Jenis Makanan Konsep Pola Makan Penderita DMT2

2.2 Konsep Pola Makan Penderita DMT2

Pola makan penderita DMT2 ditinjau dari jenis, jumlah, dan jadwal makan. Jenis makanan yang sesuai untuk dikonsumsi pada penderita DMT2 adalah makanan yang mengandung zat makro karbohidrat 45-65 dari total energi, protein 15-20 dari total energi, dan lemak 20-35 dari total energi Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah sesuai dengan kriteria kebutuhan tubuh ± 10 Parajuli et al, 2014. Jadwal makan yang sesuai adalah tiga kali makan utama dan tiga kali selingan dengan rentang waktu tiga jam antara makan utama dan makan selingan. Sarapan dimulai sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut malam. Setiap jadwal makan diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberikan skol 0 sehingga jadwal makan dikatakan sesuai jika skor ≥75 Waspadji, 2007; Parajuli et al, 2014

2.2.1 Jenis Makanan

Pola makan pada penderita DMT2 merupakan bagian yang penting dalam perawatan diri. Pola makan penderita DMT2 dipengaruhi oleh nilai, kesukaan, dan kemampuan masing-masing individu Dworatzek et al., 2013. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada pola makan yang bersifat “one-size-fits-all” pada individu dengan DMT2 Georgoulis et al., 2014. Beberapa komposisi makanan yang dianjurkan kepada penderita DMT2 adalah sebagai berikut: a. Karbohidrat Asupan karbohidrat yang disarankan berkisar 45-65 dari total energi dan tidak boleh 130 ghari untuk tetap menjaga suplai glukosa ke otak. Sumber karbohidrat yang disarankan adalah karbohidrat dengan kandungan serat yang tinggi. Karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah dapat mengurangi respon glikemik saat konsumsi makanan. Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah menunjukkan penurunan HbA1C lebih baik daripada konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi. Contoh makanan dengan indeks glikemik rendah adalah roti gandum hitam, nasi setengah matang, buah apel, pir, dan jeruk Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014. Sumber karbohidrat lainnya adalah lontong, jagung, roti, ubi, singkong, kentang, bihun, dan makanan lain yang terbuat dari tepung-tepungan Kariadi, 2009. Gula merupakan bentuk sederhana dari karbohidrat. Gula yang dapat dikonsumsi pada penderita DMT2 adalah sukrosa dan fruktosa. Sukrosa dapat dikonsumsi sebanyak ≤ 10 dari total energi yang dibutuhkan sekitar 50-65 ghari dalam kebutuhan energi 2.000-2.600 kkalhari atau ±10 sendok teh. Fruktosa murni dari buah- buahan disarankan pada penderita DMT2 sebanyak ≤ 10 kebutuhan energi total atau ≤ 60 ghari Dworatzek, 2013. b. Protein Konsumsi protein pada penderita DMT2 penting untuk menjaga suplai asam amino dan mencegah kehilangan massa otot terutama pada diet penurunan berat badan. Asupan protein yang dibutuhkan sebanyak 10-20 dari total kebutuhan energi. Sumber protein yang baik adalah ikan, cumi-cumi, udang, daging tanpa lemak, daging ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Pada penderita DMT2 disertai CKD maka protein yang dapat dikonsumsi sebesar 10 dari kebutuhan energi total 0,8 gkg BBhari. Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014 c. Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan pada penderita DMT2 adalah sebanyak 20- 30 dari total kebutuhan energi total. Lemak yang dianjurkan adalah monounsaturated fatty acids MUFAs dan polyunsaturated fats PUFAs. MUFAs dapat diperoleh dari minyak zaitun, minyak canola, minyak kacang, dan alpukat. Asam lemak omega-3 dan omega-6 termasuk PUFAs. Omega-3 dapat diperoleh dari minyak ikan laut dan omega-6 dapat diperoleh dari minyak jagung, minyak kacang tanah, biji-bijian, serta kacang-kacangan. DMT2 meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler sehingga konsumsi lemak harus diperhatikan. Konsumsi kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Pada DMT2 asupan kolesterol dibatasi 200 mghari. Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013; Supariasa, 2013; Ley et al., 2014 d. Serat Serat yang dapat larut memperlambat pengosongan lambung dan memperpanjang waktu penyerapan glukosa pada usus halus sehingga dapat meningkatkan kontrol gula darah setelah makan. Asupan serat dianjurkan ±25 ghari yang diperoleh dari kacang-kacangan, buah, sayuran, dan karbohidrat dengan kandungan serat yang tinggi. Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013 e. Natrium dan zat gizi mikro lain Asupan natrium yang dianjurkan tidak boleh lebih dari 3000 mghari atau sekitar satu sendok teh garam dapur. Natrium juga dapat terdapat dalam vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit Perkeni, 2011. Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension DASH pada DMT2 dengan asupan natrium 2400 mghari menunjukkan hasil pada penurunan tekanan sistol dan diastol, gula darah puasa, BB, dan kadar HbA1C dalam delapan minggu Dworatzek, 2013. Kebutuhan mineral selain natrium tetap harus terpenuhi seperti kalium, magnesium, kromium, dan seng. Arisman, 2013 f. Bahan Penukar Daftar Penukar Bahan Makanan DPBM adalah daftar makanan yang dapat menjadi acuan penderita DMT2 dalam memvariasikan dan menentukan jumlah makanan untuk dijadikan menu harian. DPBM menyediakan jumlah makanan dalam gram dan ukuran rumah tangga URT yang ditampilkan pada Tabel 2.1 pada lampiran. DPBM menyediakan daftar makanan dengan nilai gizi yang sama sehingga satu sama lain dapat ditukar. Kariadi, 2009

2.2.2 Jumlah Kebutuhan Kalori