Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom

(1)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA SUSU SAPI , SUSU SAPI KEMASAN DAN AIR TAJIN SECARA

SPEKTOFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH: SILVIA NIM 050804070

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA SUSU SAPI, SUSU SAPI KEMASAN DAN AIR TAJIN SECARA

SPEKTOFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: SILVIA NIM 050804070

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA SUSU SAPI, SUSU SAPI KEMASAN DAN AIR TAJIN SECARA

SPEKTOFOTOMETRI SERAPAN ATOM OLEH:

SILVIA 050804070

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Juli 2009

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Drs. Syahrial Yoenoes, SU., Apt.) (Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP: 131 286 001 NIP: 130 809 700

Pembimbing II, (Drs.Syahrial Yoenoes, SU., Apt.) NIP: 131 286 001

(Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt.) (Dra. Sudarmi , M.Si., Apt.) NIP: 131 283 723 NIP 131 283 719

(Drs.Maralaut Batubara,Mphill.,Apt.) NIP. 130 804 138

Medan, Juli 2009 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP: 131 283 716


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TYME yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang brejudul “Penetapan Kadar Kalsium pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin secara Spektofotometri Serapan atom”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Salah satu kandungan gizi yang diperoleh dari susu dan air tajin adalah kalsium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar kalsium yang terkandung dalam susu dan air tajin. Ternyata kadar kalsium yang terkandung dalam susu dan air tajin berbeda. Kadar kalsium yang terkandung dalam susu maupun air tajin tidak mencukupi asupan kalsium dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan kalsium pada susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua dan saudara-saudari atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis dalam menghantarkan penulis meraih cita-cita sehingga penulis tetap semangat dan termotivasi dalam menyelesaikan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini,

2. Bapak Drs.Syahrial Yoenoes, SU., Apt. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah sabar membimbing dan menghadapi penulis selama penelitian serta untuk waktu yang telah diberikan kepada penulis, dan kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt. sebagai Dosen Pembimbing


(5)

II atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis baik selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini,

3. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., penasehat akademik penulis Bapak Dr. Karsono, Apt., Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si, Apt. dan Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini,

4. Sahabat-sahabat Farmasi 2005 yang telah berjuang bersama-sama baik dalam suka maupun duka dalam menyelesaikan semester-semester hingga penyelesaian penelitian ini,

5. Kak Ulfa, Johan, Maria, Syabie, Finnie, Tata, Winda, Bang Baginda, Kistia, Bang Surya, Devi yang telah memberi penulis pendapat, semangat, kritikan dan saran ; yang kesemuanya sangat membantu penulis,

6. Staf pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang selalu setia membantu dan memberikan dukungannya.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan penulis dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi ilmu farmasi khususnya.

Medan, Juli 2009 Penulis,


(6)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA SUSU SAPI, SUSU SAPI KEMASAN DAN AIR TAJIN SECARA

SPEKTOFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK

Masyarakat semakin menyadari perlunya kalsium dalam masa pertumbuhan. Kalsium memiliki peranan yang cukup penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan manusia terutama untuk pembentukan tulang. Oleh karena itu, penetapan kadar kalsium telah dilakukan di dalam berbagai susu dan air tajin. Pemeriksan ini dilakukan karena masyarakat Indonesia secara tradisional menggunakan air tajin sebagai pengganti susu untuk balita dikarenakan harga susu yang semakin meningkat. Air tajin mempunyai kandungan gizi yang hampir sama dengan susu.

Pemeriksaan kalsium dilakukan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode Spektofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi dimana konsentrasi kalsium 1,5 sampai 4 ppm.

Persamaan garis regresi (Y) dan koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi yaitu Y = 0,0613X + 0,0113 dan koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai simpangan baku (SB) = 0,7186 x 10-3, batas deteksi (LOD) = 0,0352 dan batas kuantitasi (LOQ) = 0,1173. Kadar kalsium yang diperoleh dari hasil analisis pada masing-masing sampel yaitu 121,75 ± 2,25 mg/100 ml untuk susu sapi; 107,28 ± 0,50 mg/100 ml untuk susu sapi kemasan dan 1,96 ± 0,02 mg/100 ml untuk air tajin. Uji validasi dari susu sapi kemasan dan air tajin yaitu diperoleh persen perolehan kembali secara berurutan sebesar 83,24 %, 88,72 % dan persen relatif standar deviasi secara berurutan 0,57 %, 0,92 %. Berdasarkan hasil perhitungan, disimpulkan bahwa kadar kalsium (Ca) dalam sampel dari jumlah terbesar sampai terkecil adalah susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin.

