Ragam visual Vernacular Typography Street pada Becak di Solo.

commit to user yang ia buatpun mengikuti dari desain dan tipografi yang dibuat ayahnya beserta seniman lukis becak lainnya pada masa itu. Media yang Bapak Narto gunakan untuk melukis pada becak adalah cat minyak dan cat besi. Untuk sekali melukis becak biayanya sekitar Rp 50.000. Para pelanggan dan pengguna jasa lukis becak diantaranya datang dari daerah Solo, Klaten, Delanggu, Sragen, Salatiga, Jogjakarta, dan Ngawi. Mereka meliputi pengusaha becak maupun pemilik becak secara perorangan. Di musim – musim tertentu pesanan juga datang dari para turis mancanegara terutama dari Jerman yang sering memesan becak beserta desain lukisanya untuk sekedar dikoleksi.

4. Ragam visual Vernacular Typography Street pada Becak di Solo.

Tipografi yang dipakai dalam desain Vernacular Typography Street becak Solo adalah ‘huruf kembang’. Tipografi tersebut dinamakan huruf kembang karena memiliki motif meliuk – liuk yang diperumpamakan seperti bunga atau kembang dalam bahasa Jawa. Tipografi tersebut dibuat secara manual dan spontan dengan cara dilukis tanpa menggunakan letterset atau alat cetak huruf. Bentuk huruf kembang juga telah ada secara turun temurun semenjak adanya becak lukis dan bertahan hingga sekarang. Proporsi dan karakter yang menonjol dari bentuk tipografi Vernacular Typography Street becak Solo terdiri dari : a. Huruf dekoratif. b. Bentuk huruf yang terdiri dari uppercase huruf kapital. c. Jumlah hurufnya sangat terbatas dan kurang lengkap secara alfabet. commit to user d. Bentuk huruf cenderung bergelombang sesuai motif dekoratif bunga dengan berbagai sudut kelengkungan yang variatif. e. Stroke bentuk Vernacular Typography Street becak Solo relatif tebal dan ketebalannya konstan. Bentuk tipografi dalam desain Vernacular Typography Street becak Solo didukung oleh berbagai ragam visual pendukung yang memiliki keterkaitan erat dengan kebudayaan Jawa, Solo dan akulturasi kebudayaan Cina yang berkembang di Surakarta. Hal itu dapat dilihat dari segi tema desain lukisannya yang bertemakan ajaran – ajaran filosofis kehidupan kosmologis masyarakat Jawa – Solo, sedangkan bentuk akulturasi kebudayaan Cina dapat dilihat dari segi pewarnaan yang menggunakan warna dominan merah pada desain becak. Warna merah dalam filosofi Cina mengandung arti mendatangkan keberuntungan. Latar belakang dari terjadinya akulturasi ini dikarenakan keberadaan becak diawal mula perkembanganya di kota Solo dipakai sebagai alat transportasi dalam perdagangan masyarakat etnis Cina di Solo. Ragam desain visual tersebut merupakan hasil peniruan dari bentuk – bentuk alam sekitar seperti bentuk pemandangan, binatang hingga tokoh dalam pewayangan. Di dalam ragam desain visual Vernacular Typography Street becak Solo mengandung beberapa ungkapan kata tentang ajaran hidup Jawa seperti Nrimo Wae, Ojo Dumeh, Kadung Tresno, Gotong – royong, Sumber Urip, Lumintu, Gemah Ripah dan Prihatin. Dikarenakan sifat desain dari seni jalanan yang kurang teratur dan dikerjakan oleh desiner jalanan yang tidak terdidik maka meskipun mengandung filosofi – filosofi Jawa dan karakter desain yang unik serta berciri khas namun diantara desain – desain vernacular tersebut terdapat beberapa yang tidak sinkron antara desain dan tulisan commit to user tipografinya. Serta sering hanya memenuhi dari permintaan pemilik becak untuk diberi tulisan apa. Diantaranya ragam visual desain Vernacular Typography Street becak Solo antara lain : a. Nrimo Wae. Nrimo Wae dalam bahasa Indonesia artinya menerima saja. Memiliki arti filosofi dalam kehidupan kosmologi masyarakat Jawa bahwa apapun yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak ilahi dan kita sebagai manusia hendaknya pasrah dan berserah diri kepada-NYA. Dalam desain