ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh:

0712010026 /FE/ EM

Gatra Dwi Arista

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

0712010026 /FE/ EM

Gatra Dwi Arista

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

i

Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH RETURN ON

EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE

EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI.”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Drs. EC. Nur Mahmudah, MM selaku Dosen Wali di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Pandji Soegiono, MM, Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

ii

restunya,dorongan dan bantuan materiil serta pengorbanan sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

8. Teman-teman satu jurusan yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Charli, Bagir, Septian, Kaji, Alfin, Ony, Kechup, Arab, Anton, Nanunt, Rendra, Rizal, Firman, Ian, dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2010


(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1.Investasi ... 12

2.2.1.1. Pengertian investasi ... 12

2.2.1.2. Tujuan Investasi ... 13

2.2.1.3. Proses Investasi ... 14


(6)

iv

2.2.2.2. Manfaat Pasar Modal ... 18

2.2.2.3. Macam-macam dan Lembaga Pasar Modal ... 18

2.2.2.3.1. Macam-macam Pasar Modal ... 18

2.2.2.3.2. Lembaga Pasar Modal ... 19

2.2.2.4. Surat Berharga Pasar Modal ... 22

2.2.3. Saham ... 22

2.2.3.1. Pengertian Saham ... 22

2.2.3.2. Jenis-jenis Saham ... 24

2.2.4. Go Publik ... 25

2.2.4.1. Pengertian Go Publik ... 25

2.2.4.2. Manfaat Go Publik ... 25

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 26

2.2.6. Rasio Keuangan ... 30

2.2.7. Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham .. 37

2.2.7.1. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham ... 37

2.2.7.2. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham ... 38

2.2.7.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ... 39

2.2.7.4. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham ... 40

2.2.8. Kerangka Konseptual ... 42


(7)

v

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 47

3.2.1.Populasi ... 47

3.2.2.Sampel ... 47

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.1.Jenis Data ... 49

3.3.2.Sumber Data ... 49

3.3.3.Pengumpulan Data ... 49

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 50

3.4.1.Teknik Analisis Data ... 50

3.4.2.Uji Hipotesis ... 51

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 56

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 60

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 60

4.1.3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 61

4.1.4. Gambaran Umum Perusahaan ... 62

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.2.1. Harga Saham (Y) Perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI ……….. 64


(8)

vi

di BEI ... 65

4.2.3. EPS (X2) Perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI ... 67

4.2.4. DER (X3) Perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI ... 68

4.2.5. PER (X4 4.3.1. Uji Asumsi Klasik ... 71

) Perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI ... 69

4.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 71

4.3.2. Koefisien Determinasi ... 76

4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 76

4.4. Pembahasan ... 80

4.4.1.Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham ... 81

4.4.2.Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham ... 82

4.4.3.Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ... 83

4.4.4.Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1. Kesimpulan ... 87

5.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

vii

DAFTAR TABEL Tabel

1. Data Harga Saham ... 64

2. Data Return on Equity ... 66

3. Data Earning Per Share ... 67

4. Data Debt to Equity Ratio ... 68

5. Data Price Earning Ratio ... 70

6. Data Hasil Uji Autokorelasi ... 72

7. Data Hasil Uji Multikolinearitas ... 72

8. Data Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 74

9. Data Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 76

10. Hasil Uji Koefisien Regresi ... 77


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Struktur Organisasi BEI ... 61 2. Diagram Scatterplot ... 75


(11)

ix

Lampiran

1. Tabel Outlier 1 2. Tabel Outlier 2


(12)

x

Oleh :

Gatra Dwi Arista

ABSTRAKSI

Dewasa ini, pasar modal Indonesia telah menunjukkan peran pentingnya dalam mobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak investor nasional maupun asing untuk berinvestasi, begitu juga dengan perusahaan nasional yang ingin menggunakan dana dari masyarakat atau investor yang tertanam dipasar modal, adapun tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan produktifitas kerja melalui ekspansi usaha, dan mengadakan stuktur modal untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Adapun investor berinvestasi di pasar modal melalui surat berharga atau efek, salah satunya dengan membeli saham. Harga saham cenderung mengalami fluktuasi yang kebanyakan disebabkan oleh faktor fundamental dan teknikal. Dalam melakukan analisis fundamental, maka diperlukan informasi laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini emiten wajib memberikan semua data yang menyangkut laporan keuangan perusahaan kepada investor, dan dengan demikian investor berusaha menganalisis dengan rasio – rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio. Rasio ini digunakan oleh investor untuk memprediksi harga saham dimasa akan datang. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio terhadap harga saham.

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan Plastic and Glass yang terdaftar di BEI sebanyak 15 perusahaan. obyek penelitian diambil sampel sebanyak 12 perusahaan Plastic and Glass yang terdaftar di BEI. peneliti menggunakan metode purposive sampling. jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. tekhnik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.

Kata Kunci : Harga Saham, Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, pasar modal Indonesia telah menunjukkan peran pentingnya dalam mobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional, meskipun instrumen-instrumennya masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursa-bursa lain yang lebih mapan. Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak investor nasional yang ingin menggunakan dana dari masyarakat atau investor yang tertanam dipasar modal. Sebagai salah satu lembaga non bank, pasar modal berfungsi sebagai penyelenggara kegiatan transaksi antar emiten dengan investor melalui beli jual efek. Perkembangan pasar modal sangat diperlukan dengan perkembangan perekonomian saat ini.

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2001:13).

Pasar modal mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sarana penyalur modal (pihak yang kelebihan dana) kepada perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham dan obligasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pasar modal memiliki peranan dalam menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha, sekaligus memungkinkan alokasi


(14)

sumber dana ke masyarakat kesektor-sektor yang lebih produktif. Didalam pasar modal, investor dapat menjual atau membeli saham atau efek lainnya. Harga dari saham atau efek lainnya sangat berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan. Harga saham merupakan salah satu indikator yang sangat diperhatikan oleh seorang investor dalam melihat keberhasilan pengelolaan manajemen dalam perusahaan.

Adapun tujuan investor membeli saham perusahaan, pada hakikatnya bertujuan menerima deviden (bagian laba yang dihasilkan) dan capital gain

(kenaikan harga saham). Keduanya paling tidak harus lebih besar atau sama dengan return (tingkat pengembalian) yang dikehendaki oleh stockholder

(pemegang saham). Kondisi seperti inilah yang memotivasi para investor untuk memiliki saham. Besar kecilnya jumlah permintaan terhadap suatu saham merupakan kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap harga saham. Apabila terdapat kenaikan permintaan saham suatu perusahaan maka akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut, demikian pula sebaliknya.

Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjual belikan di pasar modal (Tandelilin, 2001:18).

Adapun faktor yang mempengaruhi tingkat harga saham dan fluktuasi saham, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang merupakan


(15)

faktor fundamental tersebut meliputi kondisi dalam perusahaan itu sendiri seperti pertumbuhan laba, kenaikan penjualan, struktur permodalan perusahaan, deviden yang dibagikan, dan sebagainya. Sedangkan faktor ekternal yang merupakan faktor tehnikal seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga yang berlaku di suatu negara, kebijakan pemerintah maupun perkembangan ekonomi global.

Data Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass periode 2004-2008 dalam Rupiah (Rp):

No Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

1 PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 200 60 40 69 50

2 PT Argha Karya Prima Industry Tbk 450 520 500 460 425

3 PT Asahimas Flat Glass Tbk 2150 3325 2925 3200 1210

4 PT Asiaplast Industries Tbk 35 30 40 70 50

5 PT Berlina Tbk 1475 1000 770 990 320

6 PT Dynaplast Tbk 1800 1150 800 740 650

7 PT Kageo Igar Jaya Tbk 105 105 95 119 58

8 PT Langgeng Makmur Industry Tbk 85 155 170 160 70

9 PT Leyand Internasional Tbk 455 475 500 390 355

10 PT Siwani Makmur Tbk 265 165 175 220 100

11 PT Titan Kimia Nusantara Tbk 250 265 265 400 81

12 PT Trias Sentosa Tbk 205 150 145 174 165

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Dari data yang disebutkan diatas,dapat diketahui bahwa pada harga saham pada industri plastic and glass tersebut mengalami fluktuasi. Peneliti memilih industri plastic and glass sebagai obyek penelitian dengan alasan karena melihat adanya fenomena yakni seluruh perusahaan dalam industri tersebut cenderung mengalami penurunan harga saham terutama pada tahun 2008 dibanding tahun sebelumnya, hal tersebut diakibatkan karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi sehingga berdampak pada turunnya nilai laba perusahaan yang akan berpengaruh terhadap minat investor dalam pembiayaan kegiatan operasional perusahaan melalui permintaan akan saham perusahaan. Adanya fenomena


(16)

tersebut dapat menyebabkan penurunan nilai perusahaan yang akan berakibat langsung terhadap pencapaian laba dimasa yang akan datang. Selain itu, kebijakan pemerintah berkenaan dengan pemanasan global (Global Warming) juga turut mempengaruhi punurunan harga saham, hal ini dilakukan dalam rangka pengurangan limbah abiotik seperti limbah plastik yang dipercaya dapat merusak lingkungan sekitar.

Sebagai industri yang menghasilkan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, industri plastic and glass diharapkan dapat tetap exsist untuk menghasilkan produk – produk yang sebagian besar diserap oleh masyarakat rumah tangga, dan hal ini diperlukan suatu kenaikan nilai perusahaan yang dapat diukur melalui besarnya tingkat harga saham dari industri tersebut. Jadi dalam penelitian ini faktor eksternal yang memiliki pengaruh paling dominan yang mengakibatkan harga saham industri plastic and glass mengalami penurunan,yaitu adanya perkembangan krisis ekonomi global dan adanya kebijakan pemerintah berkenaan dengan pemanasan global (Global Warming) .

Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan dimana kekuatan pasar bursa ditunjukkan dengan adanya transaksi jual beli saham dipasar modal. Terjadinya transaksi tersebut didasarkan pada pengamatan para investor terhadap prestasi perusahaan dalam meningkatkan keuntungan. Pemegang saham yang tidak puas terhadap kinerja manajemen akan menjual sahamnya dan menanamkan sahamnya keperusahaan lainnya. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh pemegang saham menjadi fenomena yang dapat mengakibatkan berfluktuasinya harga saham di bursa efek. Untuk menghindari hal


(17)

tersebut, manajemen dituntut untuk melaksanakan seluruh kegiatan operasional perusahaan dengan efektif dan efisien.

Bagi pemegang saham, faktor fundamental memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan harga saham suatu perusahaan akan menggambarkan bahwa nilai perusahaan semakin meningkat, baik ditinjau dari sudut intenal perusahaan maupun dari pihak-pihak luar perusahaan.

Hasil usaha yang optimal akan dicapai dengan menggunakan modal perusahaan yang diinvestasikan dalam aktiva untuk mendapat keuntungan. Penghasilan yang tersedia atas pemilik suatu modal yang diinvestasikan suatu perusahaan diukur dengan Return On Equity (ROE). Rasio tersebut bertujuan untuk mengetahui serta mengukur seberapa besar tingkat pengembalian modal sendiri melalui saham yang diinvestasikan keperusahaan melalui besarnya pendapatan atau laba yang dihasilkan perusahaan. Dalam kaitannya perusahaan yang mensyaratkan sahamnya, kebijakan deviden perusahaan merupakan ukuran bagi para investor untuk memperoleh deviden yang menjadi haknya. Return On

Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas modal (ROE) maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan dan semakin tinggi pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi pemegang saham sehingga akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,2001:65). Menurut kutipan jurnal Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005:65)


(18)

menunjukkan bahwa secara simultan dan partial ROE mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan harga saham.

Demikian pula dalam melihat kinerja manajemen perusahaan dalam meningkatkan harga saham, hal tersebut dapat dilihat dari rasio pasar. Untuk itu kita perlu memasukkan rasio Earning Per Share (EPS), Semakin tinggi nilai EPS merupakan hal yang menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham (Darmadji dan Fakhruddin,2001:139).Menurut kutipan jurnal Lia Nirawati (2003:107) menunjukkan bahwa EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Sedangkan Price Earning Ratio (PER) dalam analisis fundamental menurut Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings. Menurut kutipan jurnal Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005:62) menunjukkan bahwa PER mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan harga saham..

Dan tidak kalah pentingnya Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dan ekuitas (modal sendiri). Semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding hutangnya. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan dan akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,2001:61). Sedangkan


(19)

menurut Nirawati (2003:107) menunjukkan bahwa secara partial DER mempunyai pengaruh secara nyata terhadap harga saham.

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah Return On Equity mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI?

2. Apakah Earning Per Share mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI?

3. Apakah Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI?

4. Apakah Price Earning Ratio mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:


(20)

1. Untuk menganalisis pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI.

2. Untuk menganalisis pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI.

3. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio Share terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI.

