Kegunaan Jaringan Kerja PERT Program Evaluation and Review Technique

5. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.

2.4. Kegunaan Jaringan Kerja

Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengenali jalur kritis critical path dalam hal ini adalah jalur elemen- elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. 2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek. 3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau dilaksanakan.

2.5. Metode CPM Critical Path Method

Metode lintasan kritis CPM Critical Path Method pertama kali digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal waktu dan biaya proyek. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.

2.5.1. Terminologi dalam CPM

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal normal estomate dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat crash estimate . Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis , jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.

2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian

Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut : 1. E earliest event occurence time = Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa. 2. L Latest event occurence time = Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. ES earliest activity start time = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan.

Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

4. EF earliest activity finish time = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.

EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya

5. LS latest activity start time = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai

tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

6. LF latest activity finish time = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan

tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

7. t activity duration time = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu

kegiatan hari, minggu, bulan. Sifat atau syarat umum jalur kritis : a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E1 = L1 =0 b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF c. Foat Total : TF = 0

2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM

Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event start dan satu terminal event finish. Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES. Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju forward computation dan perhitungan mundur backward computation. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Hitungan Maju Dimulai dari Start initial event menuju Finish terminal event untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan EF, waktu tercepat terjadinya kegiatan ES dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa E. 2. Hitungan Mundur Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan LF, waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan LS dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi L. Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a b c a b c kegiatan Waktu Gambar 2.7. Network Diagram Event Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Keterangan: a = ruang untuk nomor event b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event E dan kegiatan ES yang merupakan hasil perhitungan maju c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event L dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut: 1 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 3 A B C D E F Gambar 2.8. Network Diagram Proyek Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya: A. Perhitungan Maju Aturan Pertama Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya predecessor telah selesai. E1 = 0 Aturan Kedua Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya. EFi-j = ESi-j + t i-j Maka : EF1-2 = ES1-2 + D = 0 + 2 = 2 EF2-3 = ES2-3 + D = 2 + 5 = 7 EF2-4 = ES2-4 + D = 2 + 3 = 5 EF3-5 = ES3-5 + D = 7 + 6 = 13 EF4-5 = ES4-5 + D = 5 + 4 = 9 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Aturan Ketiga Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal ES kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal EF yang terbesar dari kegiatan terdahulu. Misalnya: a b c d Gambar 2.9. Network Perhitungan Maju Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Bila EFc EFb EFa, maka ESd = EFc Maka: EF5-6 = EF4-5 + D = 13 + 3 = 16 Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF Kegiatan Kurun Waktu Hari t PALING AWAL I j Mulai ES Selesai EF 1 2 3 4 5 1 2 2 2 2 3 5 2 7 2 4 3 2 5 3 5 6 7 13 4 5 4 5 9 5 6 3 13 16 Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah selama 16 minggu. B. Perhitungan Mundur Aturan Keempat Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan. LSi-j = LFi-j – t Maka LS5-6 = EF5-6 – D = 16 – 3 = 13 LS4-5 = EF4-5 – D = 13 – 4 = 9 LS3-5 = EF3-5 – D = 13 – 6 = 7 LS2-4 = EF2-4 – D = 9 – 3 = 6 LS2-3 = EF2-3 – D = 7 – 5 = 2 Aturan Kelima Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir LF kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir LS kegiatan berikutnya yang terkecil. a b c d Gambar 2.10. Network Perhitungan Mundur Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Project Preparation and Analysis for Local Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Jika LSb LSc LSd maka LFa = LSb Sehingga: LF1-2 = LS2-3 = 2 dan LS1-2 = EF1-2 – D = 2 – 2 = 0 Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF KEGIATAN KURUN WAKTU t PALING AWAL PALING AKHIR i J MULAI ES SELESAI EF MULAI LS SELESAI LF 1 2 3 4 5 6 7 1 2 2 2 2 2 3 5 2 7 2 7 2 4 3 2 5 6 9 3 5 6 7 13 7 13 4 5 4 5 9 9 13 5 6 3 13 16 13 16 Sumber : Alberto D. Pena. 1997 C. Perhitungan Slack atau Float Aturan Keenam Slack Time atau Total Slack TS = LS – ES atau LF – EF Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Slack Sumber : Alberto D. Pena. 1997 KEGIATAN KURUN WAKTU t AWAL AKHIR TOTAL SLACK TS i j ES EF LS LF 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 2 2 2 2 3 5 2 7 2 7 2 4 3 2 5 6 9 4 3 5 6 7 13 7 13 4 5 4 5 9 9 13 4 5 6 3 13 16 13 16 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.6 PERT Program Evaluation and Review Technique