Kata kunci : susu, air tajin, kalsium, penentuan kadar, spektofotometri serapan atom


(7)

CONTENT DETERMINATION of CALCIUM IN MILK, PACKING MILK AND THICK WATER FROM COOKED RICE

WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTOFOTOMETRY ABSTRACT

The citizens have realized the needs to consume calcium for the growth. Calcium has the important function to support the growth and development for the body especially for bone development. Therefore, the examination of calcium has been done in kinds of milk and thick water from cooked rice. This examination was done because Indonesian traditionally use thick water from cooked rice often fed to infants as milk substitute because of the price of the milk so high. Thick water from cooked rice has nutrition contents that is the same with milk.

The examination of calcium was done by quantitative methods. Quantitative analysis of calcium was done by using Atomic Absorption Spectroscopy method where the examination of the calcium was measured at 422.7 nm wave length. The seize of linear curve calibration show the linear relation between absorbance and concentration, where the concentration of calcium is from 1.5 – 4 ppm.

The seize result of linier curve calibration acquired the regretion Y = 0.0613X + 0.0113 dan correlation coefficient (r) = 0.9998. The value of standard deviation(SD) = 0.7186 x 10-3, limit of detection (LOD) = 0.0352 dan limit of quantitation (LOQ) = 0.1173. The analysis result of calcium for samples were 121.75 ± 2.25 mg/100 ml in milk; 107.28 ± 0.50 mg/100 in packing milk and 1.96 ± 0.02 mg/100 ml in thick water from cooked rice. The validation test of packing milk acquired % recovery and % relative standard deviation around 83.24 % and 0.57 %. The validation test of thick water from cooked rice acquired % recovery and % relative standard deviation around 88.72 % and 0.91 %.Based on counting result, concluded that the value of calcium from the highest to the lowest are milk, packing milk and thick water from cooked rice.

Key words : milk, thick water from cooked rice, calcium, content determination, atomic absorption spectrofotometry


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu ... 5

2.2 Air Tajin ... 5

2.3 Kalsium ... 6

2.3.1 Sumber Kalsium ... 8


(9)

2.3.3 Akibat Kelebihan Kalsium ... 9

2.4 Persiapan Sampel untuk Penetapan Mineral ... 9

2.5 Spektofotometri ... 10

2.5.1 Spektofotometer Serapan Atom ... 10

2.5.2 Gangguan ... 13

2.5.2.1 Gangguan Spektral ... 13

2.5.2.2 Gangguan Kimia ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 15

3.2 Bahan-Bahan ... 15

3.3 Alat-Alat ... 15

3.4 Prosedur Penelitian ... 16

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 16

3.4.2 Penyiapan Sampel ... 16

3.4.2.1 Penentuan berat jenis air tajin ... 16

3.4.3 Pembuatan Pereaksi ... 16

3.4.4 Proses Destruksi Basah untuk Susu Sapi ... 16

3.4.5 Proses Destruksi Kering untuk Air Tajin ... 17

3.4.5.1 Pembuatan Larutan Sampel ... 17

3.4.6 Pemeriksaan Kuantitatif 3.4.6.1 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 17

3.4.6.2 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 18

3.4.6.3 Keseksamaan (Presisi) ... 18


(10)

3.4.7 Analisis Data secara Statistik

3.4.7.1 Uji Penolakan Hasil Analissis ... 20

3.4.7.2 Uji Kesamaan Beberapa Rata-rata (Anava) ... 21

3.4.8 Uji Validasi Metode Analisis 3.4.8.1 Uji Recovery ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Survei di Beberapa Plaza dan Toko Kelontong di Kota Medan ... 23

