disertasi dengan mengadaptasi TRA tersebut. Lalu pada tahun 1989 Davis mempublikasikan hasil penelitian disertasinya pada jurnal MIS Quarterly, sehingga memunculkan teori TAM dengan penekanan pada persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease


(32)

of use) yang memiliki hubungan untuk memprediksi sikap dalam menggunakan sistem informasi. Menurut Laihad (2013) persepsi kemanfaatan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan sistem informasi maka dapat meningkatkan kinerja pengguna tersebut. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem informasi dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri.

Menurut Davis, Bagozzi, & Warshaw (1989) TAM adalah model yang memberikan penjelasan tentang faktor apa saja yang menentukan penerimaan teknologi yang mampu menjelaskan perilaku penggunanya. Davis menggunakan sebanyak 14 ukuran (initial scale items) sebagai indikator yang ada dalam persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan. Selanjutnya memulai dengan study ke-1 yang merupakan uji coba awal atau studi pra test untuk mengetahui reliabilitas maupun validitas. Kemudian diperoleh hasil berupa 10 macam indikator. Mengenai apa saja indikatornya seperti pada gambar 2.2 berikut:


(33)

Gambar 2. 2. Indikator analisis TAM (Davis, 1989)

Selanjutnya pada study ke-2, Davis melakukan uji coba model dengan memperkecil indikator sehingga menjadi lebih baik dan lebih praktis. Analisis yang dilakukan dengan menghitung korelasi persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan. Mengenai indikator tersebut seperti pada gambar 2.3 berikut:

Persepsi Kemanfaatan Persepsi Kemudahaan

Penggunaan Indikator:

1. Kualitas kerja (Quality of

work)

2. Kontrol atas pekerjaan (Control over work) 3. Mempercepat pekerjaan

(Work more quickly) 4. Kritis terhadap pekerjaan

(Critical to my job)

5. Meningkatkan produktivitas (Increase productivity) 6. Kinerja pekerjaan (Job

performance)

7. Menyelesaikan banyak pekerjaan (Accomplish more

work)

8. Efektivitas (Effectiveness) 9. Mempermudah pekerjaan

(Makes job easy) 10. Bermanfaat (Useful)

Indikator:

1. Cumbersome

2. Mudah dipelajari (Ease of

learning)

3. Tidak membuat frustasi (Frustrating)

4. Dapat dikontrol (Controllable)

5. Tidak kaku dan fleksibel (Rigid & inflexible) 6. Mudah untuk diingat (Ease

of membering)

7. Usaha mental (Mental effort) 8. Dapat dipahami

(Understandable)

9. Upaya untuk trampil (Effort

to skillfull)

10. Mudah digunakan (Easy to

use)

Study 1: Indikator analisis faktor persepsi kemanfaatan dan persepsi


(34)

Gambar 2. 3. Final Indikator analisis TAM (Davis, 1989) Davis mengemukankan bahwa faktor kemudahan penggunaan sistem informasi memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor kebermanfaatan. Logikanya bagaimana bisa bermanfaat untuk pengguna kalau sistem informasinya saja sulit digunakan atau tidak mudah penggunaannya. Berikut ini pada gambar 2.4 bentuk asli model TAM yang diajukan oleh Davis.

Persepsi Kemanfaatan Persepsi Kemudahaan

Penggunaan Indikator:

1. Mempercepat pekerjaan (Work more quickly) 2. Meningkatkan kinerja

(Improve job performance) 3. Meningkatkan produktivitas

(Increase productivity) 4. Efektivitas (Effectiveness) 5. Mempermudah pekerjaan

(Makes job easy) 6. Bermanfaat (Useful)

Indikator:

1. Mudah dipelajari (Ease of

learning)

2. Dapat dikontrol (Controllable)

3. Jelas & dapat dipahami (Clear & Understandable) 4. Fleksibel (flexible)

5. Mudah untuk menjadi trampil/mahir (Easy to

become skillfull)

6. Mudah digunakan (Easy to

use)

Study 2: Indikator analisis faktor persepsi kemanfaatan dan persepsi


(35)

Gambar 2. 4. Final Model TAM (Davis, 1996)

Progres kronologi TAM dijelaskan dengan sangat rinci oleh Ariff et al., (2013) seperti pada tabel 2.1 berikut:


(36)

Tabel 2. 1. Progres Kronologi TAM (Ariff et al., 2013)

Versi TAM Penulis, Tahun Dimensi Temuan

TAM Asli Davis,1986 1. Persepsi kemudahan penggunaan 2. Persepsi kemanfaatan

3. Sikap terhadap penggunaan 4. Penggunaan sistem secara aktual

1. Korelasi positif antara skala dan self-predicted penggunaan masa depan.

2. Intensitas perilaku penggunaan seharusnya dimasukkan Modifikasi Pertama TAM Davis, Bagozzi, & Warshaw. 1989

1. Variabel eksternal 2. Persepsi kemanfaatan

3. Persepsi kemudahan penggunaan 4. Sikap terhadap penggunaan 5. Intensitas perilaku penggunaan 6. Penggunaan sistem secara aktual

1. Persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh langsung terhadap intensitas perilaku penggunaan

2. Mengeliminasi sikap terhadap penggunaan

Versi Final TAM

Venkatesh and Davis, 1996

1. Variabel eksternal 2. Persepsi kemanfaatan

3. Persepsi kemudahan penggunaan 4. Intensitas perilaku penggunaan 5. Penggunaan sistem secara aktual

1. Menghapus sikap terhadap penggunaan

menghilangkan pengaruh langsung dari karakteristik sistem terhadap sikap

2. Perlu diperluas model untuk memasukkan variabel lain seperti norma subjektif, motivasi ekstrinsik, playfulness dan sebagainya.

