Anak ke : 3 dari 5 bersaudara
Penampilan : rambut lurus dan hitam, kulit putih, bentuk
wajah agak bulat, hidung sedang, bibir sedang, berbadan kecil dan agak gemuk.
Riwayat pendidikan : selama sekolah tidak pernah gagal. Masuk
biara salah satu kongregasi tahun 2007. Mulai kuliah tahun 2014.
Ciri-ciri kepribadian : ramah, sabar, lembut
3. Hasil Penelitian
Dari observasi, wawancara, dan FGD yang dilakukan peneliti terhadap kedua responden diperoleh hasil yang berkaitan dengan makna tugas
perutusan belajar. a.
Cara biarawati memaknai belajar.
Kedua responden memiliki beberapa cara yang sama dalam memaknai belajar. Responden belajar serius dan tekun. Keseriusan
dan ketekunan responden ditunjukkan dengan cara mendengarkan aktif ketika ada penjelasan, aktif bertanya, aktif menjawab, berusaha
memahami apa yang disampaikan, disiplin waktu dengan cara datang tidak terlambat dan berpikir optimis. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
hasil wawancara dengan kedua responden. “Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya mendengarkan dengan
baik ya ketika dosen menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas ribut, ada yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga
bertanya, menjawab juga ya kalau dosen bertanya. Jadinya..saya belajar itu serius, tidak asal-
asalan”. DA151MPB-w003-008
“Cara yang saya lakukan, pertama saya optimis, tidak main-main ya”. DK51MPB-w003-004
Selain dalam wawancara, ungkapan tersebut dapat juga dilihat dalam hasil FGD. Berikut kutipan FGD kedua responden:
“Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam kelas, saya menginginkan suasana itu hening. Artinya menciptakan situasi
yang nyaman ketika dosen menjelaskan, kita bisa mendengarkan dosen dengan baik. Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika ada
interaksi antara dosen dengan mahasiswa, ketika dosen bertanya dan mahasiswa bisa menjelaskan lagi apa yang diterangkan. Selain
itu,
tidak ada
yang masuk
terlambat apalagi
dosen menjelaskan..Karena saya belajar tidak asal-
asalan”. DA221MPB-FGD025-037
“…mahasiswa lebih serius. Artinya ketika dosen menerangkan dan dosen bertanya mahasiswa mengerti atau diberi kesempatan
bertanya. Ketika dosen itu bertanya kepada mahasiswa dan mahasiswa menjawab tidak disalahkan. Karena kan kita berusaha,
tidak main-
main”. DK221MPB-FGD004-009 dan kutipan hasil observasi:
Sepanjang perkuliahan Konseling Spiritual, responden sangat serius. Responden aktif menanggapi presentasi kelompok dan aktif
bertanya kepada dosen. Sebelum bertanya, responden menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah ditemui sesuai materi
perkuliahan AS7112016. Sebelum kerja kelompok, responden sempat bertanya dengan salah
satu dosen yang sedang lewat. Beberapa saat kemudian, ia diskusi bersama teman-teman kelompoknya dan mengerjakan tugas
kelompok di bawah tangga dekat sekretariat BK. Pada saat diskusi, responden terlihat sangat serius KS30092016.
Bagi responden, belajar dengan serius dan tekun merupakan satu kesempatan yang baik.Responden menggunakan kesempatan belajar
untuk mengolah hidup, mengembangkan diri, menambah wawasan, dan menambah pengetahuan.Sehingga bagi responden belajar menjadi
lebih bermakna. Jawaban kedua responden dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah hidup, cara menambah wawasan, pengetahuan”. DA151MPB-w009-010
“Selain bagaimana cara mengembangkan diri juga..tadinya belajar itu dibutuhkan orang-orang yang kreatif, berwawasan luas, dan
selalu mencari cara- cara yang baik menghadapi masa depan”.
