PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA: Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Tita Andriani 0800105

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA

Oleh Tita Andriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tita Andriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd. NIP. 19660601 199103 1 005

Pembimbing II

Dra. Setiawati, M.Pd. NIP. 19621112 198610 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Tita Andriani, 0800105 (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya memiliki kemandirian perilaku bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dan gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, serta tersusunnya rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan kepada semua siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran yang berjumlah 45 siswa. Penelitian menghasilkan: (1) gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 (2) gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, (3) rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada (1) guru bimbingan dan konseling agar menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling; dan (2) peneliti selanjutnya yaitu menggunakan sampel yang lebih banyak dengan menggunakan metode eksperimen.


(5)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

Tita Andriani, 0800105 (2013). Guidance and Counseling Of Social Personal Programme to Improve Students Behavioral Autonomy (Descriptive Method in Grade XI Office Administration Major SMKPasundan 3 Bandung For The Period 2012/2013

The research is motivated by the importance of having independent behavior for adolescents. This research is aimed to find out description of students behavioral autonomy, descreption of guidance and counseling of social personal programme in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013, and the design guidance and counseling of social personal programme to improve students behavioral autonomy in grade XI office administration major in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013 according to experts and practitioners. The approach used is qualitative with descriptive method. The research was employed to 45 students of office administration major. The results are: 1) description of students behavioral autonomy, 2) descreption of guidance and counseling of social personal programme in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013, 3) the design of hipotetic guidance and counseling of social personal programme to improve students behavioral autonomy according to experts and practitioners. Research recommendations addressed to (1) guidance and counseling teacher in order to make the research results as a material consideration to implement guidance and counseling services, and (2) further research is using more samples and using the experimental method. Keywords: Behavioral autonomy, guidance and counseling


(6)

1 Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain.

Mu‟tadin (2002: 1) mengemukakan, “selama masa remaja, tuntutan terhadap

kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa mendatang.” Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.

Menurut Sunaryo (Ali & Asrori, 2009: 108-109) pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat

gejala-gejala negatif. „Pertama ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada


(7)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perilaku formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Gejala-gejala tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk diusahakan secara serius, sistematis, dan terprogram.‟

Dadis dan Smetana (2006: 1) mengemukakan “perkembangan kemandirian telah digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling signifikan dari remaja.” Menurut Salzman (Yusuf, 2008: 184) „masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.‟ Bols et al.(Garber & Stephanie 2001: 1) mengungkapkan „masa remaja adalah saat individu mulai memisahkan diri dari orang tua mereka, mengembangkan identitas mereka sendiri, dan mengambil tanggung jawab baru. Proses ini telah banyak disebut sebagai individuasi, kemerdekaan, otonomi.‟

Adams et al. (2003: 177) mengemukakan “mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang mungkin mengikuti dari kurangnya dukungan yang tepat untuk kemandirian.”


(8)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta tanggung jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat, dan identitas diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan kognisi. Kegagalan dalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku secara luas dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya.

Yusuf, (2008: 198) mengemukakan “pada masa remaja berkembang sikap

conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).” Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

Steinberg (1993: 296) mengungkapkan indikator remaja yang memiliki kemandirian perilaku

kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan (1) memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, (2) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan dan (3) memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan ide.

Merujuk kepada hasil penelitian Permana (2011: 75-78) di SMPN 3 Margahayu kelas VII menggambarkan tingkat kemandirian yang tinggi dimiliki


(9)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

oleh 31 siswa (19.62%), tingkat kemandirian sedang dimiliki oleh 109 siswa (68.99%) dan 18 siswa (11.39%) siswa memiliki tingkat kemandirian rendah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui 127 siswa tingkat kemandiriannya belum optimal dan 31 siswa tingkat kemandiriannya sudah optimal. Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa kemandirian emosional sebesar 49.61%, kemandirian nilai sebesar 66.52% dan kemandirian perilaku merupakan aspek kemandirian yang paling rendah diantara ketiga aspek lainnya yaitu 35.96%. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kemandirian perilaku siswa.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Pasundan 3 Bandung. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memang tidak bisa disamakan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya. Gaya belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa SMK dan SMA berbeda. Selain itu juga sistem pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) berbeda. Ali, M dan Asrori, M (2009: 118) menyatakan “sistem pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja.” Jika

dilihat dari sistem pendidikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendidik siswa-siswanya lebih berorientasi pada karir dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Penelitian Sadiyah (2008: 57) menggambarkan tingkat kemandirian 150 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Soreang 10% berada pada katagori sangat tinggi, 63% pada kategori tinggi dan 27% berada pada katagori sedang. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa masih ada siswa sebanyak 27% yang kemandiriannya belum optimal.

Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru BK di SMK Pasundan 3 Bandung, pada saat ini banyak siswa yang kemandirian perilakunya masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pelanggaran kedisiplinan yang dilanggar siswa disebabkan konformitas terhadap teman-temannya seperti, pemakaian seragam sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan


(10)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah, pelanggaran tata tertib sekolah, siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya ketika kegiatan belajar mengajar, serta belum mandiri dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas.