TAM 2 (Extended)

Venkatesh and Davis, 2000

1. Norma subjektif 2. Image

3. Relevansi Pekerjaan 4. Kualitas hasil

5. Result demonstrability 6. Pengalaman

7. Sukarela

8. Persepsi kemanfaatan

9. Persepsi kemudahan penggunaan 10. Intensitas perilaku penggunaan

1. Dihasilkan model yang baik dalam dimensi sukarela dan mandatory environment kecuali norma subjektif 2. Kritik untuk TAM

Metodologi yang digunakan untuk pengujian model TAM, variabel dan hubungan yang ada dalam model TAM, dan landasan teoritis inti yang mendasari model TAM.


(37)

Menurut Fatmawati (2015) variabel eksternal dalam model TAM dapat diganti dan disesuaikan dengan obyek dan topik penelitian. Seperti yang dilakukan oleh Venkatesh, Speier, & Morris (2002)mengintegrasikan model TAM dengan memasukkan faktor intrinsik dan ekstrinsik sebagai variabel eksternal yang mempengaruhi penggunaan sistem. Faktor intrinsik dari dalam individu pengguna, sedangkan faktor ekstrinsik faktor lingkungan yang mendorong pengguna menggunakan sistem informasi.

Pada penelitian ini variabel eksternal yang digunakan adalah literasi TIK. Literasi TIK akan dianalisis terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan kemanfaatan, kemudian dari persepsi kemudahan penggunaan diprediksi akan mempengaruhi persepsi kemanfaatan. Selanjutnya persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan akan berpengaruh terhadap sikap dan intensitas perilaku penggunaan e-Desa. Setelah itu maka dapat dikatakan mempengaruhi penggunaan sistem secara aktual.

Setelah diperkenalkan oleh Davis tahun 1986, model TAM banyak di gunakan dan dikembangkan oleh para peneliti lainnya. Misalnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Venkatesh dan Davis (1996) yang dikutip oleh Chuttur (2009) dan Gahtani (2001). Memodifikasi model TAM dengan mengeliminasi variabel sikap terhadap penggunaan (attitude toward using). Kemudian menggabungkan variabel intensitas perilaku penggunaan (behavioural intention to use) dan penggunaan sistem secara aktual (actual system use) menjadi variabel penerimaan (acceptance). Perubahan model TAM tersebut seperti gambar 2.5 berikut.


(38)

Gambar 2. 5. Modifikasi Model TAM oleh Chuttur (2009) & Gathani (2001)

Liu, Meng, Yeali, David, & Chin (2010) juga memodifikasi model TAM dengan menambahkan perceived interaction dan mengeliminasi variabel pengguna sistem secara aktual dan variabel sikap terhadap penggunaan. Modifikasi tersebut seperti pada gambar 2.6 berikut.

Gambar 2. 6. Modifikasi Model TAM oleh Liu et al., (2010)

Begitu juga dengan Teo, Wong, & Chai (2008) memodifikasi model TAM dalam penelitiannya tidak memakai external variables dan actual system use, lebih jelasnya seperti gambar 2.7 berikut.

Variabel eksternal

Persepsi Interaksi Persepsi kemudahan penggunaan Persepsi kemanfaatan

Intensitas Penggunaan


(39)

Gambar 2. 7. Modifikasi TAM oleh Teo et al., (2008)

Dari beberapa modifikasi model TAM peneliti akan mengikuti model yang dimodifikasi oleh Chuttur (2009) & Ganthani (2001) dan Liu et al., (2010) dengan mengikuti bentuk asli TAM. Artinya dalam penilitian ini akan mengeliminasi variabel atttitude toward use dan actual system use. Mengapa? Karena dalam penelitian ini peneliti melihat sejauh mana pengaruh Literasi TIK terhadap persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan, dan dari kedua faktor tersebut terhadap intensitas perilaku pengguna. Tepatnya model yang digunakan dalam penelitian ini seperti gambar 2.8 berikut.

Gambar 2. 8. Modifikasi model TAM yang digunakan dalam penelitian ini.

Sikap terhadap penggunaan Persepsi

kemudahan penggunaan

Persepsi kemanfaatan

Intensitas penggunaan

Variabel eksternal

Persepsi kemanfaatan

Persepsi kemudahan penggunaan

Intensitas penggunaan


(40)

Intensitas perilaku penggunaan akan terpenuhi apabila e-desa yang digunakan oleh pengguna karena kemudahannya, sehingga e-desa tersebut memenuhi aspek dalam kemanfaatannya. Pada akhirnya secara aktual e-desa akan diterima oleh pengguna jika faktor kemudahan penggunaan dan kemanfaatan telah terpenuhi. Untuk menganalisis mengenai intensitas perilaku penggunaan e-desa dengan model TAM, beberapa variabel yang digunakan yaitu sebagai berikut:

2.1.4.1. Variabel eksternal

Variabel eksternal yang akan digunakan adalah Literasi TIK dari perangkat desa. Literasi TIK diukur dari 3 aspek yaitu literasi informasi, literasi komputer, dan literasi internet.

2.1.4.2. Persepsi Kemudahan Penggunaan.

Adalah pernyataan mengenai persepsi perangkat desa mengenai kemudahan dari penggunaan e-Desa. Hal ini bisa di ketahui dari berbagai indikator, antara lain: mudah untuk dipelajari, dapat dikontrol, jelas dan dapat dipahami operasionalnya, sistem informasi yang fleksibel, mudah untuk menjadi terampil/mahir, adanya penilaian bahwa secara umum sistem informasi e-desa tersebut mudah digunakan.