4. Untuk menganalisis pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja masing-masing perusahaan yang diteliti.

2. Bagi Akademis

Menambah referensi dan pemahaman tentang analisis saham dan beberapa faktor fundamental yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham dalam kaitannya dengan perusahaan Plastic and Glass yang Go Publik di BEI.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sumber informasi dan landasan bagi penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh :

a. Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003) dalam jurnal manajemen dan kewirausahaan Vol.5 No.2 September:171-180 melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa perhotelan yang terdaftar di pasar modal Indonesia sampai dengan akhir tahun 2001 tercatat sebanyak 8 perusahaan dan sample yang digunakan seluruh yang menjadi anggota populasi penelitian menggunakan teknik regresi linier. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah bahwa variable bebas terdiri dari ROA, ROE, EPS, BVS, DER, Return Saham, Beta Saham dan Return Market memiliki kontribusi kontribusi yang relative kecil dalam menjelaskan variasi harga saham pada jasa perhotelan di Indonesia. Selanjutnya berdasarkan sig,t. pada table hasil estimasi maka hanya ROE dan BVS yang berpengaruh terhadap harga saham sedangkan variable ROA, DER, Return saham, Beta Saham, dan variable Return Market tidak signifikan.


(22)

b. Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005) dalam jurnal Sinergi Edisi Khusus on Finance hal:53-66 melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Berimplikasi Terhadap Fluktuasi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang paling aktif di terdaftar di pasar modal Jakarta dari tahun 1998 hingga tahun 2000 dan tercatat sebanyak 13 perusahaan yang dijadikan sample serta digunakan seluruh yang menjadi anggota populasi penelitian menggunakan teknik regresi secara partial. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah bahwa variable bebas terdiri dari Basic Earning Power, Return On Equity, Price Earning Ratio,

Deviden Yield dan Tingkat Suku Bunga Deposito yang secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi secara partial menunjukkan Price Earning Ratio

berpengaruh terhadap harga saham sedangkan Basic Earning Power, Deviden Yield dan Tingkat Suku Bunga Deposito tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

c. Lia Nirawati dalam Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, Vol.3, No.6 Maret 2003 hal 104-108 melakukan penelitian tentang Pengaruh Debt to Equity Ratio, Curent Ratio, Earning Per Share dan Return On Asset Terhadap Harga Saham pada perusahaan Property yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah perusahaan property yang go public di BEJ periode tahun 1997 hingga tahun 2001 sebanyak 33 perusahaan dengan metode penarikan sampel sensus, sehingga sampel sensus yang


(23)

diambil 33 perusahaan. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda hasil penelitian menunjukkan bahwa: debt to equity ratio, curent

ratio, earning per share dan return on asset mempunyai pengaruh yang

sangat kuat terhadap harga saham. Secara simultan keempat variable tersebut mempunyai pengaruh yang sangat bermakna dan terhadap harga saham, sedangkan secara partial variable debt to equity ratio dan curent

ratio berpengaruh nyata terhadap harga saham. Variable earning per share

dan return on asset tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap harga

saham. Variable yang paling dominan adalah debt to equity ratio, dengan koefisien regresi lebih tinggi dari koefisien regresi lainnya.

Terdapat perbedaan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan Fransisca Andrean (2003), Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005), Lia Nirawati (2003), demikian juga penelitian ini. Adapun perbedaan tersebut dalam hal sebagai berikut:

1. Variabel bebas yang digunakan dalam dalam penelitian kali ini adalah

return on equity, earning per share, debt to equity ratio, dan price

earning ratio.

2. Periode penelitian yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani tahun 1995-2001, Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah tahun 1998-2000, Lia Nirawati tahun 1997-2001, sedangkan penelitian ini tahun 2004-2008.

3. Pada penelitian Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani menggunakan sampel 8 perusahaan jasa perhotelan dengan anggota populasi yang


(24)

terdaftar di pasar modal Indonesia, Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah menggunakan sampel 13 perusahaan manufaktur dengan anggota populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, Lia Nirawati menggunakan sampel 33 perusahaan properti dengan anggota populasi perusahaan properti yang terdaftar di BEJ, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel 12 perusahaan plastic and glass

dengan anggota populasi perusahaan plastic and glass yang terdaftar di BEI.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Investasi

2.2.1.1. Pengertian Investasi

Pengertian Investasi menurut Halim (2003:2) yaitu merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada Financial Asset dilakukan di pasar uang misalnya: berupa sertifikat deposito, surat berharga, pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam pembelian asset produktif, pendiriran pabrik, pembukaan pertambangan lainnya.

Menurut Sunariyah (2003 : 4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.


(25)

Menurut Tandelilin (2001 : 3) definisi investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Seorang investor membeli saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan dating.

Setiap investor melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan capital gain yaitu selisih positif antara harga jual dan harga beli saham. Dan deviden tunai yang diterima oleh emiten karena perusahaan memperoleh keuntungan. Apabila harga jual lebih rendah dari harga beli saham, maka investor akan menderita kerugian atau disebut capital loss.

2.2.1.2. Tujuan Investasi

Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Sumber dana yang digunakan bisa berasal dari asset – asset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini mempunyai kelebihan dana yang berasal dari tabungan tersebut. Jika di investasikan akan memberikan harapan meningkatnya konsumsi investor di masa datang yang diperoleh dari meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.

Secara lebih khusus lagi, menurut Tandelilin (2001:5) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:


(26)

Seseorang yang bijaksana akan memikirkan bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu kewaktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi

Dalam melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko peenurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melalui investasi pada bidang usaha – usaha tertentu.

2.2.1.3. Proses Investasi

Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan dalam membentuk portifolio investasi artinya pemodal dapat dengan mudah menyebar investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Karena itulah perlu dipahami proses investasi yaitu, dimulai dari perumusan kebijakan investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut. Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas yang akan dipilih seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi


(27)

dilakukan. Menurut Halim (2003:2) ada beberapa tahapan atau proses investasi yang harus dilalui oleh para investor, yaitu :

a. Menentukan tujuan investasi

Ada tiga hal yang dapat dipertimbangkan dalam hal ini, yaitu: (a) tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return ), (b) tingkat risiko

(rate of risk), dan (c) ketersediaan jumlah dana yang di investasikan.

Apabila dana cukup tersedia, maka investor menginginkan penghasilan yang maksimal dengan risiko tertentu. Umumnya hubungan antara risk

dan return bersifat linier, yang artinya semakin besar rate of risk maka

maka semakin besar pula expected rate of return. b. Melakukan analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suetu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini dan dapat dikelompokkan menjadi dua komponen yaitu, analisis tekhnikal dan analisis fundamental.

c. Melakukan pembentukan portofolio

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi tehadap efek – efek mana yang akan dipilih dan beberapa proporsi dana yang akan di investasikan pada masing – masing efek tersebut.


