10 c.
Nyeri berdasarkan berat ringannya 1.
Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah. 2.
Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. 3.
Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. d.
Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan 1.
Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dn berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri
koroner. 2.
Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali
lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus- menerus terasa makin lama
semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya nyeri karena neoplasma.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Menurut Mubarak dan Chayatin 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri terdiri atas:
1. Etnik dan Nilai Budaya
Latar belang etnik dan nilai budaya merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh,
11 individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan
nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan peerasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain.
2. Tahap Perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal
ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibanding orang dewasa, dan kondisi ini dapat
menghambat penanganan nyeri untuk mereka. 3.
Lingkungan dan Individu Pendukung Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan,
dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah
satu faktor penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. 4.
Pengalaman nyeri sebelumnya Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu
dan kepekaannya terhadap nyeri individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri
cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan dengan individu yang lain yang belum pernah
mengalaminya.
12 5.
Ansietas dan Stres Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman
yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri.
2.1.6 Asuhan Keperawatan Nyeri
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama Prasetyo, 2010 yakni:
a. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
b. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif. Terdapat beberapa komponen yang harus
diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Komponen-komponen tersebut diantaranya:
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkannya adanya nyeri, walaupun
dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya,
ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
b. Karakteristik nyeri Metode P, Q, R, S, T
1 Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus
nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan
13 observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila
perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan
perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri. 2
Kualitas Q: Quality Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-
pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, di mana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan
kualitas nyeri yang dirasakan. 3
Lokali R: Region Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik,
maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan halini akan sulit
apabila nyeri yang dirasakan bersifat difusmenyebar. 4
Keparahan S: Severe Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karekteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk mengambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai
nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
14 klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang
membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak
dikembangkan alat yang dinamakan “Oucher”. Alat ini terdiri dari dua skala yang terpisah, sebuah skala dengan nilai 0-100
pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang
digunakan pada anak-anak yang lebih kecil.
Wong dan Baker 1988, juga mengembangkan skala wajah untuk mendeskripsikan nyeri pada anak-anak. Skala
tersebut terdiri dari 6 wajah profil kartun yang menggambarkan wajah tersenyum bebas dari rasa nyeri, kemudian bertahap
15 menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih dan
wajah yang sangat ketakutan nyeri yang sangat.
5 Durasi T: Time
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan , dursdi, dsn rsngksisn nyri.
6 Faktor yang memperberatmemperingan nyeri.
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu
stres dan yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghindari
peningkatan respon nyeri pada klien. Menurut Wong 2004, salah satu pendekatan pengkajian
nyeri pada anak adalah QUESTT: a
Question pertanyaan anak b
Use menggunakan skala peringkat nyeri c
Evaluate mengevaluasi perilaku d
Secure melindungi keterlibatan orangtua e
Take mendapatkan penyebab nyeri dalam catatan f
Take mengambil tindakan
16 7
Faktor Pencetus P: Provocate Observasi Respon Perilaku dan Fisiologis
Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti
menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. Selain
ekspresi wajah respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi mis., erangan, menangis, berteriak, imobilisasi
bagaian tubuh yanga mengalami nyeri, gerakkan tubuh tanpa tujuan mis., menendang-nendang, membolak-balikkan tubuh di atas kasur,
dll.
2. Analisa Data
a. Nyeri Akut Wilkinson Ahern, 2009
Batasan Karakteristik: Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat Objektif
1 Posisi untuk menghindari nyeri
2 Perubahan tonus otot
3 Perubahan selera makan
4 Perilaku distraksi misalnya, mondar mandir, mencari orang
danatau aktivitas lain, aktivitas berulang
17 5
Perilaku ekspresif misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela
nafas panjang 6
Wajah topeng nyeri 7
Perilaku menjaga atau sikap melindungi 8
Bukti nyeri yang dapat diamati 9
Gangguan tidur Batasan Karakteristik yang Lain:
1 Menyeringai
2 Pucat
3 Menarik diri
4 Rentang perhatian terbatas
5 Mengkomunikasikan deskriptor nyeri misalnya, rasa tidak
nyaman, mual, berkeringat malam hari, kram otot, gatal kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstremitas.
b. Nyeri Kronis Wilkinson Ahern, 2009
Batasan Karakteristik: Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau
menunjukkan bukti sebagai berikut. Subjektif
1 Depresi
2 Keletihan
3 Takut kembali cedera
18 Objektif
1 Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
2 Anoreksia
3 Perubahan pola tidur
4 Wajah topeng
5 Perilaku melindungi
6 Gelisah
7 Perubahan berat badan
3. Rumusan Masalah
a.