2.1.4.3. Persepsi Kemanfaatan.

Adalah pernyataan mengenai persepsi perangkat desa terhadap manfaat penerapan e-Desa. Indikatornya antara lain: mempercepat pekerjaan, meningkatkan kinerja, meningkatkan produktifitas kerja, meningkatkan efektifitas tugas, mempermudah pekerjaan, adanya


(41)

penilaian kalau sistem informasi yang digunakan bermanfaat bagi Desa bersangkutan dan pengguna.

2.1.4.4. Intensitas Penggunaan.

Adalah niat/kemauan/kehendak perangkat desa untuk menggunakan e-desa sehingga menjadi kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan e-desa tersebut. Tingkat penggunaan e-desa pada perangkat desa dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap e-Desa. Jadi ada semacam motivasi untuk menggunakan dan keinginan untuk memotivasi pengguna lainnya. Indikatornya antara lain: kognitif/cara pandang dari perangkat desa adanya ketertarikan terhadap penerapan e-Desa, afektif dengan pernyataan pengguna untuk menggunakan e-Desa, komponen yang berkaitan dengan perilaku yaitu adanya keinginan untuk tetap menggunakan e-Desa.


(42)

2.2.Penelitian Terdahulu Tabel 2. 2. Penelitian terdahulu

Peneliti Thn Judul Kesimpulan

Sirait 2007 Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Di Kalangan Pejabat Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2007

1. Tingkat literasi TIK pemerintah daerah Provinsi bengkulu masih rendah

2. Program pemerintah untuk mengaplikasikan e-government guna mewujudkan kinerja pemerintah yang bersih dan efisien, perlu didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi dan komunikasi di kalangan pejabat pemerintah itu sendiri.

Timothy Teo, Wong, & Chai

2008 A cross-cultural examination of the intention to use technology between Singaporean and Malaysian pre-service teachers: an

application of the Technology Acceptance Model (TAM)

1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan dalam penerimaan teknologi antara guru preservice Singapura dan Malaysia.

2. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam intensitas perilaku meskipun ada perbedaan yang signifikan dalam variabel eksogen (Persepsi manfaat, Persepsi kemudahan dan Computer Attitude).

Timothy Teo, Lee, Chai, & Wong

2009 Assessing the intention to use technology among pre-service teachers in Singapore and Malaysia: A multigroup invariance analysis of the Technology Acceptance Model (TAM)

1. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang efektivitas relatif Persepsi manfaat, Persepsi kemudahan, dan Sikap terhadap penggunaan dalam memprediksi niat untuk menggunakan teknologi dalam dunia pendidikan

2. Mengatasi kesenjangan yang diidentifikasi oleh Lee et al., (2003) yang menemukan bahwa sebagian besar studi TAM menjadi terlalu tergantung pada penggunaan sampel tunggal dan tidak mempertimbangkan perbedaan budaya.


(43)

Tabel 2. 2. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

Peneliti Thn Judul Kesimpulan

Liu, Meng, Yeali, David, & Chin

2010 Extending the TAM model to explore the factors that affect Intention to Use an Online Learning Community

1. Desain Kursus Online adalah penentu utama yang mempengaruhi Persepsi Interaksi

2. Semakin besar pengalaman belajar online pengguna, semakin kuat niat mereka untuk menggunakan komunitas belajar online. Park, Nam,

& Cha

2012 University students’ behavioral intention to use mobile

learning: Evaluating the technology acceptance model

1. Variabel yang berhubungan dengan intensitas perilaku untuk menggunakan IT dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: konteks individu, konteks sistem, konteks sosial dan konteks organisasi.

2. Temuan bahwa relevance for major memainkan peran penting dalam mempengaruhi sikap dan persepsi manfaat m-learning. Siswanto 2012 Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) Masyarakat Desa Pantai (Survai di Desa Kota Bengkulu, Pangkal Pinang, Jakarta)

1. Dari hasil analisis variabel minor menunjukkan bahwa secara umum fenomena literasi komputer berdasarkan fenomena variabel minornya di daerah desa pantai pada tiga lokasi penelitian itu, menunjukkan bahwa responden pada umumnya sudah cenderung memiliki kemampuan yang sifatnya mandiri. 2. Berdasarkan hasil analisis over all terhadap fenomena literasi

komputer menunjukkan bahwa responden yang kemampuannya sudah mandiri itu lebih menonjol terjadi di lokasi Bengkulu jika dibandingkan dengan dua lokasi lainnya yaitu DKI Jakarta dan Bangka Belitung.


(44)

Tabel 2. 2. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

Peneliti Thn Judul Kesimpulan

Praditya 2014 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Tingkat Pemerintahan Desa

1. Pelatihan terkait TIK yang diselenggarakan secara rutin dan melibatkan masyarakat akan membantu meningkatkan literasi TIK.

2. Perlu dikembangkan fasilitas (layanan) yang mendukung komunikasi maupun kolaborasi antara pemerintah dengan dunia usaha.

3. Proses pelayanan publik melalui situs web sudah seharusnya difasilitasi dengan dukungan sumber daya TIK dan sumber daya manusia yang dimiliki.

Syarifuddin 2014 Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi 1. Literasi digital (telepon seluler) masyarakat di Sulawesi Selatan sudah sangat memadai. Mayoritas responden individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya atau bagian dari information society atau manusia berbudaya informasi.

2. Literasi internet berada pada tahap tiga yaitu responden telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari.


(45)

Tabel 2. 2. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

Peneliti Thn Judul Kesimpulan

Rustam 2014 Literasi Internet Aparatur Pemerintah (Survei Aparat Pemerintah di Lingkungan Pemda Kabupaten Seram Bagian Barat, Propinsi Maluku).