Selain itu juga ada beberapa siswa yang masih enggan datang ke ruang BK untuk berkonsultasi. Siswa tersebut akan datang ke ruang BK setelah dipanggil oleh guru BK. Tingkah laku siswa tersebut dapat dikatakan kurang dalam kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani mengungkapkan idenya sendiri, dan memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain.

Kemandirian muncul dan berfungsi ketika individu menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (Desmita,

2010: 184) „kemandirian berbeda dengan tidak tergantung karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian.‟ Dalam mencapai kemandirian sering kali remaja berbeda pendapat dengan orang tuanya sehingga tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah konflik yang teradi diantara remaja dan orang tuanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thornburg (Aprilia, 2011: 2) „dalam usaha mencapai kemandirian remaja kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua.‟ Menurut Steinberg (1993: 286) “bagi remaja menegakan kemandirian sama pentingnya dengan menegakan identitasnya.” Selain itu juga

Kartadinata (1988: 78) mengemukakan “tanpa kemandirian remaja akan hidup

dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku secara negatif

jika mereka berada di lingkungan negatif.” Mengacu kepada pendapat Steinberg dan Kartadinata, kemandirian bagi remaja merupakan hal yang sangat penting.

Beranjak dari pentingnya pencapaian kemandirian pada masa remaja seperti yang telah dikemukakan di atas, sudah seharusnya dilakukan tindakan baik berupa preventif maupun kuratif untuk menindaklanjuti hal tersebut. Jika dibiarkan hal tersebut akan berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Depdikas (2008: 192)


(11)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengungkapkan „dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual).‟ Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dapat mengembangkan kemandirian perilaku siswa merupakan cara yang dapat dilakukan sekolah dalam pemberian bantuan pada siswa khususnya yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Yusuf (2008: 11) mengemukakan

bahwa “bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.” Upaya untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa dapat dikemas dalam suatu bentuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang tersusun dalam sebuah program bimbingan dan konseling pribadi sosial.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Steinberg (1993: 286) mengemukakan “autonomy is often confused with rebellion, and becoming an independent person is often equated with breaking away from the family.” Kemandirian sering disamakan dengan pemberontakan dan menjadi seorang yang mandiri sering disamakan dengan putusnya hubungan dengan orang tua. Steiberg (1993: 286) mengungkapkan “remaja dituntut untuk mandiri secara psikologis dan sosial serta ekonomi. Tetapi dalam mencapai kemandirian remaja mengalami kesulitan karena belum bisa mandiri secara utuh.” Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain, terutama kepada orang tua. Remaja mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orang tua maka segala kebutuhannya akan dijamin oleh orang tuanya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orang tua bisa jadi orang tuanya tidak mau membiayainya. Kebingungan tersebut dikarenakan remaja belum mandiri secara ekonomi sepenuhnya. Keadaan


(12)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebingungan atau dilema yang dialami oleh remaja ketika ingin mencapai kemandirian disebut juga keadaan ambivalensi, keadaan tersebut akan menimbulkan konflik pada diri remaja.

Mu‟tadin (202: 5) mengemukakan “konflik yang terjadi dalam keadaan ambivalensi akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.” Konflik tersebut dapat mengakibatkan frustasi dan kemarahan kepada orang tuanya dan orang di sekitarnya. Rasa frustrasi dan kemarahan tersebut biasanya diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak menyenangkan terhadap orang lain dan selain itu perilaku tersebut merugikan remaja dan orang lain di sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thornburg (Aprilia, 2009:

2) „dalam usaha mencapai kemandirian remaja kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua.‟

Menurut Kartadinata (1988: 78) mengemukakan “tanpa kemandirian remaja

akan hidup dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku

secara negatif jika mereka berada di lingkungan negatif.” Fenomena yang terjadi

di sekolah banyak siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah seperti pemakaian seragam sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah dikeranakan konformitas kepada teman-temannya dan selain itu juga masih banyak siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya ketika di kelas. Selain itu juga ada beberapa siswa yang masih enggan datang ke ruang BK untuk berkonsultasi. Siswa tersebut akan datang ke ruang BK setelah dipanggil oleh guru BK. Tingkah laku siswa tersebut dapat dikatakan kurang dalam kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani mengungkapkan idenya sendiri, dan memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain.

Perilaku yang ditunjukan oleh remaja yang sudah disebutkan di atas dapat dikatakan kurang dalam kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa


(13)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani mengungkapkan idenya sendiri. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Steinberg (1993: 288-289)

kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola atau mengatur dirinya sendiri. kemampuan dalam mengelola atau mengatur dirinya sendiri ditandai oleh kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.

Selain itu juga perilaku yang ditunjukan siswa tidak termasuk kepada ciri-ciri orang yang mandiri Monks et al.(1999: 279) mengatakan bahwa

orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.

Dari identifikasi masalah di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?


