n+1 Tata Letak Saluran Penentuan Petak-Petak Persawahan

Dimana: A = Luas daerah aliran km 2 An = Luas daerah pengaruh stasiun n km 2 Wn = Faktor pembobot daerah pengaruh stasiun n Rn = Tinggi hujan pada stasiun n mm Metode Thiessen sesuai untuk daerah dengan jarak penakar hujan yang tidak merata. 3. Isohyet Method Isohyet adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang sama. Cara ini adalah cara yang paling teliti, tetapi cukup sulit pembuatannya. Pada umumnya digunakan untuk hujan tahunan, karena terlalu banyak variasinya, sehingga isohyet akan berubah-ubah. Hujan rata-rata di daerah aliran dirumuskan sebagai berikut : R = A 1,2 . R 1,2 + A 2,3 . R 2,3 + ... + A n,n+1 . R n,n+1 ...................…………………2.3 A A A Dimana : A n,n+1 = Luas antara isohyet I n , dan isohyct I n+1 , R n,n+1 = Tinggi hujan rata-rata antara isohyet I n , dan Isohyet I n+1

2.1.3 Perhitungan Curah Hujan Effektif Reff

Besarnya curah hujan yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air, sehingga dapat memperkecil debit yang diperlukan dari pintu pengambilan. Mengingat bahwa jumlah curah hujan yang turun tersebut tidak semuanya dapat dipergunakan untuk tanarnan dalam melangsungkan Universitas Sumatera Utara kehidupannya, maka disini perlu diperhitungkan dan dicari curah hujan effektif yang merupakan besarnya angka kebutuhan air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Curah hujan effektif Reff ditentukan berdasarkan besarnya R-80 yang merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80 atau dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Dengan kata lain bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R80 mempunyai kemungkinan hanya 20. Ada berbagai cara untuk mencari curah hujan effektif ini yang telah dikembangkan oleh berbagai ahli, diantaranya ialah: 1. Cara Empiris Harza Engineering Comp. Int. menghitung besarnya curah hujan effektif berdasarkan R80 = Rainfall equal or exceeding in 8 years out of 10 years. Bila dinyatakan dengan rumus adalah sebagai berikut : R80=n5+ 1……………………………………………………..2.4 Dimana : Reff = R80 = Curah hujan efektif 80 mmhari n5 + I = Rangking curah hujan effektif dihitung dan curah hujan terkecil n = Jumlah data 2. Cara Statistik Dengan menghitung probabilitas curah hujan effektif yang 80 disamai atau dilampaui. Metode yang dapat dipakai antara lain adalah dengan metode Gumbel, Hazen, dan Log Pearson tipe III. Universitas Sumatera Utara Dalam tugas akhir ini perhitungan curah hujan effektif menggunakan cara empiris yang digunakan oleh Harza Engineering Comp.Int. Pemilihan cara ini disebabkan data yang tersedia dapat dimasukkan ke dalam perhitungan rumus tersebut dan tidak ada batasan-batasan khusus terhadap data yang ada. Wiramihardja Sadeli, Hidrologi Pertanian, hal 51, Himpunan Mahasiswa ITB

2.2 PERHITUNGAN KLIMATOLOGI

2.2.1 Umum

Karakteristik hidrologi suatu daerah sebagian besar ditentukan oleh keadaan geologi dan geografinya, iklim mempunyai peranan penting dalam penentuan karakteristik tersebut. Yang termasuk dalam data meteorologi antara lain : Temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari. 1. Temperatur Suhu atau temperatur udara adalah salah satu variabel yang mempengaruhi besarnya hujan. evaporasi dan transpirasi. Yang biasa disebut suhu udara atau temperatur adalah suhu yang diukur dengan termometer yang diletakkan pada sangkar meteorologi. Data temperatur udara dinyatakan dalam derajat celsius °C’. derajat Fahrenheit °F atau derajat absolut yang merupakan data temperatur rata-rata harian. 2. Kelembaban, Humidity Udara sangat mudah menyerap air dalam bentuk uap air, hal ini tergantung dari temperatur udara dan airnya. Temperatur udara makin besar maka makin banyak yang dapat mengisi udara dan hal ini akan berlangsung Universitas Sumatera Utara terus menerus sampai terjadi suatu keseimbangan dimana udara jenuh air, dan penyerapan air tidak banyak. Adanya air yang terkandung dalam udara inilah yang disebut sebagai kelembaban udara. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara dan hasil pengukuran dinyatakan dalam persen . Kelembaban udara yang mutlak jarang dijumpai. yang ada adalah kelembaban udara nisbi atau relatif yang merupakan perbandingan antara tekanan uap air dan tekanan uap jenuh. 3. Angin Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angin bertiup. Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angin dan pencatat angin. Angin sebagai udara yang bergerak merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam proses-proses hidrometeorologi. Angin cukup berpengaruh dalam proses penguapan dan dalam memproduksi hujan. Kecepatan angin diukur dengan anemometer dimana kecepatan anginnya dinyatakan dalam kmjam, miljam, mdt atau knots. 4. Penyinaran Matahari Suns Shine Jumlah jam selama matahari bersinar disebut jam penyinaran matahari. Jumlah jam penyinaran yang terjadi dalam sehari adalah tetap yang tergantung pada musim dan jarak lintang ke kutub. Lama penyinaran relatif suns shine adalah perbandingan antara jumlah jam dengan jam penyinaran yang mungkin terjadi dalam satu hari. Makin besar harga perbandingan ini, makin baik keadaan cuaca. Lama penyinaran matahari dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut scbagai Camphell Stokes Recorder atau Suns Shine Recorder. Universitas Sumatera Utara Dalam pengukuran data lama penyinaran matahari biasanya dinyatakan dalam persen .

