Refleksi Pengaruh penghayatan kaul kemiskinanterhadap persaudaraan Suster Suster Misi dan Adorasi dari Santa Familia di Indonesia

dalam menjalankan seluruh hidup dan karya dalam Kongregasi. Kharisma juga menjadi unsur yang penting, dalam hal ini kharisma tersebut lebih diungkapkan dalam kerasulan dibidang pendidikan, kesehatan, pastoral dan sosial. Dengan demikan nampak jelas bahwa kharisma itu bersifat fungsional, karena diwujud nyatakan dalam konteks gerakan Allah demi pembangunan Gereja dan pengabdian kepada umat manusia Bab II hal.32 Persaudaraan dalam perbedaan sangat menarik, perbedaan dilihat sebagai suatu kesempatan yang baik untuk banyak belajar satu sama lain. Persaudaraan itu mewujudkan diri dalam kasih kasih kristiani. Kepentingan saudara dalam kristus lebih diutamakan, entah ada balasan atau tidak. Dikatakan oleh Groenen bahwa kalau persaudaraan itu berhasil dihayati, maka semua anggota dapat mengatasi dan melampaui segala ikatan wajar dan alamiah yang barangkali menghalangi persaudaraan dalam Yesus Kristus Bab II hal.38 Menghargai kemacamragaman yang ada diantara kita sangat penting, kita diharapkan untuk saling membantu dan menguatkan. Untuk lebih menghidupi persaudaraan dalam hubungan dengan yang lain maka kita diharapkan untuk memiliki gaya hidup jemaat perdana, yang saling membantu dan kerelaan berbagi dengan yang lainnya. Religius seharusnya mampu untuk mengimbangi antara keterbukaan dan kedekatan dengan masyarakat dengan menciptakan suasana rekolektif dan reflektif dalam rumah Bab II hal.45. Dengan demikian hasil yang diperoleh dari penghayatan kaul kemiskinan terhadap persaudaraan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang baik terjadi dengan suster-suster MASF dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Hidup berkaul khususnya kaul kemiskinan membantu suster-suster MASF dalam meningkatkan persaudaraan baik dalam hidup berkomunitas maupun dalam hidup karya.

D. Evaluasi

1. Penghayatan Kaul Kemiskinan

Pada variabel penghayatan kaul kemiskinan ini sangat jelas bahwa suster- suster MASF secara baik mewujudkan kesungguhan dan keseriusan serta berkomitmen dengan pilihan hidup yang telah ambil yakni menjadi suster MASF. Sebagai suster MASF mereka belajar dari pribadi Yesus sebagai seorang nabi. Seorang nabi dipahami sebagai pribadi yang kuat dan berani berkorban untuk membantu orang lain. Dijelaskan juga oleh Darminta bahwa nabi adalah pertama seorang utusan Allah dan kedua berperan untuk menyatakan bahwa Allah sungguh memperhatikan kemalangan manusia dan bertekad membebaskan Bab II hal.18. Dari data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 maka dapat diketahui hasilnya, yang secara keseluruhan mengakui bahwa mereka mampu untuk menghayati kaul kemiskinan dengan baik. Dari rentang nilai 1 sampai 4 sebagai alternatif jawaban yang telah tersedia, rata-rata mencentang 3 yang terbanyak sehingga dinyatakan suster-suster mampu untuk menghayati kaul kemiskinan, sedangkan yang menjawab 4 dengan pernyataan Sangat setuju tidak begitu banyak. Rentang nilai 1 dan 2 juga hanya beberapa suster yang mencentang. Dengan data yang ada maka penulis mengatakan bahwa secara keseluruhan suster-suster MASF mampu untuk secara baik dalam penghayatan kaul kemiskinan. Bisa dilihat dari jawaban suster-suster pada kuesionar yang telah diisi. Suster-suster dengan keterbukaan dan kejujuran mengisi atau menjawab 80 pernyataan yang ada, semua pernyataan diisi atau dijawab oleh mereka. Pada variabel penghayatan kaul kemiskinan ini dari 40 pernyataan, yang valid 33 butir sedangkan yang tidak valid ada 7 butir. Melihat butir yang valid lebih banyak, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa suster-suster MASF lebih unggul dan baik dalam penghayatan kaul kemiskinan. Meskipun suster-suster sudah mampu secara keseluruhan dalam penghayatan kaul kemiskian tetapi alangkah lebih baik lagi kalau penghayatan tersebut sungguh-sungguh menjiwai dan hidup bahkan mendarah daging dalam tubuh sebagai suster-suster MASF, dengan harapan bahwa jawaban dari kuesioner mampu berada pada taraf sangat mampu tidak hanya mampu. Sangat mampu berarti sudah bisa menyatu dan benar-benar menjadi bagian dari kehidupan suster- suster MASF. Dari variabel X terdapat tujuh butir yang tidak valid maka diharapkan bagi suster-suster MASF untuk bisa secara lebih mendalam meningkatkan kemampuan mereka sehingga bisa menjadi lebih baik lagi. Dari setiap aspek ada satu butir yang tidak valid, ini menunjukkan bahwa pentingnya untuk lebih menghayati dan mendalami penghayatan kaul kemiskinan yang sesungguhnya demi sebuah kesetiaan dalam panggilan hidup suster-suster MASF.