(14)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam upaya meningkatkan kemandirian perilaku siswa kelas XI SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka tujuan khusus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Memperoleh data empirik tentang gambaran kemandirian perilaku siswa di kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Memperoleh gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Menyusun rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis

Penelitian ini akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan konseling dalam aspek pribadi sosial. Namun tidak menutup kemungkinan dapat juga memberikan sumbangan saran dan pikiran bagi bimbingan dan konseling dalam aspek kehidupan lainnya seperti aspek akademik dan karir. Selain itu juga dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada.

2. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi SMK Pasundan 3 Bandung, untuk memberikan masukan mengenai gambaran kemandirian perilaku siswa.


(15)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khusunya dalam mengembangkan kemandirian perilaku siswa.

c. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi bagi para civitas akademika khususnya di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan mengenai profil dan perkembangan kemandirian perilaku siswa.

E. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan kemandirian perilaku siswa SMK sebagai dasar merumuskan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan instrumen berupa angket,wawancara dan observasi yang mengungkap kemandirian perilaku siswa dan program BK pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung. Teknik analisis data mnggunakan statistika deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kemandirian perilaku siswa. Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, dari hasil angket, wawancara dan observasi. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif mengenai gambaran kemandirian perilaku siswa dan data kualitatif mengenai program BK pribadi sosial SMK Pasundan 3 Bandung. Hasil perhitungan kemudian akan dijadikan pedoman rancangan program hipotetik


(16)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Thun Ajaran 2012/2013.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I memaparkan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi konseptualisasi kemandirian perilaku dan program bimbingan dan konseling pribadi sosial. Bab III memaparkan metode penelitian. Bab IV akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Terakhir, Bab V berisi kesimpulan penelitian dan rekomendasi dari hasil penelitian.


(17)

39 Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Pasundan 3 Bandung, yang ditujukan kepada siswa kelas XI. Arikunto (2010: 173)

menyatakan “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi dan sampel

penelitian adalah seluruh siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Pertimbangan dalam pemilihan populasi terhadap Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran adalah

1. Siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran secara umum berada pada rentang usia remaja, dimana pada masa remaja berkembang sikap tergantung ke arah kemandirian.

2. Siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran memasuki pertengahan masa sekolah sehingga dianggap telah banyak melakukan interaksi dan membina hubungan dengan teman di sekolah.

3. Belum ada yang meneliti kemandirian perilaku siswa di SMK dalam aspek pribadi sosial.

B.Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statisktik. Purwanto (2007: 164) bahwa “penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat diverifikasi.” Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi keadaan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung. Selanjutnya dari hasil temuan tersebut


(18)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dijadikan dasar untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan perilaku kemandirian perilaku siswa. Purwanto (2007: 177) menyatakan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkannya.

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah tersusunnya program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Berdasarkan tujuan akhir penelitian maka pelaksanaan penelitian dilaksanakan sampai tersusunnya program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Berdasarkan tujuan tersebut berikut desain penelitian yang telah dilaksanakan:


(19)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bagan 3.1

Desain Penelitian dan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa

Tahap I adalah melakukan identifikasi masalah yang muncul yang berkaitan dengan kemandirian perilaku remaja. Tahap II yaitu melakukan studi pustaka

Identifikasi masalah

Studi pustaka

Judgement ke pakar

Penyusunan instrumen

Pengambilan data Uji validitas

Rancangan program BK pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa

Penyempurnaan program BK pribadi sosial untuk

meningkatkan

kemandirian perilaku siswa

Pengujian Program Hipotetik secara rasional oleh Pakar BK dan Praktisi (Guru BK/Konselor)


(20)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengenai konsep kemandirian perilaku dan program bimbingan dan konseling pribadi sosial. Tahap III yaitu menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data. Dalam penyusunan instrumen kemandirian perilaku dilakukan

judgement ke pakar setelah itu dilaksanakan uji validitas.

Tahap IV yaitu pengambilan data dengan cara penyebaran instrumen yang mengungkap kemandirian perilaku siswa. Tahap V yaitu menyusun rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa. program tersebut disusun berdasarkan dari hasil pengolahan data.

Tahap VI yaitu pengujian program hipotetik secara rasional oleh pakar bimbingan dan konseling dan guru bimbingan dan konseling. Tahap VII yaitu penyempurnaan program hipotetik. Penyempurnaan program dilaksanakan berdasarkan dari hasil diskusi dengan dosen dan konselor sekolah. Dengan begitu program yang sudah dirancang layak untuk dilaksanakan.

C.Definisi Operasional Variabel

1. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Suherman (2007: 59)

mengemukakan “program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan

pertanggungjawabannya.” Secara lebih singkat Winkel (2007: 119)

mengemukakan “program bimbingan adalah suatu kegiatan bimbingan yang

terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya satu tahun ajaran.”

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah serangkaian rencana layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial di sekolah yang tersusun dan terorganisasi dalam kurun watu tertentu untuk menginkatkan kemandirian perilaku siswa. Struktur program


(21)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa terdiri atas: (a) rasional, (b) visi dan misi, (c) kompetensi yang dikembangkan, (d) tujuan, (e) komponen program, (f) personel program, (g) rencana operasional, dan (h) evaluasi.

