51
3.5.1. Analisis Wawancara dan Observasi Dokumen
Dalam tahap ini dirumuskan permasalahan yang terjadi pada Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu menganalisa bagaimana pola komunikasi
pemasaran yang yang dilakukan selama ini untuk produk berupa festival dan acara budaya dan kesenian atau events yang ada di DIY. Analisa dilakukan berdasarkan
konten dan hasil wawancara dari narasumber dan melihat fakta-fakta dokumen yang diobservasi.
Tahapan analisis adalah sebuah kerangka penelitian yang berisi langkah- langkah yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dengan
metode penelitian, yaitu: 1.
Content Analysis. Metode Content Analysis merupakan analisis ilmiah
tentang isi pesan suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis mencakup: klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi,
menggunakan kriteria dasar klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Content Analysis menampilkan tiga
syarat, yaitu objektivitas, dengan menggunakan prosedur secara aturan ilmiah; generalisasai, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi
teoritis tertentu; dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam
kategorisasi data.
2.
Common Theme Approach. Metode ini merupakan cara menganalisis
dengan mengaitkan seluruh hasil wawancara dengan mengambil kesamaan konteks hasil wawancara. Setelah penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi dokumen, kemudian data
dari hasil penelitian itu digabungkan sehingga saling melengkapi.
52
3. Emic Approach, yaitu menganalisis data dari hasil wawancara dan
observasi dokumen disesuaikan dengan teori relevan yang telah dijelaskan
pada landasan teori.
3.5.2. Evaluasi efektivitas Pola Komunikasi Pemasaran Events di DIY
Sebelum memulai proses evaluasi efektivitas, perlu dipahami bahwa fokus pada pola komunikasi pemasaran dimulai dari input, throughput dan output.
Setelah mendapat data berdasarkan hasil wawancara, dilakukan analisis data untuk eva
luasi efektivitas dengan metode “content analysis” yang mengambil intisari dari hasil wawancara dan observasi dokumen
, “common theme approach” yakni mengambil kesamaan dari seluruh hasil wawancara dan observasi dokumen,
dan “Emic Approach” yaitu menyesuaikan hasil wawancara dan observasi dokumen dengan teori-teori yang sudah ada.
Dalam menilai efektivitas, ada tiga indikator yang dijadikan ukuran penilaian tingkat efektivitas komunikasi pemasaran events yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata DIY selama ini, yaitu: 1.
Kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan selama ini sesuai dengan VisiMisiTarget Pasar yang telah ditentukan, serta konten dan kinerja dari
semua kegiatan komunikasi yang dilakukan. 2.
Penyelengaraan events dapat mendatangkan wisatawan dalam jumlah yang besar.
3. Penyelengaraan events bisa menjadi motivasi utama wisatawan untuk
berkunjung ke DIY.
53
3.5.3. Perancangan Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian di DIY
Pola komunikasi pemasaran terpadu didesain dengan konsep dan teori pemasaran dan dikaitkan dengan data serta analisis hasil wawancara dan observasi
dokumen. Sehingga dapat dirancang pola komunikasi pemasaran terpadu yang lebih efektif untuk festival dan acara budaya dan kesenian berdasarkan teori
komunikasi pemasaran terpadu intergrated marketing communication dan teori pendukung lainnya yang telah dijelaskan di Bab II, untuk diaplikasikan secara
efektif oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini diharapkan menjadi solusi untuk mencapai tujuan penelitian, yakni menyusun perencanaan
pola komunikasi pemasaran terpadu untuk festival dan acara budaya dan kesenian dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan
mancanegara berkunjung ke Indonesia, khususnya yang datang ke DIY.
54
BAB IV POLA KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DIY SAAT INI
4.1. Visi, Misi dan Pemilihan Target Pasar Pariwisata DIY
Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah 2005-
2025 yaitu “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Tekemuka di Asia
Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera”. Kemudian, semakin diperkuat oleh visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012-2025, yaitu “Terwujudnya
Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, Berkelas Dunia, Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Mampu
Mendorong Pembangunan Daerah Un tuk Kesejahteraan Masyarakat”.
Sedangkan Misi Dinas Pariwisata DIY dalam mencapai Visi yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Mewujudkan kualitas dan kuantitas Daya Tarik Wisata DIY dan
pendukungnya yang berdaya saing tinggi berdasarkan Sapta Pesona dan keterpaduan antara pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pemasaran Pariwisata DIY yang
didukung kapabilitaskredibilitas kapasitas SDM dan kelembagaan seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan DIY.
Guna mencapai visinya, Dinas pariwisata DIY terus berkomitmen melaksanakan misinya dalam membagun sektor pariwisata baik berbentuk