42 parker yang memadai. keempat, masyarakat sebagai pelanggan dalam
pelayanan publik sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya. Kualitas pelayanan publik menunjuk pada seberapa jauh
perbedaan antara kenyataan dan harapan kenyataan para pelanggan atau masyarakat atas layanan yang diterima.Dengan demikian terdapat
dua unsur utama dalam kualitas layanan yaitu layanan yang diharapkan expected service dengan layanan yang diterima
perceveid service.Apabila jasa yang diterima atau yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas layanan yang
dipersepsikan baik dan memuaskan dan sebaliknya. Dukungan sumber daya dalam suatu sistem yang dapat
mewujudkan pola kerja yang cepat, tepat, nyaman dan aman telah menjadi prioritas utama sebelum memprioritaskan
pelanggannya.Komitmen pimpinan untuk fokus pada kualitas pelayanan juga tidak kalah pentingnya dibanding dengan hal-hal
lainnya. Sebagai penggerak utama organisasi maka pimpinan memiliki peran sentral dalam membawa perusahaan atau organisasi yang
hendak memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Berbagai konsep dan teori “pelayanan publik” dimaksudkan sebagai pencerahan
dan menambah wawasan yang dapat menjadi acuan bagi instansi pemerintah yang khusus memiliki Unit Pelaksana Teknis pelayanan
terhadap masyarakat.
1.5.2.6 Bentuk Layanan
Layanan umum dilakukan dengan 3 bentuk, yaitu: Layanan dengan
43 lisan, layanan melalui tulisan dan layanan dengan perbuatan.
1 Layanan dengan lisan Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang
Hubungan Masyarakat HUMAS, bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau
keterangan kepada siapapun yang memerlukan. 2 Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah
tetapi juga dari segi peranan. 3 Layanan berbentuk perbuatan
Layanan dalam bentuk perbuatan 70-80 dilakukan oleh petugas- petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan
keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan.
1.5.2.7 Pengertian izin usaha perdagangan
Izin usaha perdagangan merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak berwenang atas penyelenggaraan suatu
kegiatan usaha oleh seorang pengusaha atau suatu perusahaan. Bagi pemerintah pengertian usaha dagang adalah suatu alat atau sarana
untuk membina, mengarahkan, mengawasi dan menerbitkan izin-izin usaha perdagangan.Agar kegiatan usaha lancar, maka setiap
pengusaha wajib untuk mengurus dan memiliki izin usaha dari instansi pemerintah yang sesuai dengan bidangnya.
44 Tujuanpemberian izin usaha; memberikan perlindungan kepada
masyarakat; mengendalikan gangguan dari kegiatan usaha; memberikan kepastian dalam perolehan tempat usaha; mewujudkan
tertib tempat melakukan usaha sesuai dengan Rencana Tata Ruang Usaha.
Bidang Usaha meliputi; a.
Industri b.
Perdagangan c.
Keternagakerjaan d.
Kesehatan e.
Pariwisata dan jasa lainnya.
1.6 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995:33. Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah:
1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan perwujudan kewajiban
pemerintah daerah dalam hal perizinan untuk memberikan kualitas pelayanan publik serta memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik yang sederhana, jelaspasti, aman, terbuka, efesien, ekonomis, adil, dan ketetapan waktu.
2. Faktor pendukung dan penghambat terwujudnya pelayanan yang diberikan
oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.
45 3.
Tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT Kota Gunungsitoli.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini ditulis dalam 5 lima bab, yang terdiri dari : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian,manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keaadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi
dan pemerintahan. BAB IV
ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA Bab ini membahas tentang hasil data-data, analisa data yang
diperoleh di lapangan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi.
BAB II METODE PENELITIAN
46
2.1 Bentuk Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka bentuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejalakeadaanperistiwamasalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan
interpretasi.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT Kota Gunungsitoli yang terletak di Jalan Pancasila No. 21
Gunungsitoli Nias, Sumatera Utara.
2.3 Informan Penelitian
Adapun penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian
yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Oleh karena itu juga dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan
sampel. Bahkan subjek penelitian seperti yang disebutkan diatas nantinya akan menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan peneliti
selama proses penelitian. Menurut Suyanto 2005 : 108, informan peneliti terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan
kunci key informan adalah mereka yang mengetahui dan memiliki informan pokok yang diperlukan dalam interaksi sosial yang diteliti.Informan tambahan
yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam
47 interaksi sosial yang diteliti. Untuk itu, yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah: 1. Informan Kunci Key Informan yaitu:
Kepala Bidang Pelayanan Jasa Usaha pada BPPT Kota Gunungsitoli 2. Informan Utama yaitu:
Staf Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan pada BPPT Kota Gunungsitoli
3. Informan tambahan : Masyarakat yang mengurus izin usaha perdagangan di BPPT Kota Gunungsitoli.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui data primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh sipeneliti langsung dari objek yangditeliti.Data primer diperoleh melalui:
a.Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanyajawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang
lengkap dan mendalam kepada pihak-pihak yang terkait. b.Pengamatan Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi penelitian.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudahdalam bentukjadi.