(28)

d. Melakukan evaluasi kinerja portofolio

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek – efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya rate of return-nya lebih rendah dari yang disyaratkan.

2.2.2. Pasar Modal

2.2.2.1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu Negara. Pasar modal di Indonesia tidak semata – mata dipakai sebagai alat penyalur dana ke sector produktif, tapi lebih jauh lagi dipakai sebagai sarana pemerataan kepemilikan perusahaan menuju pemerataan pendapatan sekaligus dimaksdkan pula sebagai penggairah partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana dalam pembiayaan pembangunan nasional. Keberadaan pasar di Indonesia memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan – perusahaan, dan masyarakat. Melalui pasar modal, pengembangan usaha di berbagai sector dapat berlangsung secara seksama dan bergerak maju serta turut berpartisipasi dalam merealisasikan rencana pemerintah untuk meningkatkan peranan swasta dalam pembangunan.

Untuk mandapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian pasar modal disini di kemukakan beberapa definisi, antara lain: Fakhruddin dan


(29)

Hadianto (2001:1) mengemukakan bahwa pada dasarnya pasar modal (capital

market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang

yang bias diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Undang –undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih spesifik tentang pasar modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi di banyak Negara yang menganut system pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi pasar modal dapat menjadi sumber dan alternative bagi perusahaan disamping bank. Keunggulan pasar modal disbanding bank adalah untuk mendapatkan dana, suatu perusahaan tidak perlu menyediakan angsuran (jaminan) seperti yang disyaratkan oleh bank, melainkan cukup dengan menunjukkan prospek yang baik maka surat berharga akan laku terjual dipasar modal.

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:5) Pasar Modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang penambahan financial asset (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan dengan portofolio investasi.


(30)

2.2.2.2. Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memiliki peran sentral bagi perekonomian, bahkan maju tidaknya ekonomi suatu Negara dapat di ukur dengan maju tidaknya pasar modal di Negara tersebut. Pasar modal telah tumbuh menjadi leading indicator bagi ekonomi suatu Negara. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:2) beberapa manfaat keberadaan pasar modal antara lain :

a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana optimal.

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

c. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi Negara.

d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

e. Penyebarab kepemilikan, keterbukaan, profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

f. Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menarik.

2.2.2.3. Macam-macam dan Lembaga Pasar Modal 2.2.2.3.1. Macam-macam Pasar Modal

Menurut Jogiyanto (2000:15) macam-macam pasar modal yaitu : 1. Pasar Primer

Pasar Primer adalah surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual dipasar primer.


(31)

2. Pasar Sekunder

Pasar sekunder adalah tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar.

3. Pasar ketiga

Pasar ketiga adalah pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup.

4. Pasar keempat

Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker.

2.2.2.3.2. Lembaga Pasar Modal

Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI nomor 1548/KMK/013/1990 tentang pasar modal yaitu : (Sunariyah, 2003:78)

1 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk :

a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.

b. Melakukan pembinaaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal.


(32)

c. Memberi pendapat kepada Mentri Keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya.

2 Pelaksana Bursa

Bursa efek adalah tempat pertemuan termasuk sistem elektronik tanpa tempat pertemuan yang diorganisir dan digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran jual beli atau perdagangan efek. 3 Perusahaan yang Go Publicc (Emiten)

Adalah pihak yang melakukan emisi atau yang telah melakukan emisi efek. Emiten adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun rancangan investasi.

4 Lembaga Kliring Penjamin, Penyimpanan, dan Penyelesaian

Lembaga kliring penjamin (LKP) berfungsi untuk melakukan kliring dan penjaminan efek dari transaksi yang terjadi. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian pemindah bukuan serta proses penyimpanan.

5 Reksadana

Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, reinvestasi atau perdagangan efek.

6 Lembaga Penunjang Pasar Modal, meliputi :

a. Tempat penitipan harta, adalah pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mengurangi hak kepemilikan atas harta tersebut.


(33)

b. Biro administrasi efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa untuk melakukan pembukuan, transfer, dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikasi atau laporan tahunan emiten.

c. Wali Amanat adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit.

d. Penanggung yang menyediakan jasanya adalah pihak yang

menanggung kembali jumlah pokok dan bunga emisi obligasi. 7 Profesi Penunjang Pasar Modal, terdiri dari :

a. Akuntan, pihak yang berfungsi memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten.

b. Notaris, pejabat yang berwenang membuat perjanjian penyusunan anggaran dasar, perubahan pemilik modal, dll.

c. Penilai, pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai.

d. Konsultan Hukum, pihak yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emiten atau emisi, berfungsi melindungi investor.

8 Pemodal (Investor)

Adalah pihak baik perseorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan dipasar modal.


(34)

2.2.2.4. Surat Berharga di Pasar modal

Menurut Fakhrudin dan Hadianto (2001:5) pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu (1) Surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas (equity) dan yang (2) surat berharga yang bersifat pendapatan tetap (fixed income). Ekuitas umumnya dikenal dengan saham, sedangkan fixed income dikenal sebagai obligasi.

Istilah surat berharga yang penting dalam Undang – Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 disebut dengan istilah baku yaitu efek. Dalam praktek sehari – hari, penyebutan surat berharga dapat efek atau juga disebut sekuritas.

Kita dapat menyimpulkan bahwa basis dari instrument keuangan yang ada dipasar modal adalah instrument yang bersifat penyertaan atau atau ekuitas yang kita kenal dengan saham (stock) dan instrument yang bersifat pendapatan tetap atau instrumen yang bersifat utang yang kita kenal dengan obligasi (bond).

2.2.3. Saham

2.2.3.1. Pengertian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) difinisi saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan perseroan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.


(35)

Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:58), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seseorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.

Secara umum untuk menilai harga saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan (Husnan, 2001: 315-349) adalah :

1. Pendekatan Analisis Teknikal

Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah:

a. bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan

b. bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu

c. karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.

2. Pendekatan Analisis Fundamental

Analisis ini mempelajari data-data perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan, produk dan penyerapan pasar, evaluasi manajemen perusahaan, membandingkan dengan pesaingnya, dan memperkirakan nilai intrinsik dari saham perusahaan tersebut (Ahmad, 2004:81).

Telah diketahui bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.


(36)

2.2.3.2. Jenis – jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:6) saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas oleh masyarakat. Ada beberapa sudut pandang yang membedakan saham.