2. Kemandirian Perilaku

Steinberg (1993: 286) mengemukakan “autonomy yaitu kemandirian untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain. Individu yang otonomous adalah pribadi yang mandiri.menurutnya remaja yang otonom adalah remaja yang mampu mengelola atau mengatur dirinya sendiri (self governing person).” Mandiri dalam tingkah laku berarti bebas untuk bertindak/berbuat sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan/pertolongan dari orang lain, tetapi bukan berarti tidak memerlukan pendapat orang lain.

Menurut Steinberg (1993 : 297) ada tiga domain kemandirian perilaku yang berkembang pada masa remaja, diantaranya:

a. Kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh : 1) Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.

2) Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain.

3) Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. b. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh :

1) Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.

2) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan.

3) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

c. Rasa percaya diri (self relliance) yang ditandai oleh :

1) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah. 2) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah. 3) Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.


(22)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Berani mengemukakan ide.

Secara operasional kemandirian perilaku dalam penelitian ini adalah kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh 1) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, 2) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain, 3) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh 1) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, 2) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, 3) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. Memiliki rasa percaya diri (self relliance) yang ditandai oleh 1) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, 2) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, 3) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan 4) berani mengemukakan ide.

D.Instrumen Penelitian 1. Angket

Untuk memperoleh data primer mengenai gambaran kemandirian perilaku siswa dilakukan melalui penyebaran angket atau kuesioner yang mengungkap kemandirian perilaku siswa. Mengacu kepada pendapat Sugiyono (2007: 162)

“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden.” Selain itu juga dilihat dari kelebihan dan kekurangan dengan

menggunakan angket (Arikunto, 2011: 168-169)

melalui angket peneliti dapat memperoleh waktu yang cukup banyak tanpa harus bertemu dengan responden satu per satu, karena responden dapat memberikan respon melalui tulisan yang dikirim atau dibagikan. Adapun kekurangannya yaitu, (1) mungkin angket tidak kembali karena responden merasa tidak berkepentingan dengan peneliti dan harus meluangkan waktu untuk berpikir dan mengisinya, (2) ketepatan dan tingkat kepercayaan data yang terkumpul, dan (3) apabila informasi yang harus diberikan oleh responden bukan informasi tentang dirinya melainkan di luar dirinya, sehingga responden akan memberikan informasi berupa persepsinya.


(23)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang ada disertai dengan alternatif jawaban. Dalam angket tertutup, jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan.

a. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat kemandirian perilaku siswa dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen pengungkap data yang digunakan dikembangkan dari teori Steinberg. Dengan pola jawaban jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Kisi-kisi instrumen penelitian disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Perilaku (Sebelum Judgment)

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

1. Kemampuan

mengambil keputusan

a. Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.

1,3,4,5 2,6 6

b. Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain.

7,8,9,10, 11

12,13,14, 15

9

c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.

17,18, 20,21

19,22 7

2. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain

a. Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas. 16,27, 28,29 23,24,25, 26, 8


(24)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan.

c. Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

36,37, 40,41

38,39 6

3. Rasa percaya diri (self relliance)

a. Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah.

42,44,45 43,46,47 6

b. Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah.

48,49, 50,54

51,52,53 7

c. Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.

55,56,57 58,59,60 6

d. Berani

mengemukakan ide.

61,64, 62,63,65 5

Jumlah 65

b. Pedoman Penyekoran

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket kemandirian perilaku siswa dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor

SS S KS TS STS

Positif (+) 5 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4 5

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot tertentu, sebagai berikut:


(25)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.

2) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

3) Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 3 pada pernyataan positif dan 3 pada pernyataan negatif.

4) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif dan skor 2 pada pernyataan negatif.

5) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif dan skor 1 pada pernyataan negatif.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru BK. Wawancara dilakukan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program bimbingan dan konseling. Hasil dari wawancara diproses dan ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

SMK Pasundan 3 Bandung

Aspek Indikator

Program Bimbingan Konseling

Penyusunan Program

a. Landasan penyusunan program b. Identifikasi kebutuhan siswa Perencanaan program

Pemetaan pemberian layanan Promosi program

Proses pemberian layanan a. Jenis layanan

b. Strategi pelaksanaan layanan c. Wujud partisipasi sekolah

Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut Program Bimbingan Pribadi

Sosial untuk Meningkatkan

Tanggapan pengadaan program Harapan pengadaan program


(26)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aspek Indikator

Kemandirian Perilaku Gambaran program bimbingan

Potensi keterlibatan partisipasi sekolah

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling

Aspek Jenis Sarana dan Prasarana

Ruang Bimbingan

Ruang Konseling

Ruang Bimbingan Kelompok Ruang kerja pembimbing Ruang dokumentasi Ruang kelas

Ruang aula

Ketersediaan jam kelas bagi BK

Alat Pengumpul Data

Angket siswa ITP

DCM

Pedoman wawancara Daftar kemauan belajar Sosiometri


(27)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aspek Jenis Sarana dan Prasarana