DA151MPB-w129-133 “Kemudian saya juga berpikir bahwa belajar itu merupakan satu
kesempatan yang berharga untuk mengembangkan diri”. DK51MPB-w004-006
“Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi
tahu”. DK51MPB-w009-012 Jawaban yang sama juga dapat dilihat dari jawaban responden
dalam diskusi. Ungkapan kedua responden dapat dilihat dari kutipan hasil FGD berikut:
“Selain mengembangkan diri juga dibutuhkan orang-orang yang lebih kreatif, punya wawasan yang luas dan selalu mencari cara-
cara yang baik ketika menghadapi masa depan. Maka, saya menuntut diri lebih kreatiflah selama
belajar”. DA221MPB- FGD185-190
“Saya selalu optimis dan berpikir bahwa belajar itu kesempatan saya mengembangkan diri..”. DK221MPB-FGD021-023
Selain itu, responden KS berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari ketidaktahuan menjadi tahu.
“Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi
tahu”. DK51MPB-w009-012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil observasi, wawancara, dan FGD tersebut dapat dipahami bahwa cara responden memaknai belajar yakni belajar serius dan
tekun dengan cara mendengarkan, bertanya, menjawab, berusaha memahami, optimis, dan disiplin waktu. Responden juga berusaha
menggunakan kesempatan belajar dengan baik untuk mengembangkan diri,
mengolah diri,
menambah wawasan,
dan menambah
pengetahuan. Selain itu, belajar merupakan proses yang dialami mulai dari responden belum tahu sampai responden tahu. Sehingga bagi
responden belajar menjadi lebih bermakna. b.
Alasan biarawati sehingga bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar.
Responden termotivasi untuk belajar karena keprihatianan pada permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, kurang pengetahuan,
kurang kemampuan, kurang kesabaran untuk membantu orang lain. Ungkapan tersebut terdapat pada hasil wawancara. Kutipan hasil
wawancara kedua responden sebagai berikut: “Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama. Tapi saya
belum tahu bagaimana caranya menghadapi mereka. Pengalaman saya juga belum tahu caranya bagaimana membantu orang tua anak
yang bercerita masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan
mereka”. DA151MPB-w012-017 “Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan. Saya
prihatin dengan keluarga yang istri atau suami selingkuh”. DA151MPB-w067-070
“Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari berbagai latar belakang mana, maka yang kita dampingi itu tentu berbeda-beda.
Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran juga kurang”. DK51MPB-w016-020
Ungkapan yang sama juga terdapat pada saat FGD. Berikut kutipan hasil FGD dari kedua responden.
“Dulu saya ditugaskan di asrama tetapi saya belum tahu ilmu-ilmu yang cocok untuk mendampingi anak-anak. Ketika anak-anak
mengalami masalah ini, saya dengan cara apa untuk menghadapi dia dan mencari solusinya seperti apa. Perjumpaan dengan orang
tua yang sharing tentang pergulatan hidup, pengalaman hidup
dalam berkeluarga”. DA221MPB-FGD039-045 “sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan, pertentangan di mana-
mana”. DA221MPB-FGD111-112 “Jika dilihat pengalaman ketika mandampingi anak panti, di mana
saat itu saya.. pendidikan dan pengalaman masih rendah, kemampuan saya masih kurang, kadang kurang… kurang sabar”.
DK221MPB-FGD009-013
Kedua responden juga bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar meskipun mengalami kesulitan. Anjuran dan Peraturan
Pemerintah, kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri mereka sendiri memotivasi responden. Hal ini dapat dilihat dari kutipan hasil
wawancara dan FGD berikut: “Makanya, selain dari tuntutan pemerintah atau peraturan
pemerintah yang menganjurkan..contoh saja yang kerja di sekolah perlu S1. Selain itu, kongregasi memang membutuhkan orang ya
untuk itu”. DA151MPB-w019-023 “Maka peraturan pemerintah dan juga dari diri saya sendiri
mendorong saya menjalankan perutusan belajar ini”. DK51MPB-
w079-081 “Belajar selain karena memang peraturan..peraturan pemerintah
juga kongregasi..”.DA221MPB-FGD181-182 “...peraturan pemerintah mewajibkan misalnya guru wajib S1.
