Wisata Salib Kasih (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara)

(1)

WISATA SALIB KASIH

(Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara)

Skripsi

Oleh:

IMANDA HUTAPEA 090905015

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Imanda Hutapea

NIM : 090905015

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Wisata Salib Kasih (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara)

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Dra. Sabariah Bangun, M.Soc, Sc Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 19570105 198783 2 001 NIP. 19621220 198903 1 005

Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

WISATA SALIB KASIH (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juni 2015


(4)

ABSTRAK

Imanda Hutapea, 2015. Judul skripsi: Wisata Salib Kaasih (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kecamatan Sitasabarita, Kabupaten Tapanuli Utara). Skripsi ini terdiri dari: 5 bab, 85 halaman, 3 daftar tabel, 9 daftar gambar, 1 bagan, dan daftar pustaka.

Tulisan ini mengkaji tentang wisata Salib Kasih. Wisata Salib Kasih merupakan objek wisata religi yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sejarah berdirinya objek wisata Salib Kasih, dan proses-proses pengembangan Salib Kasih yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat maupun wisatawan yang terkait dengan kegiatan wisata. Selain itu permasalahan yang dikaji juga meliputi dampak yang ditimbulkan objek wisata Salib Kasih terhadap masyarakat setempat dan juga pandangan para pengunjung terhadap objek wisata Salib Kasih serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan wisatawan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan juga wawancara kepada pihak pengelola, masyarakat setempat dan juga para wisatawan yang berkunjung ke Salib kasih.

Adapun tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui proses berdirinya Salib Kasih, serta pengembangannya dari dulu sampai sekarang. Sedangkan secara akademis penelitian ini dapat memperkaya literatur serta menambah wawasan keilmuan dalam kaitanya dengan ilmu antropologi pariwisata. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal pengembangan pariwisata, serta beguna bagi para pelaku pariwisata.

Dari hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa Salib kasih didirikan untuk mengenang misi pelayanan I.L Nommensen, seorang missionaris yang datang dari Jerman dan menyebarkan agama Kristen di Tapanuli Utara. Sedangkan proses pengembangan Salib Kasih melibatkan pemerintah Daerah, masyarakat sekitar dan juga wisatawan. Dalam pengembangannya, pihak pengelola menjalankan berbagai strategi, baik itu strategi jangak pendek, menengah, maupun jangka panjang. Salib Kasih juga memunyai dampak bagi masyarakat sekitar. Dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, fasilitas dan perkembangan pemukiman masyarakat, serta peluang dan kesempatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih juga beragam, ada yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak pengelola dan ada juga kegiatan yang dilangsungkan secara pribadi-pribadi.


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul Wisata Salib Kasih. Skripsi ini ditulis guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc, Sc selaku Dosen Pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahannya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan FISIP USU. Selanjtnya ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Drs. Agustrisno MSP, selaku Sekretaris Departemen Antroplogi Soial FISIP USU, sekaligus Dosen penasehat Akademik selama menjalani perkuliahan di Antropologi FISIP USU. Bapak Drs. Ermansyah M.Hum, selaku dosen penguji seminar. Para Dosen Departemen Antopologi Sosial, Staf Administrasi Departemen Antropologi, Staf Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan FISIP dan Pegawai Perpustakaan USU.

Khusus ucapan terima kasih buat orang tua saya Bapak Alm M. Hutapea dan Ibu R br Panjaitan yang selalu mengajari saya, membimbing saya tanpa lelah


(6)

dan memberikan kasih sayang yang tak berkesudahan. Terima kasih juga buat dukungan yang diberikan oleh abang kakak saya, Kak Grace, Kak Deas, Kak Kornel, Bang Jenlion, dan semua keluarga.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Utara, kepada UPT Salib Kasih Bapak Managam R Panggabean. SP, selaku kepala UPT Salib Kasih, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian, terimakasih juga kepada Bapak Jefry Lubis. SE, selaku Kasubbag Tata Usaha UPT Salib Kasih, yang memberikan motivasi dan segala keramahannya saat penulis berada di Salib Kasih. Para pegawai Salib Kasih yang belum bisa disebutkan, terimakasih penulis sampaikan atas segala bantuan dan kerjasamanya.

Terimakasih juga kepada para informan penelitian yang telah bersedia diwawancarai, para wisatawan, pedagang, para juru foto dan juga para tukang parkir yang ada di Salib Kasih, terimakasih telah mau berbagi informasi dengan penulis.

Terima kasih buat teman-teman satu angkatan Antropologi 09 yang telah memberikan pengalaman berharga selama perkuliahaan kepada saya, Swandi Hutapea, Fransiskus, Irfan, Sarly, Jhon, Sentani, Marlyna, Edy, Balok, Samuel dan teman-teman lainnya yang tak bisa disebut satu persatu. Terimakasih juga kepada abang kakak alumni Antropologi, Bang Edi Surya, Bang Laung, Bang Junjungan, Bang Jonathan, Bang Riko, Bang Elias, Kak Helen, dan semua alumni yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih juga penullis sampaikan kepada adek stambuk 2010, 2011, dan 2012.


(7)

Kepada teman-teman Solidaritas Mahasisiwa Silindung, Bang Palti, Bang Rinal, Bang Jonatan, Bang Daniel, Dek Niko, Sahala, Cika, Tere, Nenni, Remon, Evin, terimakasih atas dukungannya selama ini. Terimakasih juga kepada Kristina Debora L.Gaol, yang telah memberi motivasi dan selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. kepada sahabat-sanahabt saya, Cristian J.M, Marudut Simanjutak, Hans, Bastian, David dan Anton. Dengan keterbatasan yang penulis miliki, maka skripsi ini masih memilikit berbagai kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2015 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Imanda Hutapea, lahir pada tanggal 17 Februari 1991 di Tarutung. Anak ketujuh dari 7 (tujuh) bersaudara dari pasangan Bapak M. Hutapea dan Ibu R. br Panjaitan, beragama Kristen Protestan. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 175740 Aeksiansimun, Tarutung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tarutung pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tarutung tahun 2009. Kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara, Program Studi Antropologi Sosial. Alamat e-mail: iman_pea@yahoo.co.id

Adapun pengalaman berorganisasi penulis selama masa perkuliahan diantaranya: sebagai anggota Solidarias Mahasiswa Silindung (SMS), yakni sebuah organiasi kemahasiswaan kedaerahaan yang berasal dari Tarutung dan sekitarnya pada tahun 2009 sampai sekarang, sebagai Kordinator Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat Solidaritas Mahasiswa silindung pada tahun 2011, sebagai anggota Panitia Inisiasi Antropologi Sosial FISIP USU 2011.

Berbagai seminar/ pelatihan yang pernah penulis ikuti selama masa perkuliahan diantaranya: Training of Fasilitator (TOF) Pengembangan Masyarakat Angkatan-1 Departemen Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 20Angkatan-12; mengikuti


(9)

seminar “Draf Buku Sejarah Berdirinya Kabupaten Pakpak Barat” tahun 2013; mengikuti seminar “Ini Medan Demokrasi Bung” tahun 2011.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini yakni Wisata Salib Kasih (Studi Etnografi Mengenai Wisata religi di Kecamatan Sitasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara)

Skripsi ini berisi kajian berdasarkan observasi partisipasi dan wawancara mengenai sejarah, pengembangan dan dampak dari objek wisata Salib Kasih. Didirikannya Salib Kasih bertujuan untuk mengenang misi pelayanan I.L Nommensen yang datang dari Jerman dan menyebarkan agama Kristen di Tapanuli Utara. Sejak pertama kali didirikan, Salib Kasih juga mengalami perkembangan. Pengembangan Salib Kasih melibatkan pemerintah Daerah, masyarakat sekitar dan juga wisatawan. Proses pengembangannya, Salib Kasih dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: pelayanan, kerjasama, ketersediaan aksesibilitas maupun sarana dan prasarana, dan juga faktor promosi.

Salib Kasih juga memunyai dampak bagi masyarakat sekitar. Dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, fasilitas dan perkembangan pemukiman masyarakat, serta peluang dan kesempatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih juga beragam, ada yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak pengelola dan ada juga kegiatan yang dilangsungkan secara pribadi-pribadi.