1. Kadar literasi internet aparat pemerintah umumnya cenderung masih belum memadai.

2. Sehubungan kadar literasi internet itu cenderung masih belum memadai pada umumnya, maka ini berindikasi kalau para aparatur itu belum siap memerankan diri sebagai aparat yang bekerja dalam sistem pemerintahan berbasiskan konsep governance.

Purnawing wulan, Dewi, & Irawan

2015 Pengembangan model kebijakan

pembangunan e-desa di Kabupaten Bandung

1. Kondisi wilayah kabupaten bandung mendorong pengembangan model kebijakan e-desa guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Keterbatasan fasilitas komputer & penunjangnya, jaringan telepon, ketergantungan masyarakat desa pada staf desa yang tinggi, belum ada kader khusus yang akan membina masyarakat untuk melek teknologi dan belum ada dukungan leading sector. 3. Kehidupan masyarakat yang pada umumnya berkelompok

dengan dasar kekeluargaan

4. e-desa mempermudah dalam menyebarkan informasi mengenai desa berbasis web dan bersifat online

5. Variabel lingkungan dalam pengembangan e-desa yaitu indikator makro ekonomi dan indikator makro sosial budaya Dari beberapa penelitian terdahulu di atas terlihat bahwa literasi TIK dan intensitas penggunaan sistem informasi pernah diteliti. Tetapi kedua aspek tersebut diteliti secara terpisah. Oleh karena itu pertanyaan yang belum terjawab dari penelitian terdahulu tersebut adalah meneliti kedua aspek tersebut apakah berpengaruh.


(46)

2.3.Pengembangan Hipotesis 2.3.1.Literasi TIK

Menurut Sirait (2007) literasi TIK adalah satu kombinasi dari kemampuan intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk berlayar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif. Pemerintah indonesia sudah memutuskan mengadopsi TIK dalam layanan pemerintahan. Hal ini terlihat dari kebijakan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 tahun 2014 tentang Desa. Salah satu pasal UU tersebut menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan sistem informasi desa (e-desa) dan pembangunan kawasan perdesaan. Menurut Sirait (2007) salah satu tahap awal yang diperlukan dalam pengembangan e-government adalah tingkat literasi TIK, baik pada SDM pengelola e-government, pejabat pemerintah, maupun masyarakat luas sebagai konsumen e-government. Sehingga tujuan manfaat dari e-government yaitu efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam organisasi pemerintahan dapat dirasakan oleh perangkat desa. Dengan memiliki literasi TIK yang tinggi maka perangkat desa merasakan manfaat dari penerapan e-desa. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh literasi TIK terhadap kemanfaatan e-desa dalam rumusan hipotesis 1 berikut ini:

Ha1 : Literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi

kemanfaatan e-Desa

Purnawingwulan et al., (2015) mengatakan dalam penerapan e-government unsur pertama yang harus dipenuhi adalah kemampuan


(47)

penggunaan TIK. E-desa merupakan salah satu wujud dari e-government maka kemampuan penggunaan TIK sangat penting dimiliki oleh perangkat desa. Dengan memiliki kemampuan penggunaan TIK yang tinggi maka e-desa akan sangat mudah digunakan. Menurut Purnawingwulan et al., (2015) ketika seseorang memiliki kemampuan penggunaan TIK maka seseorang tersebut sudah terbiasa/sering dalam menggunakan produk/media TIK. Karena e-desa adalah sebuah produk TIK, tentu tidak lagi menjadi kesulitan bagi perangkat desa dalam menggunakan e-desa jika sudah memiliki kemampuan penggunaan TIK. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh literasi TIK terhadap kemudahan penggunaan e-desa dalam rumusan hipotesis 2 berikut ini:

Ha2 : Literasi TIK perangkat desa berpengaruh positif terhadap persepsi

kemudahan penggunaan e-Desa 2.3.2.Persepsi Kemudahan Penggunaan

Persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem informasi dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri (Laihad, 2013). Davis (1986) mengemukakan bahwa faktor kemudahan penggunaan sistem informasi memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor kebermanfaatan. Logikanya bagaimana bisa bermanfaat untuk pengguna kalau sistem informasinya saja sulit digunakan atau tidak mudah penggunaannya. Pernyataan ini dibuktikan oleh Liu et al., (2010) persepsi kemudahan penggunaan sistem informasi dalam kursus online mempengaruhi terhadap persepsi kemanfaatan. Begitu


(48)

juga dengan hasil penelitian Park et al., (2012) persepsi kemudahan penggunaan mobile learning mempengaruhi terhadap persepsi kemanfaatan. Menurut Davis et al., (1989) seseorang cenderung menggunakan sebuah sistem apabila mereka percaya bahwa sistem akan membantu dalam mencapai kinerja yang diinginkan. Meskipun demikian, kepercayaan terhadap manfaat sistem tidak akan membantu dalam pemanfaatan apabila mereka meyakinan bahwa sistem sulit digunakan sehingga usaha ekstra yang dikeluarkan untuk mencapai kinerja tidak sepadan dengan hasil yang dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi persepsi kemanfaatan. Berdasarkan pernyataan dan hasil penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan terhadap persepsi kemudahan penggunaan e-desa dalam rumusan hipotesis 3 berikut ini: Ha3 : Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif

terhadap persepsi kemanfaatan e-desa

Davis (1986) mengemukakan dalam teori TAM penekanan ada pada persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan yang memiliki hubungan untuk memprediksi intensitas perilaku dalam menggunakan sistem informasi. Penelitian Davis et al., (1989) menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dengan pemakaian (usage) mempunyai hubungan yang kuat. Ketika seseorang sudah merasakan kemudahan penggunaan dari sistem informasi maka seseorang tersebut memiliki dorongan niat/intensitas untuk menggunakan. Liu et al., (2010) membuktikan bahwa persepsi kemudahan penggunaan sistem informasi kursus online mempengaruhi intensitas penggunaan. Begitu juga dengan hasil penelitian Park et al., (2012)


