BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Ayam peliharaan Gallus gallus domesticus adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam memasok
dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur. Berdasarkan fungsinya ayam terbagi atas:
•
ayam pedaging atau ayam potong broiler, untuk dimanfaatkan dagingnya.
•
ayam petelur layer, untuk dimanfaatkan telurnya.
•
ayam hias atau ayam timangan pet, klangenan, untuk dilepas di kebuntaman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan
penampilan atau suaranya misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan
sejati.
•
ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam Anonimus, 2010.
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe: 1. Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang rampingkurus-mungilkecil dan mata bersinar. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur
Universitas Sumatera Utara
saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit.
2. Tipe Ayam Petelur Medium. Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam
petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam
ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Gallus, 2010. Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi
tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah
dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam
dengan berat 50g terdiri dari 6,3gr protein, 0,6gr karbohidrat, 5gr lemak dan vitamin dan mineral Sudaryani, 2003.
Kandungan gizi telur ayam selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Gizi Telur Ayam
Komponen Putih Telur
Kuning Telur Protein
10,9 16,5
Lemak Sedikit
32,0 Hidrat arang
1,0 1,0
Air 87,0
49,0
Sumber: Sudaryani, 2003 Semua telur ayam adalah sama. Itulah yang berlaku dalam bisnis perunggasan saat
ini. Yang membedakan hanyalah telur ayam kampung dengan telur ayam ras.
Universitas Sumatera Utara
Kalau sama-sama telur ayam kampung atau sama-sama telur ayam ras yang membedakan hanyalah telur utuh dan telur yang rusak. Di berbagai pasar, pembeli
diberi keluasaan memilih sendiri, mau telur yang besar atau yang kecil. Berdasarkan beratnya, grading telur umumnya menghasilkan klasifikasi telur
dengan sebutan telur jumbo, telur ekstra besar, telur besar, telur ukuran sedang, telur kecil, dan telur kecil sekali. Secara lengkap grading telur berdasarkan ukuran
berat dapat dilihat dibawah ini : Grading
Berat telur grambutir Jumbo
70,5 Ekstra Besar
63,5 - 70,5 Besar
52,3 -63,6 Sedang
42,9 – 52,2 Kecil
34,4 – 42,8 Kecil Sekali
34,3
Sementara itu grading telur berdasarkan mutunya akan menghasilkan telur dengan mutu AA, mutu A, B dan C. Berikut ini beberapa mutu telur berikut cirri-cirinya :
Mutu Ciri Spesifik
AA Kulit bersih, tidak retak, normal, diameter kantung udara tidak
lebih dari 18 inchi, putih telur cerah, kuning telur normal, dan tidak cacat.
A Kulit bersih, tidak retak, normal, diametrer kantung udara tidak
lebih dari 16 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur agak normal dan tidak cacat.
Universitas Sumatera Utara
B Kulit tidak retak, sedikit abnormal, diameter kantung udara tidak
lebih dari 38 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur normal dan membesar serta agak cacat.
C Kulit retak, bernoda dan abnormal, diameter kantung udara tidak
lebih dari 38 inchi, putih telur cerah tetapi agak encer, kuning telur membesar dan cacat. Suharno, 1999.
Pada kenyataannya, peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia, mempunyai posisi yang cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara
statistik sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang
menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno, B. 1999,
permasalahan tersebut yaitu : 1. Permintaan fluktuatif
Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat
mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,
tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program
penningkatan produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena
barang hidup. Harga pun langsung merosot tajam.
Universitas Sumatera Utara
2. Pasarnya masih tradisional Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di
atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat
diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil, sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai
dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia
masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi berulang-
ulang setiap tahun. 3. Konsumen belum tahu persis tentang ayam
Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan
mengenai ayam yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun, karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu
mencurigai baik buruknya daging ayam.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori a. Permintaan Demand