(11)

Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan dan melimpahkan karuniaNya kepada kita semua. Saya yakin akan adanya kekurangan dari skripsi ini, sehingga dengan senang hati saya akan menerima saran, masukan, dan kritikan dari berbagai pihak agar skripsi ini semakin yang baik dan penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTARTABEL... xiii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.2.1. Konsep Pariwisata ... 6

1.2.2. Pengertian Objek Wisata ... 10

1.2.3. Jenis Objek Wisata ... 12

1.2.4. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata ... 15

1.2.5. Dampak Pariwisata ... 16

1.2.6. Daya Dukung Objek Wisata ... 17

1.2.7. Produk Wisata ... 19

1.2.8. Pendekatan Pariwisata ... 19

1.2.9. Faktor-faktor yang Mempercepat Pertumbuhan Pariwisata ... 21

1.3. Perumusan Masalah... 23

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 24

1.5. Metode Penelitian ... 24

1.5.1. Tipe Penelitian ... 24

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data... 25

1.6. Rangkaian Pengalaman di Lapangan ... 27

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 31

2.1. Letak dan Kondisi Geografis... 31

2.2. Sejarah Awal Desa ... 33

2.3. Sejarah Berdirinya Salib Kasih... 34

2.3.1. Sejarah Ringkas Pdt. Dr. IL. Nommensen di Dolok Siatasbarita ... 34

2.3.2. Berdirinya Salib Kasih ... 36

2.4. Fasilitas ... 38

2.5. Struktur Organisasi ... 40

2.6. Dukungan Aksesibilitas Serta Sarana Prasarana ... 42


(13)

2.6.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung ... 43

BAB III. AKTIFITAS WISATA SALIB KASIH ... 47

3.1. Karakterisitik Pengunjung Salib Kasih... 47

3.2. Pandangan Pengunjung... 49

3.2.1. Pandangan Pengunjung Kelompok Anak-anak ... 49

3.2.2. Pandangan Pengunjung Kelompok Remaja/Dewasa ... 50

3.2.3. Pandangan Pengunjung Kelompok Orang Tua... 51

3.3. Kegiatan Pengunjung ... 53

3.4. Pengembangan Objek Wisata Salib Kasih ... 56

3.4.1. Rencana Jangka Pendek ... 57

3.4.2. Rencana Jangka Menengah ... 58

3.4.3. Rencana jangka Panjang ... 59

3.5. Pihak-pihak yang Berperan Dalam Perkembangan Objek Wisata Salib Kasih ... 60

3.5.1. Pemerintah Daerah ... 60

3.5.2. Masyarakat ... 62

3.5.3. Wisatawan ... 64

3.6. Program Kerja yang Mendukung Pengembangan Salib kasih ... 66

3.6.1. Program Pelayanan ... 66

3.6.2. Program Kerjasama ... 67

3.7. Promosi ... 69

BAB IV. DAMPAK OBJEK WISATA SALIB KASIH ... 71

4.1. Dampak Positif Objek Wisata Salib Kasih... 71

4.1.1. Bidang Ekonomi... 71

4.1.2. Bidang Sosial Budaya ... 73

4.1.3. Lingkungan Hidup ... 75

4.1.4. Peluang dan Kesempatan Kerja ... 77

4.1.5. Fasilitas Penduduk ... 78

4.1.6. Perkembangan Pemukiman ... 79

4.2. Dampak Negatif Objek Wisata Salib Kasih ... 79

4.2.1. Lokasi Pemukiman ... 80

4.2.2. Barang dan Jasa ... 80

4.2.3. Gaya Hidup ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82

5.2. Saran ... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fasilitas Salib Kasih... 33 Tabel 2. Daftar Pengunjung Salib Kasih Pada Tahun 2014 ... 48 Tabel 3. Jumlah Wisatawan yang Mengunjungi Salib Kasih Lima

Tahun Terakhir ... 65

DAFTAR BAGAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Simorangkir Julu ... 32

Gambar 2. Salib Kasih Setinggi 31 Meter di Puncak Siatasbarita ... 37

Gambar 3. Auditorium Salib Kasih ... 39

Gambar 4. Akses Menuju Tugu Salib Kasih ... 43

Gambar 5. Beberapa pengunjung yang mengikuti Kebaktian Umum ... 53

Gambar 6. Bebrapap Pengunjung yang Sedang Bebelanja Souvenir ... 55

Gambar 7. Para Pedagang Keliling yang Sedang Menjajakan Dagangannya ... 73

Gambar 8. Kelestarian Hutan di Salib Kasih ... 76


(16)

ABSTRAK

Imanda Hutapea, 2015. Judul skripsi: Wisata Salib Kaasih (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kecamatan Sitasabarita, Kabupaten Tapanuli Utara). Skripsi ini terdiri dari: 5 bab, 85 halaman, 3 daftar tabel, 9 daftar gambar, 1 bagan, dan daftar pustaka.

Tulisan ini mengkaji tentang wisata Salib Kasih. Wisata Salib Kasih merupakan objek wisata religi yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sejarah berdirinya objek wisata Salib Kasih, dan proses-proses pengembangan Salib Kasih yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat maupun wisatawan yang terkait dengan kegiatan wisata. Selain itu permasalahan yang dikaji juga meliputi dampak yang ditimbulkan objek wisata Salib Kasih terhadap masyarakat setempat dan juga pandangan para pengunjung terhadap objek wisata Salib Kasih serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan wisatawan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan juga wawancara kepada pihak pengelola, masyarakat setempat dan juga para wisatawan yang berkunjung ke Salib kasih.

Adapun tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui proses berdirinya Salib Kasih, serta pengembangannya dari dulu sampai sekarang. Sedangkan secara akademis penelitian ini dapat memperkaya literatur serta menambah wawasan keilmuan dalam kaitanya dengan ilmu antropologi pariwisata. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal pengembangan pariwisata, serta beguna bagi para pelaku pariwisata.

Dari hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa Salib kasih didirikan untuk mengenang misi pelayanan I.L Nommensen, seorang missionaris yang datang dari Jerman dan menyebarkan agama Kristen di Tapanuli Utara. Sedangkan proses pengembangan Salib Kasih melibatkan pemerintah Daerah, masyarakat sekitar dan juga wisatawan. Dalam pengembangannya, pihak pengelola menjalankan berbagai strategi, baik itu strategi jangak pendek, menengah, maupun jangka panjang. Salib Kasih juga memunyai dampak bagi masyarakat sekitar. Dampak yang ditimbulkan dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, fasilitas dan perkembangan pemukiman masyarakat, serta peluang dan kesempatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih juga beragam, ada yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak pengelola dan ada juga kegiatan yang dilangsungkan secara pribadi-pribadi.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan mengkaji bagaimana sejarah, dampak terhadap masyarakat, serta pengembangan Wisata Salib Kasih di puncak Gunung Siatasbarita, Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini karena objek wisata ini mampu mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun 2004, objek wisata ini hanya terdiri dari patung salib besar setinggi 31 meter dan beberapa ruang doa. Sedangkan saat ini, objek wisata Salib Kasih sudah menjadi objek wisata yang menyajikan berbagai fasilitas lainnya berupa arena bermain, toko-toko souvenir serta tempat berkemah para pecinta alam.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan sebuah kabupaten yang memliki berbagai potensi objek wisata baik itu alam, budaya, dan sejarah. Salah satu objek wisata yang menjadi andalan di daerah ini adalah objek wisata Salib Kasih yang terdapat di Kecamatan Siatasbarita.

Pariwisata di Indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu kehidupan manusia yang serba ingin tahu mengenai segala sesuatu hal, peristiwa dan situasi yang terjadi dalam berbagai bidang dengan aspek kehidupan dan lingkungannya. Rasa ingin tahu tersebut dapat menambah


(18)

informasi dan pengetahuan yang luas. Berbagai upaya dapat dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan industri pariwisata diantaranya pengadaan sarana akomodasi yang memadai, promosi, kemudahan perjalanan, penambahan dan pengembangan pariwisata serta mengupayakan produk-produk baru (Spillane, 1994).

Usaha menumbuh kembangkan industri pariwiswata di Indonesia didukung dengan UU No. 9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa “Keberadaan objek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakaat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat”.

Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh pengurangan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah maupun negara, khususnya dalam hal pariwisata. Sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan (Erawan, 1994).


