4.3 Hasil Uji Antagonis Isolat Bakteri kitinolitik Terhadap Jamur Secara In vitro
Hasil uji antagonisme enam isolat bakteri kitinolitik terhadap jamur Rhizopus sp., Sp. 1, Aspergillus sp. 1, Aspergillus sp. 2 menunjukkan bahwa keenam isolat bakteri
kitinolitik mampu menghambat pertumbuhan Rhizopus sp., Sp. 1, Aspergillus sp. 1., Aspergillus sp. 2 dengan kemampuan yang berbeda-beda. Mekanisme penghambatan
yang terjadi pada uji antagonisme dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan jamur oleh isolat bakteri kitinolitik.
Hasil uji antagonis dari isolat bakteri kitinolitik yang digunakan terhadap jamur menunjukkan bahwa isolat bakteri tersebut mampu menghambat pertumbuhan
jamur sejati hasil isolasi yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat. Zona hambat umumnya mulai teramati pada hari keempat karena interaksi antara bakteri
dan jamur mulai terjadi. Zona hambat yang terbentuk terjadi ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri yang merupakan cerukan penipisan elevasi
seperti terlihat pada Gambar 4.3.1
Gambar 4.3.1 Uji antagonisme bakteri kitinolitik A terhadap Rhizopus sp, B
terhadap Sp. 1 dan C terhadap Aspergillus sp. pada media agar
MGMK umur 4 hari
Adanya penghambatan masing-masing isolat bakteri kitinolitik terhadap jamur dipengaruhi oleh adanya substrat kitin pada media sehingga kitinase pada keenam
isolat bakteri tersebut lebih cepat disekresikan. Kitin pada media uji terurai oleh produksi kitinase isolat bakteri dan lama kelamaan akan terpacu untuk mendegradasi
dinding sel jamur. Isolat bakteri akan menggunakan kitin sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannyaWoo et al., 1996. Kemampuan mengkolonisasi lingkungan
A B
C
Universitas Sumatera Utara
sekitar yang cepat menyebabkan isolat bakteri tersebut mengkolonisasi miselium jamur untuk menguraikan kitin yang ada pada dinding sel jamur. Penguraian kitin
pada dinding sel jamur dapat menghambat pertumbuhan jamur Rhizopus sp., Sp. 1, Aspergillus sp. 1 dan Aspergillus sp. 2 yang mengalami kerusakan dinding sel.
Perbedaan kemampuan bakteri kitinolitik dalam menghambat pertumbuhan jamurRhizopus sp., Sp. 1, Aspergillus sp. 1 dan Aspergillus sp. 2 disajikan seperti pada
Tabel 4.3.1.
Tabel 4.3.1 Uji Antagonisme In vitro Enam Isolat Bakteri Kitinolitik Terhadap Jamur Sejati
Kode
Bakteri Jamur Sejati
Zona Hambat Hari ke- mm
4 5
6 7
Bacillus sp. BK13 Rhizopus sp.
1,09 9,52
10,00 9,14
Sp. 1 1,09
7,15 10,00
12,02 Aspergillus sp.1 2,08
3,54 7,47
8,54
Aspergillus sp.2 1,24 7,60
12,51 11,08
Enterobacter sp.
BK15
Rhizopus sp. 2,09
7,05 11,07
11,45 Sp.1
3,95 4,01
10,15 11,47
Aspergillus sp.1 1,00 3,02
6,54 8,54
Aspergillus sp.2 1,00 4,05
11,05 10,01
Bacillus sp. BK17 Rhizopus sp.
4,05 10,75
11,53 11,50
Sp.1 2,14
5,54 11,54
13,13 Aspergillus sp.1 1,17
1,35 2,35
8,17
Aspergillus sp.2 2,54
5,54 11,15
11,15 PB08
Rhizopus sp. 3,12
9,45 9,55
10,05 Sp.1
0,00 3,45
9,51 9,01
Aspergillus sp.1 0,00 2,54
3,07 5,50
Aspergillus sp.2 1,06 3,17
12,14 9,00
PB15
Rhizopus sp. 5,20
9,07 12,15
13,17 Sp.1
0,00 3,02
7,65 0,00
Aspergillus sp.1 0,00 1,50
2,15 2,49
Aspergillus sp.2 1,00 2,50
8,53 0,00
Enterobacter sp.