2.2.2 Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi penguapan. Transpirasi adalah proses dimana tanaman menghisap air dari dalam tanah dan menguapkannya ke udara sebagai uap. Peristiwa yang terjadi secara bersama-sama antara transpirasi dan evaporasi disebut evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain yang saling berhubungan satu sama lain. Besamya evaporasi yang terjadi pada tanaman dihitung berdasarkan metode Penmann yang telah dimodifikasi. Dalam hal ini dipakai cara FAO yang dalam perumusannya adalah sebagai berikut: Eto = c. [W. Rn + 1-W. f u. ea-ed] .............................................................................2.5 dimana : Eto = Evapotranspirasi acuan mmhari c = Faktor koreksi terhadap perbedaan cuaca antara siang dan malam W = Faktor koreksi temperatur terhadap radiasi fu = Faktor pengaruh kecepatan angin kmhari Rn = Radiasi netto mmhari ea = Tekanan uap jenuh mbar ed = Tekanan uap nyata mbar Universitas Sumatera Utara ea – ed = Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata udara dengan tekanan rata-rata air di udara yang sebenarnya ed = RH x ea = Tekanan uap nyata mbar , dimana RH = Kelembaban relatif fu = 0,271 +u100 = Fungsi kecepatan angin, dimana u = Kecepatan angin kmjam Nilai fungsi angin fu = 0,27 1+u100 untuk kecepatan angin pada tinggi 2m 1 -w = Faktor pembobot, dimana w Faktor pemberat Rs = 0,25 + 0,5 . nN. Ra = Radiasi gelombang pendek, dimana Ra = Radiasi Extra Teresterialmmhari nN = Rasio Lama penyinaran N = Lama penyinaran rnaksimum Rns = Rs . 1- α = Radiasi netto gelombang pendek, dim ana α = 0,25 fT’ = σ . T 4 = Fungsi Temperatur fed = 0,33- 0,044 . ed 0,5 = Fungsi tekanan uap nyata fnN = 0,1 + 0,9 . nN = Fungsi rasio lama penyinaran Rnl = fT’ . fed . fnN = Radiasi netto gelombang panjang Universitas Sumatera Utara Rn = Rns - Rnl = Radiasi netto Rumus Penmann didasarkan atas anggapan bahwa suhu udara dan permukaan air rata-rata adalah sama.

2.3 Analisa Debit Andalan

Debit andalan dependable discharge adalah besarnya debit yang tersedia sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam studi ini, penentuan debit andalan menggunakan metode tahun dasar perencanaan basic year dimana debit yang diandalkan adalah debit yang pernah terjadi pada tahun yang lalu. Tahapan yang digunakan untuk menentukan besarnya debit andalan adalah sebagai berikut: 1. Data debit tahunan rata-rata diurutkan dari besar ke kecil 2. Dari data debit tahunan yang telah diurutkan tersebut, dicari probabilitas untuk tiap-tiap debit 3. Dari hasil perhitungan no. 2, kemudian dicari besarnya debit andalan yang dibutuhkan. Debit andalan dihitung berdasarkan data debit yang telah tercatat dengan periode yang memadai.