Alat Penyimpan Data

Buku pribadi siswa Buku catatan kasus

Buku catatan konseling siswa Buku catatan konseling kelompok Dokumen sosiometri

Agenda harian guru pembimbing Laporan evaluasi BK

Buku catatan home visit

Buku tamu

Buku-buku Pedoman Kurikulum BK

Buku-buku sebagai sumber layanan

Kelengkapan Administrasi

Blanko surat panggilan siswa Agenda surat

Papan informasi

Papan program bimbingan Struktur organigram BK

E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen kemandirian perilaku siswa yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara menimbang (judgement) pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan melihat kesesuaian konten setiap butir pernyataan berdasarkan definisi operasional dan ketepatan dan kesesuaian bahasa untuk subjek yang akan memberikan respon. Penimbangan dilakukan oleh Dosen PPB FIP UPI. Adapun hasil judgement instrument oleh dosen ahli, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Judgement instrumen

Kesimpulan No item Jumlah

Dibuang 38 dan 46 2

Direvisi 1,2,3,11,13,15,16,35,39,41,47,55,57,58,59,60,62,63,64, 65,

20

Adapaun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(28)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Perilaku Setelah Uji Kelayakan Instrumen

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

1. Kemampuan

mengambil keputusan

a. Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.

1,3,4,5 2,6 6

b. Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain.

7,8,9,10, 11,64

12,13,14, 15,65

11

c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.

17,18, 20,21

19,22 7

2. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain

a. Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas. 16,27,28 ,29 23,24,25, 26, 8

b. Tidak mudah

terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan.

30,32,34 31,33,35 6

c. Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

36,37, 39,40

38 5

3. Rasa percaya diri (self relliance)

a. Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah.

41,43,44 42,45 5

b. Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah.

46,47, 48,52

49,50,51 7

c. Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.

53,54,55 56,57,58 6

d. Berani

mengemukakan ide.


(29)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

Jumlah 65

2. Uji Keterbacaan

Sebelum instrument kemandirian perilaku diuji validitas terlebih dahulu dilaksanakan uji keterbacaan. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung.

Uji keterbacaan dilaksanakan pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran 2 SMK Pasundan 1 Bandung. Setelah dilaksanakann uji keterbacaan secara umum, seluruh pernyataan pada item dapat dimengerti. Dengan demikian instrumen dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

3. Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap kemandirian perilaku siswa. Arikunto (2008: 65) mengungkapkan “sebuah tes dikatakan valid apabila item tersebut mengukur apa yang hendak diukur.” Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment, yaitu:

 

 

 

2 2

2 2

.

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

Keterangan :

= Koefisien korelasi yang dicari ∑X = Jumlah skor item


(30)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

n = Jumlah responden

(Riduwan, 2008: 98) Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus

Keterangan :

t = harga untuk tingkat signifikansi r = koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah responden

(Riduwan, 2008: 98) Uji validitas dilaksanakan di kelas XI Administrasi Perkantoran 2 di SMK Pasundan 1 Bandung. Hasil validitas terhadap 65 item pernyataan yang diuji coba dengan jumlah subjek 41 siswa, data tersebut dijadikan tolak ukur uji validitas item, untuk kemudian item yang valid digunakan dan yang tidak valid dibuang. Setelah itu, kemudian mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus uji-t yang telah di paparkan. Setelah diperoleh langkah selanjutnya adalah membandingkannya dengan . Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan dengan tingkat kepercayaan 90%

). Kaidah keputusan : Jika berarti butir pernyataan valid, sebaliknya jika berarti butir pernyataan tidak valid. Nilai t-tabel untuk = 0,10 dengan derajat kebebasan (dk = 41-2) adalah 1,303. Berikut disajikan item-item pernyataan yang tidak valid dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas

Kesimpulan No item Jumlah

Valid 1,4,6,9,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24, 25,29,31,32,33,34,40,41,42,44,45,46,47,48,50,51,52, 53,54,57,58,59,60,61,63,64,65,

45

Tidak Valid 2,3,5,7,8,10,26,27,28,30,35,36,37,38,39,43,49,55,56, 20

2

2 1

n

t r

r

-=


(31)

-Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

62

Jumlah 65

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian setelah dilaksanakan uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Perilaku Setelah Uji Validitas

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

1. Kemampuan

mengambil keputusan

a. Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.

1,2 3 3

b. Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain.

4,5,44 6,7,8,9, 45

8

c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.

11,12, 14,15

13,16 6

2. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain

a. Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.

10,20 17,18,19 5

b. Tidak mudah

terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan.

22,24 21,23 4

c. Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

25 1

3. Rasa percaya diri (self relliance)

a. Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah.

26,28 27,29 4

b. Merasa mampu memenuhi tanggung

30,31, 32,35


(32)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No. Aspek Indikator No. Butir Soal

(+) (-) Jml

jawab di rumah dan sekolah.

c. Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.

36,37 38,39 4

d. Berani

mengemukakan ide.