2. Persaudaraan

Pada variabel Persaudaraan ini suster MASF secara baik juga menghayati hidup persaudaraan, mereka sangat menjunjung tinggi rasa dan semangat persaudaraan yang merupakan dasar dari Kongregasi MASF. Persaudaraan sangat diutamakan dalam kebersamaan dengan yang lainnya. Persaudaraan mampu mempersatukan perbedaan yang ada serta mampu mendorong satu dengan yang lain untuk berani terbuka, memahami dan juga merasa nyaman menjalin relasi dengan suster yang lain dalam hidup berkomunitas dan karya Bab II hal.31. Persaudaraan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suster-suster MASF karena yang menjadi teladan hidup mereka adalah keluarga kudus sendiri, di mana ada cinta dan perhatian antara satu dengan yang lainnya. Keluarga kudus juga menjadi inspirasi bagi semua anggota MASF. Persaudaraan juga sangat ditekankan oleh pater Antonius Maria Trampe, sebagai pendiri kongregasi MASF maka dia menghimbau untuk selalu mengutamakan persaudaraan kapan pun dan di mana pun. Setelah semua data dioleh terdapat 32 butir yang valid dari 40 pernyataan sedangkan yang tidak valid adalah 8 butir. Terlihat bahwa suster-suster MASF secara keseluruhan juga mampu menghayati persaudaraan. Persaudaraan dalam kebersamaan sebagai suster-suster MASF. Ada enam aspek yang ditawarkan oleh penulis kepada suster-suster, dari aspek tersebut dibuat 40 pernyataan berkaitan dengan persaudaraan. Pernyataan yang diberikan untuk diisi oleh suster-suster, sangat relevan dengan dengan kehidupan sehari-hari mereka, seperti pada keenam aspek; memahami sesama, menerima satu sama lain, memaafkan, melayani, cinta yang mengabdi dan kebersamaan. Ada pun maksud dari penulis yakni mengajak dan mengingatkan suster-suster untuk merefleksikan kembali bagaimana dengan kehidupan persaudaraan selami ini. Dari rentang nilai yang ada rata-rata mencentang alternatif jawaban 3 setuju dan 4 sangat setuju. Hasil menunjukkan bahwa suster-suster MASF mampu untuk hidup dalam persaudaraan dalam kongregasi dan komunitas khususnya. Dengan melihat jawaban dari kuesioner yang ada, tidak menemukan permasalahan yang rumit yang tidak bisa dibicarakan bersama. Komunikasi juga sangat ditekankan dalam kehidupan suster-suster MASF sehingga membantu terjadinya konflik dan salah paham antara satu dengan yang lainnya. Suster-suster sudah mampu untuk menciptakan persaudaraan dalam kehidupan bersama mereka tetapi juga yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan agar lebih baik, seperti lebih pada penyadaran diri artinya bahwa persaudaraan itu sungguh-sungguh dihidupi dan menjiwai pribadi masing-masing suster MASF sehingga mereka tidak hanya mampu melainkan sangat mampu untuk menciptakan dan menghidupi persaudaraan. Totalitas hidup perlu juga direfleksikan kembali sehingga semakin membantu setiap pribadi dalam menjalani hidup panggilannya sebagai suster MASF, kalau kita total dan tidak setengah-setengah dengan hidup panggilan kita maka semua akan bisa berjalan dengan baik termasuk sangat mampu menghidupi dan menjiwai persaudaraan dalam kebersamaan kita dengan yang lain. Dari variabel Y terdapat sembilan butir yang tidak valid sehingga sangat diharapkan bagi suster-suster MASF untuk bisa secara lebih baik menciptakan dan menghidupi persaudaraan mereka sehingga bisa menjadi lebih baik lagi. Delapan aspek yang tidak valid menunjukkan betapa pentingnya untuk lebih menghidupi persaudaraan secara sungguh-sungguh sehingga suster-suster tidak hanya mampu tetapi sangat mampu menciptakan dan menghidupi persaudaraan dalam seluruh kehidupan mereka sebagai seorang suster-suster MASF. Menjadi jelas bahwa suster MASF menjunjung tinggi dan menghargai persaudaraan yang menjadi gaya hidup dari kongregasi MASF. Penerimaan perbedaan dan kekhasan dari masing- masing akan menciptakan persaudaraan yang lebih mendalam dan kuat dalam kongregasi. Dikatakan oleh Groenan bahwa kepentingan saudara dalam Kristus selalu diutamakan, entah ada balasan atau tidak. Yang mau dikatakan yakni bahwa dalam kebersamaan kepentingan umum lebih penting dan harus selalu didahulukan darim pada kepentingan pribadi.

