1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Belajar dikatakan penting bagi manusia karena belajar merupakan upaya untuk
mempertahankan kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut manusia utnuk lebih aktif. Tanpa belar, manusia
akan mengalami kesulitan dalam menyesuiaikan diri dengan lingkungan dan menghadapi tuntutan hidup yang berubah-ubah.
Kemajuan zaman dan tuntutan hidup yang berubah-ubah membawa manusia selalu mencari sesuatu yang baru. Menurut Lunandi Mappa
Basleman, 2011, pengalaman untuk mengatasi kemajuan pesat dan perkembangan zaman tidak serta merta ada. Pengalaman membantu manusia
menghadapi kemajuan dan perkembangan zaman jika dicari melalui pendidikan. Melalui pendidikan, pengalaman dapat diperoleh dan manusia
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sepanjang rentang kehidupan, manusia merasa perlu belajar melalui pengalaman dan pencari
pengetahuan. Perkembangan zaman yang begitu pesat menunjukkan bahwa pengetahuan
dan teknologi semakin dibutuhkan. Lapangan pekerjaan dan kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat menuntut manusia memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kenyataan ini mendorong orang dewasa untuk belajar
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kemampuan dan kesempatannya belajar, Mappa Basleman 2011. Belajar
dari pengalaman dan mencari pengetahuan berlaku bagi semua manusia tanpa memandang usia, tempat, dan waktu. Dengan demikian, belajar merupakan
suatu kebutuhan bagi manusia. Biarawati juga membutuhkan pendidikan sebagai bukti mengikuti perkembangan zaman.
Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium Nomor 134 tahun 2015 mengatakan bahwa universitas-universitas merupakan lingkungan yang
istimewa untuk memperjelas dan mengembangkan komitmen pewartaan kabar baik secara lintas ilmu dan terintegrasi. Pewartaan kabar baik sebagai
tradisi dalam kongregasi atau tarekat. Anggota kongregasi atau tarekat menjalani tradisi ini dalam tugas perutusan masing-masing. Perutusan
beraneka ragam sesuai dengan keperluan dan kemampuan anggota. Sebagai bagian dari Gereja, biarawati yang menjalani tugas perutusan perlu melihat
perubahan-perubahan mendasar yang sedang terjadi seperti perubahan- perubahan intelektual dan teknologi yang menyebabkan perubahan-perubahan
sosial dan spiritual dalam kehidupan setiap orang Simbolon, Riyanto Mistrianto, 2011.
Biarawati merupakan individu yang sudah dewasa. Ditinjau dari psikologi perkembangan, orang dewasa menyesuaikan diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial yang baru seperti peran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suamiistri, orang tua, pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap dan keinginan-keinginan baru. Pada masa ini, minat mulai berubah karena
beberapa minat yang dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak sesuai dengan peran sebagai orang dewasa. Perubahan minat akan terjadi dengan
cepat apabila fisik dan psikologi juga mengalami perubahan yang cepat. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa
diantaranya: perubahan kondisi kesehatan, status ekonomi, pola kehidupan, nilai, kesenangan, dan tekanan-tekanan budaya dan lingkungan, Hurlock
1993. Penyesuaian diri terhadap pola-pola hidup yang baru dan perubahan minat
pada orang dewasa berpengaruh pada minat untuk belajar secara formal. Orang dewasa yang memiliki fasilitas untuk belajar selama masa kanak-
kanak, tampaknya menyukai belajar, Mappa Basleman 2011. Sebagian orang merasa senang dan bersemangat untuk belajar bahkan banyak
mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa, baik beasiswa untuk belajar di dalam negeri maupun beasiswa untuk belajar di luar negeri
http:edukasi.kompas.com. Namun kenyataannya, tidak semua orang
senang belajar formal. Bahkan sebagian orang tidak bisa belajar karena keterbatasan ekonomi, fisik, kognitif, dan usia. Selain itu, ada juga sebagian
orang terpaksa belajar karena tuntutan pekerjaan dan peraturan. Tuntutan pekerjaan dan peraturan mendorong biarawati belajar formal
meskipun dalam keadaan terpaksa. Dalam diskusi bersama, peneliti pernah mendengar ungkapan dan keluhan dari biarawati mahasiswa yang
mengatakan “umur sudah tua tidak mampu belajar lagi seperti orang muda” atau “hanya karena tugas perutusan, saya menjadi taat”. Keluhan ini juga
ditandai dengan adanya rasa malas mengerjakan tugas, kurang semangat dalam belajar, masih ada rasa malu dan kesulitan dalam bergaul.