40 41,42,43 4

Jumlah 45

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Arikunto (2008: 86) mengungkapkan “reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.” Metode yang digunakan

dalam uji reliabilitas adalah metode alpha, dengan rumus:

Keterangan:

= Nilai reliabilitas

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item (Riduwan, 2008: 115)

Dari pengujian realibilitas instrumen diperoleh hasil reliabilitas tes sebesar 0,886. Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 0,20-0,399

Sangat Rendah Rendah


(33)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(Furqon, 2008: 75) Merujuk pada tabel di atas, reliabilitas instrumen dinyatakan sangat tinggi karena 0,886 berada diantara 0,80-1,00 artinya instrumen yang digunakan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian. Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket yang digunakan untuk mengungkap kemandirian perilaku siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), kolom tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 5.

G. Analisis Data

Pada peneltian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian akan dijawab dengan cara sebagai berikut. 1. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum kemandirian perilaku siswa

Kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung dijawab dengan cara mengelompokkan kemandirian perilaku siswa ke dalam 3 kategori yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Untuk menentukan panjang kelas, sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor terkecil, berikut rumus yang digunakan:


(34)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Furqon, 2004: 24)

Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat diketahui dengan rumus:

(Furqon, 2004: 25) Pada instrumen ini mengungkap kemandirian perilaku siswa yang telah disebarkan, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 225 dan skor terkecil ideal adalah 45, sehingga dapat diketahui bahwa skor rentang, yaitu 180. Setelah menghitung skor rentang dapat diketahui panjang kelas yaitu 60 dengan banyak kelas sebanyak 3. Secara terperinci kualifikasi kemandirian perilaku siswa dapat dilihat pada di bawah ini:

Tabel 3. 10

Kategori Tingkat Kemandirian Perilaku Siswa

Rentang

Skor Kategori Deskripsi

167-225 tinggi

Siswa pada kategori tinggi telah mencapai tingkat kemandirian perilaku yang tinggi pada setiap aspeknya, yaitu memiliki kemampuan mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan rasa percaya diri (self relliance). Tingkat pencapaian kemandirian perilaku pada kualifikasi tinggi ialah 67 sampai 100%.

106-166 Sedang

Siswa pada kategori sedang tengah menuju pada penguasaan kemandirian perilaku yang tinggi. Artinya siswa pada kualifiasi sedang masih memerlukan bimbingan dari orang lain, atau belum menunjukan konsistensi perilaku atau belum ajeg dalam menunjukan aspek-aspek kemandirian perilaku yaitu kemampuan mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan memiliki rasa percaya diri (self relliance). Secara presentase, tingkat pencapaian kemandirian perilaku pada kualifikasi tinggi ialah 34 sampai 66%.


(35)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rentang

Skor Kategori Deskripsi

45-105 Rendah

Siswa pada kategori rendah belum mampu dalam mencapai aspek kemandirian perilaku, yaitu belum mampu mengambil keputusan, tidak memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan tidak memiliki rasa percaya diri (self relliance). Secara presentase, tingkat pencapaian kemandirian perilaku pada kualifikasi tinggi ialah 0 sampai 33%.

Setelah dilakukan kategorisasi tingkat kemandirian perilaku, kemudian dilakukan perhitungan pencapaian aspek dan indikator kemandirian perilaku dengan menggunakan rumus

(Sugiyono, 2010: 246) Keterangan:

Skor total : jumlah skor yang diperoleh

Skor ideal : skor maksimal x jumlah item x jumlah siswa

2. Pertanyaan penelitian kedua mengenai gambaran program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial di XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dijawab dengan cara melakukan wawancara dengan koordinator guru BK dan observasi di SMK Pasundan 3 Bandung.

3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai rancangan program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku. Rancangan program disusun berdasarkan gambaran kemandirian perilaku siswa.


(36)

117 Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai kemandirian perilaku, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki tingkat kemandirian perilaku berada pada kategori sedang yaitu sebesar 62% dan tinggi sebesar 38%. Pada setiap aspek juga menunjukan hal yang sama yaitu aspek kemampuan mengambil keputusan 56%, aspek memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain 87% dan aspek memiliki rasa percaya diri (self reliance) 60%. Artinya siswa pada kualifiasi sedang masih memerlukan bimbingan dari orang lain, atau belum menunjukan konsistensi atau keajegan perilaku dalam menunjukan aspek-aspek kemandirian perilaku.

2. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling SMK Pasundan 3 Bandung. Need assesment pada program bimbingan dan konseling di SMK Pasundan 3 Bandung dilakukan dengan menggunakan sosiometri dan observasi guru BK terhadap permasalahan yang sering muncul pada siswa serta tugas-tugas perkembangan. Sosialisasi dilaksanakan pada rapat pembagian tugas-tugas. Layanan yang paling diutamakan adalah layanan bimbingan karir. Evaluasi program dilaksanakan setiap akhir semester.

3. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang disusun diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu untuk dapat memelihara dan


(37)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator kemandirian perilaku dijadikan landasan pengembangan program, namun yang menjadi prioritas adalah indikator tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan berani mengemukakan ide.

B. Rekomendasi

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, berikut dikemukakan rekomendasi hasil penelitian bagi pihak terkait.

