BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting sebagai bagian dari kehidupan setiap orang. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dimulai dari lahir sampai mati atau dengan istilah “long life
education”. Terdapat tiga lingkungan yang penting artinya bagi pendidikan anak yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan
masyarakat.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Slameto 2003 ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor yang ada diluar individu. Faktor internal meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor
eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Berdasarkan Undang Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan Hasbullah, 1999.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan menyatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga
umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Lingkungan keluarga dapat dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena di lingkungan keluarga inilah
anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling
banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga Hasbullah, 1999. Menurut penelitian Sandoro 2005 kepedulian orang tua terhadap perilaku
belajar siswa kelas III Sukowati Sragen memberikan manfaat sebesar 75,97. Jadi dapat diartikan bahwa untuk memperoleh perilaku belajar yang baik dapat
ditempuh dengan meningkatkan kepedulian orang tua terhadap anak. Dengan didapatnya data sebesar 12 perilaku belajar anak yang kurang diperlukan
kepedulian orang tua terhadap perilaku belajar agar dapat segera diatasi oleh orang tua dan anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga dapat
memotivasi anak dalam belajar dan berprestasi. Peran keluarga terhadap pendidikan anak yaitu; 1. penyedia fasilitas belajar,
yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan peralatan belajar, buku dan alat- alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-hari, buku PRlatihan. 2. Pendidik,
dimana keluarga menjelaskan perlunya menasehati anak agar belajar dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, menegur bila anak
lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu. 3. Pembimbing, dimana
Universitas Sumatera Utara
keluarga membantu memecahkan masalah anak dan membuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak
dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai yang diperoleh di sekolah.4. Model atau teladan hidup, dimana keluarga dapat mengatur waktu menonton anak
dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal Slameto, 2003. Hasil penelitian US Departement Of Education 2002, dalam penelitian
Slameto, 2003 diperoleh bahwa siswa yang mendapat nilai A setara 9-10 ternyata 51 ayah dan ibu berperan tinggi, atau 48 hanya ayah saja yang
berperan tinggi, atau hanya 44 ibu saja yang berperan tinggi, dan atau hanya 27 baik ayah maupun ibu yang berperan rendah, sedangkan siswa yang tidak
naik kelas 6 saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9 hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 2 baik ayah maupun ibu yang berperan
rendah. Ditemukan juga oleh Nord 1998 bahwa dikalangan siswa yang mendapat nilai A setara 9-10 setengah dari siswa ternyata hanya ayahnya saja
yang berperan tinggi, dan sepertiga siswa ternyata hanya ayahnya berperan kurang.
Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalamaan yang paling utama dan paling penting bagi anak. Pengalaman belajar yang
menyenangkan, nyaman, dan aman sehingga anak merasa bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan dan membawa manfaat bagi dirinya. Setiap anak
memiliki tahapan perkembangan yang berbeda sehingga keluarga sangat berarti bagi perkembangan anak. Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses
belajar anak sehingga berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang,
Universitas Sumatera Utara
perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak Nugraha, 2011 .
Pada pengalaman belajar seseorang harus mengenal gaya belajar yang dapat diambil agar dapat belajar lebih cepat dan mudah menyerap dan mengolah
informasi sebagai gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. Orang yang gaya belajar visual melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukanya
melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing orang menggunakan ketiga gaya belajar ini
pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya Deporter, 2000. Berdasarkan hasil penelitian Budiningsih 2009
tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa prestasi belajar sangat memuaskan memiliki kecenderungan pada gaya belajar visual 72,5, auditori 65,7,
kinestetik 50, sedangkan visual-auditori 60. Selain itu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar mencakup faktor
fisik, emosional, sosiologi, dan lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan pencahayaan yang terang, belajar secara berkelompok atau memerlukan adanya
figur otoriter seperti orang tua, dan sebagian orang memerlukan musik, sedang yang lain memerlukan ruangan yang sepi untuk berkonsentrasi, dan menyukai
lingkungan yang rapi dan teratur Deporter, 2000. Peran keluarga dalam pendidikan anak sebagai penyedia fasilitas belajar,
pendidik, pembimbing, dan model atau teladan hidup. Keluarga harus mengetahui langkah pertama yang harus dilakukan keluarga ketika mendampingi anak belajar
dengan tujuan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi keluarga sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan anak. Sehingga keluarga dapat memotivasi anak dalam belajar. Keluarga juga harus mengamati gaya belajar pada masing-masing anak karena
setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka dalam menerima dan mengolah informasi yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas mengingat pentingnya peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah seperti yang telah di sebutkan diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti sejauh mana peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Selain itu di
daerah ini belum pernah dilakukan penelitian.
1.2 Pertanyaan penelitian