kaki, kulit kering, luka yang sulit sembuh, dan infeksi berulang. Smeltzer, Hinkle, Cheever, 2014
2.1.4 Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis DM dilakukan melalui pemeriksaan glukosa darah vena dan ditentukan berdasarkan: 1 gula darah puasa tidak ada asupan kalori dalam 8
jam atau lebih ≥7 mmolL ≥126 mgdL; 2 kadar HbA1C ≥ 6,5 dan; 3 2
hours plasma glucose 2hPG dengan 75 g oral glucose tolerance test OGTT atau random PG
≥11,1 mmolL ≥200 mgdL yang disertai oleh gejala klasik DM poliuri, polifagia, dan polidipsi. Apabila dalam pemeriksaan laboratorium
ditemukan hasil hiperglikemi namun tidak menunjukkan gejala maka perlu dilakukan pemeriksaan kembali FPG, HbA1C, dan 2hPG dengan 75 g OGTT
pada hari yang berbeda. Pada pemeriksaan dengan random PG jika menemukan hasil hiperglikemia tanpa gejala maka perlu dilakukan pemeriksaan alternatif yang
lain Goldenberg Punthakee, 2013; Perkeni, 2011.
2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DMT2 memiliki tujuan untuk menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal sehingga tidak menimbulkan gejala klasik dan mencegah atau
memperlambat terjadinya komplikasi Khardori, 2014. Diet dan aktivitas adalah penatalaksanaan non-farmakologis utama pada penderita DMT2 WHO, 2014.
Perkeni 2011 menyebutkan terdapat empat pilar utama dalam menanggulangi DMT2 yaitu edukasi, terapi gizi medis, aktivitas fisik, dan terapi farmakologi.
Edukasi adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki penderita DMT2. Pengetahuan merupakan aspek yang penting
dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang penderita DMT2 adalah mengenai pola makan yang sehat,
aktivitas fisik, pengobatan medis yang dijalani, pencegahan dan penanganan komplikasi terutama penanganan hipo-hiperglikemia. Jones et al., 2013; Perkeni,
2011 Terapi gizi medis adalah salah satu intervensi yang sangat penting pada
DMT2. Berbagai organisasi menyarankan terapi gizi pada diabetes bertujuan untuk menurunkan atau menjaga berat badan melalui gaya hidup. Penurunan berat
badan dapat menurunkan tingkat resistensi insulin Hartono, 2006; Ley et al., 2014. Terapi gizi pada penderita DMT2 secara umum adalah makanan gizi
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu dengan menekankan keteraturan pada jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Perkeni, 2011 Latihan fisik merupakan kegiatan yang penting dalam penanganan DMT2.
Latihan fisik disarankan dilakukan minimal 150 menit per minggu minimal dalam tiga hari per minggu berupa aktivitas fisik aerobik intensitas sedang hingga tinggi
dan tidak melewatkan dua hari tanpa latihan ADA, 2013. Latihan fisik bertujuan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Perkeni, 2011 Terapi farmakologi merupakan terapi obat-obatan antiglikemik yang
diberikan seiring dengan gaya hidup sehat. Terapi farmakologis dapat berupa obat
oral dan injeksi. Obat oral metformin merupakan pilihan pertama untuk terapi awal DMT2. Obat oral lainnya selain metformin adalah tiazolidindion, glinid, dan
DPP-IV inhibitor. Apabila obat oral monoterapi non-insulin dengan dosis toleransi tertinggi tidak dapat mencapai target atau mempertahankan kadar
HbA1C selama 3-6 bulan, terapi oral ditambahkan dengan glucagon-like peptide- 1 GLP 1 receptor agonist atau dengan insulin. Obat injeksi yang diindikasikan
pada penderita DMT2 adalah insulin. Perkeni, 2011; ADA, 2013
2.1.6 Komplikasi