(19)

Untuk memajukan pariwisata bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat luas. Namun tentunya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di Indonesia, sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia, memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan hasil secara berlanjut, pengembangan potensi objek wisata perlu didahului dengan perencanaan yang tepat. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor migas. Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan “industri pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha

pengembangan dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan Negara.”1

Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Selain itu, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan

1


(20)

wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi. Di kebanyakan negara-negara berkembang saat ini kurangnya dana bagi pembangunan negara diantisipasi dengan suatu perencanaan yang mengikut sertakan peluang industri wisata bagi pemasukan devisa. Untuk mendorong tumbuhnya industri wisata banyak negara berkembang menawarkan bantuan promosi bagi pelaku wisata.

Dengan semakin berkembangnya industri pariwisata diharapkan devisa negara bertambah dan dapat digunakan bagi pembangunan negara, mengurangi hutang luar negeri, membantu dan mendukung program-program sosial dan peningkatan sumber daya manusia.

Di Indonesia, objek-objek wisata berupa pengenalan budaya bangsa serta peninggalan sejarah sangatlah banyak. Salah satu objek wisata yang mengedepanakan faktor sejarah dan agama adalah objek wisata Salib Kasih di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai beberapa keunggulan. Untuk kategori wisatawan mancanegara daerah ini dekat dengan Danau Toba dan Pulau Samosir yang merupakan destinasi wisatawan mancanegara dari negara-negara tetangga maupun Eropa. Sementara untuk wisatawan domestik, keindahan alam serta faktor iklim yang begitu sejuk menjadikan Tapanuli Utara, khususnya objek wisata salib kasih yang terletak di daerah pegunungan potensial sebagi tujuan wisata domestik.

Objek wisata salib kasih merupakan objek wisata yang berhubungan dengan aspek keagamaan. Selain dijadikan sebagai objek wisata keagaamaan,


(21)

Objek Wisata Salib Kasih Tarutung juga sama halnya dengan berbagai objek wisata lainnya yang ada di Indonesia, yaitu sebagai wahana perputaran dan pertumbuhan ekonomi.

Objek wisata Salib Kasih Tarutung pertama kali didirikan untuk mengenang misi pelayanan Nommensen di Tanah Batak yang dimulai dari tahun 1863 sampai 1918. Untuk itu pada tahu 1985, HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) bekerja sama dengan gereja Nortstand Jerman, telah mendirikan sebuah salib berukuran kecil di atas sebuah batu yang diyakini merupakan tempat pertama kalinya Nommensen beristirahatdi Siatasbarita, salib kecil tersebut kemudian menjadi cikal bakal berdirinya salib besar di lokasi tersebut yang sekarang lebih dikenal dengan Salib Kasih. Pendirian Salib Kasih ini dimulai pada bulan Oktober 1993, oleh pemerintah daerah setempat. Upaya untuk mengembangkan Wisata Salib Kasih sampai sekarang ini terus berlanjut. Dalam mempromosikan Wisata Salib Kasih, pemerintah setempat menjadikan brand Kota Tarutung sebagai Kota Wisata Rohani.

Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) Tapanuli Utara telah memprakarsai melalui program kerjanya, yaitu pelayanan dan pembinaan rohani di Salib Kasih. BKAG bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Tapanuli Utara, terus berupaya melanjutkan pelayanan dan pembinaan rohani di Salib Kasih serta tetap membenahi dan mempersiapkannya menjadi sebuah lokasi wisata rohani yang berwawasan universal di Tanah Batak.2

2


(22)

Dalam beberapa tahun belakangan ini, Wisata Salib Kasih semakin berkembang, baik itu dari segi fisik objek wisata, pelayanan, daya tarik wisatawan maupun ketenaran Salib Kasih. Hal ini lah yang mendasari peneliti untuk meneliti mengenai sejarah, struktur, pengembangan serta dampak terhadap masyarakat sekitar yang ada di daerah objek Wisata Salib Kasih di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Konsep Pariwisata

Pariwisata pada awalnya adalah hak khusus yang dinikmati secara eksklusif oleh orang-orang kaya saja. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pariwisata telah bisa dinikmati oleh siapa saja. Meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan maka aktivitas kepariwisataan juga akan semakin meningkat (Hadinoto,1996).

Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek sustansial, yaitu sebuah aktifitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli atau wisatawan. Sebagai sebuah substansi, pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat, yaitu berkaitan


(23)

dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Pariwisata dapat disoroti dari bermacam sudut pandang karena memiliki sifat yang kompleks. Kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata antara lain pariwisata sebagai pengalaman manusia, pariwisata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber daya manusia, dan pariwisata sebagai industri (Spillane, 1994).

Pariwisata juga dapat dipandang sebagai fenomena geografis. Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya adapun daerahnya. Sebagaimana diketahui, setiap wilayah geografis memiliki ciri khasnya masing-masing. Pengembang pariwisata pada umumnya mengetahui hal ini sehingga mereka akan memasarkan kekhasan daerah tujuan wista pada calon wisatawan. Pariwisata merupakan sumber daya yang penting bagi daerah yang memiliki daerah tujuan wisata. Pariwisata dapat menjadi sumber pemasukan uang dari daerah lain. Pariwisata dapat menjadi sumber daya untuk melaksanakan upaya preservasi3 berbagai hasil budaya masa lampau. Sebagai sumber daya, pariwisata perlu dikelola dengan tepat supaya pengenbangannya tidak malah menjadi sumber kerusakan atau sumber bencana.

Sebagai sebuah industri, pariwisata mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni industri transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan

3


(24)

pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul. Sebagai sebuah organisasi, pariwisata didefenisikan sebagai organisasi yang memiliki ketrkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan wisatawan, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serata usaha -usaha yang terkait dibidang tersebut. Dengan demikian, pariwisata merupakan industri yang memiliki cakupan yang sangat luas. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam industri pariwisata adalah usaha-usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia ketika sedang melaksanakan perjalanan wisata. Industri-indutri yang dimaksud antara lain akomodasi, tansportasi, komunikasi, entertainmen, dan jasa-jasa hiburan lainnya.

Pemasaran pariwisata berarti merancang pariwisata untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar sasaran. Rancangan pariwisata ini akan berhasil bila masyarakat daerah tujuan wisata dan pelaku bisnis pariwisata merasa senang, dan dapat memenuhi harapan-harapan wisatawan dan penanam modal. Strategi perbaikan pariwisata adalah merancang prasarana, jasa pariwisata, dan atraksi-atraksi yang dapat dipandang sebagai building block untuk strategi bersaing yang spesifik. Untuk mengadopsi pendekatan perencanaan pasar strategis dalam persaingan pariwisata perhatian harus ditujukan terhadap fitur-fitur dan atribut-atribut yang dapat menghasilkan landasan strategi pemasaran (Ginting, 2005).

Di dalam membina atau meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang kepariwisataan dibutuhkan penyebarluasan berbagai pengertian yang berhubungan dengan segala macam atau bentuk peristilahan yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menambah


(25)

wawasan. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata tadi antara lain adalah mengenai apa itu pariwisata dan apa saja yag dibutuhkan para wisatawan. Hal ini penting mengingat bagaimana juga dengan semakin berkembangnya pariwisata Nasional maka masyarakat akan saling berhubungan dengan dunia pariwisata dan sekaligus mendapat pelajaran tentang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung.

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar. Wisatawan merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourit), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara dikunjungi dengan kurang waktu dalam 24 jam maka mereka disebut dengan pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.4

Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

4


(26)

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya.

1.2.2. Pengertian Objek wisata

Pariwisata memiliki definisi yang bermacam-macam, yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan tinjauan mereka masing-masing. Pariwisata terlahir terlahir dari bahasa Sanskerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari yang artinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis (man) yang artinya rumah, property, kampung, komunitas, Ata yang artinya pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam oprasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah

Indonesia, mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka (Pendit ,1999).

Tempat yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut merupakan tempat-tempat yang memiliki daya tarik tinggi, sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Tempat-tempat tersebutlah yang dikenal dengan istilah objek wisata. Menurut Hunziger dan karft (Pendit,1999) mengemukakan bahwa objek


(27)

wisata adalah suatu tempat atau lokasi yang memiliki potensi untuk menarik minat seseorang untuk mengunjunginya. Hal senada juga diungkapkan oleh Spillance (dalam Oka A Yoeti, 1999 ) mengemukakan bahwa objek wisata merupakan suatu areal atau wilayah yang terdapat di muka bumi yang memiliki ciri khas berupa keindahan alamnya.

Tentunya sesuatu atau suatu wilayah dapat dijadikan sebagai objek wisata tidak hanya tergantung pada keindahan fenomenanya , melainkan juga karena kekhasan yang dimiliki oleh objek tersebut. Objek wisata adalah suatu tempat atau benda yang memilki cirri khas tersendiri dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga mengundang perhatian banyak orang untuk menyaksikannya. Begitu pula halnya seperti yang yang diungkapakan oleh Norwal bahwa objek wisata adalah “ suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu karena keindahanya atau

pun nilai historis yang terkandung di dalamnya”.

Menurut A.J. Burkart dan S. Medik, objek wisata merupakan tempat perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan menurut Hunziger dan krapf dari swiss dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah keserluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Prof. Salah Wahab dalam Oka A


(28)

Yoeti (1994), bahwa pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Jadi berdasarkan uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah suatu suatu lokasi atau obyek yang memilki daya tarik minat wisatawan untuk berkujung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan ataupun riligius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.

1.2.3. Jenis Objek wisata

Perbedaan jenis obyek wisata akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri terhadap pengunjungnya. Menurut Pendit (1999) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana” mengemukakan beberapa

jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini adalah sebagi berikut .

a) Wisata Budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan

untuk memperluas pandangan hidup dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka.

b) Wisata Kesehatan merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujan

tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan.


(29)

c) Wisata Olahraga adalah perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang

sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, Tour de France, F-1 (Formula One). Macam cabang olah raga yang termasuk dalam jenis wisata olah raga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau di atas pegunungan

d) Wisata komersial merupakan perjalanan wisata untuk mengunjungi

pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industry, pameran dangang dan sebagainya.

e) Wisata Industri merupakan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar

atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f) Wisata politik merupakan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik, seperti perayaan hari kemerdekaan republik Indonesia (17 Agustus 1945) di Jakarta.

g) Wisata Konvensi merupakan perjalanan yang dilakukan dengan cara

menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konvensi, musyawarah, pertemuan/konvensi lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.


(30)

h) Wisata sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah sreta

mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.

i) Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke

proyek-proyek pertanian, perkebunanaa, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan. j) Wisata Bahari merupakan jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan olah

raga air, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air, menikmati keindahan pantai dan keadaan di sekitar pantai seperti pegunungan, bukit yang ada di sekitarnya yang banyak dilakukan di negara -negara marirtim seprti Indonesia.

k) Wisata Cagar Alam merupakan eisata yang banyak dilakukan oleh para

pencinta alam dalam kaitannya denagn kegemarannya memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan dan kembang beraneka warna yang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

l) Wisata Buru merupakan jenis pariwisata yang dilakukan di negara-negara

yang memang memilki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah. Wiata ini diatur dalam bentuk safari buru yang ditetapkan oleh pemerintah yang bersangkutan sperti di negara Afrika berburu gajah dan singa. m) Wisata Pilgrim merupakan jenis wisata yang banyak mengedepankan potensi

wisata agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci seperti makam pemimpin yang di agungkan dan sebagainya.


(31)

n) Wisata Bulan madu merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pengantin baru yang sedang berbulan madu disuguhkan fasilitas-fasilitas yang khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka seperti kamar hotel yang dihiasi dengan bunga dan lampu warna-warni.

1.2.4. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata

Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi. Modal kepariwisataan (torism assets) sering disebut sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataaan. Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo (2000) modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga diantaranya :

a. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.


(32)

b. Modal dan potensi kebudayaannnya. Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik.

c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia

1.2.5. Dampak Priwisata

Pengaruh dan dampak Pariwisata juga perlu diperhatikan dalam rencana pengembangan pariwisata. Pariwisata tetnunya menimbulkan dampak yang bersifaat negatif maupun positif. Dampak negatif yang ditimbulkan pariwisata meliputi biaya pembangunan infrastruktur yang cukup besar terutama di lokasi-lokasi yang memberdayakan penduduk lokal sebagai lokasi-lokasi pariwisata, selain itu pariwista juga memicu peningkatan harga-harga barang terutama harga lahan, rumah, dan lokasi-lokasi yang strategis untuk dikembangkan, dan juga memuncul lapangan pekerjaanyang hanya aktif padamusim-musim tertentu saja. Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan industri pariwista berupa mampu merangsang pembentukan lapangan pekerjaan baru, mengembangan infrastruktur yang lebih baik, serta meningkatan perekonomian (Yoeti, 1994).


(33)

Objek wisata religi juga mempunyai dampak tersendiri bagi pengunjungnya, seperti yang dikatakan Van Gennap dalam Denison Nach (1996), bahwa orang yang mengunjungi wisata agama itu akan terlibat dalam ritual perubahan diri yang dilakukan secara khusuk, dimana orang yang mengunjungi wisata agama tersebut akan dijarakkan dari kehiduppan rutin sehari-hari, karena wisata agama memiliki suatu aura yang sakral.

1.2.6. Daya dukung Objek Wisata

Daya dukung objek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) objek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya dukung objek wisata berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul.

Daya dukung objek wisata juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik objek wisata. Lingkungan biofisik objek wisata terdiri dari berbagai macam komponen biologis dan fisik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biologis misalnya flora dan fauna. Komponen fisik misalnya topografi, keadaan tanah, iklim sarana dan prasarana, luas efektif kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga berperan pada pelestarian daya dukung wisata.


(34)

Pada kunjungannya ke suatu objek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan belajar/mengamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual seseorang diharapkan dapat pulih kembali.

Ada empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, yaitu:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah 2. Nilai estatis: pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca 3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya

perjalanan, harga atau tarif-tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah-tamahan, penduduk, bebas dari pencemaran

Sedangkan daya tarik suatu objek wisata pada umumnya dipengaruhi oleh, adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, tersedianya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus/spesifikasi yang besifat langka, serta sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.


(35)

1.2.7. Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam. Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya, sedangkan jasa yang disediakan alam antara lain, pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman maupun laut.

Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Adapun fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti, jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan penginapan.

1.2.8. Pendekatan Pariwisata

Akhir-akhir ini pariwisata dapat digolongkan dalam empat kelompok, dimana masing-masing menunjukan suatu pendekatan yang khas tentang pariwisata. Pendekatan pertama adalah sebuah pendekatan yang sering disebut


(36)

sebagai pendekatan advocacy. Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macama-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa yang dibutuhkan bagi pembangunan. Perkembanagn pendekatan ini menarik perhatian baru dalam dunia pariwisata internasional dan nasional. Tetapi karena pariwisata baru dipandang dari satu sisi saja, ada dorongan unutk memunculkan pendekatan lain yang kemudian dikenal sebagai pendekatan cautionary. Pendekatan kedua tentang pariwisata ini menekankan bahwa pariwisata dapat menimbulkan banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik. Karena kedua pendekatan tersebut saling bertentangan, maka muncul bentuk pendekatan baru yang menyadari bahwa pariwisata mempunyai unsur positif maupun negatif. Pendekatan baru ini disebut ssebagai pendekatan adaptacy. Pendekatan ini menyebutkan bahwa pengaruh negative dari pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan negara atau daereah tujuan wisata. Cara ini menunjukan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks. Maka pendekatan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama

(suistainable), pariwisata dengan cara menikmati kehidupan masyarakat setempat,

dan pariwisata yang berkaitan denga ekologi (eco-tourism). Selain itu, ada juga pendekatan lain yanglebih alternarif dan didasari oleh macam-macam pandangan terhadap perkembangan pariwisata. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan


(37)

developmental. Alternative ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Perkembangan tersebut mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga cara kehidupan mereka di daerah tujuan wisata, atau bentuk alternative pariwisata ini mengurangi jurang pemisah antara hak dan tanggung jawab dari wisatawan, tuan rumah dan perantaranya.