2.3.1 Debit Andalan Metode DR. F.J. Mock

Dengan metode Water Balance dari DR.F.J Mock dapat diperoleh suatu estimasi empiris untuk mendapatkan debit andalan. Metode ini didasarkan pada parameter data hujan, evapotranspirasi dan karakteristik DAS setempat. Untuk Universitas Sumatera Utara mendapatkan debit bulanan, pada pertimbangan hidrologi daerah irigasi digunakan metode Dr. F.J. Mock dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Hitung Evapotranspirasi Potensial 2. Hitung Limitted Evapotranspirasi 3. Hitung Water Balance 4. Hitung Aliran Dasar dan Limpasan Langsung Berikut adalah data-data yang digunakan dalam perhitungan debit andalan metode F.J.Mock : a. Data Curah Hujan Data curah hujan digunakan adalah curah hujan efektif bulanan yang berada dalam DPS. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut. b. Evapotranspirasi Terbatas Et Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekwensi curah hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data : 1. Curah hujan tengah bulanan P 2. Jumlah hari hujan tengah bulanan n 3. Jumlah permukaan kering setengah bulanan d, dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm. Exposed surface m, ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan, atau dengan asumsi. m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat Universitas Sumatera Utara m = 0 pada akhir musim hujan dan bertambah 10 setiap bulan kering untuk lahan sekunder. m = 10 - 40 untuk lahan yang tererosi m = 20 - 50 untuk lahan pertanian yang diolah Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut : ET = Ep - E E = Epm2018-n...............................................2.6 dimana : E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi terbatas mm ET = evapotranspirasi terbatas mm Ep = evapotranspirasi potensial mm m = singkapan lahan Exposed surface n = jumlah hari hujan dalam sebulan c. Faktor Karakteristik Hidrologi  Faktor bukaan lahan m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat m = 10 – 40 untuk lahan tererosi m = 30 – 50 untuk lahan pertanian yang diolah Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang merupakan daerah terbuka berbatu dapat diasumsikan untuk faktor m diambil 20 - 40 .  Luas Daerah Pengaliran Universitas Sumatera Utara Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin besar pula ketersediaan debitnya.  Kapasitas Kelembaban Tanah SMC Soil moisture capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah permukaan surface soil per m 2 . Besarnya Soil Moisture Capacity untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi posositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar porositas tanah, akan semakin besar pula Soil Moisture Capacity yang ada. Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 250 mm. Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah adalah : SMC n = SMC n-1 + IS n Ws = As – IS…………………………2.7 dimana: SMC = Kelembaban tanah diambil 50mm205mm SMC n = Kelembaban tanah bulan ke n SMC n-1 = Kelembaban tanah bulan ke n - 1 IS = Tampungan awal initial storage ….. mm As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah d. Keseimbangan air di permukaan tanah Keseimbangan air permukaan tanah di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara  Air Hujan As Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut: As = P – Et…………………………………………………2.8 di mana : As = air hujan mencpai permukaan tanah P = Curah hujan bulanan Et = Evapotranspirasi  Kandungan air tanah Besar kandungan tanah tergantung dari harga As, bila harga As negatif, maka kepasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka kelembaban tanah akan bertambah. e. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah run off ground water storage Nilai run off dan ground water tergantung dari kesimbangan air dan kondisi tanahnya. Data-data yang diperlukan untuk menentukan besarnya aliran air tanah adalah sebagai berikut :  Koefisien Infiltrasi Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan yang terjal memiliki koefisien infiltrasi yang kecil, karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0-1.  Faktor Reresi Aliran Tanah k Universitas Sumatera Utara Faktor resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke-n dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air dengan metode MOCK, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba trial, sehingga dapat dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.  Initial Storage IS Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada awal perhitungan.  Penyimpangan Air Tanah Ground Water Storage Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpangan awal initial storage terlebih dahulu. Persamaan yang dipergunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah sebagai berikut : Vn = k V n-1 + 0.5 1 + k ln Vn = Vn - V n-1 ....................................................2.9 dimana : Vn = Volume air tanah bulan ke n K = qtqo = faktor resesi aliran tanah qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t qo = aliran air tanah pada awal bulan bulan ke 0 v n-1 = volume air tanah bulan ke n-1 vn = Perubahan volume aliran air tanah Universitas Sumatera Utara f. Aliran Sungai  Aliran Dasar = infiltrasi - Perubahan aliran air dalam tanah  Aliran permukaan = volume air lebih - infiltrasi  Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar  Debit andalan = Aliran sungai Luas DAS 1 bulan dalam detik …...…………………2.10 Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran lansung direct run off, aliran dalam tanah interflow, dan aliran tanah base flow. Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah : Interflow = infiltrasi - volume air tanah Direct run off = water surflus - infiltrasi Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun Run off = interflow + direct run off + base flow Dalam perhitungan debit andalan Sungai Percut, digunakan data curah hujan wilayah metode Thiessen tengah bulanan dari stasiun Aek Pancur, Patumbak dan Tanjung Morawa. Perhitungan debit andalan sei Percut dapat dilihat pada tabel 4.18 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Radiasi Ekstra Terretrial Ra, mmhari Lintang Utara Posisi Lintang Selatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8 14,7 15,3 15,6 15,3 14,6 14,2 14,3 14,9 15,3 15,3 14,8 14,4 2 15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1 14,3 15,0 15,5 15,4 14,9 14,4 14,6 15,1 15,3 15,1 14,5 14,1 4 15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4 13,9 14,8 15,4 15,4 15,1 14,7 14,9 15,2 15,3 15,0 14,2 13,7 6 15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7 13,6 14,5 15,3 15,6 15,3 15,0 15,1 15,4 15,3 14,8 13,9 13,3 8 16,1 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0 13,2 14,2 15,3 15,7 15,5 15,3 15,3 15,5 15,3 14,7 13,6 12,9 10 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2 12,8 13,9 15,1 15,7 15,7 15,5 15,5 15,6 15,2 14,4 13,3 12,5 12 16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5 12,4 13,6 14,9 15,7 15,8 15,7 15,7 15,7 15,1 14,1 12,8 12,0 14 16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6 12,0 13,3 14,7 15,6 16,0 15,9 15,9 15,7 15,0 13,9 12,4 11,6 16 16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8 11,8 13,2 14,7 15,6 16,1 16,0 16,0 15,8 15,0 13,8 12,2 11,4 17 17,0 16,5 15,2 13,4 11,6 10,6 11,0 12,5 14,2 15,8 16,8 17,0 11,6 13,0 14,6 15,6 16,1 16,1 16,1 15,8 14,9 13,6 12,0 11,1 18 17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1 11,4 12,9 14,5 15,6 16,2 16,3 16,2 15,9 14,9 13,5 11,8 10,9 19 17,2 16,5 15,1 13,1 11,2 10,2 10,6 12,2 14,0 15,8 16,9 17,3 11,2 12,7 14,4 15,6 16,3 16,4 16,3 15,9 14,8 13,3 11,6 10,7 20 17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4 10,7 12,3 14,2 15,5 16,3 16,4 16,4 15,8 14,6 13,0 11,1 