(49)

persepsi kemudahan penggunaan mobile learning mempengaruhi intensitas penggunaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh persepsi kemudahan penggunaan e-desa terhadap intensitas penggunaan dalam rumusan hipotesis 4 berikut ini:

Ha4 : Persepsi kemudahan penggunaan e-desa berpengaruh positif

terhadap intensitas penggunaan e-desa. 2.3.3.Persepsi Kemanfaatan

Persepsi kemanfaatan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan sistem informasi maka dapat meningkatkan kinerja pengguna tersebut (Laihad, 2013). Penelitian Davis et al., (1989) menunjukkan bahwa persepsi kemanfaatan dengan pemakaian (usage) mempunyai hubungan yang kuat. Liu et al., (2010) membuktikan bahwa persepsi kemanfaatan sistem informasi kursus online mempengaruhi intensitas penggunaan. Begitu juga dengan hasil penelitian Park et al., (2012) persepsi kemudahan penggunaan mobile learning mempengaruhi intensitas penggunaan. Ketika seseorang sudah merasakan manfaat dari penerapan sistem informasi maka seseorang tersebut memiliki dorongan niat/intensitas untuk menggunakan sistem informasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan e-desa terhadap intensitas penggunaan e-desa dalam rumusan hipotesis 5 berikut ini: Ha5 : Persepsi kemanfaatan e-desa berpengaruh positif terhadap intensitas


(50)

2.4.Kerangka Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, dibuatlah kerangka penelitian untuk mengambarkan pengaruh setiap variabel pada gambar 2.9 berikut.

Gambar 2. 9. Kerangka penelitian adopsi dari model TAM Literasi TIK

perangkat desa

Persepsi kemanfaatan

e-desa

Persepsi kemudahan penggunaan

e-desa

Intensitas penggunaan

e-desa H1

H2

H3

H5


(51)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan kepada pembaca bagaimana peneliti akan mendeskripsikan langkah-langkah atau cara menjawab permasalahan yang diteliti.

3.1.Desain Penelitian

Pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah apakah literasi TIK memiliki pengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan e-desa, persepsi kemudahaan penggunaan e-desa memiliki pengaruh positif terhadap persepsi kemanfaatan. Kemudian apakah persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahaan penggunaan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku penggunaan e-desa. Dari paparan masalah tampak bahwa penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.

Data yang digali dalam penelitian ini adalah persepsi perangkat desa. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebab data data persepsi yang akan digali adalah pendapat setuju atau tidaknya kesesuaian dengan pernyataan. Pendapat setuju atau tidaknya dinyatakan dalam angka. Dalam mengumpulkan data peneliti akan menggunakan metode survei dan kuesioner. Survei digunakan untuk mengetahui populasi dan sampel, dan kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data primer langsung dari perangkat desa.


(52)

3.2.Definisi Operasional Variabel

Berikut ini adalah penjelasan definisi opersional setiap variabel dalam penelitian: Tabel 3. 1. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Indikator Kategori Pengukuran

Literasi TIK 1. Literasi Informasi: frekuensi penggunaan Media/Produk TIK ( Telepon Selluler, Komputer, Internet, TV, Radio, Surat Kabar/Majalah, Buku)

2. Literasi Komputer: peruntukkan penggunaan komputer (mengetik, mengelola data, multimedia, game) 3. Literasi Internet: tingkat keseringan

menggunakan mesin pencari Google dan tingkat keseringan

menggunakan e-mail

Skala Likert : 1. Sangat Sering 2. Sering

3. Jarang

4. Sangat Jarang 5. Tidak Pernah

Ordinal (Skala Likert) Persepsi Kemudahan Penggunaan

1. Mudah untuk dipelajari 2. Dapat dikontrol

3. Jelas dan dapat di pahami operasionalnya

4. Mudah untuk menjadi terampil/mahir

5. Adanya penilaian bahwa secara umum sistem informasi tersebut mudah digunakan.

Skala Likert : 1. Sangat Setuju 2. Setuju

3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak

Setuju Ordinal (Skala Likert) Persepsi Kemanfaatan

1. Mempercepat pekerjaan 2. Meningkatkan kinerja

3. Meningkatkan produktifitas kerja 4. Meningkatkan efektifitas

5. Mempermudah pekerjaan 6. Adanya penilaian kalau sistem

informasi yang digunakan bermanfaat

Skala Likert : 1. Sangat Setuju 2. Setuju

3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak

Setuju Ordinal (Skala Likert) Intensitas Penggunaan

1. Kognitif/cara pandang adanya ketertarikan terhadap penerapan e-desa

2. Afektif dengan pernyataan pengguna untuk menggunakan e-desa

3. Komponen yang berkaitan dengan perilaku yaitu adanya keinginan untuk tetap menggunakan e-Desa.

Skala Likert : 1. Sangat Setuju 2. Setuju

3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak

Setuju

Ordinal (Skala Likert)


(53)

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh desa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data desa di DIY sebagai berikut.