Pengelolaan proyek – proyek berskala besar yang berhasil memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati – hati dari berbagai aktivitas yang berkaitan. Untuk itu telah dikembangkan prosedur – prosedur formal yang didasarkan atas penggunaan network jaringan dan teknik – teknik network. Prosedur yang paling utama dari prosedur – prosedur ini dikenal sebagai PERT Program Evaluation and Review Technique Namun kecenderungan pada dewasa ini adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut menjadi apa yang biasa dikenal dengan dengan PERT-type system. Seperti telah diterangkan di atas, PERT- type system menggunakan network jaringan kerja untuk menggambarkan interelasi antara elemen-elemen proyek. Gambar jaringan rencana proyek ini memperlihatkan seluruh kegiatan aktivitas yang terdapat di dalam proyek tersebut serta logika ketergantungannya satu sama lain. Budi Santosa,1999;21. Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau SPA Saat Paling Awal-nya sama dengan SPL Saat Paling Lambat. Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut. Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari Tubagus H.A, 1997 ; 15 . Sifat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat tidak ada mulai paling awal dan tidak ada mulai paling lambat dan harus selesai pada satu saat tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan atau secara formulatif. SPA i = SPL i SPA j = SPL j Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka berlaku rumus: SPA i + L = SPL i SPA j + L = SPL j Keterangan : L = lama kegiatan kritis SPA i = saat paling awal peristiwa awal SPL i = saat paling lambat peristiwa awal SPA j = saat paling awal peristiwa akhir SPL j = saat paling lambat peristiwa akhir Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari uraian diatas dapat disimpulkan : 1. Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis. 2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis mungkin kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis. 3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus : SPA i + L = SPL i atau SPA j + L = SPL j Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis. Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek. 2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari semua lintasan yang ada. Syarat umum jalur kritis adalah : 1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E1 = L1 = 0. 2. Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF. 3. Float Total : TF = 0. Sehubungan dengan lintasan kritis suatu proyek, perlu diperhatikan bahwa : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. 2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis. 3. Kelonggaran waktu slack terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak merupakan bagian “jalur kritis”. Ini memungkinkan kita untuk mengadakan relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan “kritis”. Analisis Biaya Proyek Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat sebuah proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran Slack paling lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya yang dipakai dalam proyek biaya agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih optimal dan ekonomis. Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya lihat Gambar 2.12. Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung misalnya biaya tenaga kerja, pembelian material dan peralatan tanpa memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain. Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Waktu Normal

Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya.

2. Biaya Normal

Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian kegiatan- kegiatan proyek sesuai dengan waktu normalnya.

3. Waktu Dipercepat

Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan sumber daya bukan hambatan.