1.2.9. Faktor-faktor yang Mempercepat Pertumbuhan Pariwisata a. Pertumbuhan Demografi

Sekarang ini penduduk dunia sudah mencapai lebih dari 6 milyar orang. Di Indonesia sendiri kurang lebih sebanyak 220 juta orang. Menurut BPS jumlah penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah pertumbuhan pariwisata juga akan semakin bertambah. Kaerna itu perlu diantisipasi dari sekarang dengan pengembangan produk dan pelayanan industry pariwisata dalam semua aspek. Sedikitnya ada tiga kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata dengan pola perbelanjaan yang cukup berbeda satu dengan yang lain, diantaranya :

 Kelompok remaja, kelompok ini berkisar antara 18-34 tahun yang melakukan perjalanan baik secara sendiri-sendiri atau rombongan melalui organisasi-organisasi tertentu.

 Kelompok keluarga, kelompok ini merupakan kelompok yang memiliki uang lebih, karena memperoleh pendapatan berganda melalui suami dan


(38)

istri yang bekerja mencari nafkah, sehingga memungkinkan mereka untuk menabung dan akan mempengaruhi permintaan untuk melakukan perjalanan wisata diwaktu yang akan datang.

 Kelompok pensiunan, kelompok ini merupakan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas, yaitu kelompok yang sedang menikmati pensiun, baik itu pensiun dipercepat maupun pensiun biasa dengan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua yang memadai. Kelompok ini diperkirakan akan bertambah sebagai akibat strukturisasi pasar kerja yang banyak dilakukan perusahaan besar. Pengaruhnya terhadap perjalanan wisata, mereka ini akan memiliki length of stay yang relatif lama, karena mereka tidak lagi terikat dari pekerjaan rutin mereka, oleh karena itu sangat ideal dijadikan sebagai target pasar pariwisata.

b. Adanya Keinginan Terhadap Pariwisata Ramah Lingkungan

Sekarang ini, terutama di negara-negara berkembang, ada segmen pasar yang ingin melihat dan menyaksikan daerah tujuan wisata yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan orang-orang yang tinggal di negara-negara tersebut sudah bosan dengan lingkungan yang tercemar oleh limbah industri maupun asap kendaraan perkotaan yang menyesakkan. Mereka ingin mencari daerah tujuan wisata yang memberi perhatian terhadap ligkungan hidup dan punya kemampuan mempertahanakan keseimbangan alam dan budaya secara lebih harmonis. Itu pula sebabnya mengapa akhir-akhir ini permintaan akan wisata berwawasan lingkungan (ecotourism) mulai diminati banyak wisatawan.


(39)

c. Kemajuan Teknologi

Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi maka pertumbuhan pariwisata juga akan semakin cepat. Sekarang ini teknologi sudah menjadi alat perantara antara wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Melalui teknologi, seorang wisatawan dengan mudah akan mengetahui bagaimana potensi objek wisata di suatu tempat tanpa mengunjunginya. Begitu juga dengan daerah tujuan wisata, dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi, pihak pengelola akan mudah dalam mempromosikan objek wisata sehingga memungkinkan bertambahnya kunjungan wisatawan.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana keberadaan objek Wisata Salib Kasih di Siatasbarita. Rumusan masalah penelitian tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian yakni:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Salib Kasih di Kecamatan Siatasbarita ? 2. Aktifitas-aktifitas apa saja yang dilakukan dalam objek Wisata Salib

Kasih?

3. Proses-proses apa saja yang dilakukan dalam pengembangan Salib Kasih dari dulu sampai sekarang ?

4. Apa saja dampak yang ditimbulkan Salib Kasih terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata ?


(40)

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses berdirinya salib Kasih, serta pengembangannya dari dulu sampai sekarang. Selain itu, peneltian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampaknya objek wisata Salib Kasih terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Salib Kasih.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature serta menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan ilmu sosial seperti antropologi pariwisata. Sedangkan manfaat praktis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal pengembangan pariwisata, serta berguna bagi para pelaku pariwisata.

1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Tahap penelitian dimulai dengan penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian. Langkah atau tahapan penelitian ini dapat diulang satu atau bebrapa kali sampai diperoleh data yang lengkap untuk membangun teori dasar.


(41)

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder yakni data yang diperoleh dari kajian pustaka berupa buku ilmiah, jurnal, skripsi, laporan penelitian, media massa serta internet.

 Observasi

Dalam mengawali penelitian, penulis akan memulainya terlebih dahulu dengan mengobservasi objek yang sedang diteliti. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. Artinya peneliti mengumpulkan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Selama berada di lokasi penelitian dan hidup bersama dengan mereka, peneliti akan melakukan pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Salib Kasih, serta siapa-siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan, dan bagaimana dampak dari kegitan-kegiatan tersebut terhadap masyarakat sekitar.

 Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kegiatan yang relatif lama.


(42)

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat di dalam objek wisata Salib Kasih, mulai dari pengelola objek wisata, para pengunjung, serta masyarakat di sekitar objek wisata Salib Kasih tersebut. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengkategorikan informan ke dalam informan pangkal maupun informan kunci, karena bagi penulis semua orang yang memberikan informasi tentang data-data mengenai objek penelitian sama pentingnya.

Pada saat melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyusun sebuah kerangka wawancara yang menjadi fokus penelitian. Adapun fokus wawancara yang disusun peneliti terdiri dari bagaimana sejarah dan perkembangan Salib Kasih, dalam menjawab permasalahan ini yang menjadi fokus wawancara yakni pihak pengelola baik itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Utara maupun UPT Salib Kasih. Selain itu, dampak-dampak objek wisata Salib Kasih juga termasuk salah satu fokus wawancara, baik yang bersifat positif maupun negatif. Pandangan pengunjung maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengunjuung tidak terlepas dari fokus wawancara penelitian.

Dalam proses wawancara, peneliti berusaha untuk menjalin rapport5 dengan informan. Hal ini dilakukan untuk membantu peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah. Pengembangan rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi dan menjalin hubungan yang baik dengan penduduk setempat,

5

Rapport adalah keterampilan dalam membina hubungan baik antara peneliti dengan informan.


(43)

sehingga ketika melakukan wawancara data atau informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian benar-benar sesuai dengan fakta dilapangan.

Untuk membantu keterbatasan daya ingat peneliti, maka perlu dilakukan pencacatan hasil lapangan dalam bentuk field note. Selain itu, dibutuhkan juga alat perekam berupa kamera yang digunakan untuk menghasilkan karya-karya visual. Data-data ini nantinya akan memperjelas data yang didapat melalui waancara. Selain itu, hal ini akan menjadi bukti otentik keberadaan penulis di lapangan.

Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan lalu dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Artinya data-data yang terkumpul dianalisis menggunakan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Setelah itu barulah dianalisis dengan menggunakan teori-teori yang objektif.

1.6 Rangkaian Pengalaman di Lapangan

Penelitian ini bertempat di Kecamatan Siatasbarita yang tidak jauh dari kota kelahiran penulis yakni Kota Tarutung. Daerah sekitar Tarutung juga dikenal dengan Rura Silindung, disebut demikian karena wilayah ini dikelillingi barisan pegunungan. Kota ini berjarak ±294 Km dari kota Medan, dan biasa ditempuh selama 6-7 jam perjalanan dengan menggunakan mini bus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dan November 2014.

Pada tanggal 21 Oktober 2014, penulis mengunjungi kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Utara, yang terletak di jl. Balige no 18 Tarutung. Sesampainya disana penulis disambut oleh ibu R. Sinaga yang


(44)

merupakan salah satu pegawai di kantor tersebut. Penulis kemudian dibawa ke ruangan bagian tata usaha. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan saya serta memberikan surat penelitian dari kampus akhirnya mereka mengeluarkan surat rekomendasi yang ditujukan ke kantor UPT Salib Kasih. Akan tetapi berhubung Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayan pada waktu itu sedang ada tugas ke luar kota maka surat rekomendasi tersebut belum bisa penulis bawa karena belum adanya tandatangan dari kepala dinas. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk pulang ke rumah dan melanjutkannya besok harinya.