Selain itu, dari diri saya, kongregasi juga mengikuti perkembangan zaman. DK221MPB-FGD077-079
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa responden termotivasi melaksanakan tugas perutusan belajar karena Peraturan Pemerintah,
kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri responden. Kesadaran responden tersebut karena keprihatinan, dan kurang pengetahuan,
kemampuan, kesabaran dalam menolong orang lain. c.
Bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati dalam melaksanakan tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
Responden melaksanakan tugas perutusan belajar berhadapan dengan berbagai tantangan. Tantangan-tantangan kedua responden
sama berupa kurangnya kemampuan menjalankan komputer dan kekurangan mendapatkan informasi. Hal ini dapat ditemukan kutipan
wawancara berikut: “Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya terganggu
karena tidak sopan, tidak menghargai. Lalu, kesulitan saya juga menjalankan komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan saya
juga selalu ngantuk itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu jam dua itu, goda
an bagi saya untuk tidur”. DA151MPB-w039- 044
“Kemudian juga kesulitan itu ya dengan perkembangan jaman itu... teknologi canggih ya.. mereka lebih cepat mengoprasikan laptop,
tapi saya lamban dan juga cara saya menangkap”. DK51MPB- w052-055
Responden AS terganggu dengan suasana kelas yang ribut dan mudah mengantuk. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama.
Responden sangat mengantuk ketika perkuliahan berlangsung. Pada saat diminta salah satu kelompok presentasi menjelaskan
kembali video yang sudah diperlihatkan, responden bertanya kepada teman di sampingnya.
AS28112016 Selain dari itu, hasil FGD juga mengungkapkan hal yang sama
tentang kurangnya kemampuan menjalankan computer dan kurangnya informasi. Kutipan hasil FGD kedua responden sebagai berikut:
“Saya itu belum terlalu pandai dengan komputer. Anak-anak itu biasa. Lalu juga saya mudah ngantuk, masuk kelas harus belajar.
Akhirnya konsentrasi saya hilang. Saya terngganggu kalau kelas itu ribut ketika dosen menjelaskan, tidak sopa
n”. DA221MPB- FGD096-100
“Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat komunikasi seperti HP. Teman punya, kita tidak tahu informasi tidak seperti mereka”.
DK221MPB-FGD072-075
Selain itu, dari hasil wawancara dan FGD responden As merasa lebih mudah berbicara daripada mendengarkan. Sedangkan dari hasil
observasi, wawancara dan FGD, responden KS terganggu dengan anggota kelompok yang tidak disiplin waktu.
“Saya orangnya suka bicara, sementara di BK harus mendengarkan
”.DA151MPB-w028-029 “Saya berpikir di BK itu, mulut tutup telinga buka. Sementara
saya sendiri inginnya mulutnya terbuka terus”. DA221MPB- FGD086-088
Teman kelompok responden datang terlambat. Responden berusaha sabar menunggu teman kelompok yang datang terlambat. KS
16112016
“Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja kelompok tapi tidak tepat waktu seperti yang sudah disepakati”. DK51MPB-w044-
046 “Dalam kelompok jam sekian kita kumpul sementara ada yang
terlambat, akhirnya bertabrakan dengan jadwal komunitas..ya kita harus sabar saja”. DK221MPB-FGD065-068
Kedua responden juga mengalami kesulitan yang lain. Keduanya menjelaskan dengan bahasa yang berbeda tetapi maksudnya sama.
Responden AS merasa sudah tua. Sehingga responden minder dalam pergaulan dan berteman hanya dengan satu orang, dan kemampuan
akdemiknya kurang.
Kemampuan responden
menerima dan
memahami juga kurang karena kurikulum dan jangka waktu menyelesaikan SMA samapai masuk Perguruan Tinggi terlalu jauh.