4.2 Penyiapan Sampel ... 24

4.3 Kurva Kalibrasi Kalsium ... 24

4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 25

4.5 Uji Keseksamaan ... 25

4.6 Penentuan Kandungan Kalsium dalam Sampel ... 26

4.7 Uji Kesamaan Rata-rata ... 29

4.8 Uji Perolehan Kembali ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tabel Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% (P=0,05) pada Uji Dua Sisi ... 20

Tabel 2. Hasil Survei Beberapa Tempat Penjualan Berbagai Merek Susu

Cair Kemasan ... 23

Tabel 3. Persen RSD pada Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin ... 25 Tabel 4. Kadar Rata-rata Logam Ca dalam Sampel ... 26 Tabel 5. Perbandingan Kadar Kalsium Rata-rata (Mean) Antara Susu Sapi,

Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin ... 29

Tabel 6. Persen Perolehan Kembali pada Susu Sapi Kemasan dan Air


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Ca dengan Konsentrasi 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5;

4,0 ppm yang Diukur dengan Alat Spektofotometri Serapan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dari Data Kurva

Kalibrasi Kalsium yang Diperoleh secara AAS pada

Panjang Gelombang 422,7 nm ... 34

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas

Kuantitasi (LOQ) Logam Ca ... 36

Lampiran 3. Perhitungan Berat Jenis Air Tajin ... 37

Lampiran 4. Data Berat, Volume dan Berat Abu dari Air Tajin ... 38

Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kadar Kalsium dalam Susu Sapi,

Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin ... 39

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium pada Sampel ... 40

Lampiran 7. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca pada Susu Sapi ... 41 Lampiran 8. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca pada Susu Sapi

Kemasan ... 42

Lampiran 9. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca Pada Air Tajin ... 43

Lampiran 10. Uji Kesamaan Beberapa Rata-rata (Anava) Kadar Logam

Ca ... 44

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali (% Recovery)

Kalsium dari Data Hasil Pengukuran Absorbansi

dalam Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin ... 51

Lampiran 12. Data Konsentrasi Ca Yang Sebenarnya Dalam Susu

Sapi Kemasan Dan Air Tajin ... 54

Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) Pada Susu Sapi

Kemasan ... 55

Lampiran 14. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) Pada Air Tajin ... 56 Lampiran 15. Gambar Susu Sapi ... 57


(14)

Lampiran 16. Gambar Susu Sapi Kemasan ... 58

Lampiran 17. Gambar Air Tajin ... 59

Lampiran 18. Gambar Alat Tanur ... 60

Lampiran 19. Gambar Alat Spektrofotometri Serapan Atom ... 61

Lampiran 20. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 62

Lampiran 21. Tabel Nilai Kritik Distribusi Bartlett ß0,05 ( r : n ) ... 63


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mineral terdapat di dalam tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Keseimbangan mineral di dalam tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2002).

Kalsium merupakan komponen penting dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium merupakan mineral yang terdapat paling banyak di dalam tubuh yaitu 1,5 -2 % dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dalam kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/liter (9-10,4 mg/100 ml) (Almatsier, 2002).

Peranan penting kalsium ialah mencegah penyakit osteoporosis yaitu kondisi di mana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah karena kekurangan kalsium. Osteoporosis umumnya lebih banyak diderita kaum wanita karena itu jumlah wanita yang terserang osteoporosis lebih banyak daripada pria, terutama mereka yang memasuki masa menopause atau berusia di atas 40 tahun (Anonim, 2009b). Asupan kalsium berlebih dapat menyebabkan penyakit hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi), suatu keadaan dimana


(16)

awal dari hiperkalsemia biasanya adalah konstipasi (sembelit), kehilangan nafsu makan, mual-muntah dan nyeri perut. Ginjal mungkin secara abnormal akan menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak. Akibat pengeluaran air kemih yang berlebihan ini, cairan tubuh akan berkurang dan akan terjadi gejala dehidrasi (Anonim, 2009c).

Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) yaitu bayi 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg, dan ibu hamil dan menyusui > 400 mg (Almatsier, 2002). Kalsium dapat diperoleh dari padi-padian, umbi, kacang-kacangan, biji-bijian, daging, ikan, kerang, udang, sayuran, buah-buahan, susu, margarin, dll. Kalsium yang terdapat pada beras giling mengandung 6 mg/100 g bahan, beras giling masak (nasi) 5 mg/100 g bahan (Direktorat Gizi, 1996), susu sapi segar 143 mg/100 g bahan (Almatsier, 2002) dan susu cair indomilk 25 % AKG.

