82
muda. Dari lingkup Gereja pun demikian. Perlu adanya kegiatan bagi keluarga- keluarga Katolik seperti penghayatan terhadap makna kesetiaan perkawinan
Katolik ditinjau dari simbol-simbol perkawinan adat. Simbol-simbol yang dipakai dalam proses perkawinan adat juga
melambangkan kesetiaan yang tidak kalah kuatnya dengan perkawinan Katolik. Walaupun tidak secara eksplisit di jelaskan bahwa salah satu simbol
melambangkan kesetiaan namun dari makna yang terkandung dapat diambil kesimpulan bahwa simbol-simbol mengajarkan bahwa pasangan suami istri
bersikap saling setia, hidup bersama untuk saling memberi dan menerima, serta kesediaan untuk sehidup semati hingga maut memisahkan.
Oleh sebab itu, dalam perkawinan adat maupun Gereja, kesetiaan bukan soal tidak bercerai saja, disana ada unsur-unsur dan tanggungjawab lain yang
harus masing-masing pasangan penuhi untuk bisa mewujudkan kesetiaan yang diidam-idamkan oleh pasangan suami istri. Untuk itu, kesetiaan tidak bisa
dipisahkan dari hidup beriman yang berarti percaya. Sama seperti Allah yang percaya kepada Bangsa Israel, merengkuh kembali Bangsa Israel walaupun
berlaku tidak setia terhadap-Nya.
C. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan tentang “simbol-simbol perkawinan adat suku Dayak Tunjung sebagai ungkapan nilai kesetiaan dalam
perkawinan Katolik”, penulis menemukan beberapa permasalahan diantaranya: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
1. Melalui penelitian yang dilakukan, praksis perkawinan yang terdapat dalam
suku Dayak Tunjung ada dua yaitu perkawinan adat dan perkawinan gereja. Hal ini biasa dilakukan oleh suku Dayak Tunjung karena perkawinan adat
merupakan tradisi dan perkawinan Gereja sebagai pengokoh dari prosesi perkawinan adat. Hal ini menunjukkan bahwa nilai luhur dari perkawinan
adat masih begitu dihargai oleh suku Dayak Tunjung. Namun, perkembangan jaman membuat sebagian masyarakat suku Dayak Tunjung mengabaikan
nilai-nilai luhur dari perkawinan adat. Perkawinan adat dianggap kuno dan ketinggalan jaman.
2. Dinamika dan permasalahan dalam perkawinan terjadi karena perkawinan
tersebut kurang dihayati secara mendalam oleh pasangan suami istri. Berbagai macam persoalan yang terjadi mulai dari masalah ekonomi sampai
ketidakpuasan dengan pasangan membuat pasangan berlaku tidak setia. Perkawinan menjadi biasa saja dan tidak lagi sakral. Nilai luhur yang
terkandung dalam perkawinan menghilang karena ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menekan keegoisan, menjaga komitmen dan janji
perkawinan yang diucapkan pada saat perkawinan. Pada akhir-akhir ini juga perkawinan remaja dibawah umur marak terjadi karena pergaulan yang begitu
bebas menuntut mereka untuk menikah usia dini. Pendidikan moral dalam keluarga yang merosot. Anak terbengkalai karena kesibukan dan pekerjaan.
3. Pemahaman suku Dayak Tunjung khususnya umat Katolik yang telah
menikah terkait perkawinan adat dan simbol-simbol yang dipakai dalam prosesi acara sangat minim. Kebanyakan dari responden tidak dapat
84
menyebutkan makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam proses upacara adat. Perkawinan adat hanya sebatas kewajiban. Nilai luhur yang ada dalam
perkawinan adat tidak begitu dihayati sebagai sesuatu yang baik. 4.
Dalam Gereja Katolik, perkawinan dibangun atas dasar cinta kasih dari suami dan istri. Cinta kasih merupakan elemen dasar pembentuk keluarga Katolik.
Dalam pengikraran janjisumpah setia yakni untuk menjadi seperti yang diharapkan pasangan dan juga menjadi seperti yang Allah kehendaki. Namun,
hambatan terbesar kesetiaan suami istri adalah tidak mampu menekan keegoisan, bukan lagi atas kehendak Allah dan pasangan. Hal ini, banyak
terjadi dikalangan umat Katolik suku Dayak Tunjung. Perceraian yang dulunya dianggap tabu, kini sudah tidak tabu lagi dan menjadi hal yang biasa.
Sebagian kecil pasangan suami istri bannyak yang salah mengerti tentang makna kesetiaan dalam perkawinan Katolik, yang terpenting tidak bercerai
dan masih memberi nafkah lahir dan batin kepada pasangan. 5.
Simbol-simbol perkawinan yang digunakan dalam perkawinan adat mengandung nilai kesetiaan. Walaupun tidak secara eksplisit disebutkan
bahwa simbol-simbol tersebut mengandung nilai kesetian namun dari setiap proses upacara simbol-simbol yang dipakai mempunyai keterikatan satu
dengan yang lainnya. Jika disimpulkan maka makna dari perkawinan adat akan merujuk kepada pasangan untuk hidup saling menghormati dan saling
setia serta bertanggungjawab untuk saling membahagiakan. Untuk itu, baik perkawinan adat maupun gereja, mengajarkan setiap pasangan untuk selalu
setia dan tidak melupakan komitmen dan bertanggungjawab untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mensejahterakan pasangan dan juga mensejahterakan anak hasil cinta suami istri. Faktanya dari hasil wawancara, ditemukan bahwa pemahaman mengenai
makna dari perkawinan adat dan simbol-simbol yang digunakan dalam proses upacara adat sangat minim. Kurangnya sosialisasi dari lembaga adat terutama
bagi kaum muda.
D. Usulan Program