Tinjauan Tentang Pemegang Hak Atas Tanah

commit to user 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pemegang Hak Atas Tanah

Peraturan hukum yang pertama kali dikeluarkan oleh Pemerintah bersama DPR, yang memberikan dasar hukum pencabutan hak bagi suatu hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Di Atasnya. Dasar ini yang merupakan pelaksanaan Pasal 18 UUPA, dalam rangka melaksanakan usaha-usaha penbangunan negara. Dalam Keputusann Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dijelaskan bahwa Hak Atas Tanah adalah hak atas sebagian tanah sebagaimana diatur dalam UUPA, namun kejelasan ini diperluas dengan peraturan Mentri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1994 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Di dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 di jelaskan bahwa Pemegang Hak Atas Tanah adalah orang atau badan hukum yang mempunyai hak atas tanah menurut UUPA sedangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang dimaksud Hak Atas Tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Lieke Lianadevi Tukgali 2010:192. Menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993 Pengertian Hak Atas Tanah adalah Orang atau badan hukum yang mempunyai hak atas tanah menurut Undang-undang Pokok Agraria, termasuk bangunan, tanaman dan atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan. Hak Atas Tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria Pasal ayat 1 dan 2 menyatakan: a. Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut commit to user 20 tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan hukum. b. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini menberi wewenang untuk mengunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan pengunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Dalam Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria Hak Atas Tanah di bagi menjadi enam antara lain : a. Hak Milik adalah hak yang terkuat, terpenuh dan turun temurun yang dapat dipunyai oleh orang dengan mengingat adanya fungsi sosial. Jangka waktu hak milik tidak terbatas. b. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dengan jangka waktu 25-35 tahun dan dapat diperpanjang untuk waktu 25 tahun lagi. c. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk memdirikan bangunan diatas tanah yang dikuasai langsung oleh negara dengan jangka waktu 30 tahun dapat diperpanjang 30 tahun dan dapat pula diperbarui untuk 30 tahun. d. Hak Pakai adalah hak untuk mengunakan danatau memungut hasil dari tanah yang langsung dikuasai oleh negara atau atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikanya atau dengan perjanjian dengan pemilik tanah. e. Hak Sewa adalah hak untuk mengunakan tanah sesuai dengan jangka waktu yang telah di tentukan sesuai dengan perjanjian. f. Hak Membuka tanah adalah hak untuk membuka tanah hutan sebagai tanah persawahan tetapi di batasi dengan sesuai dengan peraturan tertentu. Kepemilikan tanah itu tidak berlaku mutlak karena semua tanah di Indonesia di kuasai oleh negara. Tanah di Indonesia mempunyai fungsi sosial artinya kegunaan dari tanah itu lebih mengutamakan kepentingan commit to user 21 umum atau kepentingan individu atau golongan. Yang menjadi kendala dalam melaksanakan fungsi sosial adalah awamnya masyarakat dan akibat dari awamnya masyarakat itu di anggap kepemilikan dari tanah berlaku mutlak, hak kepemilikannya tidak bisa digangu gugat oleh siapa pun, termasuk oleh Negara Mudakir Iskandar Syah, 2007: 5-6. Dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 disebutkan bahwa kewenangan Negara adalah : 1 Kerwenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan pengunaan, persediaan, dan pemeliharaaan bumi air, dan ruang angkasa tersebut; 2 Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi air dan ruang angkasa; 3 Menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi dari air dan ruang angkasa. Kekuasaan negara terhadap tanah ini bukan kekuasaan mutlak, maksudnya kekuasaan untuk berbuat apa saja terhadap tanah, air dan ruang angkasa, akan tetapi kekeuasaan negara ini sebatas menguasai, dan dasar dari penguassaan ini harus jelas karena demi rakyat dan kepentingan umum. Kekuasaan Negara untuk menguasai atas tanah ini atas dasar dari penerapan fungsi sosial tanah. Asas menguasai ini hanya hanya berada pada Negara, oleh karena itu perorangan atau kelembagaan yang ada dalam masyarakat tidak berhak melaksanakan asas menguasai tanah dengan alasan fungsi sosial dari tanah itu sendiri Mudakir Iskandar Syah. 2007:6.

2. Tinjauan Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM HAL TERDAPAT SERTIPIKAT GANDA

2 25 90

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO-BITUNG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

0 2 16

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO-BITUNG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA.

0 3 31

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN JALUR LINTAS SELATAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

1 5 23

KESIMPULAN DAN SARAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN JALUR LINTAS SELATAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 4 5

PRINSIP PENGHORMATAN HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO NGAWI DI KABUPATEN KARANGANYAR

0 9 82

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR UTARA TEGAL.

0 1 2

TANGGUNG JAWAB KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MADIUN DALAM PENERBITAN SERTIFIKAN HAK ATAS TANAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH.

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Atas Tanah dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM -

0 1 21