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas :

a. Saham Biasa (common stock)

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham Preferen (preferend stock)

Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas : a. Saham atas unjuk (bearer stocks)

artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahkan dari satu investor ke investor lainnya.

b. Saham atas nama (registered stocks)

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.


(37)

2.2.4. Go Publik

2.2.4.1.Pengertian Go Publik

Penawaran umum atau sering disebut Go Publik menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:40) adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang Go Publik) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU pasar modal dan peraturan pelaksanaanya. Periode pasar perdana yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui agen penjual yang ditunjuk. Sedangkan pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.

2.2.4.2.Manfaat Go Publik

Menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2001:43) ada beberapa manfaat Go Publik yaitu :

1. Biaya Go Publik relatif murah

2. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan

3. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme

4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.


(38)

2.2.5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Pada umumnya perusahaan menggunakan analisis fundamental untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis Fundamental menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:55) adalah teknik yang mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara :

a. Mengestimate nilai faktor – faktor fundamental yang mempengarihi harga saham dimasa yang akan datang.

b. Menerangkan hubungan variabel – variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Analisis perusahaan juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai intiristik saham. Laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan public merupakan sumer informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan mengambarkan aspek –aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Laporan keuangan terdiri dari :

1. Neraca

Menunjukkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada tanggal tertentu.

2. Laporan Laba Rugi

Menunjukkan pendapatan, biaya – biaya dan hasil operasi perusahaan selama perusahaan tertentu.


(39)

Menunjukkan aliran kas dari kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan selama periode tertentu.

Laporan keuangan tersebut kemudian di analisis atau yang disebut Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis). Salah satu Analisis Laporan Keuangan adalah analisis rasio keuangan (Fakhruddin dan Hadianto 2001:58).

Dalam bursa yang dinamis, tidak aneh jika harga saham bisa serentak naik atau turun dengan cepat. Gejala seperti ini sebenarnya hanya mencerminkan perubahan dari kondisi dan harapan. Kadang – kadang ada saat dimana sebuah saham secara terus menerus bereaksi terhadap perkembangan bursa yang positif atau negative. Tetapi perlu dicatat bahwa gejala seperti ini tidak merupakan gejala yang konstan dan dalam jangka waktu yang seterusnya.

Pada dasarnya semakin tinggi harga saham yang diperdagangkan di pasar modal menunjukkan permintaan yang naik terhadap perusahaan tersebut. Naiknya permintaan saham suatu perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang dan sebaliknya harga saham semakin menurun bila permintaan saham tersebut turun.

Dalam konteks teori menurut Anoraga dan Pakarti (2001:108), ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi dalam bentuk saham :

a. Analisis Fundamental

Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Apakah sehat


(40)

atau tidak, dan sebagainya. Karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan juga risiko yang harus ditanggung.

Menurut Tandelilin (2001:231) menyatakan bahwa analisis fundamental dibagi menjadi tiga secara Top-down, yaitu analisis perusahaan, tahap pertama yang kita lakukan adalah analisis terhadap berbagai variabel ekonomi dan pasar modal. tahap selanjutnya, adalah analisis jenis industri untuk menentukan industri – industri mana saja yang menawarkan prospek yang paling menguntungkan dan tahap akhir yaitu analisis perusahaan manakah dalam industri terpilih yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor.

Hasil penilaian tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk membandingkan nilai intristik saham perusahaan tersebut dengan nilai pasarnya. Jika nilai pasar lebih rendah dari nilai intristiknya (nilai sesungguhnya), maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang Undervalued dan layak beli. Sebaliknya jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intiristiknya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang Overvalued dan layak jual.

Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental yaitu : Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (P / E) perusahaan. ada tiga alasan yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengstimasi nilai intristik suatu saham. tujuan analisis fundamental bertujuan untuk menentukan nilai


(41)

intiristik perusahaan. Kedua, deviden yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya di bayarkan dari earnings. Ketiga, ada hubungan antara perubahan earnings

dengan perubahan harga saham.

Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan yang paling murah didapatkan dibanding alternative informasi lainnya. Di samping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan pada kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earnings yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earnings perusahaan di masa datang.

b. Analisis Teknikal

Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor, dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik, atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalisis dalam jangka panjang, yang didukung juga dengan data – data lain. teknik ini mengabaikan hal – hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Beberapa analisis teknikal antara lain Grafik sederhana dan


(42)

2.2.6. Rasio Keuangan

Menurut Moeljadi (2006:48) analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan analisis laporan keuangan yang mencakup perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Sebenarnya ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, namun yang paling umum digunakan adalah analisis rasio yaitu rasio keuangan. Analisis tersebut akan memberikan gambaran atau pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Dalam analisis rasio ini terdapat lima kelompok rasio keuangan, yakni (a) Rasio Likuiditas, (b) Rasio Aktivitas, (c) Rasio Leverage, (d) Rasio Profitabilitas, (e) Rasio Nilai Pasar. Rasio keuangan tersebut akan di bahas satu – persatu.

A. Rasio Likuiditas

Adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa dan mengintrepetasikan posisi keuangan jangka pendek atau dapat dikatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mengembalikan kewajiban jangka pendek. Rasio ini terdiri dari:

a. Current Rasio

Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dan untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia..

Aktiva lancar Curent Ratio=


(43)

b. Quick Rasio

Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid atau yang mudah dicairkan.

Aktiva lancar - Persediaan Quick Ratio =

Hutang lancar c. Cash Ratio

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan efek yang dapat segera di uangkan.

Kas : Efek

Cash Ratio =

Hutang lancar

B. Rasio Aktivitas

Analis keuangan berkepentingan dengan rasio ini,yaitu untuk mengetahui sebarapa besar efisiensi investasi – investasi pada berbagai aktiva. Artinya sejauhmana sumber daya organisasi telah dimanfaatkan secara optimal. Rasio ini terdiri dari :

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Perusahaan yang perputaran persediaannya semakin tinggi menunjukkan semakin efisien.

Harga Pokok Penjualan Inventory Turn Over =


(44)

b. Tingkat Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)

Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin – mesin, perlengkapan kantor.

Penjualan

Fixed Assets Turn Over = Aktiva tetap bersih

c. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)

Menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.

Penjualan

Total Assets Turn Over = Total aktiva

d. Days Sales Outstaning

menunjukkan rata – rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Terlalu tinggi rasio ini berarti kebijakan kredit terlalu liberal yang berakibat timbul bad debt dan investasi dalam piutang menjadi terlalu besar.