Nyeri akut
b.
Defisit perawatan diri
c.
Gangguan mobilisasi fisik
4. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan
Nyeri Akut Defenisi : Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakkan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti
kerusakkan International Association for the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasi-nya kurang dari enam bulan.
19 Faktor yang Berhubungan :
− Agens-agens penyebab cedera misalnya, biologis, kimia, fisik, dan
psikologis −
Trauma jaringan
Hari Tanggal
No. Dx
Perencanaan keperawatan
1 Tujuan dan Kriteria hasil:
− Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri − Klien melaporkan adanya peningkatan rasa
nyaman − Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan
psikologis yang dimiliki − Klien mampu menjelaskan faktor-faktor
penyebab nyeri − Klien mampu menggunakan terapi yang
diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah
Rencana tindakan Rasional
1. Kaji skala nyeri
2. Kaji terhadap faktor yang
menyebabkan nyeri 3.
Kurangi atau hilangkan faktor- faktor yang dapat meningkatkan
nyeri 4.
Kolaborasikan dengan individu untuk menjelaskan metode-metode
apa saja yang dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyerinya
1. Data dasar dalam
melakukan intervensi 2.
Menentukan intervensi lebih lanjut
3. Meningkatkan tingkat
kenyamanan
4. Mengurangi ketegangan
otot dan meningkatkan tingkat kenyamanan
20
Lanjutan
a. Instruksikan penggunaan
teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot
b. Gunakan bantal dan selimut
untuk mendukung bagian yang nyeri untuk mengurangi
jumlah nyeri yang tegang c.
Tingkatkan relaksasi dengan tepuk punggung, pijatan, atau
mandi air hangat d.
Ajarkan teknik relaksasi e.
Diskusikan penggunaan kompres panasdingin
f. Lakukan teknik distraksi mis.
mengajak klien berbincang- bincang
5. Kaji respon terhadap tindakan
penurunan rasa nyeri 6.
Kaji keadaan luka
7. Lakukan perawatan luka dengan
teknik steril sesuai program 8.
Jaga kebersihan tempat tidur 5.
Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
6. Menentukan intervensi
lebih lanjut 7.
Penyembuhan luka
8. Mengurangi tekanan yang
memicu nyeri pada luka
21
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
1.1.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA PASIEN
Identitas Pasien
Nama :
An. A Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur :
10 tahun Agama
: Islam
Pendidikan :
SD Pekerjaan
: Pelajar
Alamat :
Jl. T. Bongkar IX No 48 Kelurahan Tegal Sari
Tanggal Masuk RS :
03-06-2014 No. Register
: 00.92.79.24
RuanganKamar :
Kenangan II Golongan Darah
: O
Tanggal Pengkajian :
03-06-2014 Medis
: Head Injury + Multiple Excoriated Wound
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengalami luka pada kepala, tangan dan kaki yang disebabkan kecelakaan yang terjadi kurang lebih 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Klien mengeluhkan nyeri pada bagian luka.
22
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A.
Provocativepalliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengatakan mengalami nyeri pada bagian luka dan yang menyebabkan hal ini terjadi karena kecelakaan ketika sedang
menyebrang sepulang dari sekolahnya. 2.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan Hal yang memperbaiki keadaan adalah dengan tidur amun terkadang
terbangun karena kesakitan pada area luka. B.
Quantityquality 1.
Bagaimana dirasakan Klien merasakan perih pada bagian luka dan tidak bisa disentuh,
terasa panas, seperti tertusuk-tusuk 2.
Bagaimana dilihat Terdapat hematom pada bagian kepala, mata dan mulut, klien juga
tampak lemah, terdapat bekuan darah hampir di seluruh tubuh klien. Klien terlihat meringis kesakitan.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Klien mengalami luka pada bagian kepala, wajah, mata, ekstremitas atas dan bawah.
2. Apa menyebar
Klien mengatakan rasa perih tidak menyebar, hanya pada area luka.
23 D.
Severity Perih yang di rasakan klien karena luka baru yang ada pada tubuhnya.
Derajat nyeri yang dirasakan klien berdasarkan skala wajah berada pada skala 4
E. Time
Klien menyatakan nyeri dan perih hampir sepanjang hari, semakin terasa saat digerakkan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang serius.
b. Pengobatantindakan yang dilakukan
Klien tidak pernah mengalami tindakan pengobatan hanya kalau sakit minum obat yang dijual di warung seperti panadol dan komix.
c. Pernah dirawatoperasi
Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
d. Lama dirawat
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
e. Alergi
Klien tidak memiliki alergi. V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA a.