Data sekunder diperoleh melalui : a. Studi kepustakaan, yaitu : pengumpulan data yang diperoleh dengan
48 menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah dan berbagai
bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.
b. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dari pengkajian dan penelaan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Ali 1997: 57 bahwa, analisis kualitatif adalah
analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informan. Dengan menyajikan data-data
yang diperoleh dari lapangan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data-data yang diperoleh kemudian
dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang
diteliti kemudian diambil kesimpulan oleh peneliti.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
49 3.1 Sejarah Kota Gunungsitoli
Kepulauan Nias merupakan pulau yang berada pada pesisir barat Pulau Sumatera, yang berada pada daerahwilayah Pemerintahan Provinsi Sumatera
Utara.Pulau Nias memiliki Gunungsitoli sebagai daerah tertua dan terbesar yang sering disebut atau di kenal dengan sebutan Luaha.Kota Gunungsitoli
muncul pada 1665, ketika Davidson, kepala cabang VOC di Barus, mengadakan perjalanan keliling Pulau Nias demi kepentingan perdagangan
pemerintah kolonial Belanda. Namun, baru pada 1693 istilah Gunungsitoli muncul dalam dokumen resmi, yaitu dalam dokumen kontrak dagang antara
VOC Belanda dan raja dari Gunungsitoli. Gunungsitoli berasal dari istilah Onozitoli, sebuah kampung yang berarti: Ono =anak dan Sitoli =nama
seseorang. Setelah ditingkatkan statusnya dari kecamatan menjadi kota otonom, popularitas kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
47 Tahun 2008 merupakan yurisdiksi formal ditetapkan Gunungsitoli sebagai daerah otonom oleh Pemerintah Republik Indonesia yakni tanggal 26
Nopember 2008. Tak hanya pada tataran lokal atau regional.Bahkan, di tingkat international, Kota Gunungsitoli telah di kenal.Gunungsitoli atau sering disebut
Luaha sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Posisi
geografis Kepulauan Nias yang terpisah dari daratan Sumatera Utara, mengakibatkan akselerasi pembangunan dalam segala aspek dan dimensi
kehidupan relatif tertinggal dari daerah lain. Berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kemajuan atau
perkembangan kota Gunungsitoli, dengan membebaskan kota Gunungsitoli
50 dari kondisi ketertinggalan dan kemiskinan. Upaya-upaya memperbesar akses
pembangunan di Kota Gunungsitoli melalui penetapan sejumlah kebijakan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan yang terus dilakukan
untuk Kota Gunungsitoli.Berjalannya otonomi daerah, Kota Gunungsitoli belum mampu membebaskan diri dari ketertinggalan dan kemiskinan.
Tanggal 25 Mei 2009, Kota Gunungsitoli resmi dipimpin Drs. Martinus Lase, MSP, sebagai Pejabat Wali Kota.Dilantik oleh Menteri Dalam Negeri
Mendagri di Jakarta bersamaan dengan daerah otonom baru lainnya di Kepulauan Nias.Sejak saat itu, Kota Gunungsitoli sebagai pintu gerbang
Kepulauan Nias memiliki peningkatan perkembangan dan kemajuan idealisme dan semangat baru menuju arah yang baik.
Kondisi umum Kota Gunungsitoli dapat dijelaskan antara lain: 1.
Kota Gunungsitoli merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. 2.
Kota Gunungsitoli berbatasan dengan : a.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Nias Utara b.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias c.
Sebelah timur berbatasan dengan Samudera Hindia d.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nias 3.
Kota Gunungsitoli memiliki luas wilayah daratan kurang lebih 469,36 kilo meter persegi luas.
4. Wilayah perairan kurang lebih 89,00 kilo meter persegi dengan jumlah
penduduk sekitar 118.820 ribu jiwa. 3.2 Sejarah Pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT
Kota Gunugsitoli
51 Pengurusan Perizinan sebelumnya dilaksanakan dengan sistem
Pelayanan Terpadu Satu Atap, yang pengurusan izin dilalui beberapa SKPD. Keluarnya Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2006 tentang
penyelenggaraan Pelayananan Terpadu Satu Pintu diatur dan didelegasikan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT. Berdasarkan Peraturan
Walikota Gunungsitoli Nomor 05 Tahun 2009 yang didasarkan pada Kepmendagri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli dibentuk sebagai salah satu SKPD yang
menyelenggarakan Pelayanan Administrasi Perizinan dan Nonperizinan secara terpadu yang ditetapkan pada 28 september 2009 masih dalam pembentukan.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli mulai melaksanakan pemprosesan izin sejak awal 2011 dan menangani 27 jenis izin yang telah
dilimpahkan kewenangannya kepada BPPT Kota Gunungsitoli sebagaimana berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli 12 Tahun 2010 tentang
Pelimpahan Sebagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dilingkungan Pemerintahan Kota Gunungsitoli kepada Badan Pelayanan
Paerizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Seiring dengan perkembangan, pada 18 Juni 2014 BPPT Kota Gunungsitoli kembali menerima pendelegasian 59 jenis
izin berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 10 Tahun 2014 tentang pendelegasian Kewenangan Penyelenggara Pelayanan Perizinan Di
Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.
