Agregat Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton Asphalt Concrete

commit to user 15

2.2.3.1. Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan Departemen Pekerjaan Umum – Direktorat Jendral Bina Marga. 1998. Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan, material pengisi, dan lain-lain Harold N. Atkins, PE. 1997. Sedangan secara umum agregat didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat Silvia Sukirman, 2003. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa agregat sebagai suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Seringkali agregat diartikan pula sebagai suatu bahan yang bersifat keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan pengisi campuran. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan batuan, termasuk di dalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, abudebu agregat dan lain-lain. Beberapa tipikal ketentuan penggunaan dalam penggambaran agregat menurut Harold N. Atkins, 1997 adalah sebagai berikut : 1 Fine Aggregate sand sizeukuran pasir : Sebagian besar partikel agregat berukuran antara 4,75mm no.4 sieve test dan 75 μm no.200 sieve test. 2 Coarse Aggregate gravel sizeukuran kerikil : Sebagian besar agregat berukuran lebih besar dari 4,75mm no.4 sieve test. 3 Pit run : agregat yang berasal dari pasir atau gravel pit biji kerikil yang terjadi tanpa melewati suatu proses atau secara alami. commit to user 16 4 Crushed gravel : pit gravel kerikil dengan pasir atau batu bulat yang mana telah didapatkan dari salah satu alat pemecah untuk menghancurkan banyak partikel batu yang berbentuk bulat untuk menjadikan ukuran yang lebih kecil atau untuk memproduk lapisan kasar rougher surfaces. 5 Crushed rock : agregat dari pemecahan batuan. Semua bentuk partikel tersebut bersiku-sikutajam angular, tidak ada bulatan dalam material tersebut. 6 Screenings : kepingan-kepingan dan debu atau bubuk yang merupakan produksi dalam pemecahan dari batuan bedrock untuk agregat. 7 Concrete sand : pasir yang biasanya telah dibersihkan untuk menghilangkan debu dan kotoran. 8 Fines : endapan lumpur silt, lempung clay atau partikel debu lebih kecil dari 75 μm no.200 sieve test, biasanya terdapat kotoran atau benda asing yang tidak diperlukan dalam agregat. Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban di atasnya dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Agregat yang akan dipakai pada perkerasan harus memperhatikan sifat - sifat agregat yaitu : 1. Gradasi dan ukuran Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi agregat dapat dibedakan atas: a. Gradasi seragamterbuka uniform graded adalah gradasi dengan ukuran yang hampir sama atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. b. Gradasi rapatbaik dense graded adalah campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang seimbang. commit to user 17 c. Gradasi buruksenjang poorly graded adalah campuran agregat dengan proporsi satu fraksi tertentu hanya relatif sedikit atau bahkan hilang sama sekali. 2. Kebersihan Agregat yang mengandung substansi asing perusak harus dihilangkan sebelum digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh - tumbuhan, partikel halus dan gumpalan lumpur. Hal ini disebabkan substansi asing dapat mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan sehingga mempengaruhi perkerasan. 3. Kekuatan dan Kekerasan Kekuatan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur atau pecah oleh pengaruh mekanis atau kimiawi. Agregat yang digunakan untuk lapisan perkerasan haruslah mempunyai daya tahan terhadap degradasi pemecahan yang mungkin timbul selama proses pencampuran, pemadatan, repetisi beban lalu lintas dan disitegrasi penghancuran yang terjadsi selama masa pelayanan jalan tersebut. Kekuatan dan keausan agregat diperiksa dengan menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles, berdasarkan PB-0206-76, AASHTO T96-7 1982 Sukirman, 1999. 4. Bentuk permukaan Bentuk permukaan agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pemecah batu stone crusher yang mempunyai bidang kontak lebih luas berbentuk bidang rata sehingga memberikan interlocksaling mengunci yang lebih besar sehingga agregat bentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dibandingkan agregat berbentuk bulat Sukirman, 1999. commit to user 18 5. Tekstur permukaan Tekstur permukaan yang kasar dan kesat akan memberikan gaya gesek yang lebih besar sehingga dapat menahan gaya - gaya pemisah yang bekerja pada batuan. Selain itu tekstur kasar juga memberikan gaya kohesi ikatan antar partikel berbeda yang lebih baik antara aspal dan batuan. Batuan yang halus lebih mudah terselimuti aspal namun, tidak bisa menahan kelekatan aspal dengan baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar umumnya stabilitas dan durabilitas campuran semakin tinggi Krebs dan Walker, 1971. 6. Porositas Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis perkerasan. Semakin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan terhadap aspal juga semakin tinggi Krebs dan Walker, 1971. 7. Kelekatan terhadap aspal Daya lekatan dengan aspal dipengaruhi juga oleh sifat agregat terhadap air. Granit dan batuan yang mengandung silika merupakan agregat bersifat hydrophilic yaitu agregat yang cenderung menyerap air. Agregat demikian tidak baik untuk digunakan sebagai bahan campuran dengan aspal, karena mudah terjadi stripping yaitu lepasnya lapis aspal dari agregat akibat pengaruh air Sukirman, 1999. Berdasarkan proses pengolahannya agregat yang digunakan pada perkerasan lentur dapat dibedakan menjadi tiga jenis: a. Agregat alam Natural Aggregate Agregat alam terbentuk karena proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan dari proses pembentukannya. Aliran air sungai membentuk partikel bulat dengan permukaan yang licin. Degradasi agregat di bukit - bukit membentuk partikel - partikel yang bersudut dengan permukaan yang kasar. Berdasarkan tempat asalnya agregat alam dapat dibedakan atas pitrun yaitu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam dan bakrun yaitu agregat yang berasal dari sungaiendapan sungai. commit to user 19 b. Agregat dengan proses pengolahan Manufactured Aggregate Manufactured Aggregate adalah agregat yang barasal dari mesin pemecah batu. Pengolahan ini bertujuan untuk memperbaiki gradasi agar sesuai dengan ukuran yang diperlukan, mempunyai bentuk yang bersudut, dan mempunyai tekstur yang kasar. c. Agregat buatan Agregat ini dibuat dengan alasan khusus, yaitu agar mempunyai daya tahan tinggi dan ringan untuk digunakan pada konstruksi jalan. Agregat yang digunakan dalam campuran aspal harus memenuhi persyaratan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Spesifikasi Pemeriksaan Agregat No. Jenis pemeriksaan Syarat 1. Keausan max. 40 2. Penyerapan max. 3 3. Berat jenis Bulk grcc min. 2,5 4. Berat jenis SSD grcc min. 2,5 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya AASHTO T96-7 Suatu campuran untuk konstruksi perkerasan jalan mempunyai spesifikasi gradasi tertentu untuk menghasilkan stabilitas, keamanan dan kenyamanan yang tinggi. Spesifikasi gradasi tersebut menunjukkan prosentase agregat yang lolos pada setiap saringan terhadap berat total agregat. Spesifikasi gradasi yang digunakan adalah berdasar SNI, seperti yang disajikan pada Tabel dan dapat dilihat juga pada lampiran A.2 commit to user 20 Tabel 2.3 Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran Sumber: Pustran-Balitbang PU, Revisi SNI 03-1737-1989 Catatan : No. Campuran : I, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis permukaan. No. Campuran : II, digunakan untuk lapis permukaan, perata leveling dan lapis antara binder. No. Campuran : V, digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara binder.