Nrimo Wae digambarkan berupa desain pemandangan alam yang merupakan hasil peniruan dan imajinasi dari pemandangan alam yang ada dalam benak seniman lukis becak saat melukisnya. Tulisan tipografi wajah baru juga merupakan unsur pelengkap dalam desain yang merupakan semacam celoteh dari senimannya. Hal ini menunjukkan bahwa antara desain, tulisan dan tema dari desain tidak memiliki kesatuan keterikatan yang khusus karena desain tidak sesuai dengan tema. Ini merupakan sebuah ciri dari desain yang berasal dari seniman atau desainer yang otodidak dan kurang terlatih. Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Nrimo Wae’. Sumber : foto 6 Desember 2009. commit to user b. Ojo Dumeh. Pengertian Ojo Dumeh dari segi bahasa yaitu Ojo yang berarti jangan atau tidak boleh. Kata Ojo dinyatakan untuk manusia secara tegas dan lugas. Dumeh yang berarti mentang – mentang. Jadi Ojo Dumeh bisa diartikan jangan mentang – mentang. Secara filosofis memiliki makna bahwa manusia itu tempat bersemayamnya lupa. Baik lupa diri, lupa daratan, lupa asal – usul, lupa sejarahnya atau lupa yang lain. Disamping itu pula manusia merupakan makhluk yang cenderung tergoda oleh hawa nafsu duniawi. Maka Ojo Dumeh adalah ikon pengendali agar manusia itu tidak larut dalam ranah duniawi yang dilingkungi oleh nafsu – nafsu yang buruk. Dalam desain vernacular Ojo Dumeh digambarkan seekor banteng yang kuat. Gambar Banteng mewakili dari karakte manusia, dimaksudkan bahwa manusia jangan mentang – mentang kuat maka menjadi semena – mena terhadap orang lain. Sedangkan tipografi dalam desainnya berupa tulisan berseri. Tipografi dengan tulisan berseri merupakan motto dari kota Solo. Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Ojo Dumeh’. Sumber : foto 6 Desember 2009. commit to user c. Kadung Tresno. Kadung Tresno dalam bahasa Indonesia memiliki arti terlanjur cinta. Memiliki arti filosofi bahwa jika manusia sudah terlanjur cinta maka mereka akan buta terhadap segala perbedaan dan tidak memperdulikan apa kata orang sekitarnya. Dalam desain Kadung Tresno di wakili oleh gambar seekor gajah dan harimau yang melambangkan segala perbedaan tersebut tapi mereka tetap bisa hidup rukun tanpa memperdulikan segala bentuk perbedaan mereka. Tipografi pada desain vernacular kadung tresno berupa tulisan inisial dari identitas pemilik becak. Contoh desain vernacular becak Solo ‘Kadung tresno’. Sumber : foto 6 Desember 2009. d. Gotong royong. Gotong royong adalah kerja sosial yang besar dan berat tetapi terasa ringan dan riang karena ditangani oraang banyak secara ramai – ramai. Kehidupan masyarakat tradisional biasanya semangat gotong royong terasa lebih kuat. Hubungan individu tidak dilandassi semata – mata oleh karena untung rugi material. Hidup memerlukan kebersamaan untuk mencapai keselarasan dan kebahagiaan Dr Purwadi M.Hum, 2006 : 38. Di dalam kebudayaan gotong royong mencerminkan kebersamaan dan kerukunan dalam kehidupan commit to user masyarakat tanpa melihat dari segi perbedaan sosial dan golongan. Dalam desain vernacular gotong royong digambarkan seekor rusa dan seekor harimau dengan disertai desain tipografi bertuliskan gotong royong. Gambar harimau dan rusa menggambarkan dua makhluk yang berbeda baik dari segi ukuran, bentuk, kebiasaan dan tabiat. Seperti manusia pula yang tak pernah sama antara satu sama lain namun terikat oleh satu konsep nilai estetika budaya yang sama seperti diungkapkan oleh Prof. Koentjaraningrat, yaitu : 1 Manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakatnya, dan alam semesta sekitarnya. Di dalam sisitem makro kosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai suatu unsur kecil saja yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang Maha Besar itu. 2 Dengan demikian dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakikatnya tergantung kepada sesamanya. 