Jenis izin pada BPPT Kota Gunungsitoli:
52 1.
Persetujuan Prinsip. 2.
Izin Lokasi. 3.
Izin Tempat Usaha. 4.
Izin Gangguan. 5.
Izin Mendirikan Bangunan. 6.
Izin Mendirikan Rumah Sakit 7.
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. 8.
Izin Usaha Perikanan. 9.
Izin Penangkapan Ikan. 10.
Izin Kapal Pengangkut Ikan. 11.
Izin Pemanfaatan Ruang Milik Jalan. 12.
Izin Pemakaian Air Tanah. 13.
Izin Pengusahaan Air Tanah. 14.
Izin Usaha Industri. 15.
Izin Perluasan Industri. 16.
Tanda Daftar Industri. 17.
Tanda Daftar Perusahaan. 18.
Tanda Daftar Gudang. 19.
Izin Usaha Perdagangan. 20.
Izin Usaha Toko Modern. 21.
Izin Usaha Pusat Perbelanjaan. 22.
Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional. 23.
Izin Penyewaan KiosLost Pasar atau Izin Tempat Usaha Fasilitas Pasar.
53 24.
Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol. 25.
Izin Jasa Konstruksi. 26.
Tanda Daftar Tenaga Teknik. 27.
TDUP Usaha Jasa Makanan dan Minuman. 28.
TDUP Usaha Penyediaan Akomodasi. 29.
TDUP Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. 30.
TDUP Usaha Jasa Pramuwisata. 31.
TDUP Usaha Wisata Tirta. 32.
TDUP Usaha Spa. 33.
TDUP Usaha Daya Tarik Wisata. 34.
TDUP Usaha Kawasan Pariwisata. 35.
TDUP Usaha Jasa Transportasi Wisata. 36.
TDUP Usaha Jasa Perjalanan Wisata. 37.
TDUP Usaha Jasa Informasi Pariwisata. 38.
TDUP Usaha Jasa Konsultan Pariwisata. 39.
TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan. 40.
TDUP Usaha Penyelenggaraan Insentif. 41.
TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Konferensi. 42.
TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Pameran. 43.
Izin Usaha Budidaya Peternakan. 44.
Izin Usaha Obat Hewan. 45.
Izin Rumah Sakit Hewan. 46.
Izin Operasional Rumah Sakit. 47.
Izin Klinik.
54 48.
Izin Klinik Kecantikan. 49.
Izin Toko Obat. 50.
Izin Apotik. 51.
Izin Penyelenggaraan Optikal. 52.
Izin Pengobatan Tradisonal. 53.
Terdaftar Pengobatan Tradisional. 54.
Izin Usaha Bengkel Umum Kendaraan Bermotor. 55.
Izin Pendirian Perusahaan Pengangkutan dan Kendaraan Bermotor Umum.
56. Izin Pendirian Perusahaan Pengangkutan dengan Kendaraan Bermotor
Roda Tiga. 57.
Izin Pengangkutan Umum Tidak Bermotor Roda Tiga. 58.
Surat Izin Mengemudi Becak Dayung SIM-D. 59.
Izin Bongkar Muat Barang. Dalam kurun waktu 5 lima tahun, target penyelenggaraan perizinan pada
BPPT Kota Gunungsitoli adalah sebanyak 110 seratus sepuluh jenis perizinan. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli mulai efektif
dalam melayani masyarakat pada tanggal 02 Januari 2011.
Adapun tugas pokok BPPT Kota Gunungsitoli adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan
dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. BPPT Kota Gunungsitoli
mempunyai kedudukan dan peran strategis dalam melaksakan prioritas pertama
55 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Gunungsitoli
Tahun 2011-2016 yaitu “peningkatan kualitas pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah”. Untuk melaksanakan peran tersebut,
BPPT Kota Gunungsitoli telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2011-2016 dengan menetapkan visi dan misi BPPT Kota Gunungsitoli.
Acuan dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan yakni pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip, sebagai berikut :
1. Kesederhanaan :
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan dan Kepastian
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal : a.
Persyaratan teknis dan publik trative pelayanan publik; b.
Unit kerjapejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik. c.
Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. Kepastian waktu, Pelaksanaan pelayaan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan. 3.
Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum terhadap masyarakat.
56 4.
Keterbukaan Prosedurtata cara, persyaratan, waktu penyelesaiian, rincian biaya serta
lain-lainnya yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar diketahui dan dipahami masyarakat.
5. Efesiensi
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan yang diberikan. b.
Adanya kelengkapan persyaratan dan kesatuan kerjainstansi pemerintah yang terkait.
6. Ekonomis
Pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar .
7. Keadilan yang Merata
Cangkupanjangkauan pelayaanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh
lapisan masyarakat. 8.
Ketetapan Waktu Menjaga konsisten pelaksanaan jadwal waktu pemberian pelayanan dan
mengefektifitaskan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh pimpinan atasan langsung.
Adapun yang menjadi dasar hukum pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli yaitu :
57 1
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per20M.PAN2006 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.
3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. 4
Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Gunungsitoli.
3.2.1 Visi dan Misi