Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. Mu‟tadin 2002: 1 mengemukakan, “selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di ma sa mendatang.” Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh kebebasan mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Menurut Sunaryo Ali Asrori, 2009: 108-109 pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala- gejala negatif. „Pertama ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada 2 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perilaku formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Gejala-gejala tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk diusahakan secara serius, sistematis, dan terprogram. ‟ Dadis dan Smetana 2006: 1 mengemukakan “perkembangan kemandirian telah digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling signifikan dari remaja .” Menurut Salzman Yusuf, 2008: 184 „m asa remaja ditandai dengan 1 berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, 2 minat seksualitas, dan 3 kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu- isu moral.‟ Bols et al.Garber Stephanie 2001: 1 mengungkapkan „masa remaja adalah saat individu mulai memisahkan diri dari orang tua mereka, mengembangkan identitas mereka sendiri, dan mengambil tanggung jawab baru. Proses ini telah banyak disebut sebagai individuasi, kemerdekaan, otonomi. ‟ Adams et al. 2003: 177 mengemukakan “mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang mu ngkin mengikuti dari kurangnya dukungan yang tepat untuk kemandirian.” 3 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta tanggung jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat, dan identitas diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan kognisi. Kegagalan dalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku secara luas dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya. Yusuf, 2008: 198 mengemukakan “pada masa remaja berkembang sikap conformity , yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran hobby atau keinginan orang lain teman sebaya. ” Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh a tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, b tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan c memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. Steinberg 1993: 296 mengungkapkan indikator remaja yang memiliki kemandirian perilaku kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan 1 memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh a menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, b memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan c bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, 2 memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh a tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, b tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan c memasuki kelompok sosial tanpa tekanan dan 3 memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh a merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, b merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, c merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan d berani mengemukakan ide. Merujuk kepada hasil penelitian Permana 2011: 75-78 di SMPN 3 Margahayu kelas VII menggambarkan tingkat kemandirian yang tinggi dimiliki 4 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu oleh 31 siswa 19.62, tingkat kemandirian sedang dimiliki oleh 109 siswa 68.99 dan 18 siswa 11.39 siswa memiliki tingkat kemandirian rendah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui 127 siswa tingkat kemandiriannya belum optimal dan 31 siswa tingkat kemandiriannya sudah optimal. Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa kemandirian emosional sebesar 49.61, kemandirian nilai sebesar 66.52 dan kemandirian perilaku merupakan aspek kemandirian yang paling rendah diantara ketiga aspek lainnya yaitu 35.96. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kemandirian perilaku siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Pasundan 3 Bandung. Sekolah Menengah Kejuruan SMK memang tidak bisa disamakan dengan Sekolah Menengah Atas SMA pada umumnya. Gaya belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa SMK dan SMA berbeda. Selain itu juga sistem pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Sekolah Menengah Atas SMA berbeda. Ali, M dan Asrori, M 2009: 118 menyatakan “sistem pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja.” Jika dilihat dari sistem pendidikannya Sekolah Menengah Kejuruan SMK mendidik siswa-siswanya lebih berorientasi pada karir dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas SMA. Penelitian Sadiyah 2008: 57 menggambarkan tingkat kemandirian 150 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Soreang 10 berada pada katagori sangat tinggi, 63 pada kategori tinggi dan 27 berada pada katagori sedang. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa masih ada siswa sebanyak 27 yang kemandiriannya belum optimal. Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru BK di SMK Pasundan 3 Bandung, pada saat ini banyak siswa yang kemandirian perilakunya masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pelanggaran kedisiplinan yang dilanggar siswa disebabkan konformitas terhadap teman- temannya seperti, pemakaian seragam sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan 5 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu sekolah, pelanggaran tata tertib sekolah, siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya ketika kegiatan belajar mengajar, serta belum mandiri dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Selain itu juga ada beberapa siswa yang masih enggan datang ke ruang BK untuk berkonsultasi. Siswa tersebut akan datang ke ruang BK setelah dipanggil oleh guru BK. Tingkah laku siswa tersebut dapat dikatakan kurang dalam kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani mengungkapkan idenya sendiri, dan memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain. Kemandirian muncul dan berfungsi ketika individu menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg Desmita, 2010: 184 „kemandirian berbeda dengan tidak tergantung karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian .‟ Dalam mencapai kemandirian sering kali remaja berbeda pendapat dengan orang tuanya sehingga tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah konflik yang teradi diantara remaja dan orang tuanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thornburg Aprilia, 2011: 2 „dalam usaha mencapai kemandirian remaja kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap- sikap orang tua.‟ Menurut Steinberg 1993: 286 “bagi remaja menegakan kemandirian sama pentingnya denga n menegakan identitasnya.” Selain itu juga Kartadinata 1988: 78 mengemukakan “tanpa kemandirian remaja akan hidup dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku secara negatif jika mereka berada di lingkungan negatif.” Mengacu kepada pendapat Steinberg dan Kartadinata, kemandirian bagi remaja merupakan hal yang sangat penting. Beranjak dari pentingnya pencapaian kemandirian pada masa remaja seperti yang telah dikemukakan di atas, sudah seharusnya dilakukan tindakan baik berupa preventif maupun kuratif untuk menindaklanjuti hal tersebut. Jika dibiarkan hal tersebut akan berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Depdikas 2008: 192 6 Tita Andriani, 2013 Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mengungkapkan „dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral- spiritual. ‟ Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dapat mengembangkan kemandirian perilaku siswa merupakan cara yang dapat dilakukan sekolah dalam pemberian bantuan pada siswa khususnya yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Yusuf 2008: 11 mengemukakan bahwa “bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial- pribadi.” Upaya untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa dapat dikemas dalam suatu bentuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang tersusun dalam sebuah program bimbingan dan konseling pribadi sosial.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah