26
mengalami infiltrasi ke dalam sel plasma predominan limfosit B. 3.
Periode eksaserbasi berhubungan dengan peningkatan flora gram - anaerob yang terdapat di dalam poket, dan periode remisi sama dengan pembentukan
flora gram + dengan kecenderungan mengalami mineralisasi. 4.
Invasi jaringan oleh satu atau beberapa spesies bakteri diikuti dengan pertahanan lokal dari host.
Menurut Garant dan Cho 1979, faktor lokal yang menyebabkan resorpsi tulang terdapat pada bagian proksimal permukaan tulang. Menurut Page dan
Schroeder 1982, bakteri plak dapat menyebabkan kehilangan tulang sekitar 1,5 – 2,5 mm, dan apabila diatas 2,5 mm tidak memberikan efek. Defek angular
interproksimal dapat timbul hanya pada ruangan yang lebarnya lebih dari 2,5 mm karena ruangan yang sempit akan rusak total. Defek besar yang mm dari jauh
melebihi 2,5 permukaan gigi pada tipe periodontitis agresif dapat disebabkan oleh adanya bakteri di dalam jaringan.
27
Gambar 4. Perbedaan antara gingiva sehat, gingivitis dan periodontitis
28
Gingiva yang sehat akan mendukung gigi. Apabila terjadi gingivitis dan tidak dirawat, maka gingival menjadi lemah dan terbentuk poket di sekeliling gigi.
Terdapat banyak plak dan kalkulus di dalam poket, gingiva mengalami resesi, dan terjadi periodontitis.
29
2.6 Mekanisme Kerusakan Tulang
Hausman telah mengemukakan lima mekanisme bagaimana plak bakteri dapat
Universitas Sumatera Utara
27
menyebabkan kehilangan tulang alveolar pada penyakit periodontal:
30
a. aksi langsung dari produk plak terhadap sel-sel progenitor tulang menginduksi
diferensiasi sel-sel progenitor tersebut menjadi osteoklas. b.
Produk plak bakteri beraksi secara langsung terhadap tulang dan merusaknya melalui mekanisme nonseluler.
c. Produk plak menstimulasi sel-sel gingiva sehingga sel-sel gingiva tersebut
melepas mediator yang pada akhirnya mengiinduksi sel-sel progenitor tulang berdiferensiasi menjadi osteoklas.
d. Produk plak menyebabkan sel-sel gingiva melepaskan substansi yang dapat
bertindak sebagai ko-faktor pada resorpsi tulang. e.
Produk plak menyebabkan sel-sel gingiva melepaskan substansi yang merusak tulang dengan jalan aksi kimiawi secara langsung tanpa keterlibatan osteoklas.
2.7 Penyakit Periodontal dan Faktor Resiko
Faktor resiko dapat didefinisikan sebagai penyebab atau karakteristik yang terkait dengan tingkat peningkatan penyakit.
31
Penting untuk mengetahui perbedaan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit tetapi tidak selalu
menyebabkan penyakit. Umur, jenis kelamin, genetik, ras merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan oral hygiene, merokok, penyakit sistemik,
obesitas, sosial ekonomi, dll merupakan faktor resiko yang dapat diubah.
27
2.7.1 Penyakit Periodontal dan Usia
Bertambahnya umur menyebabkan resiko terhadap penyakit periodontal semankin besar.
9
Perubahan yang terjadi pada jaringan periodontal dikaitkan dengan bertambahnya umur yaitu, pada gingiva bisa terjadi: hilangnya keratinisasi, hilangnya
stippling , gingiva cekat bertambah lebar, seluler jaringan ikat berkurang,
berkurangnya konsumsi oksigen dan aktivitas metabolisme. Pada ligamen periodontal terjadi perubahan berupa bertambahnya jumlah serabut elastik, berkurangnya
vaskularisasi dan terdapat aktivitas mitotik. Pada sementum, akan terjadi penambahan
Universitas Sumatera Utara
28
sementum hingga beberapa kali lipat. Sedangkan, perubahan pada tulang alveolar akibat proses penuaan dapat berupa osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi,
berkurangnya aktivitas metabolism dan kemampuan penyembuhan resorpsi tulang bisa meningkat atau berkurang begitu pula kepadatan tulang bisa meningkat atau
berkurang tergantung dari lokasinya.