Piutang X 360

Days Sales Outstaning = Penjualan kredit

C. Rasio Profitabitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini terdiri dari :


(45)

a. Hasil Pengembalian atas Total aktiva (Return On Assets)

Return On Assets atau Return On Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

Laba Setelah Pajak Return On Assets =

Total aktiva

b. Hasil Pengembalian atas Modal (Return On Equity)

Return On Equity yaitu mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar.

Laba setelah pajak (EAT) Return On Equity = Modal sendiri

c. Marjin laba atas Penjualan (Net Profit Margin)

Rasio ini dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan, Rasio ini dipengaruhi oleh penjualan dan biaya operasi, rasio ini rendah dikarenakan turunnya penjualan.

Laba setelah pajak Net Profit Margin = Penjualan

d. Gross Profit Margin

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. Laba Kotor

Gross Profit Margin =


(46)

e. Operating Profit Margin

Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. Laba Operasi

Operating Profit Margin =

Penjualan

D. Rasio Leverage

Rasio ini menunjukkan sejauhmana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain Financial Leverage menunjukkan proporsi atau penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaaan. Rasio ini meliputi :

a. Total Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Rasio/DER)

Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan modal sendiri. Semakin kecil DER (Debt to Equity Ratio) semakin baik bagi perusahaan.

Total Hutang Debt to Equity Ratio =

Total Modal Sendiri

b. Rasio Penutupan (Time Interest Earned Rasio)

Rasio ini mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurunkan tanpa memperburuk keuangan perusahaan karena tidak mampu membayar bunga tahunan.

Laba Operasi Time Interest Earned Rasio =


(47)

c. Rasio Hutang (Debt Rasio)

Mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang dengan menggunakan total aktiva.

Total Hutang

Debt Ratio = Total Aktiva

d. Fixed Charge Converage Ratio

Mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembyaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa.

EBIT : Bunga : Pembayaran Sewa Fixed Charge Converage Ratio =

(Bunga : Pembayaran Sewa)

E. Rasio Nilai Pasar

Rasio ini menunjukkan bagian laba perusahaan, deviden, dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Rasio – rasio tersebut adalah:

a. Price Earning Ratio

PER (Price Earning Ratio) menunjukkan perbandingan antara harga

saham di pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi.

Harga Pasar Saham Biasa Price Earning Ratio =


(48)

b. Devidend Yield

Deviden Yield menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan.

Deviden yang di bayarkan perusahaan Devident Yield =

Harga pasar per saham c. Devidend Payout Ratio

Devidend Payout Ratio menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.

Deviden Per Saham Devidend Payout Ratio =

Earning Per Share d. Earning Per Share

Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning dimasa depan. Berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan, investor bisa membandingkan antara nilai intiristik saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusanuntuk membeli dan menjual saham bersangkutan. (Tandelilin,2001:233)

EAT Earning Per Share =


(49)

2.2.7. Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham 2.2.7.1. Pengaruh ROE (Return On Equity) terhadap Harga Saham

Tandelilin (2001:240) menyatakan bahwa dari sudut pandang investor ROE yang sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang di isyaratkan investor.

Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba

yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas modal (ROE) maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan dan semakin tinggi pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi pemegang saham sehingga akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,2001:65).

Menurut kutipan jurnal Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005:65) menunjukkan bahwa secara simultan dan partial ROE mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan harga saham. Menurut kutipan jurnal Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003:179) menyatakan bahwa secara parsial ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Return On Equity dapat dijadikan sebagai tolak ukur oleh investor untuk

mengetahui produktifitas dari dana – dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik, sehingga para investor percaya bahwa kemudian hari perusahaan


(50)

akan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar, akibatnya harga saham dapat naik di pasar modal, demikian keadaan sebaliknya.

2.2.7.2. Pengaruh EPS (Earning Per Share) terhadap Harga Saham

Informasi laba per lembar saham atau yang sering dikenal Earning Per

Share suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap

dibagikan bagi semua penegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan.(Tandelilin,2001:241)

Semakin tinggi nilai EPS merupakan hal yang menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat meningkatka harga saham (Darmadji dan Fakhruddin,2001:139).

Menurut Nirawati (2003:107) menunjukkan bahwa secara parsial EPS mempunyai pengaruh nyata terhadap harga saham. Apabila semakin tinggi tingkat EPS suatu perusahaan menunjukkan semakin besar laba perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham sehingga pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi harga saham.


(51)

2.2.7.3. Pengaruh DER(Debt to Equity Ratio) terhadap Harga Saham

Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden) tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh terhadap daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik perusahaan tersebut semakin tinggi, tentunya hal ini menarik bagi investor karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan tersebut cukup besar, hal ini dapat berpengaruh tehadap peningkatan harga saham. Dari keterangan diatas, maka dapat dikatakan bahwa DER juga mempengaruhi harga saham.

Semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding hutangnya. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan dan akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,2001:61).

Menurut kutipan jurnal Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003:178) menunjukkan bahwa secara simultan DER mempunyai pengaruh terhadap harga saham meskipun relaif lemah,berdasarkan sig.t memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Sedangkan menurut kutipan jurnal Lia Nirawati (2003:107)


(52)

menunjukkan bahwa secara partial DER mempunyai pengaruh secara nyata terhadap harga saham.

Sehingga apabila suatu perusahaan mempunyai kemampuan membayar hutang, bagi investor merupakan jaminan atas perusahaan tersebut dengan begitu maka harga saham akan semakin naik dan akan memberikan keuntungan bagi investor. Sebaliknya, apabila kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah akan memberikan kekhawatiran bagi investor yang akan mengakibatkan harga saham menjadi rendah.

2.2.7.4. Pengaruh PER (Price Earning Ratio) terhadap Harga Saham

Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor atau para pemegang saham). Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka bersedia membeli saham perusahaan dengan harga lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh kepada para pemegang saham.

Menurut kutipan jurnal Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah (2005:62) menunjukkan bahwa PER mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan harga saham.

Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings.


(53)

Informasi PER mengidentifikasi besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin,2001:243).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap earnings perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relative terhadap saham – saham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertunbuhan perusahaan, sehingga perusahaan – perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.


(54)

2.2.8. Kerangka Konseptual

Return On Equity (X1)

Earning Per Share (X2)

Debt to Equity Ratio (X3)

Price Earning Ratio (X4)

Harga Saham (Y)


(55)

2.2.9. Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam menangani masalah yang terjadi pada perusahaan plastic and glass yang go public di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Diduga Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI.

