Cara Belajar Yang Efektif Menurut Slameto 2003 ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar

c. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar Slameto, 2003.

2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif Menurut Slameto 2003 ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain : 1 Perlunya bimbingan Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. 2 Kondisi belajar Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkaan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk Universitas Sumatera Utara meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut . a. Kondisi internal Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri sendiri misalnya kesehatan, keamanan, ketentramannya. Anak dapat belajar dengan baik jika kebutuhan-kebutuhan internalnya terpenuhi. Menurut Maslow ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik. b. Kondisi eksternal Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah dengan ruang belajar bersih dan tidak ada bau-bauan yang menggangu konsentrasi belajar, penerangan yang cukup terang, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran dan buku-buku, sertaa keadan lingkungan fisik yang lain. 2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar Keluarga merupakan satu kesatuan sistem sosial yang hidup bersama terdiri dari ayah dan ibu. Keluarga berperan dalam menyediakan situasi belajar yang nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus memprhatikan pengalaman-pengalaman anak dan menghargai anak atas segala Universitas Sumatera Utara usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar Hasbullah, 1989. Peran orang tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal 1992, dalam penelitian Slameto, 2003 adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar pembentukan peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan. Selain itu peran keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang diajarkan di sekolah. Peran keluarga dalam pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan ke sosial, seperti menjaga kebersihan rumah, dan menjaga kesehatan. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian Ikhsan, 2005. Peran pada masing-masing anggota keluarga antara lain peran ayah sebagai pemimpin yang mencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi Universitas Sumatera Utara rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga Setiadi, 2008. Peran orang tua terhadap perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang, sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak Singgih, 2002. Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak Nugraha, 2011. Menurut Slameto 2003 peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain : 1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari- hari, buku konsultasiPRlatihan. 2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu. 3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai yang diperoleh di sekolah. Universitas Sumatera Utara 4 Model atau teladan kehidupan, dimana keluarga dapat mengatur waktu menonton anak dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal.

2.3 Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia bersekolah.

Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki Hurlock, 1999. Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun daan mulai masuk usia sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja Friedman, 1998. Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama : memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permain dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani, memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas Tohirin, 2005. Pada usia ini aktivitas anak semakin tinggi dan kemampuan motoriknya semakin kuat. Anak memiliki rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam melakukan tugas, sehingga ketika menghadapi kegagalan sering kali timbul reaksi kemarahan. Perkembangan kognitif, psikososial, moral, dan spiritual mulai menunjukkan kematangan pada masa ini anak mencoba belajar mengambil bagian dalam kelompok dan terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, berhitung, dan bersosialisasi dengan baik di sekolah Alimul, 2006. Pada masa ini anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, di Universitas Sumatera Utara