4. Biaya untuk Waktu Dipercepat

Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan waktu dan biaya suatu kegiatan atau lebih dikenal dengan slope adalah: Dipercepat Waktu Normal Waktu − − = Normal Biaya Dipercepat Biaya Biaya Slope Mempercepat umur proyek Umur proyek merupakan batas waktu pelaksanaan proyek. Keadaan yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek adalah adanya perbedaan antara umur Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur rencana proyek. Caranya adalah dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara proporsional. Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah Tubagus Haedar A, 1997 ;78 1. Telah ada network diagram yang tepat 2. Lama kegiatan masing-masing kegiatan telah ditentukan 3. Berdasarkan ketentuan di atas, dihitung saat paling awal SPA dan saat paling lambat SPL semua peristiwa 4. Ditentukan pula umur rencana proyek UREN Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program . Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan crash time yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time -nya. Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek adalah Tubagus H.A, 1997 : 1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa yang sama seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan dan sama dengan semula untuk langkah siklus pertama. 2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA 1 = 0, dihitung saat peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek UPER = saat paling awal peristiwa akhir SPA m ,m = nomor peristiwa akhir network diagram atau nomor maksimal peristiwa. 3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram SPA m = umur proyek yang direncanakan UREN, dihitung saat paling lambat semua peristiwa. 4. Hitung total float TF semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float yang berharga negative, lanjutkan kelangkah berikut: 5. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total float masing-masing besarnya: Total Float TF = UREN – UPER = SPL m - SPA m berharga negatif = SPL 1 = SPA 1 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah L n , n adalah nomor urut kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, …..z 7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas langkah ke-5 dan 6 dengan menggunakan rumus : L L L n n n UPER UREN x L lama lama baru − + = Keterangan : L n baru = Lama kegiatan baru L n lama = Lama kegiatan lama L i = Jumlah lama kegiatan – kegiatan pada satu lintasan yang harus dipercepat UREN = umur rencana proyek UPER = umur perkiraan proyek 8. Kembali ke langkah 1 Contoh perhitungan percepatan proyek : Diberikan tabel sebagai berikut: Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek Kegiatan Kegiatan Mendahului Waktu yang dibutuhkan Minggu Biaya Dalam Normal Crash Normal Crash A - 4 2 10.000 11.000 B A 3 2 6.000 9.000 C A 2 1 4.000 6.000 D B 5 3 14.000 18.000 E B,C 1 1 9.000 9.000 F C 3 2 7.000 8.000 G E, F 4 2 13.000 25.000 H D, E 4 1 11.000 18.000 I H, G 6 5 20.000 19.000 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sumber : Alberto D. Pena. 1997. a. Tentukan waktu penyelesaian proyek serta biayanya b. Tentukan waktu senggang bebasnya dan lintasan kritis normal Dengan mempersingkat waktu proyek selama tiga minggu, tentukan kegiatan- kegiatan apa saja yang pelu dipersingkat dan tentukan total biaya proyeknya Bentuk jaringan kerja dari proyek tersebut adalah: 2 4 4 3 7 7 4 7 9 1 A B C 5 12 12 D 7 10 12 E F 8 16 16 H 9 22 22 G I 4 3 2 1 5 3 4 4 6 4 6 7 7 8 12 16 12 10 12 22 16 12 12 14 9 7 9 4 7 11 6 8 12 8 8 Gambar 2.11. Network diagram proyek Sumber : Alberto D. Pena. 1997. a. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 22 minggu dengan biaya yang dikeluarkan adalah 10.000 + 6.000 + 4.000 +14.000 + 9.000 + 7.000 + 13.000 + 11.000 + 20.000 = 94.000 b. Berikut ini cara memperhitungkan free slack dan menemukan lintasan kritisnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.5. free slack Kegiatan A B C D E F G H I TS 2 4 2 2 FS 1 Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Kegiatan Kritis : A, B, D, H, I Jalur Kritis : 1 – 2 – 3 – 5 – 8 – 9 c. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan crash program dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung nilai slope masing-masing kegiatan Tabel 2.6. Nilai slope Sumber : Alberto D. Pena. 1997. 2. Mengurangi waktu penyelesaian proyek dengan menekan sebanyak mungkin kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai slope terkecil. Dari tabel di atas kegiatan kritis dengan slope terkecil adalah kegiatan A. Dengan demikian kegiatan A dapat ditekan sebanyak 2 minggu 4 → 2. Berikut ini perubahan waktu penyelesaian proyeknya: Kegiatan A B C D E F G H I Slope 500 3000 2000 2000 1000 6000 2333 9000 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2 2 2 3 5 5 4 5 7 1 A B C 5 10 10 D 7 8 10 E F 8 14 14 H 9 20 20 G I 2 3 2 1 5 3 4 4 6 2 4 5 5 6 10 14 10 8 10 20 14 10 10 12 7 5 7 2 5 9 6 6 10 6 6 Gambar 2.12. Network diagram percepatan proyek Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 20 minggu dengan biaya adalah 94.000 + 22 – 20 500 = 95.000 3. Dikarenakan waktu