Hari berikutnya saya kembali datang ke kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan TAPUT, beruntung pada saat itu kepala Dinas Pariwisata ada di situ. Surat rekomendasi yang ditujukan ke kantor UPT Salib Kasih pun langsung ditandatangani. Sebelum ditandatangani penulis terlebih dahulu diajak masuk keruangan kepala Dinas. Di dalam ruangan, kepala Dinas Pariwisata yang bernama Gibson Siregar menanyai penulis tentang ketertarikan penulis mengangkat judul Salib Kasih ini. Dari penjelasan yang penulis sampaikan akhirnya beliau memberikan surat rekomendasi tersebut disertai dengan kata- kata penyemangat.

Setelah surat rekomendasi di tangan, penulis bergegas menuju objek wisata Salib Kasih yang berjarak sekitar 7 Km dari pusat kota Tarutung. Sesampainya di Salib Kasih, penulis bertemu dengan kepala UPT Salib Kasih Bapak M. Panggabean beserta dengan Kasubbag Tata Usaha Bapak Jefry Lubis. Dengan bermodalkan surat rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan juga surat penelitian dari kampus, akhirnya peneliti diizinkan melakukan pengambilan data


(45)

yang dibutuhkan penulis. Pada hari itu juga penulis langsung memulai pengambilan data.

Saat itu hari selasa, 22 Oktober 2014 pukul 10.15 WIB, pengunjung yang datang ke Salib Kasih masih sepi, yang terlihat hanya beberapa pegawai Salib Kasih dan juga para pedagang souvenir. Informan pertama yang diwawancari penulis yakni Kasubbag Tata Usaha dan Juga Kepala UPT Salib Kasih.

Selain para pegawai, para pedagang baik itu pedagang souvenir maupun pedagang makanan tak luput jadi informan penulis. Pada awal-awalnya beberapa pedagang di Salib Kasih sepertinya enggan untuk diwawancarai, tapi setelah penulis membeli beberapa souvenir, barulah mereka mau memberikan informasi yang dibutuhkan penulis. Lain lagi wawancara yang dilakukan penulis terhadap salah satu pedagang makanan di lokasi Salib Kasih bernama R br. Siregar. Jika para pedagang souvenir ada yang enggan diwawancarai, ibu tersebut tanpa ragu memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang penulis sampaikan. Dengan ditemani segelas kopi panas penulis dengan serius mendengar cerita yang disampaikan oleh ibu tersebut.

Beberapa hari kemudian, penulis mewawancarai para petugas parkir di Salib Kasih. Disini penulis mendapatkan informasi mengenai perparkiran yang ada di Salib Kasih, bagaimana pengelolaannya dan pada siapa mereka harus bertanggung jawab. Dengan semakin seringnya bertemu dengan para petugas parkir, penulis juga akhirnya mendapat suatu keuntungan berupa parkir gratis selama penelitian di lokasi perparkiran Salib Kasih.


(46)

Tak lengkap rasanya bila tidak mewawancarai para pengunjung yang datang ke Salib Kasih. Para pengunjung juga menjadi informan penting bagi penulis dalam mendapatkan data penelitian di Salib Kasih. Banyaknya pengunjung yang datang menjadi salah satu pendukung dalam mendapatkan informasi. Semakin banyak pengunjung yang datang setiap harinya maka semakin banyak pula informasi yang didapat penulis.

Kurang lebih satu bulan penulis melakukan penelitian di Salib Kasih, banyak tanggapan dan pandangan pengunjung baik yang bersifat negative maupun positif terhadap Salib Kasih. Akan tetapi semua itu tentunya berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini dan semoga saran dan tanggapan yang diberikan para pengunjung menjadi suatu pendorong dalam mengembangkan Salib Kasih kedepannya.


(47)

BAB II

GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

2.1. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Siatasbarita sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Tarutung yang merupakan ibu kota kabupaten. Jarak dari Kota Tarutung ke Kecamatan Siatasbarita ± 6 Km. Kecamatan Siatasbarita memiliki luas daerah sekitar 92,92 . Secara

astronomis Kecamatan Sitatasbarita terletak di 01°54' Lintang Utara s/d 02°07' Lintang Utara dan 98°52' Bujur Timur s/d 99°04'2 Bujur Timur. Jumlah desa yang dimiliki Sitasabarita sebanyak 12 desa, salah satunya desa Simorangkir Julu.

Desa Simorangkir Julu memiliki luas 919 hektar, meliputi daerah pemukiman penduduk, wilayah pertanian, perkebunan, pegunungan maupun hutan. Desa Simorangkir Julu terletak di kaki pegunungan Siatasbarita.

Desa Simorangkir Julu mempunyai batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Simorangkir Habinsaran - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pea Tolong

- Sebelah Timur berbatsan dengan Desa lobu Hole - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutagalung


(48)

GAMBAR 1

Peta lokasi Simorangkir Julu

Adapun sarana perhubungan ke desa Simorangkir Julu cukup lancar karena desa ini dilintasi oleh sebuah jalan raya yang merupakan jalan provinsi yang menghubungkan antara kota Tarutung dengan kota Sipirok. Selain jalan provinsi tersebut, di desa Simorangkir Julu juga terdapat jalan-jalan kecil yang lebarnya 2–3 meter. Kondisi jalan yang memadai tersebut sangat menunjang perekonomian masyarakat. Jalan tersebut digunakan oleh masyarakat Simorangkir Julu untuk mengangkut hasil pertanian ke pusat kabupaten, Tarutung dan sebaliknya membawa pulang barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari ke desa. Dengan demikian sarana jalan tersebut sangat besar manfaatnya bagi masyarakat.

Desa Simorangkir Julu memiliki tanah yang subur. Penduduk setempat memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan dengan mengolah lahan yang tersedia sebagai lahan pertanian dengan menanam tananamn bahan makanan mencakup tanaman padi, palawija dan holtikultura. Desa Simorangkir Julu berada diketinggian 500 M di atas permukaan laut. Iklim


(49)

di Desa Simorangkir Julu yaitu iklim tropis, dengan suhu rata-ratanya berkisar 21oC – 33oC, curah hujan berkisar antara 2.000 mm – 4.000 mm per tahun dan ratarata lama hari hujan 209 hari per tahun.

2.2. Sejarah Awal Desa

Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang sudah cukup lama terbentuk di daerah Silindung. Terbentuknya Desa Simorangkir Julu dimulai dari lahirnya anak dari Guru Mangaloksa beliau merupakan nenek moyang Siopat pisoran ( Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan). Setelah keempat anaknya ini besar maka Guru mangaloksa membagi wilayah tempat tinggal bagi keempat anaknya. Dari keempat anaknya ini lahirlah beberapa marga-marga, salah satunya Simorangkir. Marga-marga Simorangkir ini akhirnya mendiami kaki bukit Siatasbarita. Lama-kelamaan wilayah ini akhirnya dinamai desa Simorangkir. Desa Simorangkir ini juga terbagi menjadi beberapa bagian yakni Simorangkir Julu, Simorangkir Habinjaran, dan Enda portibi. Diberi nama Simorangkir Julu, karena dalam bahasa Batak Toba, Julu itu berarti awal atau permulaan. Oleh sebab itulah Desa Simorangkir Julu diberi nama tersebut karena desa ini merupakan lokasi pertama yang dijumpai ketika seseorang datang dari arah kota Tarutung menuju daerah Simorangkir.


(50)

2.3. Sejarah Berdirinya Salib Kasih

2.3.1. Sejarah Ringkas Pdt. Dr. IL. Nommensen di Dolok Siatasbarita Dr. Ingwer Ludwig nommensen, lahir di Nordsrtand Jerman pada tanggal 06 Februari 1834. IL Nommensen ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 13 Oktober 1861. Nommensen berangkat ke Indonesia pada tahun 1861 taepatnya pada tanggal 24 Desember, pada masa itu Indonesia masih disebut sebagai Hindia Belanda.

Pada tanggal 16 Mei 1862 nommensen tiba di Padang, setelah beberapa bulan di Padang, Nommensen berangkat ke Sibolga. Padda tanggal 30 Desember 1862 Nommensen bertemu dengan Pdt. Klammer bersama Pdt. Betz di Sipirok, mereka tinggal di sebuah perkampungan yang bernama Bunga Bondar selama kurang lebih 1 tahun.