Orang tua
Orangtua klien tidak memiliki penyakit yang serius yang pernah dialaminya.
24
b. Saudara kandung
Saudara klien juga tidak memiliki penyakit yang serius.
c. Penyakit keturunan yang ada
Klien dan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan. VI.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL a.
Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berusaha untuk sembuh dan menerima keadaan dengan berpasrah kepada tuhan yang Maha Esa.
b. Konsep Diri
Gambaran diri : Klien terus berusaha untuk cepat sembuh
dan berkumpul kembali dengan keluarga.
Ideal diri : Klien berharap dan percaya bahwa klien
sembuh dan ingin cepat pulang. Harga diri
: Klien dapat menerima keadaan penyakitnya seperti ini dengan pasrah.
Peran diri : Klien berperan sebagai anak dalam
keluarganya. Identitas
: Klien sebagai anak dalam keluarga dan adik dalam keluarganya
c. Keadaan emosi
Emosi klien dalam keadaan yang stabil.
25
d. Hubungan sosial
Orang yang berarti : Orang yang berarti dalam kehidupan
klien adalah keluarganya. Hubungan dengan keluarga : Hubungan klien dengan keluarga terjalin
dengan baik. Hubungan dengan orang lain: Klien berhubungan baik dengan orang
lain yang ada di sekitarnya
e. Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien memiliki keyakinan bahwa akan
sembuh dengan berusaha dan berdoa. Kegiatan ibadah
: Selama berada dirumah sakit klien tidak melakukan sholat dikarenakan
penyakitnya tetapi klien.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Klien memiliki kesadaran penuh, klien terlihat pucat, lemah, dan lemas.
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 37
Tekanan darah : 13080 mmHg
C
Nadi : 80xi
Pernafasan : 24xi
Skala nyeri : 4
26
c. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk : Bentuk mesocephal, kepala klien
simetris dan ada benjolan atau hematom pada kepala sebelah
kanan. Kulit kepala
: Kulit kepala klien tidak bersih, banyak bekuan darah dan juga
berketombe.
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut klien merata dan rambut klien terlihat berminyak,
rambut klien jug di penuhi darah. Bau
: Rambut klien tercium berbau amis Warna kulit
: Warna rambut klien hitam.
Wajah
Warna kulit : Kulit wajah klien sawo matang.
Struktur wajah : Struktur wajah klien simetris dan
terdapat luka lecet pada wajah klien.
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang lengkap dan simetris antara kanan dan kiri.
Terdapat hematom pada mata kanan klien.
27 Konjungtiva dan sklera
: Konjungtiva klien pucat sklera klien putih.
Pupil : Pupil klien ikut mengecil pada saat
diberi rangsangan cahaya. Cornea dan iris
: Cornea mata klien tidak ditemukan adanya kelainan.
Tekana bola mata : Tidak dirasakan klien adanya
tekanan bola mata.
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi: Tulang hidung klien dalam keadaan normal tidak ditemukan kelainan.
Lubang hidung :
Lubang hidung klien terlihat sedikit lendir dan dalam keadan normal Cuping hidung
: Klien bernafas dengan normal.
Telinga
Bentuk telinga : Klien memiliki 2 telinga dengan
bentuk yang normal dan simetris antara kanan dan kiri.
Ukuran telinga : Ukuran telinga klien antara kanan
dan kiri sama besar. Lubang telinga
: Lubang telinga klien bersih, tidak terdapat cairan yang keluar dari
lubang telinga klien.
28 Ketajaman pendengaran
: Klien masih mampu mendengar suara dengan baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir : Bibir klien simetris, bibir klien
terlihat kering dan terdapat pembengkakkan pada bibir klien.
Keadaan gusi dan gigi : Gigi klien tidak mengalami kelainan
tetapi gigi klien ada pembusukkan 1-3 gigi dan gigi sedikit berwarna
kekuningan. Keadaan lidah
: Keadaan lidah klien berada di garis tengah dan klien mampu untuk
menggerakkan lidah dengan baik.
Leher
Posisi trachea : Trachea berada pada posisi yng
normal tidak ditemukan adanya kelainan.
Thyroid : Tidak ditemukan massa di daerah
thyroid klien.dan tidak ada pembesaran kelenjar thyriod klien.
Suara : Suara klien terdengar jelas dan tidak
ada kelainan.
29 Kelenjar limfe
: Tidak ditemukan kelainan pada kelenjar limfe dan tidak ada nyeri
tekan. Denyut nadi karotis
: Denyut nadi karotis klien teraba.
Pemeriksaan integumen
Kebersihan : Kulit klien terlihat tidak bersih,
terdapat kotoran atau bekuan darah dikulit klien.
Kehangatan : Kulit klien terasa sedikit dingin
karena keringat klien. Warna
: Kulit klien berwarna sawo matang. Turgor
: Turgor kulit kembali sebelum 2 detik.
Kelembaban : Kulit klien tidak terlalu lembab.
Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan kelainan pada kulit
klien, namun terdapat beberapa luka lecet pada permukaan kulit.
Pemeriksaan thoraksdada
Inspeksi thoraks : Bentuk thoraks klien simetris.
Pernafasan : Irama pernafasan klien teratur
dengan frekuensi yang tidak terlalu cepat.
Kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan dalam
pernafasan
30
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : Getaran yang dirasakan antara paru-
paru kanan dan kiri sama. Perkusi
: Terdapat bunyi sonor pada pemeriksaan paru klien
Auskultasi : Tidak
terdengar wheezing, ronchi, mengi Abdomen
: I : supel, datar
Pa : tidak teraba masa atau tidak ada nyeri tekan
Pe : tympani
Pemerikaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia : Genitalia klien tidak mengalami
kelainan. Anus dan perineum
: Anus dan perineum tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan muskuloskeletalekstremitas
Ektremitas bawah : tidak terdapat oedem kaki, terdapat
luka di kedua kaki Ektremitas atas
: kedua tangan terdapat luka lecet
31
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola makan dan minum
Frekuensi makanhari : Klien makan 3xhari.
Nafsuselera makan : Nafsu makan klien selama di rumah sakit
sedikit menurun dari biasanya, namun klien selalu menghabiskan makanan yang
diberikan Nyeri ulu hati
: Klien tidak merasakan nyeri ulu hati. Alergi
: Tidak ditemukan alergi makanan pada klien.
Mual dan muntah : Klien tidak mengalami muntah dan mual.
Jumlah dan jenis makanan : Jumlah makanan yang di makan klien termakan 1 porsi dan jenis makannya
makan biasa. Masalah makan dan minum kesulitan menelan, mengunyah :
Tidak di temukan kesulitan pada saat klien menelan dan mengunyah.
b. Perawatan diri personal hygiene
Kebersihan tubuh : Klien tidak dapat melakukan kebersihan
diri selama di rumah sakit. Klien jarang dibantu keluarga dalam kebersihan diri
sebab selama dirumah sakit yang sering menjaga klien adalah saudara laki-lakinya
yang masih kelas 6 SD, tubuh klien
32 kurang bersih ditambah dengan luka lecet
yang terdapat di tubuh klien. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi klien terlihat kurang bersih dan mulut
klien tercium bau. Kebersihan kuku kaki dan tangan:
Kuku kaki dan tangan klien kotor dan panjang.
c. Pola kegiatanAktivitas
Sebelum sakit klien mengatakan melakukan aktifitas dan latihan seperti; makan, minum, toeileting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, dan
berpindah secara mandiri. Selama sakit klien tidak dapat melakukan aktifitas seperti; makan, minum, toileting, berpakaian, mobilisasi
ditempat tidur dan berpindah dibantu oleh orang lain.
d. Pola tidur
Sebelum sakit klien mengatakan, biasanya tidur mulai jam 21.00 wib- 06.00 wib, dan tidur siang kurang lebih 1 jam. Klien dapat tidur dengan
nyenyak dan tidak sering terbangun pada malam hari. Selama sakit, data yang muncul pada hari pertama, klien tidak ada gangguan pola tidur.
Data yang muncul pada hari ke-2, klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena merasakan nyeri pada bagian dimana terdapat
luka, tidur malam pukul 20.00 wib, dan terkadang terbangun pada malam hari karena nyeri pada bagian luka.
33
e. Pola Eliminasi
BAB
Pola BAB : Klien BAB sehari dalam sehari klien BAB pada
pagi hari tapi terkadang sore hari klien juga bisa BAB.
Karakter feses : Karekter feses klien lunak tidak cair dan
berwarna kuning. Riwayat perdarahan : Tidak ditemukan adanya riwayat perdarahan
pada BAB klien. BAB terakhir
: Klien terakhir BAB pada pagi hari. Diare
: Klien tidak mengalami diare.
BAK
Pola BAK : Klien BAK sampai 4- 5x perhari
Karakter urine : Urine klien berwarna kuning dan lancar.
Kesulitan BAK : Klien tidak mengalami rasa sakit saat BAK dan
tidak ditemukan kesulitan dalam BAK. Riwayat penyakit ginjal kandung kemih :
Klien tidak ditemukan adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih.
34
2.2.2 Analisa Data