2.2.3.2. Filler Abu Vulkanik

Dokumen yang terkait

Penggunaan Abu Gunung Sinabung Sebagai Filler Untuk Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010

10 87 100

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG BROMO SEBAGAI FILLER UNTUK CAMPURAN LASTON DITINJAU DARI KARAKTERISTIK MARSHALL

0 34 12

ANALISA KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT Analisa Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete-Binder Course ( AC-BC ) Menggunakan Limbah Beton Sebagai Coarse Aagregat.

0 2 17

PENGARUH PENGGANTIAN FILLER ABU BATU DENGAN ABU VULKANIK MERAPI PADA KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS WC)

1 6 117

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT Investigasi Karakteristik AC (Asphalt Concrete) Campuran Aspal Panas Dengan Menggunakan Bahan RAP Artifisial.

0 4 23

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP Investigasi Karakteristik AC (Asphalt Concrete) Campuran Aspal Panas Dengan Menggunakan Bahan RAP Artifisial.

0 3 10

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT Analisis Karakteristik Marshall Campuran Asphalt Concrete (AC) Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 1 13

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT Analisis Karakteristik Marshall Campuran Asphalt Concrete (AC) Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 4 20

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE–WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN PENGGUNAAN ABU VULKANIK DAN ABU BATU SEBAGAI FILLER

0 0 12

Karakteristik Marshall campuran asphalt AC WC Menggunakan tras Lompotoo sebagai filler

3 27 12