Tanggal 07 November 1863, Nommensen berangkat dari Bunga Bondar menuju Silindung dan diantar Pdt. Betz sampai ke simangambat. Ketika mendekati Pangaribuan, Nommensen terpaksa menginap di sebuah liang6. Yang ada dekat Pangaribuan, karena ketika itu masih terjadi perang antara raja-raja. Pada tanggal 09 November 1863, Nommensen tiba di Banjarnahor dan menginap di rumah Op. Gumarang. Setelah beberapa hari menginap di rumah Op. Gumarang, Nommensen berangkat ke Sigotom. Disitu Nommensen tidak diterima karena dia datang dari wilayah musuh, sehinnga dengan cepat Nommensen meninggalkan tempat itu.

6


(51)

Pada tanggal 11 November 1863, Nommensen meneruskan perjalanan melaklui bukit Sitarindak ke arah Silindung dan Pansurnapitu, dan tiba di Dolok Siatasbarita desa Simorangkir yang berada dipertengahan antara Lumban Baringin dan Pansurnapitu. Diatas bukit Siatasbarita Nommensen duduk di atas batu besar, sambil beristirahat menatap ke Rura Silindung yang amat indah panoramanya. Pada saat itu, Nommensen membayangkan melihat menara gedung gedung gereja berdiri megah di Rura Silindung dan seakan mendengar lonceng gereja yang bertalu-talu membangunkan masyarakt sekitarnya untuk beribadah kepada Tuhan. Kemudian Nommensen lalu berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Dalam doanya Nommensen mengatakan; ya Tuhan, hidup atau mati, biarlah aku berada ditengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaanMu.

Dari Siatasbarita, Nommensen turun ke Hutagalung dengan perantaraan Op. Tarida. Nommensen diantar untuk menjumpai Raja Pontas Lumbantobing. Atas dukungan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen mulai menaburkan injil di Silindung, walaupun menghadapi banyak tantangan dan bahaya. Tetapi pada tahun 1864 berdirilah jemaat pertama kali di Huta Dame Saitnihuta.

Pada tanggal 23 september 1864, di Onan Sitahuru, Nommensen sempat diikat pada satu pohon dan Nommensen direncanakan akan disembelih untuk dijadikan korban persembahan kepada sombaon7 di Siatasbarita. Tetapi karena kuasa Tuhan, terjadilah hujan lebat di daerah itu sehingga membubarkan

7

Sombaon adalah roh alam yahng tinggi martabatnya dalam kepercayaan batak kuno, roh ini sangat ditakuti karena dipercayai dapat menentukan nasib baik maupun buruk bagi orang-orang yang bermukim di sekitarnya.


(52)

massa yang mau membunuh Nommensen, dan Nommensen pun selamat dari bahaya.

Berkat persahabatannya dengan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen membangun gerja di Pearaja yang sekarang menjadi lokasi kantor pusat HKBP (Huria Kristen Batak Protetan), persis menghadap dolok Siatasbarita. Kemudian dari Pearaja Nommensen menjalankan misi pekabaran injil ke seluruh desa yang ada di Silindung, Humbang, Toba, Samosir dan bahkan ke Simalungun.

Pada tanggal 23 Mei 1918, Nommensen meninggal dunia dan dimakamkan di Sigumpar bersama istri dan putrinya. Atas jasa-jasanya tersebut, Nommensen diberi gelar Apostel ni halak Batak sekaligus menjadi apostel pertama orang batak.

2.3.2. Berdirinya Salib Kasih

Latar belakang dan sejarah berdirinya Salib Kasih dimulai pada tahun 1985. HKBP (Huria Kristen Batak protestan) bekerjasama dengan gereja Nordstand Jerman, telah mendirikan sebuah salib diatas bukit Siatasbarita, tepatnya di atas sebuah batu tempat Nommensen berdoa. Salib ini berukuran. Salib kecil ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Salib besar yang sekarang disebut dengan Salib Kasih. Pembangunan Salib Kasih ini ditujukan untuk mengenang misi Nommensen di tanah batak.


(53)

Pada bulan Oktober 1993, pemerintah daerah Kabupaten Tapanulil Utara yang pada waktu itu dipimpin oleh Bupati Lundu Panjaitan SH.MA. memprakarsai pembangunan monumuen Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Dolok Siatasbarita. Setelah masa kerja bupaati Lundu selesai pembangunan kemudian dikembangkan oleh Bupati Drs. TMH. Sinaga. Pada masa kepemimipinan TMH. Sinaga Salib Kasih mulai berbenah ditandai dengan mulai dibangunnya tempat beribadah bagi para pengunjung Salib Kasih pada tahun 1995.

GAMBAR 2 Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Siatasbarita


(54)

Pada tahun 2000 oleh Bupati Drs. R.E Nainggolan MM, Salib Kasih mulai dipromosikan sebagai andalan kunjungan wisata rohani Kabupaten Tapanuli Utara dengan konsep “Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani”. Dalam

mewujudkan Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani, pemerintah kabupaten Tapanuli Utara dengan giat-giatnya membangun beberapa fasilitas pendukung untuk meningkatkan pelayanan bagi para pengunjung.

2.4. Fasilitas

Sebagai objek wisata yang memiliki luas ±10 hektar, objek wisata Salib Kasih memiliki beragam fasilitas, baik itu fasilitas pendukung wisata maupun sebagai objek utama wisata Salib Kasih. Objek Wisata Salib Kasih memiliki fasilitas-fasiltas berupa bangunan-bangunan yang mendukung dalam perkembangan Salib Kasih. Berikut beberapa fasilitas serta bangunan yang ada di Salib Kasih:

 Tugu salib kecil berukuran 1 meter yang merupakan awal mula berdirinya salib kasih, dibagun pada tahun 1985

 Tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, didirikan pada tahun 1993

 18 (delapan belas) unit ruang doa, termasuk salah satu ruang doa yang ada tepat di bawah kaki Salib Kasih. Ruang doa ini dibangun oleh para donator sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap salib Kasih.

 Relief perjalanan Nommensen di Tanah Batak, relief ini dibangun pada tahun 2001


(55)

 Tempat ibadah berkapasitas ±600 orang

 2 (dua) unit gedung tempat para pegawai maupun para petugas kebaktian.

 1 (satu) unit auditorium berkapasitas ±300 orang, dibangun pada tahun 2012

 Tugu patung Nommensen

GAMBAR 3.

Auditorium Salib Kasih. salah satu fasilitas yang ada di Salib Kasih

 Gapura/ pintu masuk menuju Salib Kasih sekaligus tempat pembelian tiket masuk

 8 (delapan) unit shelter, 5 diantaranya dibangun pada tahun 2004, sedangkan sisanya dibangun pada tahun 2014

 1 (satu) unit PUJASERA dibangun pada tahun 2013  Taman bermain seluas ±1 hektare


(56)

 Lapangan parkir seluas ±1 hektare

Secara terperinci fasilitas yang terdapat pada Salib Kasih dapat dilihat dalam tabel di halaman berikut ini:

TABEL 1

FASILITAS SALIB KASIH

NO FASILITAS FUNGSI TAHUN

PEMBAN-GUNAN

Jlh. UNIT 1 Tugu salib kecil

berukuran 1 meter

1985 1

2 Tugu Salib Kasih berukuran 31 meter

1993 1

3 Ruang doa Tempat para pengunjung memanjatkan doa

18 4 Relief erjalanan

Nommensen

2001 1

5 Tempat ibadah Megadakan ibadah tiap minggunya

1995 1

6 Gedung pegawai 4

7 Auditorium Tempat pertemuan /retreat 2012 1 8 Tugu patung

Nommensen

2006 1

9 Gapura Tempat penjualan tiket 2004 2

10 Shelter Tempat berteduh bagi para pengunjung

2004 & 2014

8

11 Pujasera Tempat penjual makanan 2013 1

12 Taman bermain Rekreasi 2004

13 Toko-toko souvenir 2004 16

14 Lapangan parker 2004


(57)

Objek wisata Salib Kasih Tarutung sudah memiliki pegawai tetap sebanyak 7 (tujuh) orang, selain pegawai tetap ada juga pegawai tidak tetap sebanyak 2 (dua) orang. Untuk mempermudah dan juga mempercepat suatu pekerjaan yang ada di salib Kasih, pihak pengelola juga biasanya mempekerjakan beberapa orang pekerja harian. Pekerjaan pegawai di Salib Kasih masih pekerjaan yang dilakukan bersama, belum ada pembagian tugas antar pegawai, semua pegawai diberi tanggung jawab dalam menangani kebutuhan yang ada di Salib Kasih, baik itu kebutuhan dibidang gedung, pertamanan dan pengembangan lahan, terkecuali dibidang kantor, biasanya yang bertanggung jawab dalam urusan kantor yakni kepala UPT dan juga Kasubbag tata usaha.

