BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila Oreochromisniloticus merupakan salah satu spesies ikan yang banyak dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Konsumsi ikan nila ini
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Data FAO 2009 melaporkan bahwa produksi ikan nila dunia terus mengalami peningkatan sekitar
769.936 tontahun 2007 menjadi berkisar 2,3 juta ton tahun 2008, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,5 juta ton FAO, 2010. Dari sini terlihat ikan
nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Namun, potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu terbuka, bukan jaminan bahwa
budidaya ikan akan berjalan mulus, tanpa permasalahan. Banyak masalah yang dihadapi oleh sektor budidaya ikan Kordi Ghufran, 2004, tanpa terkecuali dengan
budidaya ikan nila.
Penyakit merupakan salah satu kendala dalam budidaya ikan yang dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi ikan Dewi, 2011. Perkembangan suatu
penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetik hewan, stress
dan padat tebaran Irianto, 2004. Gangguan penyakit pada budidaya ikan merupakan risiko biologis yang harus selalu diantisipasi. Hal ini mendorong adanya aplikasi
pengelolaan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan pada budidaya ikan Purwaningsih Taukhid, 2010.
Salah satu penyakit yang menjadi masalah dalam budidaya ikan adalah penyakit mikosis Irianto, 2004; Kordi Ghufran, 2004, terutama dalam budidaya
ikan nila adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur.MenurutBattacharya et
Universitas Sumatera Utara
al.1988, Olufemi Robert 1986,Shrivastava 1996, danOsman et al.2008 jamur yang menyerang ikan nila yaitu Saprolegnia, Aspergillus niger, Aspergillussp. dan A.
terreus.
Penelitian mengenai pengendalian jamur patogen yang menyerang ikan telah banyak dilakukan, seperti menggunakan formalin,malachite green oxalate,
NaCl,acetic acidIrianto, 2003.Kordi Ghufran, 2004 mengatakan bahwa penggunaan obat-obatan memiliki efek samping dan kelemahan dalam pengendalian
penyakit pada budidaya ikan. Pemakaian yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap ikan diantaranya dapat membunuh organisme bukan sasaran, timbulnya
patogen yang resisten mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan, serta menimbulkan pencemaran lingkunganAkbar, 2008. Antibiotik seperti Tetracyline
meninggalkan residu pada kulit, cloramphenicol menyebabkan nafsu makan menurun, malachite green seperti yang dilaporkan dapat merusak anggota tubuh dan
menyebabkan kanker terhadap pemakainya Srivastava et al., 2003, kalium permanganat KMnO
4
, formalin iodium, quinine sulfat dapat menyebabkan menurunnya daya tetas, merusak paru-paru, mata dan anggota tubuh lainnya.
Karena persoalan di atas saat ini banyak penelitian yang mencari kandidat bahan anti jamur patogen ikan yang berasal dari alam atau bahan biologi Dewi,
2011, yang dapat digunakan sebagai agen pengendalian hayati. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperoleh kandidat yang paling efektif sebagai agen
biokontrol yang diaplikasikan dalam bentuk probiotik Irianto, 2003. Nogami Maeda 1992, Nogami et al. 1997, Kolndadacha et al. 2011 dan Balcazar et al.
2006 melaporkan beberapa jenis bakteri mampu digunakan sebagai agen pengendali hayati yang diaplikasikan dalam bentuk probiotik.
Banyak bakteri yang berada diperairan atau lingkungan aquatikdilaporkan memiliki kemampuan kitinolitik.Bakteri kitinolitik yang berasal dari air juga telah
dilaporkan mampu menghambat infeksi Saprolegnia pada telur gurami Dewi, 2011. Beberapa bakteri kitinolitik pada air seperti danau yaitu Aeromonas sp.,
Chromobacterium sp.,A. hydrophila dan Enterobacter aerogenes Brzezinska
Universitas Sumatera Utara
Donderski, 2006dan Chitinilyticum aquatile gen. nov., sp. dilaporkan memiliki kemampuan kitinolitik Chang et al., 2007.
Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroorganisme tersebut dalam menghasilkan kitinase
dan β -1,3 glukanase yang dapat melisis sel jamur El-Katatny et al., 2000. Bakteri yang menghasilkan enzim kitin tersebut merupakan kandidat agen biokontrol karena
mampu mengkolonisasi lingkungan sekitarnya dengan cepat. Dengan sifat tersebut, bakteri penghasil kitinase berpotensi sebagai agen pengendali hayati hama dan
penyakit akibat jamur patogen Suryanto et al., 2006 begitu juga dengan bakteri antagonistik yang diuji, memiliki kemampuan kitinolitik sehingga berpotensi sebagai
biokontrol jamur patogen seperti Aspergillus yang menginfeksi ikan nila.
1.2 Permasalahan