Analisis dan Pengujian Hipotesis

Tabel 4.6. Sumber data: Hasil analisa SPSS Dari tabel model summary diatas diketahui nilai D-W sebesar 1.488, sedangkan alat deteksi yang dijadikan acuan angka D-W di bawah –2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, maka dapat dinyatakan tidak terdapat autokorelasi antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang autokorelasi.

2. Multikoliniearitas

Pada hasil analisa data yang diperoleh melalui uji asumsi klasik dengan menggunakan multikolinearitas dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut: Tabel 4.7. Sumber data: Hasil analisa SPSS Dari tabel koefisien diatas diketahui nilai multikolinear untuk ROE X 1 Coefficients a 35,450 74,308 ,477 ,635 2,451 ,683 ,190 3,589 ,001 ,621 1,610 2,188 ,410 ,386 5,333 ,000 ,332 3,010 15,983 4,191 ,222 3,814 ,000 ,512 1,952 1,848 ,417 ,313 4,430 ,000 ,348 2,875 Constant ROE x1 EPS x2 DER x3 PER x4 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Y a. dalam VIF sebesar 1.610 sedangkan toleransinya sebesar 0.621 hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat Model Summary b .950 a .903 .896 562.698 1.488 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, PER x4, ROE x1, EPS x2, DER x3 a. Dependent Variable: Y b. dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas. Untuk nilai multikolinear EPS X 2 Untuk nilai multikolinear DER X dalam VIF sebesar 3.010 dan nilai toleransinya sebesar 0.332 hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas. 3 Untuk nilai multikolinear PER X dalam VIF sebesar 1.952 dan nilai toleransinya sebesar 0.512 hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas. 4 dalam VIF sebesar 2.875 dan nilai toleransinya sebesar 0.348 hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas.

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Santoso, 2002:208. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot dan dengan menghitung korelasi Rank Spearmen. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah : rs = 1 – 6 Dimana: di = Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke-i. N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank. Tabel 4.8 Nonparametic Correlations Sumber data: Hasil analisa SPSS Correlations 1.000 .843 -.523 .289 . .007 .000 .025 60 60 60 60 .843 1.000 -.289 .371 .007 . .025 .004 60 60 60 60 -.523 -.289 1.000 -.085 .000 .025 . .520 60 60 60 60 .289 .371 -.085 1.000 .025 .004 .520 . 60 60 60 60 Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N ROE EPS DER PER Spearmans rho ROE EPS DER PER Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. . Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. . Lebih lanjut menurut Santoso 2002:210 dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik point-point yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk pada grafik scaterplot tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bebas heteroskedastisitas. Gambar 4.2. Diagram Pancar Residual Sumber data: Hasil analisa SPSS Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk pada grafik scaterplot tidak membentuk pola yang jelas serta 4 3 2 1 -1 -2 Regression Standardized Predicted Value 4 2 -2 Regressi on Student ized Resi dual Dependent Variable: Harga Saham Scatterplot tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bebas heteroskedastisitas. Dari pendeteksian adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik diatas dapat disimpulkan bahwa regresi sudah tidak terdapat estimator-estimator yang bias atau sudah memenuhi kriteria BLUE Best Linear Unbiased Estimator.

4.3.2. Koefisien Determinasi

Tabel 4.9. Untuk mengetahui besar persentase variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, maka dicari nilai R 2 . Dari tabel 4.9 diperoleh nilai R 2 atau nilai koefisien determinasi sebesar 0.903 atau 90.3. hal ini berarti 90.3 variasi harga saham bisa dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio sedangkan sisanya sebesar 9.7 dijelaskan oleh sebab- sebab lain diluar model.

4.3.3. Pengujian Hipotesis

Hasil dari dokumentasi data perusahaan yang dikumpulkan dan setelah itu ditabulasi kemudian diolah melalui analisa regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan pertimbangan hasil regresi linier berganda yang Model Summ ary ,950 a ,903 ,896 562,698 ,903 129,631 4 56 ,000 Model 1 R R Square Adjust ed R Square St d. E rror of the Es timate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change St atist ics Predic tors: Constant, PER x4, ROE x 1, DER x 3, E PS x2 a. selengkapnya bisa dilihat pada lampiran, maka dapat dijelaskan pengaruh ROE X 1 , EPS X 2 , DER X 3 , PER X 4 , terhadap Harga Saham Y dengan pengujian hipotesa, melalui analisis sebagai berikut:

a. Analisa Regresi Linier Berganda

Dari hasil analisa regresi linier berganda yang akan dihitung disini adalah untuk mengetahui nilai standar koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel bebas untuk menentukan tingkat signifikansi terhadap variabel terikat. Adapun hasil yang diperoleh dari analisa dengan menggunakan SPSS 13.00 for window dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10. Coefficient Regresi Sumber data: Hasil analisa SPSS Adapun hasil penghitungan dengan menggunakan rumus koefisien regresi adalah sebagai berikut: Y = a + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 Y = 35.450 + 2.451 X + e 1 + 2.188 X 2 + 15.983 X 3 + 1.848 X Dari Persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan sebagai berikut: 4 • Konstanta α sebesar 35.450 artinya bahwa jika perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan dan rasio keuangan Return On Equity, 3 5 ,4 50 7 4 ,3 08 2 ,4 5 1 ,6 8 3 ,1 9 0 2 ,1 8 8 ,4 1 0 ,3 8 6 1 5 ,9 83 4 ,1 9 1 ,2 2 2 1 ,8 4 8 ,4 1 7 ,3 1 3 Co n s t an t RO E x 1 EPS x 2 DER x 3 PER x 4 Mod e l 1 B S t d. Er r or Un s ta n da r d iz e d Co e f f ic ie nt s B e ta S t an d a rd iz e d Co e f f ic ie nt s De p en d e nt V a r ia b le : Y a . Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio , maka total harga saham naik sebesar 35.450 atau mengalami kenaikan sebesar 35.450. • Koefisien regresi untuk Return On Equity X 1 • Koefisien regresi untuk Earning Per Share X sebesar 2.451 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan Return On Equity, maka total harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 2.451. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham dianggap tetap. 2 • Koefisien regresi untuk Debt to Equity Ratio X sebesar 2.188 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan Earning Per Share maka total harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 2.188. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham dianggap tetap. 3 • Koefisien regresi untuk Price Earning Ratio X sebesar 15.983 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan Debt to Equity Ratio maka total harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 15.983. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi total harga saham dianggap tetap. 4 sebesar 1.848 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan Price Earning Ratio maka total harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 1.848. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi total harga saham dianggap tetap.

b. Uji t parsial

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas berupa ROE X 1 , EPS X 2 , DER X 3 , PER X 4 ,

Dokumen yang terkait

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 50 79

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis pengaruh return on equty (roe) debet equity ratio (der) price earning ratio (per) Eraning growth ratio(Egr) dan return on assets (roa) terhadap financial leverage : studi empiris pada perusahaan manufaktur di rei

1 56 115

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Eraning Ratio Terhadap Return Saham

0 3 84

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa

0 4 14

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY YANG GO PUBLIK DI BEI.

1 1 104

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 1 20