10,2 22 17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5 10,2 11,9 13,9 15,4 16,4 16,6 16,5 15,8 14,5 12,6 10,7 9,7 24 17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7 9,8 11,5 13,7 15,3 16,4 16,7 16,6 15,7 14,3 12,3 10,3 9,3 26 17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8 9,3 11,1 13,4 15,3 16,5 16,8 16,7 15,7 14,1 12,0 9,9 8,8 28 17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9 8,8 10,7 13,1 15,2 16,5 17,0 16,8 15,7 13,9 11,6 9,5 8,3 30 17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1 8,3 10,2 12,8 15,0 16,5 17,0 16,8 15,6 13,6 11,2 9,0 7,8 32 17,8 16,2 13,8 10,9 8,5 7,3 7,7 9,6 12,4 15,1 17,2 18,1 7,9 9,8 12,4 14,8 16,5 17,1 16,8 15,5 13,4 10,8 8,5 7,2 34 17,8 16,1 13,5 10,5 8,0 6,8 7,2 9,2 12,0 14,9 17,1 18,2 7,4 9,4 12,1 14,7 16,4 17,2 16,7 15,4 13,1 10,6 8,0 6,6 36 17,9 16,0 13,2 10,1 7,5 6,3 6,8 8,8 11,7 14,6 17,0 18,2 6,9 9,0 11,8 14,5 16,4 17,2 16,7 15,3 12,8 10,0 7,5 6,1 38 17,9 15,8 12,8 9,6 7,1 5,8 6,3 8,3 11,4 14,4 17,0 18,3 6,4 8,6 11,4 14,3 16,4 17,3 16,7 15,2 12,5 9,6 7,0 5,7 40 17,9 15,7 12,5 9,2 6,6 5,3 5,9 7,9 11,0 14,2 16,9 18,3 5,9 8,1 11,0 14,0 16,2 17,3 16,7 15,0 12,2 9,1 6,5 5,2 42 17,8 15,5 12,2 8,8 6,1 4,9 5,4 7,4 10,6 14,0 16,8 18,3 5,3 7,6 10,6 13,7 16,1 17,2 16,6 14,7 11,9 8,7 6,0 4,7 44 17,8 15,3 11,9 8,4 5,7 4,4 4,9 6,9 10,2 13,7 16,7 18,3 4,9 7,1 10,2 13,3 16,0 17,2 16,6 14,5 11,5 8,3 5,5 4,3 46 17,7 15,1 11,5 7,9 5,2 4,0 4,4 6,5 9,7 13,4 16,7 18,3 4,3 6,6 9,8 13,0 ,15,9 17,2 16,5 14,3 11,2 7,8 5,0 3,7 48 17,6 14,9 11,2 7,5 4,7 3,5 4,0 6,0 9,3 13,2 16,6 18,2 3,8 6,1 9,4 12,7 15,8 17,1 16,4 14,1 10,9 7,4 4,5 3,2 50 17,5 14,7 10,9 7,0 4,2 3,1 3,5 5,5 8,9 12,9 16,5 18,2 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Pengaruh Suhu Udara pada Panjang Gelombang Radiasi fT Suhu udara ◦C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 21 22 24 26 28 30 32 34 36 fT = c Ta 4 11,0 11,4 11,7 12,0 12,4 12,7 13,1 13,5 13,8 14,2 14,6 14,8 15,0 15,4 15,9 16,3 16,7 17,2 17,7 18,1 Sumber : Laporan Nota Perencanaan Jaringan Utama dan Tertier CV. Biro Permcanaan Sketsa 1995 Tabel 2.3 Tekanan Uap Jenuh ea, mbar Suhu udara ◦C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 fT = c Ta 4 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0 Suhu udara ◦C 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 fT = c Ta 4 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9 Sumber : Laporan Nota Perencanaan Jaringan Utama dan Tertier CV. Biro Permcanaan Sketsa 1995 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Sudut Tekanan Uap Jenuh D, mbar Ta 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 13 0,973 0,979 0,985 0,992 0,998 1,004 1,010 1,017 1,023 1,029 14 1,035 1,042 1,048 1,054 1,060 1,067 1,073 1,079 2,085 1,092 15 1,098 1,104 1,110 1,117 1,124 1,130 1,136 1,143 1,149 1,156 16 1,162 1,169 1,175 1,182 1,188 1,195 1,202 1,028 1,215 1,221 17 1,228 1,235 1,242 1,249 1,256 1,236 1,270 1,277 1,284 1,291 18 1,298 1,305 1,313 1,320 1,327 1,335 1,342 1,349 1,356 1,364 19 1,371 1,379 1,386 1,394 1,402 1,410 1,417 1,425 1,433 1,440 20 1,448 1,456 1,464 1,472 1,480 1,488 1,496 1,504 1,512 1,520 21 1,528 1,536 1,545 1,553 1,562 1,570 1,578 1,587 1,595 1,604 22 1,612 1,621 1,629 1,638 1,647 1,656 1,664 1,673 1,682 1,690 23 1,699 1,708 1,717 1,726 1,735 1,745 1,754 1,769 1,772 1,781 24 1,790 1,800 1,809 1,819 1,828 1,838 1,848 1,857 1,867 1,876 25 1,886 1,896 1,906 1,916 1,926 1,936 1,946 1,956 1,966 1,976 26 1,986 1,997 2,007 2,018 2,028 2,039 2,049 2,060 2,070 2,081 27 2,092 2,102 2,113 2,123 2,134 2,144 2,155 2,165 2,176 2,186 28 2,197 2,207 2,218 2,228 2,239 2,249 2,260 2,270 2,281 2,291 29 2,302 2,312 2,323 2,333 2,344 2,354 2,365 2,375 2,386 2,396 30 2,397 2,417 2,428 2,438 2,449 2,495 2,470 2,480 2,491 2,501 Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume IV, 1980, Jakarta Universitas Sumatera Utara