penyelesaian belum sesuai yang diharapkan 3 minggu maka perlu menekan aktivitas kritis lain yang memiliki slope terkecil setelah A yaitu kegiatan D sebanyak 1 minggu 5 → 4. Waktu penyelesaian proyek yang diperoleh: 2 2 2 3 5 5 4 5 6 1 A B C 5 9 9 D 7 8 9 E F 8 13 13 H 9 19 19 G I 2 3 2 1 4 3 4 4 6 2 4 5 5 6 9 13 9 8 9 19 13 9 9 12 6 5 6 2 4 8 6 6 9 6 6 Gambar 2.13. Network diagram percepatan proyek akhir Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 19 minggu dengan biaya adalah 95.000 + 20 – 19 2.000 = 97.000 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Definisi Gantt chart Gantt chart adalah grafik batang horizontal dikembangkan sebagai alat kontrol produksi pada tahun 1917 oleh Henry L. Gantt, seorang insinyur Amerika dan ilmuwan sosial. Sering digunakan dalam manajemen proyek bagan Gantt memberikan ilustrasi grafis jadwal yang membantu untuk merencanakan mengkoordinasikan. Grafik Gantt mungkin versi sederhana dibuat pada kertas grafik atau versi yang lebih kompleks otomatis dibuat menggunakan aplikasi manajemen proyek seperti Microsoft Project atau Excel. Sebuah bagan Gantt dibangun dengan sumbu horizontal mewakili rentang waktu keseluruhan proyek, dipecah menjadi kenaikan misalnya, hari, minggu, atau bulan dan sumbu vertikal mewakili tugas-tugas yang membentuk proyek Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bar horizontal dari berbagai panjang merupakan urutan waktu dan rentang waktu untuk setiap tugas. Dengan menggunakan contoh yang sama anda akan menempatkan melakukan penelitian di bagian atas sumbu verticle dan menggambar sebuah bar pada grafik yang mewakili jumlah waktu yang Anda harapkan untuk menghabiskan penelitian dan kemudian masukkan tugas-tugas lain di bawah yang pertama dan bar perwakilan di titik-titik dalam waktu ketika anda mengharapkan untuk melakukan mereka. Bentang bar mungkin tumpang tindih seperti misalnya anda dapat melakukan penelitian dan memilih perangkat lunak selama rentang waktu yang sama. Karena proyek berlangsung bar sekunder mata panah atau batang gelap dapat ditambahkan untuk menunjukkan tugas yang telah selesai atau bagian dari tugas yang telah selesai. Sebuah garis vertikal digunakan untuk mewakili tanggal laporan. Grafik Gantt memberikan gambaran yang jelas tentang status proyek tetapi satu masalah dengan mereka adalah bahwa mereka tidak menunjukkan ketergantungan tugas - Anda tidak bisa mengatakan bagaimana seseorang jatuh di belakang jadwal tugas mempengaruhi tugas lainnya. Otomatis grafik Gantt menyimpan lebih banyak informasi tentang tugas seperti individu ditugaskan untuk tugas-tugas tertentu dan catatan tentang prosedur. Mereka juga menawarkan keuntungan yang mudah untuk mengubah, yang sangat membantu. Diagram dapat disesuaikan sering untuk mencerminkan status yang sebenarnya tugas proyek. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kurva Kemajuan Pekerjaan “Kurva S” Prinsip umum kemajuan, yang juga disebut sebagai kurva S secara grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan komulatif pada suatu sumbu tegak terhadap waktu pada sumbu mendatar. Kemajuan itu dapat diukur menurut jumlah nilai uang yang telah dikeluarkan, survey kuantitas pekerjaan ditempat itu , jam orang yang telah dijalani atau setiap ukuran lainnya yang memberikan suatu manfaat. Masing-masing hal ini dapat dinyatakan baik menurut satuan-satuan sebenarnya dolar, meter-kubik dan lain-lain atau sebagai persentase dari jumlah kuantitas yang diperkirakan untuk diukur. Bentuk kurva S yang khas itu berasal dari pemaduan kemajuan setiap satuan dari waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain untuk mendapatkan suatu kemajuan komulatif. Gambar 2.14. Kurva “S” Sumber : D. Istimawan, 2001 Arus kas Cash Flow dapat diperlihatkan secara grafis dengan menempatkan satu kurva kemajuan untuk pengeluaran pada grafik yang sama 100 Waktu Kemajuan yang sebenarnya Kemajuan yang direncanakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dengan kurva kedua untuk pendapatan. Kurva ini dapat juga dikombinasikan dengan satuan yang lain yang dapat memberikan suatu manfaat misalnya dikombinasikan dengan jumlah komulatif biaya pengeluaran. Adapun kombinasi dari diagram balok dengan kurva “S” seperti tertera pada gambar 2.16 pada gambar tersebut dikombinasikan antara diagram balok dan kurva “S”. Contoh perhitungan kurva S : 1. Pekerjaan Persiapan, yang terdiri dari : a. Pembersihan Lokasi dan Jalan Selama Pelaksanaan Total Biaya per kegiatan = Rp 52.307.668,00 Total biaya seluruh kegiatan = Rp 23.728.239.108,00 Durasi = 273 hari, yang terbagi dalam 39 minggu 1 Minggu = 7 hari Bobot = 100 pekerjaan semua total Harga pekerjaan item per Harga × Gambar 2.15. Diagram Balok dan Kurva “S” Sumber : D. Istimawan, 2001 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. = 100 .108,00 23.728.239 00 , 668 . 307 . 52 × Rp Rp = 0,220 Sedangkan untuk pembagian bobot tiap minggunya yaitu: Bobot Minggu 1 sd Minggu 38 = 0,220 x 273 7 = 0,005 Bobot Minggu 39 = Bobot − ∑Bobot minggu 1 sd minggu 38 = 0,220 − 0,19 = 0,003 Peneliti Terdahulu Berikut ini merupakan penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini :

1. Haryadi Sarjono,

OPTIMISASI WAKTU KERJA DENGAN ANALISA NETWORK CPM PADA PT MAJU GEMILANG MANDIRI, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. 2008 Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner. Masalah yang diteliti adalah mengenai optimisasi waktu kerja dengan menggunakan analisa network CPM Critical Path Method. terhadap proyek pembangunan rumah tinggal Villa Gading Indah M14 – Kelapa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gading, Jakarta Utara. Dalam penelitian ini terdapat 22 jalur kritis, dimana memerlukan waktu 327 hari untuk proyek pengerjaan keseluruhan, lebih cepat 39 hari dari perencanaan yang dibuat oleh PT. Maju Gemilang Mandiri. Proyek ini akan dikerjakan terhitung dimulai 1 Maret 2008 dan akan berakhir pada 21 Januari 2009. Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui susunan pekerjaan dengan lebih detail dan lebih optimal lagi, serta hambatan yang akan terjadi selama pengerjaan proyek Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan pengerjaan proyek yang dialami perusahaan, metode CPM Critical Path Method merupakan salah satu metode yang dianggap mampu untuk melakukan analisis sistem yang mengandung ketidakpastian. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Berdasarkan analisa network – metode CPM yang digunakan penulis, dapat disimpulkan proyek pembangunan rumah tinggal di Villa Gading Indah M14, Kelapa Gading – Jakarta Utara dapat menghemat waktu pengerjaan proyek sebanyak 39 hari, yaitu dari 366 hari yang dijadwalkan menjadi 327 hari. Pada proyek ini terdapat pekerjaan kritis yaitu pekerjaan a – b – c – d – e – f – g – h – k – l – m – n – q – r – s – t – w – z – aa – ab – ac – ad. Dimana pekerjaan kritis ini merupakan pekerjaan yang mempengaruhi total penyelesaian proyek. Berdasarkan Metode CPM yang digunakan dapat terjadi penghematan waktu sebanyak 39 hari, yaitu dari 366 hari menjadi 327 hari. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Aryo Andri Nugroho, OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK

PADAPEMBANGUNAN GEDUNG KHUSUS LABORATORIUM STASIUN KARANTINA IKAN KELAS 1 TANJUNG MAS PADA PT MUNICA PRATAMA GROUP UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. 2007 PT Munica Pratama Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha utama sebagai pelaksana konsturksi bangunan gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen, pengembangan properti dan realiti.Untuk memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode CPM pada penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dan kurva s untuk mencari lintasan kritis. Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode CPM dan kurva s membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp.606.360.753,00 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sedangkan perhitungan yang dilakukan PT MUNICA PRATAMA GROUP membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 sehingga dapat menghemat waktu 6 hari dan biaya sebesar Rp.10.273.247,00.