2. Diduga Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI.

3. Diduga Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI.

4. Diduga Price Earning Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Plastic and Glass yang go public di BEI.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variable – variable yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Variabel Dependen (Y) adalah Harga Saham

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa ( pasar sekunder ). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, harganya semakin naik, sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, harganya semakin bergerak turun. Harga perlembar saham ditentukan berdasarkan harga penutupan (Closing Price) per 31 Desember periode 2004 – 2008. Satuan ukuran yang digunakan adalah rupiah (Rp) dan skala datanya adalah nominal.

b. Variabel Independen (X) terdiri dari :

1. Return On Equity (X1

Merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. ROE yang dimaksud


(57)

disini adalah perbandingan antara laba satalah pajak (EAT) dengan modal sendiri. Satuan ukur dari variabel ini adalah persen (%) dan skala datanya adalah skala rasio. Menurut Sutrisno (2001:255) Return On Equity diformulasikan sebagai berikut :

Laba Setalah Pajak (EAT) Return On Equity =

Modal Sendiri

2. Earning Per Share (X2

Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Earning Per Share yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah EAT dibagi jumlah lembar saham yang beredar. Satuan ukur dari variabel ini adalah rupiah (Rp) dan skala datanya adalah skala rasio. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:139), Earning Per Share diformulasikan sebagai berikut:

)

EAT

Earning Per Share = Jumlah Lembar Saham Beredar

3. Debt to Equity Ratio (X3

Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan modal sendiri. Satuan ukur untuk variabel ini adalah kali (x), sehingga


(58)

skala datanya adalah skala rasio. Menurut Halim dan Hanafi (2002:185) Debt to Equity Ratio diformulasikan sebagai berikut :

Total Hutang Debt to Equity Ratio =

Total Modal Sendiri

4. Price Earning Ratio (X4

Merupakan perbandingan antara harga saham di pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi. Satuan ukur untuk variabel ini adalah kali (x), sehingga skala datanya adalah skala rasio. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), Price Earning Ratio diformulasikan sebagai berikut:

)

Harga Pasar Saham Price Earning Ratio =


(59)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek panalitian (Kuncoro, 2003:103).

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah Perusahaan Plastic and Glass yang telah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan Plastic and Glass yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan tahun 2008 sebanyak 15 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel yang dilakukan karena peneliti mempunyai tujuan dan target dalam memilih sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu (Nuryanti Takarini, 2003:259).

Sedangkan pertimbangan dan kriteria yang digunakan untuk mengambil sampel perusahaan adalah :

1. Perusahaan Plastik and Glass yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.


(60)

2. Perusahaan Plastic and Glass yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004-2008.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan pada tahun 2004-2008 serta memiliki data lengkap terkait variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui data ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 12 perusahaan kelompok industri yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Aneka Kemasindo Utama Tbk 2. Argha Karya Prima Industry Tbk 3. Asahimas Flat Glass Tbk

4. Asiaplast Industries Tbk 5. Berlina Tbk

6. Dynaplast Tbk 7. Kageo Igar Jaya Tbk

8. Langgeng Makmur Industry Tbk 9. Leyand Internasional Tbk 10.Siwani Makmur Tbk

11.Titan Kimia Nusantara Tbk 12.Trias sentosa Tbk


(61)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari arsip – arsip atau dokumen – dokumen yang dikumpulkan dari instansi – instansi yang terkait dalam penelitian ini. Adapun data sekunder yang diambil meliputi :

1. Data perkembangan harga saham perusahaan Plastic and Glass yang diteliti periode 2004 sampai 2008 pada BEI.

2. Laporan keuangan perusahaan Plastic and Glass yang diteliti per 31 Desember selama periode 2004 sampai 2008 pada BEI.

3.3.2. Sumber Data

Keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) yang dipeoleh dari perpustakaan BEI.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder diambil dengan teknik dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperolehmelalui dokumen – dokumen dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan data – data yang telah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber individual dan masih berlaku saat ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.


(62)

3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Untuk mengetahui pengaruh Return on Equity, Earning Per share, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini dipakai dalam penelitian karana dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Analisis ini juga dipakai menduga besar dan arah dari hubungan tersebut.

Adapun bentuk umum dari regresi berganda secara sistematis adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei

Keterangan :

... (Antodajan, 1986:399)

Y = Harga Saham

βo

X

= Konstanta

1

X

= Return On Equity

2

X

= Earning Per Share

3

X

= Debt to Equity Ratio


(63)

β1β2β3β4

e

= Koefisien regresi untuk variable bebas

i

3.4.2. Uji Hipotesis

=Variabel pengganggu yang mewakili factor lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi tidak di masukkan kedalam model.

a. Uji – t

Uji – t digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial atau individu.

Untuk membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji – t yang menyatakan ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel dan dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

1. Apabila H0 : βi = 0 → artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata

antara variabel bebas (X1, X2, X3, X4

Apabila H

) secara parsial terhadap variabel terikat (Y).

i : βi ≠ 0 → artinya terdapat pengaruh nyata antara variabel

bebas (X1, X2, X3, X4

2. Menentukan level of significance /2 = 10% / 2 = 5% atau 0.05 dengan pengujian dua arah. Degree of freedom (df) = (n – k - 1).

) secara parsial terhadap variabel terikat (Y).

Dimana: n = Jumlah Pengamatan k = Jumlah Variabel


(64)

3. Menentukan t hitung dengan rumus sebagai berikut: t hitung

Keterangan : =

thitung

βi = koefisien regresi

= t hasil perhitungan

Se = standart error

3.5. Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (1995) bahwa dalam analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linier berganda.

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji - t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE harus memenuhi tiga asumsi yang tidak boleh dilanggar, yaitu :

1. Tidak boleh ada multikolinieritas

2. Tidak boleh ada autokorelasi

3. Tidak boleh ada heterokedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji - t menjadi bias.


(65)

1. Multikolinearitas

Menurut Gujarati (1995:157) Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Persamaan model regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antar variabel bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Menurut Rahayu (2000:87) secara sistematis, pengukuran multikolinearitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

VIF =

Tolerance = 1 – R2

VIF (Varians Inflation Factor) menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, berarti terdapat Multikoloniearitas dalam persamaan regresi linier. Apabila nilai VIF lebih rendah dari angka 10 atau nilai

tolerance mendekati 1 (Gujarati,1995:157) maka dikatakan bahwa tidak terjadi gejala Multikoliearitas. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menambah jumlah data dengan pengamatan baru atau menghilangkan variabel – variabel tertentu dari model yang diperoleh.

i


(66)

Menurut Gujarati (1995:201) autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti data dalam cross sectional). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi, artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak boleh

ada hubungan nilai residual periode sebelumnya (et-1

d =

). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat ditest dengan menghitung nilai Durbin Watson (d test) dengan persamaan : (Gujarati,1995:215)

Keterangan:

d = nilai Durbin Watson et

e

= Residual pada waktu ke-t

t-1 = Residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)

3. Heteroskedastisitas

Satu asumsi penting penting dari model regresi linier klasik menurut Gujarati (1995:177) adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dari regresi populasi adalah heteroskedastisitas yaitu semua gangguan yang mempunyai varians sama. Menurut Gujarati (1995:189) heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS (Ordinary Least Square atau kuadrat terkecil biasa), tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien, bahkan


(67)

tidak lagi asimonik (yaitu untuk sampel yang besar). Ketidakadaan efisiensi ini membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa nilainya diragukan.