Kutipan hasil observasi dan diperkuat hasil wawancara dan FGD sebagai berikut:
Kemudian responden menuju sekretariat BK hanya berteman dengan satu mahasiswa. AS28112016
”..umur yang sudah tua. Terkadang saya sulit membaur, bergaul dengan teman-teman. Apalagi awalnya, saya berjuang setengah
mati. Sekarang sudah lumayan, tetapi saya masih melihat ada pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya sering berteman
dengan satu teman saja. Tantangan lainnya, pada saat Konseling Keluarga dapat C padahal 6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3
SKS”. DA151MPB-w053-060 “Lalu, saya sudah lama tidak sekolah dari tahun 2000 tidak sekolah
sampai 2012. Selain kurikulum yang berbeda juga pastinya otak saya ini udah tumpul”. DA221MPB-FGD090-093
“Berikutnya saya minder karena saya ini udah tua hahaha sementara teman-teman saya barusan lulusan SMA, masih kecil
yang masih bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya pernah dapat nilai C ya. Saya kadang malu di tengah-tengah mereka untuk
awal-awal masuk itu. Maka tidak heran saya itu hanya sama satu
teman yang bisa diajak ngobrol, senda gurau”. DA221MPB- FGD100-107
Sementara itu, responden KS mengatakan bahwa perbedaan umur dan kurikulum menyebabkan kemampuan menangkap dan memahami
rendah dibandingkan orang lain. Ungkapan ini terdapat pada hasil wawancara dan FGD.
“Soal umur teman angkatan saya, pada umumnya mereka tamat SMA mereka langsung melanjut lalu saya sudah 10 tahun yang lalu
tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya rendah. Lalu kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin maju. Saya sulit
mengerti
, memahami apa yang dosen sampaikan”. DK51MPB- w035-041
“Lalu mereka baru tamat SMA, masih muda dibanding dengan saya yang sudah berumur, sudah sepuluh tahun lalu tamat SMA.
Kurikulumnya juga berbeda. Ketika dosen menerangkan saya tidak secepat mereka
menangkap, mengerti”. DK221MPB-FGD068- 072
Dari hasil data wawancara dan FGD tersebut menggambarkan bahwa
kedua responden
sama-sama mengalami
kesulitan menyesuaikan diri dalam pergaulan dan kemampuan akademik. Usia
dan kurikulum mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dalam bergaul dan kemampuan akademik.
Berdasarkan data tersebut, terungkap bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui responden dalam melaksanakan tugas perutusan belajar.
Kesulitan-kesulitan mereka adalah kurang mampu menjalankan computer; kurang informasi; kesulitan menyesuaikan diri dalam
pergaulan dan kemampuan akademik karena perbedaan usia dan kurikulum;
sulit mendengarkan
daripada berbicara,
mudah mengantuk; dan terganggu dengan ketidakdisiplinan anggota kerja
kelompok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan.
Dilihat dari hasil wawancara dan FGD terdapat beberapa kemiripan usaha yang dilakukan kedua responden menghadapi kesulitan sesuai
tantangan zaman. Usaha yang dilakukan kedua responden adalah responden mendekati teman, responden berani dan rendah hati
bertanya, dan bijaksana dalam menghadapi tantangan. Kutipannya sebagai berikut:
“Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah tidak bisa saya bertanya dengan mereka. Saya juga bercerita,
bertanya dengan dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa dekat
”. DA151MPB-w085-088 “Selain itu, saya bertanya dekat dengan mereka karena mereka
punya HP, mereka tahu komputer”. DA221MPB-FGD139-141 “kalau saya tidak mengerti, maka saya tanya entah dengan teman
juga sama dosen”. DK221MPB-FGD146-148 “Juga dalam perkembangan teknologi sekarang seperti HP ketika
harus buka ini atau teman-teman mau menghubungi sulit. Saya berefleksi bahwa memang dalam situasi seperti inilah ditantang
untuk lebih bijaksana dan tentu harus kreatif, ketika tidak mengerti dan harus buka saat itu yaaa saya harus rendah hati bertanya
dengan teman-
teman yang punya”. DK221MPB-FGD148-155 Responden KS menambahkan sebaiknya berusaha terlebih dahulu
dan tekun mengerjakan tugas, harus berani salah, dan bersabar. Responden menghindari kegiatan organisasi kemahasiswaan supaya
tidak mengganggu kegiatan komunitas. Hal ini terdapat pada hasil observasi yang juga terdapat dalam hasil wawancara.