2.4 KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN

2.4.1 Kebutuhan Bersih Air di Sawah Net field Requirement = NFR

NFR adalah kebutuhan air untuk suatu areal sawah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, pergantian lapisan air dan curah hujan efektif. Rumus yang dipakai adalah : NFR = Etc + P + WLR Reff…………………………………………………….2.11 Dimana : NFR = Kebutuhan air bersih di sawah mmhari Etc = Penggunaan konsumtif mmhari P = Perkolasi mmhari Reff = Curah hujan efektif mmhari WLR = Penggantian lapisan air mm

2.4.2 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan langkah pertama dalam mempersiapkan tanah bagi penanaman. Besarnya kebutuhan air untuk pengolahan tanaman padi tergantung dari : • Luas lahan yang harus dijenuhkan • Lamanya pengolahan tanah • Besarnya evaporasi dan perkolasi yang terjadi Rumus perhitungan pengolahan tanah menggunakan metode yang dikembangkan Vaan De Goor Zijistra 1968 yaitu : Universitas Sumatera Utara LP = . – k k M e e 1 …………………………………………………………………………2.12 dimana : LP = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah mmhari M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan mmhan = Eo + P c = Bilangan alam Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x Eto selama penyiapan lahan mmhari P = Perkolasi mmhari K = S M.T T = Jangka waktu penyiapan lahan hari S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm Tabel 2.5 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan M = Eo + P mmhari T = 30 hari T = 45 hari S = 250 mm S= 300 mm S = 250 mm S= 300 mm 5,0 5.5 6.0 6,5 7.0 7,5 8.0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 11.1 1 1.4 11.7 12,0 12.3 12,6 13.0 13,3 13.6 14.0 14,3 14.7 15,0 12,7 13,0 13,3 13.6 13.9 14,2 14.5 14.8 15,2 15,5 15.8 16.2 16.5 8.4 8.8 9.1 9,4 9.8 10,1 10.5 10.8 11.2 11.6 12,0 12.4 12.8 9,5 9,8 10.1 10.4 10.8 11,1 11.4 11,8 12.1 12.5 12,9 13.2 13,6 Sumber : Standart Perencanaan Irigasi KP-01 Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Perkolasi

Perkolasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perhitungan besarnya kebutuhan air di sawah. Perkolasi adalah proses mengalirnya air dibawah permukaan tanah akibat adanya gaya gravitasi atau tekanan hidrostatik atau juga dari keduanya, dan suatu lapisan tanah ke lapisan tanah dibawahnya, hingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuhnya. Jenis air ini tidak dapat dimanfaatkan untuk tanaman. Perkolasi atau peresapan air kedalam tanah dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan perkolasi horizontal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : • Sifat tanah • Air tanah • Keadaan medan Jadi perkolasi disini adalah kehilangan air yang dipengaruhi oleh keadaan fisik dilapangan. Besar angka perkolasi dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini Tabel 2.6 Tingkat Perkolasi Jenis Tanah Angka Perkolasi Padi mmhari Palawija mmhari Tekstur Berat Tekstur Sedang Tekstur Ringan 1 2 5 2 4 10 Sumber : Standart Perencanaan Irigasi KP-01

2.4.4 Penggantian Lapisan Air Water Layer Requirement = WLR

Penggantian lapisan air mi dimaksudkan untuk mengisi kembali lapisan air setelah dilakukan pemupukan. Penggantian ini dilakukan sebanyak 2 kali, masing- Universitas Sumatera Utara masing 50 mm 3,3 mmhari selama setengah bulan selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

2.4.5 Koefisien Tanaman

Besarnya koefisien tanaman yang diperlukan untuk menghitung evapotranspirasi tergantung dari jenis dan umur tanaman tersebut. Koefisien tanaman ini merupakan faktor yang mencari besarnya air yang habis terpakai oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Dalam studi ini harga-harga koefisien tanaman padi dan palawija yang akan dipakai berdasarkan data-data dan FAO yang telah dipakai secara umum di Indonesia. Harga koefisien tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.7 Harga Koefisien Tanaman Bulan Padi Palawija Varietas Biasa Varietas Unggul Keledai K. Tanah Jagung 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0,00 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 0,50 0,75 1,00 1,00 0,82 0,45 0,50 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55 0,50 0,95 0,96 1,05 1,02

0,95

Sumber : Standart Perencanaan Irigasi KP-01 Catatan - = untuk sisanya kurang dan 12 bulan - Umur kedelai = 85 hari - Umur kacang tanah = 130 hari - Umur jagung = 80 hari

2.4.6 Penggunaan Konsumtif

Penggunaan air yang dikonsumsi tanarnan tergantung pada data iklim dan koefisien tanaman pada tahap pertumbuhannya. Rumus yang dipakai adalah : Etc = Kc x Eto ………………………………………………………………….2.13 Universitas Sumatera Utara Dimana : Etc = Evapotranspirasi tanaman mmhari Kc = Koefisien tanaman Eto = Evapotranspirasi Penman Modifikasi mmhari

