1.2. Rumusan Masalah
Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban tahun
2012.
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban
Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan pemberian imunisasi campak
pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi
campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi
campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
d. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan pemberian imunisasi campak
pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi campak
pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
f. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi campak pada
batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
g. Untuk mengetahui hubungan antara efek samping imunisasi yang diperoleh
sebelum usia 9 bulan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
h. Untuk mengetahui hubungan antara jarak ke sarana pelayanan kesehatan terhadap
pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
i. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap pemberian imunisasi
campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Lareh Sago Halaban dan instansi yang
terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan imunisasi campak.
1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan imunisasi campak. 1.4.3.
Sebagai sarana bagi penulis untuk menambah wawasan tentang imunisasi campak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Campak 2.1.1. Pengertian Campak
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryzapilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian
tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi bercak koplik. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari
ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna
kecoklatan.
14
2.1.2. Etiologi Campak
14
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA berserat negatif yang terselubung ber envelope, anggota genus Morbilivirus, famili
Paramyxoviridae. Virus RNA serat negatif mengkode dan mengemas transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya disintesis pada saat virus tidak berselubung berada di
dalam sel yang diinfeksi. Replikasi virus terjadi sesudah sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah banyak.
Virus campak secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang menyusui. Karena dapat merangsang imunitas dalam rentang waktu panjang dan tidak
ada tempat virus untuk bersembunyi, maka untuk menjaga agar virus campak tetap ada dalam masyarakat diperlukan individu dalam jumlah besar agar dapat terjadi
penularan dari orang ke orang secara terus menerus.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Gejala Campak
15
Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinis penyakit. Gejala
prodromal pertama penyakit adalah demam, lemas, anoreksia, disertai batuk, pilek, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 2 sampai 3 hari. Selama periode ini,
pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih, yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Kopliks Spots. Koplik menemukan spot
kecil dengan ukuran 1-3 mm berwarna merah mengkilat, dan pada titik pusatnya berwarna putih kebiruan.
Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Ruam pada kulit sangat khas berupa makulopapuler, yang muncul pertama kali pada muka dan
belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal ke tubuh dan ekstrimitas. Ruam dikulit mulai menghilang 3-4 hari dari sejak baru muncul. Keterlibatan jaringan
limfe secara menyeluruh mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali ringan, dan apendiksitis. Pada penyakit yang tanpa komplikasi penyembuhan secara
klinis segera mulai setelah munculnya ruam pada kulit.
2.1.4. Epidemilogi Campak a. Distribusi dan Frekuensi
1. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak- anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala
orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40 anak yang rentan atau
Universitas Sumatera Utara
belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi
cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.
9,14
2. Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja namun kasusnya lebih sedikit di daerah yang sangat terpencil. Hal ini dikarenakan penduduk pada daerah terpencil
jarang melakukan kontak dengan lingkungan luar. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan.
8,9,14
Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. Kebanyakan
kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi
sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan 900.000 kematian. Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus campak di
Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006.
9
3. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada
virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan udara pada musim
kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat
karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang
Universitas Sumatera Utara
baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia.
16
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret
dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan
atau vaksinasi maka 90-100 akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.
9
b. Determinan 1. Host Penjamu
Beberapa faktor host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara lain:
a.
Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat
maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan
pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42 pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan
yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.
17
b. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria karena penyakit campak dapat menyerang siapa saja.
Universitas Sumatera Utara
Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 kejadian campak lebih banyak
terjadi ada anak laki-laki.
4
Hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan sehingga lebih sering melakukan kontak
dengan lingkungan sekitarnya.
2. Agent
Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae.
19
3. Lingkungan
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada
populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni 400.000 orang.
19
Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke
dalam komunitas tertutup yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati 100. Pada tempat dimana jarang
terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25.
10
2.1.5. Komplikasi Campak
19
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak antara lain:
1. Infeksi bakteri
a. Pneumonia
Universitas Sumatera Utara
b. Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia penurunan jumlah trombosit sehingga penderita
mudah mengalami perdarahan. 3.
Ensefalitis infeksi otak terjadi 1 dari 1000 – 2000 kasus.
2.2. Imunisasi 2.2.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu.
3
Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak dan melalui mulut misalnya vaksin polio.
2
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak ia terpapar antigen yang serupa
tidak pernah terjadi penyakit.
14
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak- anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.
11
Tujuan memberikan imunisasi adalah untuk meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
14
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Manfaat Imunisasi
Imunisasi bermanfaat untuk mencegah epidemi pada generasi yang akan datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan
penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang, bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi tinggi, penyakit akan dapat
dihilangkan atau dieradikasi. Hal ini sudah dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar.
15
2.2.3. Macam-macam Imunisasi
2,5
a. Imunisasi Wajib 1. Imunisasi BCG
Bacillus Calmette Guerin
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang.
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu
pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada
daerah suntikan, limfadenitis, regionalis, dan reaksi panas.
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis adalah sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat
Universitas Sumatera Utara
diberikan pada usia 6 tahun. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan melalui intramuskular.
3. Imunisasi DPT Difteri, Pertusis, Tetanus
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin
yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti toksoid. Frekuensi pemberian
imunisasi DPT adalah 3 kali. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit tahap pengenalan terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu.
Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri
pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati,
dan syok.
4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 buln
dengan interval pemberian empat minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui oral.
Universitas Sumatera Utara
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak ini diberikan melalui
subkutan. Imunisasi ini mempunyai efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi
angka kesakitan dan kematian anak.
5
b. Imunisasi Yang Dianjurkan