Tabel 3. 2. Data desa di DIY 2016

Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Desa

Kulon Progo 12 87

Bantul 17 75

Gunung Kidul 18 144

Sleman 17 86

Total 64 392

Sumber Data : Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Per semester II Bulan Desember Tahun 2014

Keterangan : kabupaten Yogyakarta tidak termasuk karena tidak terdapat desa. 3.3.2.Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel karena jumlah populasinya diketahui dengan pasti dan perhitungannya mudah seperti yang digunakan oleh (Setiawan, 2007). Perhitungan menggunakan rumus Slovin:


(54)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

α = taraf signifikan (0,1), taraf signifikan adalah tingkat kesalahan yang dikehendaki. Menurut Sugiyono (2013) berdasarkan Isaac dan Michael, ukuran sampel dapat diperoleh melalui perhitungan matematis dengan taraf signifikansi 1%, 5%, dan 10%. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan taraf signifikan 10%.

Maka jumlah sampel sebagai berikut : n = 392 / ((392 * 0.12)+1)

n = 79.67 Desa

n = 80 Desa (dibulatkan) 3.3.3.Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini proportionate stratified random sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata (kecamatan) pada 4 kabupaten. Kemudian dilakukan pengambilan sampel secara acak sederhana. Teknik yang digunakan yaitu dengan mengundi (lottery technique).

Dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kecamatan digunakan rumus menurut Sugiyono (2009) sebagai berikut.


(55)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel (desa) yang diinginkan pada setiap strata (kecamatan). N = Jumlah Populasi Desa seluruh DIY (393 desa)

X = Jumlah Populasi Desa pada setiap strata (64 kecamatan) N1 = Sampel (80 desa)

Sedangkan teknik pengampilan sampel yang akan dilakukan untuk menentukan desa yang terpilih adalah sebagai berikut:

3.3.3.1. Daftar jumlah dan nama desa pada setiap kecamatan yang menjadi perwakilan sampel.

3.3.3.2. Daftar nama-nama desa tersebut dibuat dalam gulungan kertas dan dimasukan di dalam kaleng. Kemudian dikocok-kocok sampai ada nama desa yang terpilih.

3.3.3.3. Ulangi sebanyak jumlah desa yang menjadi perwakilan sampel pada kecamatan tersebut.

Berdasarkan rumus dan undian, jumlah sampel dari masing-masing 64 kecamatan tersebut seperti pada tabel 3.3 sampai 3.6 berikut ini:


(56)

Tabel 3. 3. Sampel desa di Kabupaten Kulonprogo

No Kecamatan Jumlah Desa Sampel Desa Terpilih Undian

1 Temon 15 3 Sindutan, Kalidengen, Plumbon

2 Wates 7 1 Sogan

3 Panjatan 11 2 Garongan, Krembangan

4 Galur 7 1 Tirtorahayu

5 Lendah 6 1 Ngentakrejo

6 Sentolo 8 2 Tuksono, Sentolo

7 Pengasih 7 1 Margosari

8 Kokap 5 1 Kalirejo

9 Girimulyo 4 1 Pendoworejo

10 Nanggulan 6 1 Jatisarono

11 Samigaluh 7 1 Purwoharjo

12 Kalibawang 4 1 Banjararum

Total 87 16 -

Tabel 3. 4. Sampel desa di Kabupaten Bantul

No Kecamatan Jumlah Desa Sampel Desa Terpilih Undian

1 Srandakan 2 0 -

2 Sanden 4 1 Srigading

3 Kretek 5 1 Tirtohargo

4 Pundong 3 1 Panjangrejo

5 Bambanglipuro 3 1 Sidomulyo

6 Pandak 4 1 Triharjo

7 Pajangan 3 1 Guwosari

8 Bantul 5 1 Sabdodadi

9 Jetis 4 1 Sumberagung

10 Imogiri 8 2 Selopamioro, Imogiri

11 Dlingo 6 1 Jatimulyo

12 Banguntapan 8 2 Singosaren, Potorono

13 Pleret 5 1 Wonokromo

14 Piyungan 3 1 Sitimulyo

15 Sewon 4 1 Panggungharjo

16 Kasihan 4 1 Tirtonirmolo

17 Sedayu 4 1 Argodadi


(57)

Tabel 3. 5. Sampel desa di Kabupaten Gunung Kidul

No Kecamatan Jumlah Desa Sampel Desa Terpilih Undian

1 Wonosari 14 3 Wunung, Karangrejek, Piyaman

2 Nglipar 7 1 Pengkol

3 Playen 13 3 Getas, Logandeng, Banaran

4 Patuk 11 2 Patuk, Putat

5 Paliyan 7 1 Pampang

6 Panggang 6 1 Giriwungu

7 Tepus 5 1 Purwodadi

8 Semanu 5 1 Ngeposari

9 Karangmojo 9 2 Bejiharjo, Ngipak

10 Ponjong 11 2 Sawahan, Genjahan

11 Rongkop 8 2 Pucanganom, Karangwuni

12 Semin 10 2 Bendung, Candirejo

13 Ngawen 6 1 Sambirejo

14 Gedangsari 7 1 Ngalang

15 Saptosari 7 1 Ngloro

16 Girisubo 8 2 Karangawen, Jerukwudel

17 Tanjungsari 5 1 Kemiri

18 Purwosari 5 1 Giripurwo


(58)

