commit to user 38
e. Tata Cara Atau Prosedur Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
1 Penetapan Lokasi Dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tidak ada ketentuan
mengenai penetapan lokasi untuk pengadaan tanah. Untuk itu berdasarkan pada ketentuan Pasal 25 Keppres ini, maka di tetapkanlah
Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai peraturan pelaksanaan Keppres Nomor 55
Tahun 1993. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Negara
AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994, langkah yang harus ditempuh oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan
tanah adalah : a Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan
penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepada BupatiWalikotamadya
melalui kepala
kantor Pertanahan
KabupatenKotamadya Setempat. b Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 dua wilayah
KabupatenKotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka permohonan penetapan lokasi diajukan kepada Gubernur melalui
Kepala kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi. c Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan
mengenai : 1 Lokasi tanah yang diperlukan;
2 Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan; 3 Pengunaan tanah pada saat permohonan diajukan;
4 Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan mengenai
aspek pembiayaan,
lamanya pelaksanaan
pembangunan. Setelah
menerima permohonan
penetapan lokasi,
BupatiWalikotamadya memerintahkan kepada kepala Kantor Pertanahan
commit to user 39
untuk melakukan koordinassi dengan Ketua Bappeda tingkat II, Asisten Sekertaris Wilayah Daerah bidang Ketataprajaan dan instansi terkait
untuk melakukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukan tanah yang dimohonkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW.
Jika berdasar penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa peruntukan tanah yang dimohonkan telah sesuai dengan RTRW, maka
BupatiWalikotamadya memberikan persetujuan penetapan lokasi yang dipersiapakan oleh Kepala Kantor Pertanahan Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi. Bagi pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 satu hektar,
setelah diterimanya
penetapan lokasi
pembangunan, Instansi
pemerintahan yang memerlukan tanah segera megajukan permohonan pengadaan tanah kepada Panitia dengan melampirkan persetujuan
penetapan tersebut. Sedangkan pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 satu hektar, tidak perlu mengajukan permohonan kepada panitia.
Melainkan setelah menerima persetujuan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah
dapat melaksanakan pengadaan tanah secara langsung dengan pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman dan tau benda-benda lain
yang terkait dengan tanah yang bersangkutan atas dasar kesepaakatan.
2 Penyuluhan Setelah menerima permohonan dari Instansi Pemerintah yang
memerlukan tanah, panitia mengundang Instansi pemerintah tersebut untuk mempersiapkan pengadaan tanah yang diawali dengan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang terkena lokasi pembangunan mengenai maksud dan tujuan pembangunan, agar
masyarakat memahami dan menerima pembangunan yang akan dilaksanakan.
Dalam hal pembangunan yang bersangkutan mempunyai dampak yang penting dan mendasar pada kehidupan masyarakat, penyuluhan
commit to user 40
dilakukan dengan melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan pimpinan informal setempat.
3 Inventarisasi Selanjutnya panitia melakukan kegiatan inventarisasi mengenai
bidang-bidang tanah, termassuk bangunan, tanaman dan atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan tanah adalah :
a Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepala
BupatiWalikotamadya melalui
Kepala Kantor
pertanahan KabupatenKotamadya setempat.
b Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 dua wilayah KabupatenKotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka
permohonan penetapan lokasi diajukaan kepala Gunernur melalui kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi.
c Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan mengenai :
1 Lokasi tanah yang diperlukan; 2 Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan;
3 Penggunaan tanah pada saat permohonan diajukan; 4 Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan
mengenai aspek
pembiayaan, lamanya
pelaksanaan pembangunan.
Setelah menerima
permohonan penetapan
lokasi, BupatiWalikotamadya
memerintahkan kepada
Kepala Kantor
Pertanahan untuk melakukan koordinasi dengan Ketua Bappeda tingkat II, Asisten Sekertaris Wilayah Daerah Bidang Ketataprajaan dan
Instansi terkait untuk melalukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukan tanah yang dimohonkan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah RTRW.
commit to user 41
Jika berdasarkan penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa peruntukan tanah yang dimohonkan telah sesuai dengan RTRW,
maka BupatiWalikotamadya memberikan persetujuan persetujuan penetapan lokasi yang mempersiapakan oleh Kepala Kantor Pertanahan
KabupatenKotamadya atau Kantor Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
Dalam kegiatan inventarisasi ini, panitia dapat menugaskan petugas dari instansi yang bertangung jawab di bidang yang
bersangkutan. Petugas inventarisasi itu adalah : a Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya setempat untuk melakukan
pengukuran dan pemetaan, penyelidikan riwayat tanah, pengusaan dan penggunaan tanah untuk mengetahui luas, status, pemegang hak dan
pengunaan tanah; b Instansi Pemerintahan Daerah Tingkat II yang bertangung jawab di
bidang bangunan melakukan pengukuran dan pendataan untuk mengetahui pemilik, jenis, luas, konstruksi dan kondisi bangunan;
c Instansi Pemerintah Daerah Tingkat II yang bertangung jawab di bidang pertanian dan perkebunan, melakukan pendataan untuk
mengetahui pemilik, jenis, umur, dan kondisi tanaman. Bilamana berdasarkan inventarisasi tersebut tampak bahwa proyek
yang bersangkutan mempunyai dampak yang potensial terhadap lingkungan, maka perlu dibuat Penyajian Informasi Lingkungan PIL
dan atau Analisis Dampak Lingkungan AMDAL.
4 Musyawarah Mengenai Bentuk dan Besarnya ganti kerugian Langkah selanjutnya setelah penetapan lokasi dan penyuluhan
termasuk inventarisasi, Panitia mengundang instansi pemerintah yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah serta pemilik bangunan
dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan untuk mengadakan musyawarah mengenai bentuk dan besarnya ganti
kerugian.
commit to user 42
Pengertian musyawarah disebutkan dalam Pasal 1 butir 5 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa musyawarah adalah
proses atau kegiatan saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan
pihak yang memerlukan tanah untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian.
Pelaksanaan musyawarah telah digariskan dalam Pasal 10 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa :
a Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dengan Instansi Pemerintah yang
memerlukan tanah. b Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan
untuk terselengaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan Panitia
Pengadaan Tanah dengan wakil-wakil yang ditunjuk diantara dan oleh para pemegang hak atas tanah yang sekaligus bertindak selaku kuasa
mereka. c Musyawarah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dipimpin
oleh ketua panitia pengadaan tanah. Ada dua kemungkinan setelah dilakukanya musyawarah yaitu
terjadi kesepakatan atau sebaliknya tidak terjadi kesepakatan mengenai ganti kerugian.
Apabila musyawarah menghasilkan kesepakatan, maka panitia mengeluarkan keputusan tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian.
Tetapi bila kesepakatan belum tercapai, maka diadakan lagi musyawarah hingga tercapai kesepakatan. Namun apabila musyawarah yang telah
diupayakan tetap tidak membawa hasil, panitia mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian bedasarkan nilai nyata atau
sebenarnya dengan memperhatikan nilai jual objek pajak dan faktor- faktor yang mempengaruhi harga tanah, serta sejauh mungkin
commit to user 43
memperhatiakn pendapat, keinginan, saran, dan pertimbangan yang berlangsung dalam musyawarah.
Keputusan Panitia mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian yang belum berdasarkan kesepakatan ini bukan merupakan keputusan
final yang dapat dipaksakan. Terhadap keputusan tersebut dapat diajukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
B. Kerangka Pemikiran