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan pengujian

Spearman Ranking Corellation sebagai brikut: (Gujarati,1995:188)

rs = 1 – 6

Dimana:

di = Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke-i.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(69)

• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

• 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

• 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

• Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

• 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

• 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

• 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali


(70)

pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

• 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

• 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

• 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

• 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

• Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.


(1)

pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Retno dan Nurfauziah yang menyatakan PER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.

Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor atau para pemegang saham). Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka bersedia membeli saham perusahaan dengan harga lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh kepada para pemegang saham. Hasil ini dudukung oleh teori Harahap (2001:311), yang menyatakan nilai PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi. Price Earning Ratio menunjukkan harga yang investor bersedia membayar untuk setiap nilai laba perusahaan. Maka tingginya PER, makin besar harapan investor untuk meraih keuntungan berupa pendapatan investasi atas saham yang berarti pula bahwa nilai perusahaan itu makin tinggi. Dengan berpengaruhnya PER terhadap harga saham menunjukkan bahwa investor memiliki harapan yang cukup tinggi terhadap prestasi perusahaan, dengan harapan yang tinggi dari pera investor tersebut akan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan tersebut.

Price Earning Ratio merupakan indikator yang dapat dipergunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai tinggi atau rendah. PER yang tinggi dapat menunjukkan bahwa: 1. Investor mengharapkan pertumbuhan


(2)

deviden yang tinggi. Dengan pertumbuhan deviden yang tinggi maka menarik minat para investor untuk membeli saham sehingga permintaan saham meningkat. Peningkatan permintaan saham akan menyebabkan harga sahm meningkat. 2. Saham memiliki risiko yang rendah sehingga investor tertarik dengan kembalian yang rendah. Dengan demikian permintaan saham yang beresiko rendah akan meningkat yang akan mengakibatkan harga saham tersebut naik. 3. Perusahaan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan rata-rata, sementara dipihak lain mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham dan pada akhirnya akan menaikkan harga saham.

Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menyebabkan harga saham yang tinggi, begitu sebaliknya Price Earning Ratio (PER) yang rendah menyebabkan harga saham yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa PER berpengaruh positif terhadap harga saham.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh anatara Return on Equity, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham perusahaan Plastic and Glass yang terdartar di BEI tahun 2004 sampai 2008. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Return On Equity dapat meningkatkan harga saham. Return On Equity yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka semakin saham tersebut diinginkan untuk dibeli. hal ini akan menyebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut meningkat.

2. Earning Per Share dapat meningkatkan harga saham. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan per lembar saham (EPS) maka perusahaan semakin baik kinerja perusahaan, dengan semakin membaiknya kinerja perusahaan yang diakibatkan dari tingginya tingkat


(4)

EPS hal ini akan menyebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut meningkat. 3. Debt to Equity Ratio dapat meningkatkan harga saham. Dalam

penggunaan hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan usaha (ekspansi usaha) sehingga modal hutang dialokasikan ke operasional perusahaan dalam pembiayaan produksi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri dengan menggantungkan permodalan perusahaan terhadap pihak luar. Dengan pengembangan usaha dan peningkatan produksi tersebut diharapkan menghasilkan laba yang meningkat pula sehingga nilai perusahaan pun turut meningkat serta investor tertarik untuk menanamkan modalnya keperusahaan tersebut dan harga saham pun juga akan meningkat. Dengan hutang yang digunakan maka tingkat risiko juga akan semakin tinggi, hal tersebut menarik investor yang suka dengan risiko yang tinggi dengan harapan semakin tinggi risiko maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. Investor dengan kriteria ini yang memiliki keberanian untuk menanamkan modal dan tak terpengaruh seberapa besar hutang yang diambil asalkan perusahaan tersebut memiliki return yang tinggi pula. 4. Price Earning Ratio dapat meningkatkan harga saham. Price Earning

Ratio menunjukkan harga yang investor bersedia membayar untuk setiap nilai laba perusahaan. Maka semakin tinggi PER, makin besar harapan investor untuk meraih keuntungan berupa pendapatan investasi atas saham yang berarti pula bahwa nilai perusahaan itu makin tinggi. Dengan


(5)

kontribusi PER terhadap harga saham menunjukkan bahwa investor memiliki harapan yang cukup tinggi terhadap prestasi perusahaan, dengan harapan yang tinggi dari para investor tersebut akan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan tersebut.

5.2. Saran

a. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan dapat menjadikan laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh investor. Dengan menyediakan laporan keuangan, informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan diaudit oleh auditor kompeten, hal ini dapat digunakan perusahaan secara khusus dan secara umum dapat membawa para investor untuk tidak ragu-ragu dalam menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut.

b. Bagi Investor

Dapat mempertimbangkan faktor-faktor diatas sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi pembelian saham, disamping itu dapat memberikan gambaran prospek kedepan suatu perusahaan, mempertimbangkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang diperoleh dalam berinvestasi saham tentunya risk juga semakin besar.


(6)

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini menghasilkan analisa rasio ROE, EPS, DER dan PER merupakan variabel yang memiliki pengaruh terhadap harga saham seperti penelitian terdahulu, oleh sebab itu penelitian selanjutnya agar menggunakan variabel lain yang dapat diteliti untuk lebih mengetahui variabel yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.


Dokumen yang terkait

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 50 79

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis pengaruh return on equty (roe) debet equity ratio (der) price earning ratio (per) Eraning growth ratio(Egr) dan return on assets (roa) terhadap financial leverage : studi empiris pada perusahaan manufaktur di rei

1 56 115

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Eraning Ratio Terhadap Return Saham

0 3 84

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa

0 4 14

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY YANG GO PUBLIK DI BEI.

1 1 104

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PLASTIC AND GLASS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 1 20