2.4.7 Pola Tanam

Dengan keterbatasan persediaan air, maka pengaturan pola tanam dan jadwal tanam perlu dilaksanakan untuk mengurangi banyaknya air yang diperlukan. Pola tanam adalah suatu sistem dalam menentukan jenis-jenis tanaman atau pergiliran tanaman pada suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan persediaan air yang ada dan dilaksanakan sesuai jadwal penanarnan yang ditetapkan. Alternatif pola tanam disusun dengan rnemperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Dengan membagi areal irigasi dalam beberapa golongan berdasarkan pertimbangan pemasokan air dan tenaga kerja yang tersedia 2. Jenis tanaman Gambar 2.1 Pola Tanam J F M A M J J A S O N D 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 PALAWIJA PADI PADI 85 hari 90 hari setelah 90 hari transplantasi setelah transplantasi Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi 1986 Universitas Sumatera Utara Untuk mempermudah perhitungan, pola tanam pada gambar 2.8 dibuat dalam bentuk skema seperti terlihat pada tabel 2.9 Masa tanam tidak serentak berperiode tengah bulanan dengan waktu bebas timelag satu setengah bulan, diandaikan mencakup 3 bulan yang disediakan untuk penyiapan lahan 45 hari. Lapisan air setinggi 50 mm diberikan dengan jangka waktu satu setengah bulan, jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mmhari. Berdasarkan data-data yang diketahui dan skema pola tanam dengan koefisien tanaman, kebutuhan air untuk pola tanam yang diterapkan dapat dihitung. Selama jangka waktu penyiapan lahan 45 hari, air irigasi diberikan secara terus menerus dan merata untuk seluruh areal. Tidak dibedakan antara areal yang sudah ditanami atau areal yang masih dalam tahap penyiapan. Tabel 2.8 Skema Pola Tanam Dengam Koefisien Tanaman jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I C1 1. 05 0. 95 LP

1. 10

1. 10

1. 05

1. 05

0. 95

0. 50

0. 75

1. 00

1. 00

0. 82

0. 45

LP 1. 10 1. 10 1. 05 C2

1. 05

1. 05

0. 95

LP LP

1. 10

1. 10

1. 05

1. 05

0. 95

0. 50

0. 75

1. 00

1. 00

0. 82

0. 45

LP LP

1. 10

1. 10

C3 1. 10 1. 05 1. 05 0. 95 LP LP LP

1. 10

1. 10

1. 05

1. 05

0. 95

0. 50

0. 75

1. 00

1. 00

0. 82

0. 45

LP LP LP 1. 10 C

1. 07

1. 02

0. 67

0. 32

0. 00

LP LP LP 1. 08 1. 07 1. 02 0. 67 0. 48 0. 42 0. 75 0. 92 0. 94 0. 76 0. 42 0. 15 LP LP LP

1. 08

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi 1986 Tabel 2.9 Penggantian Lapisan Air jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II WL R1 3 ,3 3 ,3 3 ,3 3 ,3 WL R2 3 ,3 3 ,3 3 ,3 3 ,3 WL R3 3 ,3 3 ,3 3 ,3 3 ,3 WL R

1, 10

2, 20

1, 10

1, 10

1, 10

1, 10

2, 20

1, 10

1, 10

1, 10

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi 1986 Universitas Sumatera Utara

2.4.8 Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang digunakan dengan jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan yang dinyatakan dalam persen . Supaya air yang sampai pada tanaman tepat pada jumlahnya, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan, untuk itu diperlukan faktor efisiensi irigasi Besarnya efisiensi irigasi dipengaruhi olch jumlah air yang hilang selama diperjalanan. Kehilangan air yang dimaksud adalah : 1. Kehilangan air di tingkat primer Meliputi kehilangan air di saluran primer dan bangunan-bangunannya. 2. Kehilangan air di tingkat sekunder Meliputi kehilangan air di saluran sekunder dan bangunan-bangunannya. 3. Kehilangan air di tingkat tersier Meliputi kehilangan air di sawah, di saluran kuarter dan saluran tersier serta di bangunan- bangunannya. Pada dacrah irigasi Bandar Sidoras kehilangan air di tingkat saluran diasumsikan sebagai berikut: 1. Kehilangan air di tingkat primer : 10 2. Kehilangan air di tingkat sekunder : 10 3. Kehilangan air di tingkat tersier : 20 Berdasarkan besamya kehilangan air tersebut, maka besarnya efisiensi di masing-masing tingkat saluran dapat ditentukan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Efisiensi ditingkat primer = 100 - 10 = 90 2. Efisiensi ditingkat sekunder = 100 - 10 = 90 3. Efisiensi ditingkat tersier = 100 - 20 = 80 Sehingga besamya efisiensi irigasi totalE: E= 90 x 90 x 80 = 65 ………………………………………………….2.14

2.4.9 Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan

Besamya kebutuhan air di pintu pengambilan adalah banyaknya kebutuhan air bersih di sawah dibagi dengan efisiensi proyek. Rumus yang digunakan adalah: DR = . , NFR E 8 64 …………………………………………………………………....2.15 Dimana : DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan ldtha NFR = Kebutuhan air di sawah mmhari E = Efisiensi irigasi 18,64 = Angka konversi satuan dari mmhari ke ltdtha