Tabel 3. 6. Sampel desa di Kabupaten Sleman

No Kecamatan Jumlah Desa Sampel Desa Terpilih Undian

1 Gamping 5 1 Ambarketawang

2 Godean 7 1 Sidoluhur

3 Moyudan 4 1 Sumberarum

4 Minggir 5 1 Sendangrejo

5 Seyegan 5 1 Margokaton

6 Mlati 5 1 Sendangadi

7 Depok 3 1 Caturtunggal

8 Berbah 4 1 Tegaltirto

9 Prambanan 6 1 Madurejo

10 Kalasan 4 1 Tirtomartani

11 Ngemplak 5 1 Widodomartani

12 Ngaglik 6 1 Donoharjo

13 Sleman 5 1 Tridadi

14 Tempel 8 2 Sumberrejo, Banyurejo

15 Turi 4 1 Donokerto

16 Pakem 5 1 Hargobinangun

17 Cangkringan 5 1 Argomulyo

Total 86 18 -

Dari tabel 3.3 sampai 3.6 hasil perhitungan sampel di atas dapat dilihat bahwa jumlah desa yang akan diteliti pada 4 kabupaten adalah 80 desa. Pada Kabupaten Kulon Progo sebanyak 16 desa, Kabupaten Bantul sebanyak 18 desa, Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 28 desa, dan Kabupaten Sleman sebanyak 18 desa. Total keseluruhan 80 desa (16+18+28+18). Pada setiap desa akan diambil 2 orang perangkat desa sebagai subjek penelitian, maka total 160 (80*2) orang subjek penelitian.


(59)

3.4.Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data, peneliti memerlukan alat bantu supaya pengumpulan data menjadi lebih mudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alasan peneliti menggunakan kuesioner yaitu karena data yang akan digali adalah data kuantitatif.

Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang diimplementasikan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan/pernyataan kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini, kuesioner teridiri dari tiga bagian yaitu pertama berisi tentang identitas responden, kedua berisi pertunjuk pengisian, dan ketiga berisi pernyataan - pernyataan kuesioner.

Sebagai alat pengumpul data, kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas akan di uji sebagai berikut:

3.4.1. Uji Validitas

Menurut Jogiyanto (2007) validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrument dengan skor total seluruh item pertanyaan. Pengujian validitas ini menggunakan uji validitas Product Moment Pearson Correlation dengan cara menghubungkan masing-masing skor item dengan skor total yang diperoleh dalam penelitian. Dalam uji validitas ini dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:


(60)

3.4.1.1. Jika nilai rhitung > rtabel, maka instrumen penelitian dinyatakan valid.

3.4.1.2. Jika nilai rhitung≤ rtabel, maka instrumen penelitian dinyatakan tidak

valid. 3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Jogiyanto (2007) reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran di mana pengujiannya dapat dilakukan secara internal yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Pengujian reliabilitas instrumen diukur berdasarkan nilai cronbach’s alpha. Cronbach’s alpha merupakan sebuah ukuran reliabilitas yang memiliki nilai berkisar dari 0 sampai dengan 1 (Hair et al., 2010:92). Menurut Eisingerich dan Rubera (2010) nilai reliabilitas cronbach’s alpha minimum adalah 0,70. Berikut ini merupakan tingkat keandalan cronbach’s alpha menurut Hair et al., (2010):

Tabel 3. 7.Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Keandalan

0,00 – 0,20 Kurang handal

>0,20 – 0,40 Agak handal >0,40 – 0,60 Cukup handal >0,60 – 0,80 Handal >0,80 – 1,00 Sangat handal


(61)

3.5.Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada perangkat desa di DIY yang terpilih sebagai sampel penelitian. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan dan langsung dikembalikan kepada peneliti. Di dalam kuesioner terdapat daftar pernyataan- pernyataan dan setiap responden diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan petunjuk di dalam kuesioner.

Dalam skala likert, jawaban yang dikumpulkan berupa pernyataan positif atau negatif. Untuk setiap pernyataan akan diberi bobot sebagai berikut.

Tabel 3. 8. Skala Likert Pernyataan positif menurut sugiyono (2010) No Pernyataan

Skor pernyataan

positif

1 Sangat Setuju/Sangat Sering/Sangat Baik 5

2 Setuju/ Sering/ Baik 4

3 Ragu-Ragu/ Kadang/ Cukup 3

4 Tidak Setuju/ Hampir Tidak Pernah/ Kurang Baik 2 5 Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah/ Sangat Tidak Baik 1

`Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala likert, kemudian dilakukan tabulasi atas tanggapan responden untuk setiap variabel. Dari hasil tabulasi tersebut dimasukan dalam garis kontinum yang pengukurannya ditentukan dengan cara berikut.


(62)

Gambar 3. 1.Garis Kontinum menurut Sugiyono (2009) Keterangan:

Nilai Indek Minimum = Jumlah responden dikali 1 Nilai Indek Maksimum = Jumlah responden dikali 5

Jarak Interval/Rentang = (Nilai Indek Maksimum - Nilai Indek Minimum) / 5 Y = Total skor yang diperoleh, yaitu dari (jumlah responden yang menjawab

S.Setuju dikali 5) + (jumlah responden yang menjawab Setuju dikali 4) + (jumlah responden yang menjawab Ragu-ragu dikali 3) + (jumlah responden yang menjawab T.Setuju dikali 2) + (jumlah responden yang menjawab S.T.Setuju dikali 1) / jumlah item pertanyaan.

3.6.Metode Analisis Data

Data kuesioner yang telah dikumpulkan dan ditabulasi dimasukkan ke software SmartPLS. Data tersebut diperiksa ulang untuk konsistensi sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam memasukkan dalam data. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis statistik deskriptif menampilkan data hasil penelitian dalam bentuk rerata skor. Analisis inferensial menggunakan teknik analisis PLS-SEM (Partial Least Squares Structural Equation Modeling) dengan menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.0.