E. Rekoleksi Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Penghayatan Kaul

Kemiskinan Terhadap Persaudaraan Suster-Suster MASF 1. Pengertian dan Tujuan Rekoleksi Rekoleksi dalam bahasa Latin recollectio yang berarti usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani. Selain itu juga rekoleksi merupakan usaha untuk mengumpulkan kembali pengalaman dan peristiwa hidup yang telah dijalani. Dalam rekoleksi kita meninjau salah satu unsur atau segi karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya dan tanggapan kita atas karya Allah itu. Dengan demikian, berkat rekoleksi kita mengenal situasi diri dan hidup kita dalam perkara tertentu, sebagai hasil karya Allah dan tanggapan kita terhadap-Nya. Situasi itulah yang kita jadikan titik tolak untuk melangkah maju bersama Allah sesuai dengan keadaan, kemungkinan dan kemampuan nyata yang ada dalam diri dan lingkungan hidup kita. Rekoleksi, kalau demikian dapat merupakan saat-saat penyegaran rohani dan memperkaya hidup dan menggairahkan pengabdian dalam hidup kita Mangunhardjana, 1985:7-20. Adapun tujuan diadakannya rekoleksi menurut Mangunhardjana 1985:30-31 yakni pertama untuk menyampaikan inspirasi iman tentang pengembangan bakat-bakat yang memberi dorongan serta informasi tentang cara pengembangan bakat-bakat, sebagai salah satu segi penting dalam pengembangan diri. Agar para peserta dapat mengenal diri dan membentuk gambaran diri yang seimbang. Kedua untuk menanamkan sikap yang benar terhadap masa depan, sebagai landasan untuk bersikap dan mengambil langkah untuk mengembangkan sifat-sifat positif, yang merupakan salah satu segi pengembangan diri yang pokok.