1. Guru bimbingan dan konseling (Konselor)

a. Guru bimbingan dan Konseling menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

b. Guru bimbingan dan konseling hendaknya memverifikasi secara menyeluruh program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang merupakan hasil dari penelitian kemandirian perilaku siswa.

c. Layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan kepada siswa dapat dilaksanakan dengan mengikuti tahapan kegiatan pada program yang telah disusun.

2. Peneliti Selanjutnya

a. Populasi hanya pada satu jenjang kelas dan satu jurusan yaitu siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung. Sehingga pada peneliti selanjutnya dapat menggunakan populasi yang lebih banyak yaitu dengan menambah jenjang tingkatan kelas dan jurusan.

b. Mengembangkan dan melaksanakan uji coba program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa Kelas Jurusan Administrasi Perkantoran XI SMK Pasundan 3 Bandung.


(38)

119 Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence. USA: Blackwell Publishing.

Ali, M & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aprilia, D. I. (2009). Pengembangan Kemandirian Remaja Tunarungu. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197 004171994022-IMAS_DIANA_APRILIA/ARTIKEL_1.pdf (5 September 2011)

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

_________. (2011). Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling.

Aditya Media: Yogyakarta.

Benard, B. (1996). Fostering Resilience in Children. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/1996-2/fostering.html (10 Agustus 2012)

Budiman, N. (2006). Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar.

Jakarta: DEPDIKNAS.

Chaplin, J. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dadis, C dan Smetana, J. (2006). “Middle-Class African American Families’ Expectations for Adolescent Behavioural Autonomy”. International Journal of Behavioral Development. 29 (5), 371–381

DEPDIKNAS. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: DEPDIKNAS.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP, DAN SMA.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


(39)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Garber, J & Stephanie, A. (2001). “Emotinal Autonomy and Adolescent Adjusment”. Journal of Adolescent Research, Vol. 16 No. 4, July 2001 355-371

Hilmi, A. 2010. Pengertian Percaya Diri [online] Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/06/23/pengertian-percaya-diri/ (6 Oktober 2012)

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Disertasi pada FPPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Ma’ruf, H. (2010). Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua. [Online].

Tersedia:http:/hidayah-illaya.blogspot.com/2010/02/pengaruh-gaya-pengasuhan-orang tua.html (3 September 2011)

Masbow. 2009. Percaya Diri dalam psikologi [online] tersedia di http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html (6 Oktober 2012)

Maulani, N. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa dalam Membuat Keputusan Karir. Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Monks, F. J., et al. 1999. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muna, N Faizul et al. (2009) Hubungan Antra Kemandirian dengan Motif Berprestasi pada Siswa Kelas VII Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

[Online]. Tersedia:

http://eprints.undip.ac.id/24809/1/SRL_dan_Kemandirian.pdf (3 September 2011)

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.

[Online]. Trsedia:

http://daffodilmuslimah.multiply.com/journal/item/162/Kemandirian_Sebag ai_Kebutuhan_Psikologis_Pada_Remaja_ (3 September 2011)

Myers, D. G. (2002). Social Psychology (seventh Edition). San Francisco: Mc. Grow Hill Inc.


(40)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permana, M. (2011). Program BK untuk Meningkatkan Kemandirian Siswa (Penelitian Pra-eksperimen terhadap Siswa kelas IX SMPN 3 Margahayu Tahun Ajaran 2010/2011). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Purwanto. (2007). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta: Bandung.

Sadiyah, E. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 1 Soreang Tahun Ajaran2007/2008). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Santrock, J. W. (2002). Remaja. Jakarta: Erlangga. Steinberg, L. (1993). Adolescence. USA: McGraw-Hill.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung

_______. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sukaesih. (2010). Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Remaja (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas X SMAN 1 Soreang Tahun Ajaran 2009/2010). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro. UNPAD. (2012). Undang-undang RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]: tersedia: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf (8 Agustus 2012)

Widiana, A. dan Nugraheni, H. (2008). Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian Pada Remaja. [Online]. Tersedia:


(41)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%202.pdf (3 September 2011)

Winkel, W.S dan Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, S & Nurihsan. A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling

Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

_______. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zainal, M. Z (2010). Perkembangan Bahasa Remaja. [Online]. Tersedia:

http://www.masbied.com/2010/06/03/perkembangan-bahasa-remaja/ (2 Mei 2012)


(1)

117

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013 mengenai kemandirian perilaku, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki tingkat kemandirian perilaku berada pada kategori sedang yaitu sebesar 62% dan tinggi sebesar 38%. Pada setiap aspek juga menunjukan hal yang sama yaitu aspek kemampuan mengambil keputusan 56%, aspek memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain 87% dan aspek memiliki rasa percaya diri (self reliance) 60%. Artinya siswa pada kualifiasi sedang masih memerlukan bimbingan dari orang lain, atau belum menunjukan konsistensi atau keajegan perilaku dalam menunjukan aspek-aspek kemandirian perilaku.

2. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling SMK Pasundan 3 Bandung. Need

assesment pada program bimbingan dan konseling di SMK Pasundan 3

Bandung dilakukan dengan menggunakan sosiometri dan observasi guru BK terhadap permasalahan yang sering muncul pada siswa serta tugas-tugas perkembangan. Sosialisasi dilaksanakan pada rapat pembagian tugas-tugas. Layanan yang paling diutamakan adalah layanan bimbingan karir. Evaluasi program dilaksanakan setiap akhir semester.

3. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang disusun diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu untuk dapat memelihara dan


(2)

118

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator kemandirian perilaku dijadikan landasan pengembangan program, namun yang menjadi prioritas adalah indikator tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan berani mengemukakan ide.

B. Rekomendasi

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, berikut dikemukakan rekomendasi hasil penelitian bagi pihak terkait.

1. Guru bimbingan dan konseling (Konselor)

a. Guru bimbingan dan Konseling menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

b. Guru bimbingan dan konseling hendaknya memverifikasi secara menyeluruh program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang merupakan hasil dari penelitian kemandirian perilaku siswa.

c. Layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan kepada siswa dapat dilaksanakan dengan mengikuti tahapan kegiatan pada program yang telah disusun.

2. Peneliti Selanjutnya

a. Populasi hanya pada satu jenjang kelas dan satu jurusan yaitu siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung. Sehingga pada peneliti selanjutnya dapat menggunakan populasi yang lebih banyak yaitu dengan menambah jenjang tingkatan kelas dan jurusan.

b. Mengembangkan dan melaksanakan uji coba program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa Kelas Jurusan Administrasi Perkantoran XI SMK Pasundan 3 Bandung.


(3)

119

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence. USA: Blackwell Publishing.

Ali, M & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aprilia, D. I. (2009). Pengembangan Kemandirian Remaja Tunarungu. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197 004171994022-IMAS_DIANA_APRILIA/ARTIKEL_1.pdf (5 September 2011)

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

_________. (2011). Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling. Aditya Media: Yogyakarta.

Benard, B. (1996). Fostering Resilience in Children. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/1996-2/fostering.html (10 Agustus 2012)

Budiman, N. (2006). Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Chaplin, J. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dadis, C dan Smetana, J. (2006). “Middle-Class African American Families’

Expectations for Adolescent Behavioural Autonomy”. International

Journal of Behavioral Development. 29 (5), 371–381

DEPDIKNAS. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:

DEPDIKNAS.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP, DAN SMA. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


(4)

120

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Garber, J & Stephanie, A. (2001). “Emotinal Autonomy and Adolescent Adjusment”. Journal of Adolescent Research, Vol. 16 No. 4, July 2001 355-371

Hilmi, A. 2010. Pengertian Percaya Diri [online] Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/06/23/pengertian-percaya-diri/ (6 Oktober 2012)

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai

Rujukan. Disertasi pada FPPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Ma’ruf, H. (2010). Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua. [Online].

Tersedia:http:/hidayah-illaya.blogspot.com/2010/02/pengaruh-gaya-pengasuhan-orang tua.html (3 September 2011)

Masbow. 2009. Percaya Diri dalam psikologi [online] tersedia di http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html (6 Oktober 2012)

Maulani, N. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan

Kemandirian Perilaku Siswa dalam Membuat Keputusan Karir. Skiripsi S1

pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Monks, F. J., et al. 1999. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muna, N Faizul et al. (2009) Hubungan Antra Kemandirian dengan Motif Berprestasi pada Siswa Kelas VII Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

[Online]. Tersedia:

http://eprints.undip.ac.id/24809/1/SRL_dan_Kemandirian.pdf (3 September 2011)

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.

[Online]. Trsedia:

http://daffodilmuslimah.multiply.com/journal/item/162/Kemandirian_Sebag ai_Kebutuhan_Psikologis_Pada_Remaja_ (3 September 2011)

Myers, D. G. (2002). Social Psychology (seventh Edition). San Francisco: Mc. Grow Hill Inc.


(5)

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permana, M. (2011). Program BK untuk Meningkatkan Kemandirian Siswa (Penelitian Pra-eksperimen terhadap Siswa kelas IX SMPN 3 Margahayu

Tahun Ajaran 2010/2011). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Purwanto. (2007). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti

Pemula. Alfabeta: Bandung.

Sadiyah, E. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 1

Soreang Tahun Ajaran2007/2008). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Santrock, J. W. (2002). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Steinberg, L. (1993). Adolescence. USA: McGraw-Hill.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung

_______. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sukaesih. (2010). Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Remaja (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas X SMAN 1

Soreang Tahun Ajaran 2009/2010). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek

Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro.

UNPAD. (2012). Undang-undang RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]: tersedia: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf (8 Agustus 2012)

Widiana, A. dan Nugraheni, H. (2008). Hubungan antara Pola Asuh Demokratis


(6)

122

Tita Andriani, 2013

Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%202.pdf (3 September 2011)

Winkel, W.S dan Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, S & Nurihsan. A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

_______. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zainal, M. Z (2010). Perkembangan Bahasa Remaja. [Online]. Tersedia:

http://www.masbied.com/2010/06/03/perkembangan-bahasa-remaja/ (2 Mei 2012)