1. Analisis Vertikal Statis
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu Periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang
ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan ke periode selanjutnya.
2. Analisis Horizontal Dinamis
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini
akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain
.
2.3.1 Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau analisis rasio “merupakan salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan”Wild, Subramanyam,
2010:40. Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja
dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya.
Rasio keuangan menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi arimatika sederhana,
interpretasinya lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting.
Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi
area yang memerlukan investigasi yang lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam
menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya,
rasio yang paling bermanfaat bila orientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering
menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan.
2.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara umum, rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka
pendek. Kewajiban jangka pendek adalah utang debt yang mesti dibayar dalam periode waktu yang sama yang dipakai dalam menentukan aktiva lancar.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor, seperti pemasok dan bankir.
Kelikuiditasan perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat dikatakan likuid
bila perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti utang dagang, utang gaji, utang pajak. Sebaliknya, perusahaan yang tidak
mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan illikuid atau tidak likuid.
Aktiva lancar merupakan sumber daya yang relatif likuid. Aktiva lancar seperti kas, piutang dagang, persediaan, dan beban dibayar dimuka. Menurut
Simamora 2000:523 “untuk memenuhi syarat sebagai aktiva lancar, suatu aktiva lancar harus bisa dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu yang
relatif singkat, tanpa mengganggu kegiatan-kegiatan normal perusahaan.
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Rasio likuiditas menurut Simamora 2000:524 “antara lain rasio lancar, acid test ratio, putaran
piutang dagang, dan putaran persediaan. Menurut Kasmir 2008:134 “jenis rasio likuiditas yang ada seperti current ratio, quick ratio atau acid test ratio,
cash ratio, rasio perputaran kas, inventory to net working capital”. Rasio yang menjadi variabel dan fokus penelitian ini adalah rasio likuiditas.
Namun tidak semua rasio likuditas yang akan diuji, hanya rasio lancar current ratio. Seperti yang dikemukakan Subramanyam dan Wild 2010:45 “rasio
likuiditas yang paling penting adalah rasio lancar”. Rasio lancar menurut Kasmir 2008:134 “merupakan rasio untuk mengukur kemampuan jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”. Rasio lancar mengukur tingkat kemampuan dan keamanan
perusahaan, yaitu ketersediaan aktiva lancar untuk menutupi kewajiban. Menurut Stice, et al 2009:806 “rasio lancar adalah sebuah ukuran tidak
langsung atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan datang. Rasio-rasio berdasarkan arus kas dari kegiatan operasi
memberikan indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi prediksi jumlah kas yang harus
dipenuhi”. Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam 2010:44
Current Ratio X1 = x100
2. Rasio Solvabilitas
Pendanaan perusahaan bersumber dari dua pendanaan yaitu dari kreditor jangka pendek seperti pemasok dan kreditor jangka panjang seperti pemegang
saham. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya Wild, Subramanyam. 2010:46.
Menurut Rahardjo 2008:118 “rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjangnya”. Rasio solvabilitas mengukur kontribusi pemegang saham dibandingkan dengan dana yang berasal dari kreditor.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus dan variabel adalah rasio debt to equity ratio. Menurut Kasmir 2008:157 “debt to equity ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas”. Rasio ini
berfungsi mengetahui setiap modal yang dimiliki yang dijadikan untuk jaminan utang dan memberikan petunjuk mengenai kelayakan dan risiko keuangan
perusahaan. Bagi pihak kreditor, semakin besar rasio solvabilitas akan tidak menguntungkan disebabkan akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Namun bagi pihak pemegang saham, semakin tinggi rasio ini akan semakin baik.
Bagi setiap perusahaan akan berbeda rasio debt to equity rasio,tergantung karakteristik perusahaan dan arus kasnya. Menurut Wild, Subramanyam
2010:44 rumus untuk menghitung total utang terhadap ekuitas debt to equity rasio
Debt to Equity Ratio X2 =
3.Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini mengukur tingkat efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas atau
pemanfaat asset menurut Wild, Subramanyam 2010:45 dapat dklasifikasikan menjadi “rasio perputaran kas cash turover, rasio perputaran piutang usaha
account receveible turnover, rasio perputaran persediaan inventory turnover, rasio perputaran modal kerja working capital turnover, rasio
perputaran aset tetap PPE turnover, dan rasio perputaran total aset total asset turnover.
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dan variabel pada penelitian ini adalah rasio perputaran total asset total asset turn over. Rasio ini digunakan untuk
mengukur perputaran aktiva perusahaan untuk memperoleh penjualan yang dilakukan perusahaan. Rumus rasio ini menurut Wild, Subramanyam 2010:45
Total Asset TurnOver X3 = Total Aktiva Total Assets Turnover merupakan rasio aktivitas yang
digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa asset. Semakin tinggi
efisien penggunaan asset Maka semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas Abdul Halim, 2007. Total Assets Turnover sendiri merupakan
rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwa
perusahaan beroperasi pada volume yang memadai bagi kapsitas investasinya.
Sedangkan menurut Weston dan Brigham, 1989, TATO merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua
aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus
ditingkatkan. Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan dari langkah-langkah
tersebut harus segera dilakukan. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga meningkat Sawir, 2001. Sedangkan TATO dipengaruhi oleh besar kecilnya
penjualan dan total aktiva, baik lancar maupun aktiva tetap. Karena itu, TATO dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada satu sisi dan pada sisi lain
diusahakan agar penjualan dapat meningkat relatif lebih besar dari peningkatan aktiva atau dengan mengurangi penjualan disertai dengan pengurangan relatif
terhadap aktiva, Pieter Leunupun, 2003 3.
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberi ukuran tingkat efektivitas manajemen perusahaan. Tujuan perusahaan adalah mempertahankan
kelangsungan hidupnya, untuk tetap bertahan perusahaan harus mampu untuk menghasilkan laba. Bila perusahaan rugi, pihak kreditor akan
mempertimbangkan untuk tetap memberi pinjaman atau menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Menurut Kasmir 2008:199 rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
1. Profit margin profit margin on sales yang terdiri dari
a. Gross Profit margin
b. Net Profit Margin
2. Return On Investment ROI
3. Laba Per Lembar Saham
4. Return On Equity ROE
2.4. Size