2.5 Tata Letak Saluran

Saluran terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier. Saluran tersebut dapat menjadi sebagai saluran garis tinggi trances dan dapat juga sebagai saluran punggung Standar Perencanaan Irigasi KP-01 Direktorat Irigasi 1986. Menurut Reksokusumo, 1977, saluran primer pada umumnya selalu mengikuti titik yang tertinggi dari daerah yang akan diairi, sehingga seluruh daerah yang akan Universitas Sumatera Utara direncanakan dapat diairi, maka saluran induknya akan mengikuti garis yang menghubungkan titik-titik yang sama tinggi dari daerah yang bersangkutan, sedangkan saluran sekunder akan mengikuti punggung medan. Apabila daerah yang akan diairi diapit oleh dua buah sungai atau parit, maka saluran induk akan mengikuti garis pemisah air garis pembagi tangkapan air.

2.6 Penentuan Petak-Petak Persawahan

Dalam penentuan petak-petak persawahan topografi sangat diperlukan untuk membagi batas-batas daerah seperti : batas kampung, jalan raya, sungai, saluran pembuang dan lain sebagainya untuk memudahkan penentuan ukuran-ukuran luas bagian petak persawahan yang diperlukan untuk pembagian daerah-daerah persawahan kedalam kategori yang lebih kecil. Pembagian ini dilakukan dari pembagian yang lebih besar, petak primer atau sekunder ke pembagian yang lebih kecil,petak tersier Reksokusumo,1977. Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 Dierektorat Irigasi 1986, beda garis tinggi untuk daerah datar dengan kemiringan tanahnya lebih kecil dari 2 , maka interval garis tinggi diambil 0,50 meter dan untuk daerah landai dengan kemiringan tanahnya antara 2–5, maka diambil interval garis tinggi 1 meter, selanjutnya untuk daerah berbukit-bukit dengan kemiringan tanahnya antara 5-20, maka diambil interval garis tinggi 2 meter danuntuk daerah dan untuk daerah pegunungan dengan kemiringan tanahnya diatas 20, maka diambil interval garis tinggi 5 meter. Universitas Sumatera Utara Menurut Soetodjo, 1974, pembagian petak-petak persawahan didasari kepada kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Luas petak tersier maksimum 160 Ha pada daerah datar dan pada daerah berbukit-bukit maksimum luasnya adalah 80 Ha. Luas tersebut sedapat mungkin sama untuk setiap petak tersier, agar memudahkan pengawasan atas banyaknya air yang diperlukan dan juga sangat berguna bagi daerah penanam padi yang menggunakan sistem pemberian air secara bergiliran. b. Luas petak tersier diberi batas yang nyata, misalnya jalan raya, jalan desa, jalan kereta api, sungai, saluran pembuang, pemukiman penduduk dan lain-lain. Hal ini perlu bagi si pemakai air itu sendiri agar tidak timbul keraguan dari saluran mana ia mesti mengalirkan air kesawahnya. c. Letak Tersier diusahakan sedekat mungkin dengan pintu pengambilan agar pengukuran atau pengambilan air dipetak tersebut mudah dilakukan. d. Petak tersier hanya mendapatkan air dari satu bangunan sadap tersier atau dari satu saluran tersier. e. Bentuk petak sedapat mungkin sama panjang dengan lebar untuk menghindari terlalupanjangnya saluran tersier. Menurut Reksokusumo,1977, petak tersier sedapat mungkin kelihatan bebas survey able dan jaraknya dari petak tersier dengan bangunan sadap tidak melebihi 3 km, sehingga pembagian air tidak terlalu sukar. Pembagian daerah persawahan kedalam petak-petak sekunder atau primer dapat berpedoman pada Standar Perencanaan Irigasi KP-01 Direktorat Irigasi 1986. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang airnya dibagikan oleh satu Universitas Sumatera Utara saluran pembagi sekunder dan menerima air langsung dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau di saluran sekunder. Sebagai batas-batas petak sekunder pada umumnya digunakan tanda-tanda topografi yang jelas seperti saluran pembuang, jalan raya, jalan desa, jalan kereta api, dan lain-lain. Luas petak sekunder tergantung dari pada medan yang dapat diairi oleh satu saluran sekunder. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang airnya dibagikan oleh satu saluran pembagi sekunder dan mengalirkan air langsung dari sumbernya Bendung atau waduk

2.7 Perhitungan Debit