Kepentingan Umum Tinjauan Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

commit to user 26 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 merupakan peraturan yang intern-administratif dalam pelaksanan pelepasan atau penyerahan hak sebagai cara pengadaan tanah. Artinya di dalamnya terkandung ketentuan-ketentuan yang berupa instruksi atau petunjuk yang harus dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah dan pejabat-pejabat yang berwenang di bidang pertanahan.

b. Kepentingan Umum

1 Pengertian Kepentingan Umum Menurut Sudikno Mertokusumo dalam Listyawati 2009; 511-512 menjelaskan: Kepentingan umum yang diatur di berbagai peraturan Perundang- undangan tersebut belum tepat karena makna dari kepentingan umum sangat luas dan seiring dengan perkembangan manusia dan zaman. Pada dasarnya kepentingan umum merupakan kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan lain. Secara filosofis pengertian-kepentingan umum tersirat dalam UUD, secara teoritis kepentingan umum merupakan resultante hasil menimbang- nimbang banyak kepentingan di dalam masyarakat kemudian menetapkan kepentingan yang utama menjadi kepentingan umum. Secara praktis pengertian kepentingan umum akhirnya di serahkan kepada hakim dengan tetap menghormoati semua kepentingan dan mengacu dalam undang-undang. Arti kepentingan umum secara luas adalah kepentingan negara yang termasuk di dalamnya kepentingan pribadi maupun golongan,atau dengan kata lain kepentingan umum merupakan kepentingan yang menyangkut sebagian besar masyarakat. Arti kepentingan umum dilihat dari segi yuridis normatif yaitu Perpres Nomor 36 Tahun 2005, menjelaskan yang dimaksud kepentingan umum adalah kepentingan sebagaian besar mayarakat. Sedangkan dari sudut pandang ketentuan yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, yang dimaksud kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat Mudakir Iskandar Syah, 2007:13. Huybers dalam Maria S.W, Sumardjono 2001: 107 mendefinisikan kepentingan umum sebagi kepentingan masyarakat commit to user 27 sebagai keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain menyangkut perlindungan hak-hak individu sebagai warga negara dan menyangkut pengadaan serta pemeliharaan sarana publik dan pelayanan publik. Kepentingan umum dapat dijabarkan melalui dua cara: a Berupa pedoman umum yang menyebutkan bahwa pengadaan tanah dilakukan berdasarkan alasan kepentingan umum melalui berbagai istilah; b Penjabaran kepentingan umum dalam daftar kegiatan. Dalam pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tersebut suatu kegiatan yang mempunyai sifat kepentingan umum merupakan kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk mencari keuntungan. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 juga menegaskan bahwa penetapan pembangunan untuk kepentingan umaum harus sesuai dan berdasarkan kepada Rencana Tata Ruang RUTR yang ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu pelaksanaan oleh karena itu pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak sesuai dengan RUTR dapat dinyatakan sebagai bukan kepentingan umum. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 kemudian digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dan diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Istilah Keputusan Presiden menjadi Perturan Presiden dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Berserta Peraturan Pelaksanaanya Lieke Lianadevi Tukgali, 2010:184-185. Landasan hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada saat ini adalah Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatakan bahwa kepentingan umum adalah sebagian commit to user 28 besar lapisan masyarakat yang dalam Pasal 5-nya disebutkan bahwa pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan Pemerintah atau Pemerintah Daerah diuraikan dalam tujuh jenis kegiatan. Berbeda dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 yang di intruksikan melalui Instrusi Presiden Nomor 9 Tahun 1973 menyebutkan bahwa kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum selain yang dimaksudkan dalam penjabaran jenis kegiatan, ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Kepentingan umum dilasanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 di tambahkan akan dimiliki dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden 65 Tahun 2006, makna kepentingan umum telah bergeser. Kepentingan umum sebagai kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat tidak dibatasi seperti dalam Keputusan presiden Nomor 55 Tahun 1993 sehingga menbuka penafsiran yang longar contoh pergeseran makna itu adalah dimasukkanya jalan tol dalam salah satu kegiatan yang bersifat kepentingan umum. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tidak memuat hal itu. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dalam mengemas kepentingan umum memperluas maknanya sebagai kepentingan umum sebagian besar lapisan masyarakat berbeda dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dalam pengertian umum adalah kepentingan seluruh masyarakat, sehingga Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 akan lebih memadai dan sesuai dengan pengertian yang terkandung dalam Pasal 18 UUPA yakni kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, yang berarti kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan pengertian pengertian kepentingan umum dalam Peraturan Presiden hanya kepentingan sebagian besar saja bukan seluruh kepentingan masyarakat didalam penulisan ini penulis mengunakan acuan Keppres Nomor 55 Tahun 1995 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan commit to user 29 umum karena pengadaan tanah yang penulis tulis terjadi pada tahun 20032004 atau pada saat Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tersebut berlaku. 