3. Anjik Purnomo, ANALISA PENJADWALAN PROYEK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CPM DAN ANALISA KURVA S PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BPK SIDOARJO UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAWA TIMUR. 2009 PT. PP Pembangunan Perumahan Persero adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha utama sebagai pelaksana konstruksi bangunan gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen,pengembangan properti dan realti. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin kompetitif, maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak tepat waktu sehingga menghambat pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Dengan adanya masalah tersebut maka untuk mengoptimalisasikan jangka waktu dan meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengaplikasikan metode CPM Critical Path Method dan analisis kurva S Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dengan harapan perusahaan dapat mengatasi permintaan konsumen yang kompetitif dengan waktu dan biaya proyek yang optimal. Dari hasil pengolahan data didapatkan 6 jalur kritis dengan kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu A1 Pembersihan Lokasi dan Jalan Selama Pelaksanaan, B1 Pekerjaan struktur lantai 1, B4 Pekerjaan struktur lantai 4, C2 Pekerjaan finishing lantai dan dinding, D2 Kabel power distribusi tegangan rendah dan F1 Pekerjaan partisi dan interior. Waktu dan biaya proyek dengan metode riil perusahaan adalah selama 280 hari dengan biaya sebesar Rp 26.602.387.109,-, sedangkan dengan menggunakan metode CPM Critical Path Method percepatan diperoleh waktu selama 256 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp 24.416.952.242,81. Sehingga metode CPM Critical Path Method dapat menghasilkan waktu dan total biaya proyek yang lebih minimal daripada total biaya proyek rill perusahaan dengan selisih sebesar Rp 2.185.434.866,19. Laju perkembangan proyek ini dapat dilihat pada Kurva S Percepatan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada Proyek CV. BINA TEKNIK yang terletak di Jl. Raya Kepodang 42, Tulangan, Sidoarjo, Jatim. Pengambilan data dilakukan pada Bagian Operasi Proyek dan penelitian hanya difokuskan pada proyek pembuatan cold storage condencing Sidoarjo. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 Februari 2011 – 19 Jun 2011 sampai dengan data tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi besaran dan variasi nilai terlibat dalam penelitian, adapun variabel yang diamati penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas atau Independent adalah a. Aktivitas atau kegiatan Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek, dimana dalam penyelesaiannya membutuhkan durasi. b. Jenis kegiatan Semua jenis pekerjaan yang dikelompokan menjadi beberapa pekerjaan sesuai dengan aktivitas-aktivas yang dikerjakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dokumen yang terkait

Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek

2 82 49

Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

6 111 76

TA : Rancang Bangun Aplikasi Penjadwalan Proyek Pada PT. Bintang Timur NGD Dengan Menggunakan Critical Path Method (CPM).

0 10 72

PEMBUATAN PENJADWALAN SUATU PROYEK DENGAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD)BERBASIS MICROSOFT PROJECT(StudiKasus : Proyek Pembangunan Apartemen Gateway Pasteur – Bandung).

1 8 51

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN.

8 35 96

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA “S” PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG SEKOLAH SMP BARUNAWATI SURABAYA OLEH PT. BRAJA MUSTI SURABAYA.

10 36 93

PEMBUATAN PENJADWALAN SUATU PROYEK DENGAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD)BERBASIS MICROSOFT PROJECT(StudiKasus : Proyek Pembangunan Apartemen Gateway Pasteur – Bandung) - repository UPI S TS 1106441 Title

1 2 4

PENGENDALIAN PROYEK SISTEM INFORMASI DENGAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD)

0 3 6

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA "S" PADA PROYEK PEMBUATAN COLD STORAGE (CONDENCING UNIT) DI CV. BINA TEKNIK - SIDOARJO

0 3 16

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN

0 0 17