Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 1. Teknik Analisis Uji – t Asumsi Klasik

3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis Untuk mengetahui pengaruh Return on Equity, Earning Per share, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini dipakai dalam penelitian karana dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Analisis ini juga dipakai menduga besar dan arah dari hubungan tersebut. Adapun bentuk umum dari regresi berganda secara sistematis adalah sebagai berikut : Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e i Keterangan : .............. Antodajan, 1986:399 Y = Harga Saham β o X = Konstanta 1 X = Return On Equity 2 X = Earning Per Share 3 X = Debt to Equity Ratio 4 = Price Earning Ratio β 1 β 2 β 3 β 4 e = Koefisien regresi untuk variable bebas i

3.4.2. Uji Hipotesis

=Variabel pengganggu yang mewakili factor lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi tidak di masukkan kedalam model.

a. Uji – t

Uji – t digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial atau individu. Untuk membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji – t yang menyatakan ada tidaknya pengaruh dari masing- masing variabel dan dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : 1. Apabila H : β i = 0 → artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 Apabila H secara parsial terhadap variabel terikat Y. i : βi ≠ 0 → artinya terdapat pengaruh nyata antara variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 2. Menentukan level of significance 2 = 10 2 = 5 atau 0.05 dengan pengujian dua arah. Degree of freedom df = n – k - 1. secara parsial terhadap variabel terikat Y. Dimana: n = Jumlah Pengamatan k = Jumlah Variabel 3. Menentukan t hitung dengan rumus sebagai berikut: t hitung Keterangan : = t hitung βi = koefisien regresi = t hasil perhitungan Se = standart error

3.5. Asumsi Klasik

Menurut Gujarati 1995 bahwa dalam analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator , artinya pengambilan keputusan uji - t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE harus memenuhi tiga asumsi yang tidak boleh dilanggar, yaitu : 1. Tidak boleh ada multikolinieritas 2. Tidak boleh ada autokorelasi 3. Tidak boleh ada heterokedastisitas Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji - t menjadi bias.

1. Multikolinearitas

Menurut Gujarati 1995:157 Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Persamaan model regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antar variabel bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias. Menurut Rahayu 2000:87 secara sistematis, pengukuran multikolinearitas dapat dirumuskan sebagai berikut: VIF = – Tolerance = 1 – R 2 VIF Varians Inflation Factor menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, berarti terdapat Multikoloniearitas dalam persamaan regresi linier. Apabila nilai VIF lebih rendah dari angka 10 atau nilai tolerance mendekati 1 Gujarati,1995:157 maka dikatakan bahwa tidak terjadi gejala Multikoliearitas. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menambah jumlah data dengan pengamatan baru atau menghilangkan variabel – variabel tertentu dari model yang diperoleh. i

2. Autokorelasi

Menurut Gujarati 1995:201 autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deretan waktu atau ruang seperti data dalam cross sectional. Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi, artinya nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke-t e t tidak boleh ada hubungan nilai residual periode sebelumnya e t-1 d = . Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat ditest dengan menghitung nilai Durbin Watson d test dengan persamaan : Gujarati,1995:215 Keterangan: d = nilai Durbin Watson e t e = Residual pada waktu ke-t t-1 = Residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya

3. Heteroskedastisitas

Satu asumsi penting penting dari model regresi linier klasik menurut Gujarati 1995:177 adalah bahwa gangguan disturbance yang muncul dari regresi populasi adalah heteroskedastisitas yaitu semua gangguan yang mempunyai varians sama. Menurut Gujarati 1995:189 heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS Ordinary Least Square atau kuadrat terkecil biasa, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien, bahkan tidak lagi asimonik yaitu untuk sampel yang besar. Ketidakadaan efisiensi ini membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa nilainya diragukan. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan pengujian Spearman Ranking Corellation sebagai brikut: Gujarati,1995:188 rs = 1 – 6 Dimana: di = Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke-i. N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 50 79

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis pengaruh return on equty (roe) debet equity ratio (der) price earning ratio (per) Eraning growth ratio(Egr) dan return on assets (roa) terhadap financial leverage : studi empiris pada perusahaan manufaktur di rei

1 56 115

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Eraning Ratio Terhadap Return Saham

0 3 84

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa

0 4 14

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY YANG GO PUBLIK DI BEI.

1 1 104

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 1 20