2 Pembatasan Kepentingan Umum Kepentingan umum di tinjau dari tiga peraturan perundang- undangan yaitu Keppres Nomor 55 Tahun 1993, tidak hanya memperhatikan kemanfaatan dari kepentingan umum, tetapi juga membatasi siapa yang menjadi pelaksana pembangunan kepentingan umum dan sifat pembangunan umum yaitu dilakukan dan selanjutnya dimiliki oleh pemerintah dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Peratutan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 yang merupakan perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, dalam hal pembatasan kepentingan umum dikatakan bahwa pembanguhan itu dilaksanakan PemerrintahPemerintah daerah yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki PemerrintahPemerintah Daerah; sedang dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tidak memberi pembatasan sama sekali. Jadi dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 ini memperluas pembatasan kepentingan umum dengan memuat kata “atau akan” dimiliki oleh PemerintahPemerintah Daerah serta menghapuskan kata “tidak digunakan untuk mencari keuntungan” Lieke Lianadevi Tukgali, 2010: 186. Di dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993, kegiatan yang termasuk kategori kepentingan umum dibatasi pada terpenuhinya ketiga unsur, yaitu : a Kepentingan seluruh lapisan masyarakat; b Pembangunan yang selanjutnya dimiliki oleh pemerintah; c Tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Pembangunan sarana pendidikan, agama, infrastruktur atau pembangun fisik lainya tentu memerlukan lahan yang terkadang dilakukan dengan cara mengambil lahan milik penduduk, atau masyrakat adat tanah ulayat. Dimasa lalu kebutuhan akan lahan tersebut sering dilakukan dengan cara pembebasan tanah dengan pengantian kerugian yang dirasakan tidak seimbang. Karena dalam commit to user 30 praktek pembebasan lahan pada masa pemerintaha sering lebih mementingkan aspek hak menguasai tanah oleh negara dan mengabaikan aspek kemakmuran rakyat. Padahal sesuai paham Negara kesejahteraan yang dianut di Indonesia Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 telah menentukan keseimbangan diantara keduanya, oleh karenanya di era reformasi dan keterbukaan ini sering terjadi kasus individu atau massyarakat yang tanahnya pernah dibebaskan dengan alasan untuk kepentingan umum mengugat atau mempersoalkan kembali ganti rugi yang pernah diterima. Akibanya pembangunan infrastuktur sering terhambat persoalan pembebasan lahan bahkan mengantung terutama apabila tidak ada kesepakatan tentang ganti rugi. Menyandari akan hal ini maka pemerintah mengambil kebijaksanaan mempercepat proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dengantetap memperhatikan prinsip penghormatan terhadap hak- hak yang sah atas tanah tersebut dan bersikap trasparan dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tanggal 3 Mei tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Ujang Bahar 2008: 124-125 Pasal 5 dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993 selain membatasi apa yang dimaksud dengan pembangunan untuk kepentingan umum, juga menentukan bidang-bidang yang termasuk kategori kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum, yaitu : a Jalan umum, termasuk saluran pembuangan air; b Waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainya termasuk saluran irigasi; c Rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat; d Pelabuhan atau bandar udara atau terminal; e Peribadatan; f Pendidikan atau sekolahan; g Pasar umum atau pasar INPRES; h Fasilitas pemakamann umum; i Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penangulangan bahaya banjir lahar dan lain-lain bencana; j Pos dan telekomunikasi; k Sarana olah raga; l Stasiun penyiaran radio, televisi beserta sarana pendukungnya; commit to user 31 m Kantor pemerintahan; n Fasilitass angkatan bersenjata republik Indonesia. Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum masih di mungkinkan ada bidang-bidang pembangunan untuk kepentingan umum selain yang tersebut di atas

c. Panitia Pengadaan Tanah

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM HAL TERDAPAT SERTIPIKAT GANDA

2 25 90

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO-BITUNG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

0 2 16

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO-BITUNG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA.

0 3 31

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN JALUR LINTAS SELATAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

1 5 23

KESIMPULAN DAN SARAN PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN JALUR LINTAS SELATAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 4 5

PRINSIP PENGHORMATAN HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO NGAWI DI KABUPATEN KARANGANYAR

0 9 82

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR UTARA TEGAL.

0 1 2

TANGGUNG JAWAB KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MADIUN DALAM PENERBITAN SERTIFIKAN HAK ATAS TANAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH.

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Atas Tanah dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM -

0 1 21