3 Karena itu ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya, terdorong oleh jiwa sama rata, sama rasa meskipun ditengah segala perbedaan yang ada. 4 Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dan bersama dalam komunikasi, terdorong oleh jiwa sama tinggi dan sama rendah. commit to user Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Gotong Royong’. Sumber : foto 6 Desember 2009. e. Sumber urip. Sumber urip dalam bahasa Indonesia berarti sumber hidup. Sedangkan secara filosofi kosmologis kehidupan Jawa arti Sumber Urip merupakan salah satu syarat prinsip dari hakekat hidup manusia di dunia yang terdiri dari : 1 Berusaha dengan cara bekerja untuk mencapai suatu kedudukan yang layak sesuai dengan kemampuan dan kemauan dalam bekerja yang berakibat pada penghasilan sebagai sumber hidup. 2 Berusaha memperoleh uang secara halal, sebagai sumber hidup. 3 Berusaha memperoleh atau mendapatkan suatu kepandaian, baik berupa ketrampilan yang dapat menghasilkan sumber penghidupan. Dalam desain Vernacular Typography Street sumber urip digambarkan dengan landscape gambar pemandangan dengan hamparan sawahnya yang luas dan subur disertai dengan tipografi bertuliskan Rahardjo yang memiliki arti makmur atau kemakmuran. Arti dari lukisan pemandangan tersebut yaitu bagi masyarakat pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani, sawah merupakan sumber hidup, seperti becak yang juga merupakan sumber pendapatan bagi para tukang becak. commit to user Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Sumber Urip’. Sumber : foto 6 Desember 2009. f. Lumintu. Lumintu dalam bahasa Indonesia memiliki arti tidak terputus atau terus menerus tanpa henti. Diartikan secara filosofis berdasarkan ajaran kosmologis masyarakat Jawa bahwa dalam berusaha harus secara terus menerus dan berkesinambungan dan tidak terputus sebagai keinginan untuk menjalankan suatu usaha seterusnya dan bisa berjalan langgeng atau selamanya. Seperti yang dilukiskan dalam desain yang digambarkan dengan dua ekor sapi yang bekerja menarik gerobak. Sapi dalam kehidupan masyarakat jawa merupakan lambang pekerja keras. Disertai tipografi berseri sebagai motto dari kota Solo. Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Lumintu’. Sumber : foto 6 Desember 2009. commit to user g. Gemah ripah. Gemah ripah dalam bahasa Indonesia memiliki arti subur makmur. Dalam desain digambarkan dengan lukisan area pedesaan dan persawahan yang subur dengan tipografi bertuliskan Margo Tentrem. Lukisan tersebut merupakan hasil dari peniruan dan imajinasi seniman becak yang berasal dari pemandangan lingkungan pedesaan. Mengandung makna secara filosofis dalam kosmologis masyarakat jawa bahwa hidup itu bergantung pada alam. Sehingga tingkat kesuburan suatu daerah dapat dilihat dari tanaman dan tumbuhan yang tumbuh subur diarea tersebut, dan jika suatu daerah subur maka dapat menjamin tingkat kemakmuran dan ketentraman suatu wilayah. Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Gemah Ripah’. Sumber : foto 6 Desember 2009. h. Prihatin. Prihatin memiliki makna secara filosofis dalam ajaran kehidupan kosmologis masyarakat Jawa sebagai sikap dimana kita mencoba memposisikan diri pada posisi sulit yang dialami oleh orang lain supaya kita dapat merasakan dan mengerti tentang posisi dan perasaan mereka. Dalam desain dilukiskan dengan gambar tokoh Semar yang merupakan salah satu tokoh dalam punakawan yang memiliki karakter pemimpin yang arif dan bijaksana. Desain disertai pula commit to user tipografi bertuliskan kata Prihatin yang merupakan ajakan untuk kita hidup prehatin dan secukupnya tanpa berlebih – lebihan. Contoh desain Vernacular becak Solo ‘Prihatin’. Sumber : foto 6 Desember 2009.

B. Pembanding.