BAGAN 1

STRUKTUR ORGANISASI SALIB KASIH TARUTUNG

staf

Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara

Kepala UPT Salib Kasih (Managam R. Panggabean, SP)

Kasubbag Tata Uaha (Jefry AM. Lubis, SE)

Staff Limrot Situmeang Staff Nimrot Sibagariang Staff Polraden Nababan Staff Freddy Sipahutar Staff Jelas Manalu


(58)

2.6. Dukungan Aksesibilitas serta Sarana Prasarana 2.6.1. Ketersediaan Aksesibilitas

Dalam pengembangan pariwisata, pengelola senantiasa akan memperhatikan sarana pendukung dalam meningkatkan kualitas objek pariwisata. Tidak hanya sarana, akses menuju daerah wisata tersebut juga diperhatikan pengelola demi kemajuan suatu objek wisata, karena akses berperan penting dalam perkembangan suatu objek wisata. Aksesibilitas merupakan infrastruktur dalam menuju sebuah destinasi, misalnya jalan raya, ketersedian sarana transportasi, dan rambu-rambu penunjuk jalan. Aksesibilitas menuju objek wisata Salib Kasih telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari akses jalan raya menuju Salib Kasih. Jalan yang ada memiliki lebar ± 5 meter, kondisi jalan juga telah diaspal. Lokasi Salib Kasih yang terletak di atas pegunungan menjadikan kondisi jalan menuju lokasi memiliki kemiringan 20-30º. Walaupun demikian akses menuju Salib Kasih masih bisa dilalui kendaraan mini bus maupun bus besar.

Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum baik berupa angkutan kota maupun ojek telah tersedia. Hal ini didukung oleh kondisi jalan yang baik dan lebar sehingga para wisatawan tidak lagi kesulitan dalam mengunjungi objek wisata Salib Kasih. Aksesibilitas yang memadai tentunya telah mendukung pengembangan Salib Kasih. Karena semakin baik aksesibilitas, maka jumlah kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, akan meningkat. Demikian juga dengan akses dari tempat parkir menuju objek utama


(59)

berupa Salib Kasih setingi 31 meter di puncak bukit. Jalan menuju salib tersebut merupakan jalan setapak berukuran ± 2 meter dimana jalur menuju salib berbeda dengan ketika pengunjung pulang menuju tempat parkir.

GAMBAR 4.

Akses menuju tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, yang berupa jalan setapak.

2.6.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung

Ketersediaan sarana dalam pengembangan suatu objek wisata sangatlah penting. Karena semakin banyaknya sarana penndukung maka kualitas objek wisata tentunya akan semakin baik. Dalam pengembanagan objek wisata Salib Kasih sarana pendukung juga sangat berpengaruh. Berikut beberapa sarana pendukung dalam pengembangan Salib Kasih.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan suatu akhir yang mengandung informasi berdasarkan uraian sebelumnya sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami penjelasan serta hal-hal yang telah ada di bab-bab sebelumnya. Begitu juga dengan tulisan ini, ada beberapa hal yang bisa dijadikan suatu kesimpulan dari pembahasan mengenai sejarah, pengembangan serta dampak dari objek wisata Salib Kasih.

Objek Wisata Salib Kasih merupakan objek wisata rohani yang terletak di Desa Simorangkir Julu, Kecamatan Siatas barita, Kabupaten Tapanuli Utara. Objek wisata ini didirikan pertama kali pada tahun 1985 dengan mendirikan sebuah salib kecil diatas batu yang diyakini tempat beristirahatnya IL Nommensen ketika mengunjungi pegunungan Siatasbarita. Selanjutnya pada tahun 1993 didirikan sebuah salib besar setinggi 31 meter dilokasi tersebut dan dinamai dengan Salib Kasih. Dalam proses pembangunan dan pengembangannya, Salib Kasih memiliki strategi berupa strategi jangka pendek, jangka menengah, dan juga jangka panjang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pihak yang terkait dalam pengembangan Salib Kasih meliputi pemerintah, masyarakat


(2)

setempat, dan juga wisatawan. Besarnya upaya yang dilakukan pihak pemerintah yang merupakan pengelola objek wisata Salib Kasih dalam pengembangan Salib Kasih dapat dilihat dari banyaknya program dan juga strategi yang dijalankan. Dukungan aksesibilitas dan juga ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi salah satu faktor yang mempercepat pengembangan Salib Kasih. Semakin berkembangnya objek wisata Salib Kasih juga membawa dampak bagi masyarakat khusunya masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi objek wisata Salib Kasih. Dampak yang ditimbulkan objek wisata Salib Kasih berupa dampak positif dan juga negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan berupa:

 Meningkatkan pendapatan daerah

 Memperluas bidang usaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat

 Menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan

 Mendorong pelestarian dan pengembangan budaya lokal

 Mendorong pelestarian lingkungan hidup

 Meningkatkan fasilitas dan perkembangan pemukiman masyarakat.

Sedangkan dampak negatif dari objek wisata Salib Kasih yakni, naiknya harga pemukiman bagi masyarakat, naiknya harga barang dan jasa yang mengakibatkan pengeluaran masyarakat setempat semakin bertambah, selain itu adanya pola hidup yang konsumtif pada remaja yang tinggal di sekitar objek wisata Salib Kasih.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penjelasan dari bab-bab serta kesimpulan sebelumnya, maka saran yang bisa disampaikan penulis yakni sebagai berikut:

1. Pihak pengelola objek wisata Salib Kasih harus meningkatkan upaya promosi, agar kedepannya Salib Kasih semakin terkenal baik dalam negeri maupun internasional.

2. Kepada pihak pengelola objek wisata Salib Kasih agar dapat menciptakan agen wisata atau juga guide, supaya wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih semakin nyaman.

3. Dalam hal kebersihan, sebaiknya lebih diperhatikan baik oleh pihak pengelola maupun pengunjung haruslah sama-sama menjaga kebersihan objek wisata Salib Kasih mulai dari tempat kebaktian, ruang-ruang doa dan juga toilet.

4. Dengan adanya panorama alam yang indaah dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan yang dimiliki oleh objek wisata Salib Kasih, maka pemerintah harus meningkatkan wahana permainan yang ada dan meanambah wahana lain berupa, outbond, serta kereta wisata sehingga memberi dan menambah kenyamanan bagi pengunjung.

5. Bagi para penjual souvenir, agar semakin ramah bagi para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih, dan diharapkan selalu mengandalkan produk-produk buatan lokal.


(4)

6. Kepada para wisatawan, hendaknya menjaga dan memaknai arti hadirnya objek wisata Salib Kasih, serta ikut mempromosikan keberadaan objek wisata Salib Kasih agar semakin terkenal dan semakin berkembang.


(5)

Daftar pustaka

Berutu, Lister dkk. 2001. Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial. Medan: Monora

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (Bali Sebagai Kasus). Denpasar: Upada Sastra

Foster, Dennis L. 2000. First Class An Introduction To Travel and Tourism. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ginting, Paham. 2005. Pemasaran Pariwisata: studi Empiris tentang Kepuasan dan Kunjungan Berkelanjutan pariwisata Sumatera Utara. Medan: USU Press

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Detinasi Pariwisata. Jakarta: UI- Press

Nach, Denison. 1996. Antropologi of Tourism: University of Connection

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Praditya Paramita


(6)

Spillane, James. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Viko, Ronny S. 2001. Tourism, Trade, Investment: Yogya dalam Bingkai Otonomi. Yogyakarta: BIGRAF Publishing

Yoeti, Oka A. 1994. Tours and Travel management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Yoeti, Oka A. 1999. Psiko Pelayanan Wisata. Jakarta:PT. Gramedia

Sumber-sumber lain

http://repository.unand.ac.id/2256/1/8._Artikel_Syaiful_Anwar_hal_115-124.doc&sa

http://studiowisatasolo.files.wordpress.com/2011/12/bab-1-digarap.pdf&sa

http://eprints.undip.ac.id/1348/2/BAB_I.pdf&sa