dengan teori Daniel 2002, dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan
oleh pedagang. Sebaliknya makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagangprodusen, dengan anggapan
faktor-faktor lain tidak berubah. Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel biaya pemasaran
memilki nilai probabilitas sebesar 0,000 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel biaya pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran.
Dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0, 015 menunjukkan bahwa semakin besar biaya pemasaran maka semakin besar jumlah telur ayam ras yang
ditawarkan pedagang. Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel keuntungan
memiliki nilai probabilitas sebesar 0,000 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel keuntungan berpengaruh signifikan terhadap penawaran telur ayam ras.
Dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,015 menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan maka semakin besar jumlah telur ayam ras yang ditawarkan
pedagang.
5.3. Trend Pertumbuhan Produksi Telur Ayam Ras
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat besarnya laju pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai 1999 – 2009 pada tabel
berikut. Laju pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun waktu sebelas tahun dapat dilihat dari persentase perubahan produksi telur ayam
ras per tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 . Laju pertumbuhan produksi telur ayam ras per tahun di Kota Binjai Tahun
Produksi Telur Ayam Ras kg
Perubahan kg
Persentase Perubahan 1999
7.328.556 2000
4.203.239 -3.125.317
-42,65 2001
6. 624.000 2.420.761
57,6 2002
10.144.000 3.520.000
53,14 2003
10.147.050 3.050
0,03 2004
20.356.440 10.209.390
100,61 2005
6.393.210 -13.963.230
-68,6 2006
3.978.240 -2.414.970
-37,77 2007
4.229.120 250.880
6,31 2008
3.016.330 -1.212.790
-28,68 2009
3.275.910 259.580
8,61 Sumber : Data diolah dari lampiran 9
Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa produksi telur ayam ras mengalami kenaikan dan penurunan. Produksi telur ayam ras di Kota Binjai yang terbesar disepanjang
tahun 2002 – 2004 terjadi pada tahun 2004 sebesar 20.356.440 kg dan jumalah produksi terendah di tahun 2008 sebesar 3.016.330 kg. Pada tahun 2005 terjadi
penurunan yang sangat drastis sebesar 13.963.230 kg dan terus menurun sampai tahun 2007 produksi telur ayam ras sedikit meningkat sebesar 250.880 tetapi di
tahun berikutnya produksi telur ayam ras di Kota Binjai kembali lagi menurun. Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan produksi telur ayam ras
terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 100, 61 dari tahun sebelumnya atau meningkat sebesar 10.209.390 kg. Penurunan produksi telur ayam ras
terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar – 68,6 atau menurun sebesar 13.963.230 kg. Secara keseluruhan dari kurun waktu 1999 – 2009 telah terjadi
penurun produksi telur ayam ras sebesar - 55, 3 atau sekitar 4.052.646 kg dan perubahan rata-rata per tahun produksi telur ayam ras di Kota Binjai sebesar -5,53
Universitas Sumatera Utara
lampiran 9. Kondisi produksi telur ayam ras di Kota Binjai di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 3. Produksi telur ayam ras tahun 1999 – 2009 di Kota Binjai
Sumber : BPS – Kota Binjai berbagai tahun terbit Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa produksi telur ayam ras di Kota
Binjai disepanjang tahun 2001 – 2004 produksi telur ayam ras semakin meningkat akan tetapi ditahun-tahun berikutnya peningkatan ini tidak mampu bertahan.
Khususnya pada tahun 2005 terjadi penurunan yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena pengaruh wabah flu burung yang melanda dunia dan sampai ke
Indonesia sekitar akhir tahun 2004, sehingga banyak ayam yang mengalami kematian. Keadaan ini juga berdampak pada banyaknya usaha peternakan ayam
yang tutup. Masyarakat menjadi enggan mengkonsumsi daging ayam dan telur ayam akibat dari wabah flu burung dan beralih mengkonsumsi ikan. Menurut
Wasito 2006 daging ayam broiler, telur ayam ras dan ikan memiliki hubungan atau bersifat substitusi. Umumnya ikan merupakan salah satu komoditi substitusi
utama daging atau telur ayam ras. Artinya, pada saat tingkat keamanan produk daging atau telur ayam ras rendah, maka tingkat konsumsi ikan akan meningkat.
5000000 10000000
15000000 20000000
25000000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P
ro d
u ks
i kg
Tahun
produksi tahun
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 3 juga dapat dilihat trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dari tahun 1999 – 2009 mengalami trend menurun. Dari analisis diatas
dapat disimpulkan dari tahun ke tahun produksi telur ayam ras mengalami trend menurun sebesar -55,3 atau sekitar - 4.052.646 kg dalam kurun waktu sebelas
tahun dengan persentase rata-rata -5,53 per tahun. Trend pertumbuhan produksi telur ayam ras di Kota Binjai dalam kurun waktu
sebelas tahun mengalami trend menurun, hal ini sesuai dengan hipotesis 3 yang menyebutkan adanya trend pada produksi telur ayam ras di Kota Binjai, maka
hipotesis 3 dapat terjawab.
5.4. Proyeksi Produksi Telur Ayam Ras