34 Penetapan aktivitas antibioti secara in vitro selain berguna untuk
penetapan kadar dapat pula digunakan untuk menguji kepekaan suatu antibiotik terhadap mikroba. Kepekaan mikroba terhadap antibiotik dapat dilihat dari
konsentrasi minimum untuk inhibisi oleh suatu antibiotik terhadap mikroba tertentu. Penetapan konsentrasi minimum inhibisi dapat dilakukan dengan
menguji sederetan konsentrasi antibiotik yang dibuat dengan cara pengenceran, metode yang digunakan dapat dengan cara turbidimetri atau difusi agar.
Konsentrasi minimum untuk inhibisi KMI Wattimena, 1991.
2.5 Isolasi Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya,
kelarutan dalam perlarut organik, dan kelarutan dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, minyak atsiri dapat di buat dengan beberapa cara, yaitu penyulingan,
ekstraksi dengan pelarut menguap solvent extraction, ekstraksi dengan lemak dingin enfleurasi, ekstraksi dengan lemak panas maserasi dan pengepresan
pressing Gunawan dan Mulyani, 2004.
2.5.1 Metode penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik didih
uapnya. Dalam industri pengolahan minyak atsiri telah dikenal tiga macam sistem penyulingan yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap, dan
penyulingan dengan uap Ketaren,1985.
Universitas Sumatera Utara
35
2.5.1.1 Penyulingan dengan air
Pada metode ini bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobo jenis dan jumlah bahan yang di suling. Air dipanaskan dengan panas langsung. Ciri khas dari metode ini adalah kontak langsung antara
bahan dengan air mendidih Guenther,1990. Pada metode ini, perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat
berimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan.
Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap keluar. Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa
menuju ketel kondensator yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan kondensasi. Selanjutnya,air dan minyak ditampung dalam tangki
pemisah. Pemisahan air dan minyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis Armando.R,2009.
Suatu keuntungan dari penggunaan sistem penyulingan ini selain prosesnya yang cukup sederhana adalah baik digunakan untuk menyuling bahan
yang berbentuk tepung dan bunga- bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika kena panas. Kelemahan cara penyulingan air adalah komponen minyak yang
bertitik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna, sehingga komponen minyak yang dihasilkan tidak lengkap.Dan jika
tidak diawasi, bahan yang disuling dapat hangus karena suhu yang sangat tinggi Ketaren,1985.
Universitas Sumatera Utara
36
2.5.1.2 Penyulingan dengan air dan uap
Metode ini disebut juga dengan sistem kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan yang
terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air. Pada prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah. Air dimasukkan ke dalam
dasar ketel 13 bagian ketel. Selanjutnya, bahan dimasukkan ke dalam ketel suling hingga padat dan ketel ditutup rapat. Saat air direbus dan mendidih, uap yang
terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang- lubang kecil dan melewati celah- celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut
melalui pipa menuju ketel kondensator. Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak
atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis Armando.R,2009. Keuntungan menggunakan sistem penyulingan air dan uap adalah karena
penetrasi uap secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100
o
C. Lama penyulingan relatif singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil
penyulingan air, dan bahan yang disuling tidak menjadi gosong Ketaren,1985. Cara ini sangat baik digunakan pada bahan tumbuhan yang basah dan
kering. Bahan tumbuhan yang kering harus dimaserasi dahulu. Minyak atsiri yang memiliki titik didih lebih kecil dari titik didih air akan tersuling tanpa mengalami
hidrolisis Guenther,1990.
2.5.1.3 Penyulingan dengan uap
Destilasi uap adalah isolasi senyawa kandungan menguap minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
Universitas Sumatera Utara
37 parsial senyawa menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran minyak atsiri ikut terdestilasi menjadi destilat air bersama minyak atsiri yang memisah sempurna
atau memisah sebagian. Pada penyulingan ini, air sebagai sumbe uap panas terdapat dalam wadah yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Bahan
simplisia benar- benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga minyak atsiri ikut terdestilasi. Uap yang dihasilkan mempunyai
tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Armando.R,2009.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB III METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian ini meliputi penyiapan bahan, skrining fitokimia, isolasi minyak atsiri dan pembuatan
ekstrak etanol serta uji aktivitas antibakteri secara in vitro dengan metode difusi agar. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi.
3.1 Alat – Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf Fisons, blender Miyako, desikator, freeze dryer Modulio, inkubator
Memmert, kompor Miyako, Laminar Air Flow Cabinet Astec HLF 1200L, lemari pendingin Uchida, mikroskop, neraca listrik Vibra AJ, oven Fisher,
penangas air Yenaco, pipet mikro Eppendorf, rotary evaporator Haake D, seperangkat alat destilasi air, silinder logam,
alat destilasi air,
spektrofotometer visibel Dynamic.
3.2 Bahan – Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah bunga kecombrang, nutrient agar, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas
aeruginosa, bahan kimia yang digunakan adalah berkualitas pro analisa yaitu ,alfa naftol, asam klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, asam nitrat
pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi III klorida, bismut III nitrat, etanol,
Universitas Sumatera Utara