30
Perubahan jaringan periodontal tersebut yang diduga kuat menambah kerentanan terjadinya penyakit periodontal pada orang yang berusia lanjut, walaupun
belum jelas apakah perubahan pada jaringan periodontal ini disebabkan oleh efek kumulatif dari penyakit periodontal selama bertahun-tahun atau karena menunrunya
pertahanan tubuh terhadap penuaan.
32
2.7.2 Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kehilangan perlekatan pada orang dewasa, dimana laki - laki memiliki
prevalensi dan keparahan yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data penemuan ini mungkin berhubungan dengan faktor predisposisi genetik atau kebiasaan sosial.
3
Seperti pada umumnya laki – laki memiliki faktor lokal dan kehilangan perlekatan yang lebih daripada wanita. Dari hasil tersebut kemungkinan besar
disebabkan oleh kebiasaan pencegahan daripada perbedaan gender.
3
2.7.3 Penyakit Periodontal dan Merokok
Pinborg 1947 merupakan orang pertama yang mengemukakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok.
16
Ada bukti yang kuat bahwa merokok dapat mempengaruhi respon host bawaan dan kekebalan.
Ditemukan bahwa penurunan inflamasi dan cairan sulkus gingival pada perokok dan bukan perokok bahwa merokok dapat merusak aliran darah pada gingiva.
29
Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok mempunyai
peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang
Universitas Sumatera Utara
29
alveolar, peningkatan kedalaman saku gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok.
33
Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk saliva.
Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada beberapa kelainan di rongga mulut.
33
Tar, nikotin, dan gas karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu – ribu
bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran
nafas, dan paru – paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
33
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis,
berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin
berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran.
33
Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Karbonmonoksida memiliki
afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin.
33
Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan
dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.
33
2.8 Indeks Periodontal
Pengukuran indeks periodontal pada kasus ini menggunakan kriteria Russell. Indeks ini digunakan untuk memperkirakan kedalaman penyakit periodontal dengan
cara mengukur ada atau tidaknya inflamsi gingiva dan keparahannya, pembentukan
Universitas Sumatera Utara
30
saku dan fungsi pengunyahan. Pengukuran dilakukan pada semua gigi yang ada. Semua jeringan gingiva dan keterlibatan periodontal. Russell memilih skor nilai
0,1,2,6,8 untuk menghubungkan level penyakit dalam suatu penelitian epidemiologi untuk mengamati kondisi klinis.
34
Tabel 1. Kriteria skor periodontal menurut Russell
23
Skor Kriteria dan Penilaian Dalam
Studi Lapangan Penambahan Kriteria X-Ray diikuti
dalam Uji Klinis Negatif : tidak ada inflamasi pada
jaringan yg dilihat ataupun kehilangan fungsi akibat
kerusakan jaringan pendukung Penampilan radiografis normal
1 Mild Gingivitis : ada area
inflamasi pada gingiva bebas, tetapi area tersebut tidak
membatasi gigi
2 Gingivitis : inflamasi telah
membatasi gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan
perlekatan pada epitel PI SCORE = Jumlah Skor Individu
Jumlah Gigi yang Diperiksa
Universitas Sumatera Utara
31
Lanjutan tabel 1 Skor
Kriteria dan Penilaian Dalam Studi Lapangan
Penambahan Kriteria X-Ray diikuti dalam Uji Klinis
4 Digunakan bila terdapat alat
radiografi Ada seperti cekukan awal resorpsi
tulang alveolar
6 Gingivitis with pocket formation
: ada kerusakan pada perlekatan
epitel dan terdapat saku. Tidak ada gangguan fungsi
pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang. Adanya
kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar
sampai setengah dari panjang akar gigi.
Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar
sampai setengah dari panjang akar gigi
8 Kerusakan lanjutan dengan
hilangnya fungsi penguyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun
melayang. Gigi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan
dalam soket. Ada kehilangan tulang lanjutan,
meliputi lebih dari satu setengah panjang akar gigi. Terjadi
perluasan ligamen periodontal bukan resorpsi
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 2. Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russell
23
Kondisi Klinis Grup-Skor Periodontal
Indeks Level penyakit
Jaringan pendukung normal secara klinis
0,0-0,2 Reversible
Gingivitis Sederhana 0,3-0,9
Penyakit periodontal destruktif awal
0,7-1,9
Penyakit periodontal destruktif 1,6–5,0
Irreversible
2.9 Kerangka Konsep