PB17
Rhizopus sp. 5,15
10,00 12,03
15,50 Sp.1
1,05 6,69
10,10 11,00
Aspergillus sp.1 0,98 1,50
1,55 3,48
Aspergillus sp.2 2,00 6,50
10,85 11,17
Pada pengamatan hari ketujuh dari enam isolat bakteri kitinolitik tersebut Enterobacter sp. PB17 merupakan isolat bakteri yang menunjukkan daya hambat yang
paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan diameter daya hambat sebesar 15,50 mm. Efektivitas yang paling rendah ditunjukkan oleh isolat bakteri kode
Universitas Sumatera Utara
PB15 dan PB08. Keenam Isolat bakteri kitinolitik yang digunakan memiliki kemampuan daya hambat tertinggi yang berbeda-beda dalam menghambat
pertumbuhan jamur selama masa pengamatan tujuh hari Gambar 4.3.2. Selain kandungan kitin pada media uji yang digunakan, hal yang juga ikut mempengaruhi
besarnya zona hambat adalah banyak sedikitnya kandungan kitin yang terdapat pada dinding sel jamur Gohel et al., 2006.
Gambar 4.3.2. Diameter zona hambat tertinggi dari masing-masing isolat bakteri Bacillus sp. BK13,Enterobacter sp. BK15, Bacillus sp. BK17,
PB08, PB15 dan Enterobacter sp. PB17 selama masa pengamatan
7 hari
Enterobacter sp. PB17 merupakan isolat bakteri yang memiliki tingkat daya hambat tertinggi dengan diameter daya hambat sebesar 15,50 mm, kemudian diikuti
oleh PB15 dengan diameter daya hambat 13,17 mm, Bacillus sp.BK17 dengan diameter daya hambat 13,13 mm, Bacillus sp. BK13 dengan diameter daya hambat
12,51 mm, PB08 dengan diameter 12,14 mm serta Enterobacter sp. BK15 dengan diameter daya hambat adalah 11,47 mm, ini bisa disebabkan karena perbedaan
kemampuan dalam mengeluarkan enzim kitinase dan glukanase juga banyak sedikitnya kandungan kitin pada dinding sel jamur serta substrat yang digunakan.
Pengendalian jamur patogen secara hayati dengan menggunakan musuh- musuh alami patogen telah banyak dikembangkan. Sebagian potensi pengendalian
yang dikembangkan mengarah pada penentuan mekanisme antagonisme antara
BK BK
BK PB
PB PB
Z on
a h am
b at
m m
Isolat Bakteri
Rhizopus sp Sp.
Aspergillus sp. Aspergillus sp.
Universitas Sumatera Utara
agensia pengendali hayati dengan patogen target Indratmi, 2008. Menurut El- katatnya et al. 2000 suatu kelompok organisme yang memiliki potensi sebagai agen
pengendali hayati jamur berasal dari kelompok mikroorganisme penghasil kitinase. Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik
didasarkan pada kemampuannya menghasilkan kitinase d an β-1,3-glukanase yang
dapat melisiskan sel jamur
.
Woo et al 1996 melaporkan bahwa Bacillus sp.WY22 memproduksi sejumlah besar kitinase ekstraselluler dan menunjukkan aktivitas yang
tinggi terhadap beberapa jamur. Velusamy Kim 2011 juga melaporkan bahwa Enterobacter sp. KB3 dapat mensekresikan enzim kitinase yang digunakan untuk
menekan jamur patogen Rhizoctonia solani yang menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan hifa pada uji dual plate assay. Hidrolisis hifa jamur oleh kitinase akan
menghasilkan pelepasan GlcNAc dengan kemampuan tersebut, Enterobacter sp telah dianggap sebagai agen kontrol biologis yang ideal dan telah banyak dievaluasi untuk
produksi kitinase Chernin, 1995.
4.4 Pengamatan Struktur Hifa Abnormal Jamur Rhizopus sp, Sp. 1, Aspergillus