“Responden berusaha sabar menunggu teman kelompok yang datang terlambat. Responden mulai mengerjakan tugas. Responden
menemui salah satu teman mahasiswa dan melihat HP mahasiswa tersebut. Responden minta tolong temannya menghubungi teman
yang terlambat”. KS16112016 “Tapi prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya buat dulu, saya
lakukan nantikan dosen akan memperbaiki. karena dosen-dosen kita kan seandainya kita sudah berusaha tidak melulu disalahkan
tetapi mereka memperbaiki, mengerti. Selain itu, saya juga dengan tekun mengerjakan tugas, tekun bertanya itu sangat membantu.
Belajar sabar juga dengan teman-
teman itu”. DK51MPB-w092- 099
“Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan kampus, misalnya organisasi GMC atau apa itu, karena nanti bertabrakan”.
DK51MPB-w119-121 Pendapat yang berbeda dikatakan responden As bahwa responden
menghadapi kesulitan dengan berdoa dan bercerita dengan pemimpin. Responden yakin ada orang lain yang menolong. Ketika responden
mengantuk, responden melakukan gerakkan kecil dan mencuci wajahnya. Hasil observasi diperkuat hasil wawancara dan FGD yang
terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Responden sangat mengantuk ketika perkuliahan berlangsung.
Pada saat diminta salah satu kelompok presentasi menjelaskan kembali video yang sudah diperlihatkan, responden bertanya
kepada teman di sampingnya. Responden langsung menuju kamar kecil dan mencuci wajahnya. AS28112016
“Cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya lari kepada Tuhan juga kepada pemimpin. Wong, kita dibiayai kongregasi”.
DA151MPB-w080-082 “Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya ke kamar
mandi cuci muka”. DA151MPB-w089-090 “Sebagai religius, saya berdoa dan yakin saya tidak sendirian”.
DA221MPB-FGD124-125 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Nah, kalau udah ngantuk, saya menggerak-gerakkan badan atau cuci muka
”. DA221MPB-FGD125-126 Persamaan yang lainnya dari kedua responden dalam usaha
menghadapi kesulitan, yaitu sama-sama sadar sebagai religius dan anggota kongregasi yang memiliki peraturan dan kaul. Kedua
responden mendahulukan hidup komunitas, hidup rohani, daripada belajar. Responden mengikuti semua kegiatan komunitas. Reponden
belajar setelah acara komunitas selesai. Namun relasi dan komunikasi penting dalam hidup bersama. Data tersebut dapat ditemukan dalam
kutipan hasil observasi, dan wawancara. Pada saat peneliti datang, responden sedang mengerjakan tugas
akhir kuliah. Ketika ibadat siang, responden juga ikut berdoa bersama komunitas. Responden memimpin ibadat siang.Responden
berdoa dengan kusuk. AS17012017 Responden menerima tamu yang datang untuk pertemuan. Setelah
itu, ia berpamitan dengan anggota komunitasnya. Ketika diskusi kelompok selesai, responden langsung pulang ke komunitas untuk
doa dan makan siang bersama komunitas. KS22012017
“Kita inikan biarawati yang punya aturan ya, kaul. Semua teratur. Jangan sampai kita meninggalkan acara komunitas. Dalam
kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu bukanlah yang utama tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang, hanya
salah satu cara untuk karya ke depan, yang utama itu adalah hidup komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah sampai jam enam. Kadang pemimpin sudah tahu, tapi kadang harus memberitahu
pemimpin juga”. DA151MPB-w101-112 “Kalau hari-hari kan tentu kita di kampus, mau tidak mau itu
memang bawa makanan ke kampus tetapi kalau sudah pulang ke komunitas tentu saya kerjakan apa yang perlu dikerjakan dan ikut
doa bersama, ikut makan bersama dan malam hari setelah makan malam belajar”. DK51MPB-w114-119
“Dan sudah ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu hanya kebetulan sebagai suster dan studi tetapi duluan susternya;
suster yang kebetulan studi maka yang diutamakan hidup rohani bukan studinya, kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster”.
