commit to user 63
4.3.4 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap VIM
Gambar 4.5. Grafik hubungan VIM dengan Kadar Aspal
VIM adalah prosentase pori atau rongga udara yang terdapat dalam suatu campuran. Nilai VIM juga menunjukkan banyaknya rongga yang terdapat dalam campuran. Dari
nilai VIM yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar penggantian abu vulkanik diatas menunjukkan bahwa dengan penambahan kadar abu
vulkanik akan menurunkan nilai VIM, penurunan nilai VIM itu sendiri akan turun seiring dengan besarnya kadar aspal yang ditambahkan. Semakin besar kadar aspal
maka semakin kecil nilai VIM-nya.
Penggunaan kadar abu vulkanik yang berbeda dalam campuran sangat berpengaruh terhadap nilai VIM dari suatu campuran itu sendiri. Semakin tinggi kadar abu vulkanik
semakin rendah nilai VIM-nya. Untuk campuran AC menggunakan kadar abu vulkanik 0 mempunyai nilai VIM yang paling tinggi, sedangkan untuk campuran AC yang
menggunakan penggantian abu vulkanik 25, 50, 75, dan 100 mempunyai nilai VIM semakin rendah. Namun nilai VIM untuk semua campuran dengan kadar abu
y = -2,538x + 21,53 R² = 0,891
y = -2,490x + 21,10 R² = 0,845
y = -2,386x + 20,43 R² = 0,786
y = -2,411x + 20,44 R² = 0,525
y = -2,004x + 17,68 R² = 0,611
2 4
6 8
10 12
4.5 5
5.5 6
6.5
VIM
Kadar Aspal
Abu Vulkanik 0 Abu Vulkanik 25
Abu Vulkanik 50 Abu Vulkanik 75
Abu Vulkanik 100
SNI
commit to user 64
vulkanik tidak memenuhi syarat Revisi SNI 03-1737-1989 minimal 3 dan maksimal 5 meskipun dalam penggantian kadar abu vulkanik mengalami penurunan nilai VIM.
Disamping itu juga dalam penggunaan kadar abu vulkanik yang tinggi mengakibatkan perkerasan menjadi kaku sehingga menyebabkan adanya retakan-retakan sehingga
banyak rongga yang terjadi dalam campuran tersebut yang kemungkinan disebabkan oleh agregat kasar yang saling interconnected dan pecah karena proses pemadatan yang
tidak sempurna. Sehingga campuran akan kurang kedap terhadap udara dan air. Adanya pori-pori ataupun celah pada perkerasan AC memungkinkan air masuk ke dalam
perkerasan. Akibatnya ikatan menjadi renggang dan menimbulkan pori-pori yang diakibatkan VIM berpengaruh terhadap durabilitas campuran. VIM yang lebih kecil
akan menurunkan resiko terjadinya disintegrasi dari campuran, sehingga durabilitasnya menjadi tinggi. Tetapi pori yang kecil akan memberikan kelenturan yang kurang baik
Nilai VIM pada penggantian abu vulkanik tidak memenuhi spesifikasi SNI karena pada analisis saringan dimana prosentase lolos saringan 100 dan 200 masih jauh mendekati
nilai median spesifikasi sehingga perlu penambahan agregat pada nomer saringan tersebut agar nilai VIM dapat diminimalkan.
commit to user 65
4.3.5 Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap Marshall Quotient
Gambar 4.6. Grafik hubungan Marshall Quotient dengan Kadar Aspal
Marshall Quotient MQ merupakan hasil bagi dari stabilitas dengan kelelahan yang
digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan kekakuan dari perkerasan dan
berakibat mudah timbul retak - retak cracking. Sebaliknya jika nilai Marshall Quotient yang rendah menunjukkan campuran terlalu plastisfleksibel yang akan
berakibat perkerasan mudah mengalami deformasi pada waktu menerima beban lalu –
lintas. Dari nilai MQ yang didapat dari berbagai variasi penggantian abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikkan nilai MQ nya
namun MQ akan turun jika sudah mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan terus menurun seiring penambahan kadar aspal.
y = -29,26x
2
+ 307x - 691,8 R² = 0,725
y = -26,70x
2
+ 277,2x - 585,6 R² = 0,623
y = -13,52x
2
+ 131,8x - 159 R² = 0,421
y = -58,12x
2
+ 624,4x - 1485, R² = 0,898
y = -22,84x
2
+ 224,7x - 346,6 R² = 0,253
50 100
150 200
250 300
4.5 5
5.5 6
6.5
M ar
sh al
l Qu
o tien
t K
g m
m
Kadar Aspal
abu vulkanik 0 abu vulkanik 25
abu vulkanik 50 abu vulkanik75
abu vulkanik 100
Spec SNI 1989 200- 350
Kgmm
commit to user 66
Penggantian abu vulkanik pada campuran AC menyebabkan Marshall Quotientnya semakin tinggi. Untuk campuran AC pada kadar aspal optimum menggunakan
penggantian abu vulkanik 0 mempunyai nilai MQ yang paling rendah, sedangkan untuk campuran AC yang menggunakan penggantian abu vulkanik 25, 50, 75,
dan 100 mempunyai nilai MQ yang semakin tinggi . Hal ini dikarenakan penggantian abu vulkanik pada perkerasan AC membuat campuran menjadi kaku. Sehingga
penggantian abu vulkanik sebagai bahan pengisi pada campuran AC mudah retak. Spesifikasi MQ menurut Revisi SNI adalah minimal 200 dan maksimal 350 kgmm.
Dari Gambar 4.6 nilai MQ untuk campuran dengan masing-masing kadar penggantian abu vulkanik pada kadar aspal optimum tidak memenuhi persyaratan.
commit to user 67
4.4. Pembahasan Hasil Pengujian Marshall Test