(63)

Penelitian ini menggunakan model kausalitas atau hubungan pengaruh. Dengan demikian, untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis Partial Least Square - Stuctural Equation Modeling (PLS-SEM) yang dioperasikan melalui program SmartPLS 3.0 Professional. Gambar 3.2 di bawah ini menunjukkan model diagram jalur Partial Least Square.

Gambar 3. 2. Model Diagram Jalur Partial Least Square

Analisis PLS-SEM terdiri dari 2 sub model yaitu: inner model dan outer model.

3.6.1 Outer Model

Outer model atau outer relation atau measurement model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan


(64)

hubungan setiap indikator dengan variabel latennya. Menurut Ghozali (2006), model persamaan dasar dari model pengukuran atau outer model dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk konstruk laten eksogen (X) : X = λx ξ +

untuk konstruk laten endogen (Y): Y = λy η +

Sumber : Ghozali (2006)

Tabel 3. 9. Keterangan simbol Simbol Nama Keterangan

λ Lamda Bobot faktor Antara variabel laten dengan indikatornya ξ Ksi Variabel laten eksogen

Epsilon Pengukuran eror indikator endogen η Eta Variabel laten endogen

Delta Pengukuran eror indikator eksogen

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa ξ1 dan ξ2 merupakan variabel laten

eksogen atau independen variabel, η1 dan η2 merupakan variabel laten

endogen atau variaben dependen. Nilai koefisien dari persamaan akan menerangkan hubungan atau pengaruh antar variabel sesuai dengan paradigma penelitian.

Pengujian dalam outer model yaitu: 3.6.1.1 Uji Validitas

Pengujian validitas ada 2 yaitu validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen diuji melalui parameter loading factor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Pengukuran dapat dikategorikan memiliki validitas konvergen apabila nilai loading factor lebih dari 0,7 dan nilai AVE lebih dari 0,5 (Ghozali, 2008). Validitas diskriminan ditentukan dengan melihat cross loading dari setiap variabel. Pengukuran dapat dikategorikan memiliki


(65)

validitas diskriminan apabila memiliki nilai cross loading lebih dari 0,7.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dapat dilihat berdasarkan nilai Cronbach’s alpha harus lebih dari 0,6 dan nilai composite reliability harus lebih dari 0,7 (Jogiyanto, 2011). Nilai composite reliability menunjukkan ukuran nilai reliabilitas sesungguhnya dari suatu variabel sedangkan

cronbach’s alpha menunjukkan ukuran nilai reliabilitas terrendah dari

suatu variabel. 3.6.2 Inner Model

Pengujian padal inner model atau model struktural dilakukan untuk menguji hubungan antar konstruk laten. Inner model meliputi inner relation, structural model dan substantive theory menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori substantive. Inner model diuji dengan melihat nilai R-square, Q-square dan path coefficient (koefisien jalur) untuk mendapatkan informasi seberapa besar variabel laten dependen dipengaruhi oleh variabel laten independen, serta uji signifikansi untuk menguji nilai signifikansi hubungan atau pengaruh antar variabel (Ghozali, 2006). Pengujian dalam inner model yaitu:

3.6.2.1 R-square test

Nilai R-square atau koefisien determinasi menunjukkan keragaman konstruk endogen yang mampu dijelaskan oleh konstruk-konstruk eksogen secara serentak. Nilai R-square digunakan untuk


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran 3. Rekapitulasi Kuesioner

Variabel Literasi TIK

INDIKATOR

KATEGORI JAWABAN

Jumlah

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % N %

1 3 2 4 2,6 11 7,2 56 37 79 51,6 153 100 2 2 1,3 3 2 21 14 63 41 64 41,8 153 100 3 25 16 24 16 61 40 37 24 6 3,9 153 100 4 0 0 3 2 34 22 73 48 43 28,1 153 100 5 1 0,7 10 6,5 69 45 63 41 10 6,5 153 100 6 0 0 3 2 8 5,2 41 27 101 66,0 153 100 7 1 0,7 4 2,6 19 12 49 32 80 52,3 153 100 8 4 2,6 9 5,9 57 37 55 36 28 18,3 153 100 9 53 35 47 31 44 29 7 4,6 2 1,3 153 100 10 1 0,7 5 3,3 17 11 70 46 60 39,2 153 100 11 14 9,2 21 14 55 36 47 31 16 10,5 153 100

Variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan

INDIKATOR

KATEGORI JAWABAN

Jumlah

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % N %

1 0 0 0 0 23 15 107 70 23 15,0 153 100 2 0 0 0 0 16 10 106 69 31 20,3 153 100 3 0 0 0 0 15 9,8 126 82 12 7,8 153 100 4 0 0 0 0 32 21 107 70 14 9,2 153 100 5 0 0 0 0 25 16 115 75 13 8,5 153 100


(6)

Variabel Persepsi Kemanfaatan

INDIKATOR

KATEGORI JAWABAN

Jumlah

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % N %

1 0 0 1 0,7 14 9,2 100 65 38 24,8 153 100 2 0 0 0 0 12 7,8 103 67 38 24,8 153 100 3 0 0 0 0 12 7,8 94 61 47 30,7 153 100 4 0 0 0 0 12 7,8 103 67 38 24,8 153 100 5 0 0 0 0 10 6,5 106 69 37 24,2 153 100 6 0 0 0 0 6 3,9 103 67 44 28,8 153 100

Variabel Intensitas Penggunaan

INDIKATOR

KATEGORI JAWABAN

Jumlah

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % N %

1 0 0 0 0 13 8,5 111 73 29 19,0 153 100 2 0 0 0 0 21 14 104 68 28 18,3 153 100 3 0 0 0 0 10 6,5 99 65 44 28,8 153 100