DK51MPB-w121-126 Dari hasil FGD juga ditemukan jawaban yang sama. Hasil FGD
dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut: “Maaf ya, ini aturan dalam kongregasi kami. Jangan sampai kamu
melalaikan waktu, acara komunitas harus duluan. Artinya, karena suster maka kita kuliah. Kalau benar-benar tidak bisa ya..harus ijin
dengan pemimpin. Saya sendiri kalau udah sepanjang hari kuliah pasti udah capek malam harus belajar. kalau ada tugas saya harus
berjuang. Kami belajar malam setelah doa malam. Kalau ada rekrea
si bersama ya, jam sembilan baru bisa belajar”. DA221MPB-FGD130-137
“Memang sering dikatakan pada kami kalian itu suster yang kebetulan mahasiswa bukan mahasiswa yang kebetulan suster.
Artinya yang diutamakan adalah hidup membiara”. DK221MPB- FGD156-159
“Kadang kami di kampus seharian ya, maka ketika di rumah ada di rumah, kegiatan apa yang ada diikuti. Kalau doa siang tidak ikut
karena ada di kampus”. DA221MPB-FGD159-162 Namun kedua responden sama-sama mengakui bahwa dalam setiap
perjuangan pasti ada kesulitan. Kesulitan yang memacu responden untuk lebih aktif dan kreatif menemukan cara yang tepat dalam
menghadapi tantangan. Kalimat tersebut dapat ditemukan dalam hasil wawancara dan FGD.
“Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya semakin kreatif mencari cara mengatasi kesulitan. Kalau saya tidak
mengalami kesulitan doa saya datar-datar saja. tapi saat sulit pengen lama doanya. Jadi kesulitan itu membuat saya semakin
kreatif mencari cara untuk menghadapi tantangan yang kuhadapi
itu”. DA151MPB-w093-098 “Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap perjuangan
tetap ada kesulitan tetapi bukan dalam arti kesulitan menjadikan saya untuk patah semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya
melihat kesulitan itu mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti mencari solusi bagaimana supaya kesulitan itu dapat teratasi”.
DK51MPB-w102-107 “Kesulitan membuat saya kreatif mencari cara menghadapi
tantangan” DA221MPB-FGD143-145
“Dengan kesulitan itu semua, saya jadi lebih aktif mencari solusi. Prinsipnya setiap perjuangan pasti ada kesulitan”. DA22MPB-
FGD172-173 Berdasarkan penjelasan kedua responden dalam wawancara,
diskusi FGD, dan hasil observasi mengenai usaha-usaha yang dilakukan responden menghadapi kesulitan sesuai tantangan zaman
adalah mendekati teman, berani dan rendah hati bertanya, bijaksana dalam menghadapi tantangan; sadar sebagai religius yang berkaul dan
sadar sebagai anggota kongregasi yang memiliki peraturan; menjalin relasi dan komunikasi dalam hidup bersama; mendahulukan hidup
komunitas, hidup rohani daripada belajar; mengikuti semua kegiatan komunitas. Selain itu, responden AS menghadapi kesulitan dengan
berdoa, bercerita dan yakin ada orang lain yang menolong, dan menggerak-gerakkan badan dan mencuci muka ketika mengantuk.
Sedangkan bagi responden KS berusaha terlebih dahulu dan tekun mengerjakan tugas, berani salah, sabar, dan menghindari kegiatan
organisasi kemahasiswaan. Kedua responden sependapat bahwa setiap perjuangan pasti ada kesulitan dan kesulitan menimbulkan kreativitas
dan keaktifan menemukan cara yang tepat dalam menghadapi tantangan.
B. Pembahasan