Data biarawati yang diperoleh dari Biro Administrasi Akademik BAA salah satu universitas yang ada di Yogyakarta sebanyak dua belas orang.
Rincian jumlah biarawati mahasiswa tahun ajaran 2012 sebanyak satu orang, tahun 2013 sebanyak tiga orang, tahun 2014 sebanyak lima orang, dan tahun
2015 sebanyak tiga orang. Data yang diperoleh dari BAA tersebut merupakan data biarawati mahasiswa aktif tahun 2012-2015
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh, biarawati yang menjadi mahasiswa merasa terpaksa belajar karena tuntutan dan peraturan.
Tuntutan dan peraturan mendorong biarawati belajar secara formal. Berikut hasil petikan wawancara yang peneliti peroleh dari salah satu biarawati
mahasiswa yang belajar formal dan merupakan mahasiswi aktif. “Dan pilihan prodi BK itu memang mau tidak mau harus ngambil karena
memang saya merasa bahwa saya memasuki kuliah ini ada unsur keterpaksaan. Dalam arti bahwa untuk berkarya yang lebih baik tentunya
saya ngimbangi
hmm…tuntutan pemerintah. Ha… mengajar SD, TK pun juga harus S-1. Ya..maka atas perutusan itu...memang awalnya saya
menolak. Selain itu, saya terselubungi rasa malu yaaah... karena usia saya sudah banyak hehehe, ini pergulatan bagi saya. Untuk mengisi kegiatan
studi saya, terus mengimbangi dengan kegiatan di rumah hmm…ya bagi saya tu tidak hal ringan ya”.
“bagiku belajar…bahwa belajar itu seumur hidup, artinya bahwa saya menerima tugas yg awalnya keterpaksaan mengingat umur tetapi…maka,
saya berjuang untuk menekuninya dengan segala keberadaaan saya dan visi saya, maknanya.. proses..ya suatu proses bagi saya dari yang saya tahu
minim dan berharap nantinya saya tahu. Dari modal minimalis dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bekerja nanti saya mendapatkan modal yang maksimal untuk bekerja.
.artinya ada peningkatan”. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada biarawati terpaksa
kuliah karena tuntutan tugas perutusan dari kongregasi dan peraturan pemerintah yang mewajibkan guru memenuhi standar kualifikasi akademik.
Tuntutan dan peraturan tersebut harus dijalani meskipun mengalami kesulitan. Biarawati harus bergulat dan berjuang menahan rasa malu menjadi
mahasiswa karena usia yang sudah dewasa. Biarawati ini senang atau tidak senang harus melaksanakan tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
Meskipun terpaksa, biarawati berusaha memaknai belajar dengan cara berproses dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga belajar sungguh-
sungguh menjadi kebutuhan. Peneliti juga menemukan dalam observasi, ada biarawati yang tidak dapat
memaknai tugas perutusan belajar di perguruan tinggi dan tidak dapat menikmati tugas belajar. Biarawati belajar sekadar menjalankan tugas
perutusan. Belajar bukan menjadi kebutuhan. Oleh karena itu, biarawati tersebut mengalami kesulitan menyelesaikan tugas kuliah, bergaul,
berkonsentrasi, mengantuk, mengeluh, tidak serius dalam belajar, stress, malas, bosan, dan bahkan bisa meninggalkan studi dan panggilannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik menggali MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BIARAWATI pada Dua Mahasiswa
Salah Satu Program Studi Universitas Swasta di Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Identifikasi Masalah