Terdapat berbagai metode penetapan kadar kalsium di dalam literatur antara lain kompleksometri (Rivai,1994) dan spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1990). Dalam hal ini, penulis memilih menggunakan spektofotometri serapan atom karena metode ini cepat, bahan yang digunakan sedikit, dapat mengukur kadar logam dalam jumlah kecil dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan. Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui besarnya kandungan kalsium yang terdapat dalam susu sapi murni, susu sapi olahan dan air tajin secara spektrofotometri serapan atom.

Sampel tersebut dipilih karena pada umumnya masyarakat memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengonsumsi susu, baik susu sapi yang diperoleh dari


(17)

orang madrash maupun susu sapi kemasan yang tergantung dari tingkat ekonominya. Akan tetapi, informasi yang diperoleh dari artikel di internet menyatakan bahwa pada tahun 2007 sebagian kecil masyarakat mengonsumsi air tajin sebagai pengganti susu. Sampel beras yang dipilih adalah beras merek IR64. Sampel susu sapi kemasan yang dipilih adalah susu cair kemasan karena susu cair kemasan lebih efisien pada saat pemakaian yang tidak memerlukan perlakuan lebih lanjut dan juga memberikan keseragaman kadar yang sama pada setiap penyajian.

Susu cair kemasan yang dikonsumsi oleh masyarakat ada berbagai merek. Hal ini disimpulkan berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh peneliti di beberapa Plaza dan toko kelontong di kota Medan pada tahun 2009. Dari hasil survei ditemukan bahwa susu cair kemasan merek Indomilk lebih banyak beredar di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti mengambil susu cair merek Indomilk untuk diperiksa kadar kalsiumnya.

1.2Perumusan Masalah

1. Berapa kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin,

2. Apakah ada perbedaan kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin

1.3Hipotesis

1. Kadar kalsium dari yang tertinggi sampai yang terendah secara berurutan terkandung dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin,

2. Kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin berbeda-beda.


(18)

1.4Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin,

2. Untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium yang terkandung pada susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin.

1.5Manfaat

Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan kalsium pada susu sapi, susu

sapi kemasan dan air tajin.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu

Susu merupakan salah satu jenis minuman yang menyehatkan karena kelezatan dan kandungan gizinya yang lengkap. Air susu sendiri didefinisikan sebagai cairan yang dihasilkan oleh kelenjar mammae hewan betina. Susu hewan yang umum dikonsumsi ialah susu sapi, susu kambing, dan susu kuda. Tetapi, istilah susu dalam menu sehari-hari biasanya selalu ditujukan pada susu sapi. (Anonim, 2009a).

Air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang suka meminum air susu yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah) atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal yang disebutkan diatas dapat diatasi. Oleh karena itu, air susu menjadi beraroma enak dan disukai orang (Saleh, 2004).

2.2 Air Tajin

Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi yang cukup yaitu karbohidrat, protein dan mineral-mineral lainnya. Kandungan kalsium pada beras yaitu 6 g (Direktorat Gizi, 1996). Beras dalam proses pemasakannya menjadi nasi dengan air berlebih menghasilkan air rebusan dan oleh masyarakat disebut dengan


(20)

air tajin. Air tajin sering dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Air tajin cukup efektif bagi bayi untuk mengatasi diare dan juga jauh lebih baik dibandingkan dengan oralit karena air tajin mengandung glukosa, protein dan mineral-mineral yang mudah diserap. Kandungan proteinnya, yaitu 7 - 10 %. Sedangkan garam oralit tidak mengandung protein (Anonim, 2007).

2.3 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2], sedangkan 1% sisanya ada di dalam tubuh. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dalam kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/liter (9-10,4 mg/100 ml). Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh (Almatsier, 2002).

Kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi pada masa pertumbuhan. Bila tubuh kekurangan kalsium, tubuh akan mengambil dari tulang dan bila terjadi terus-menerus, tulang dapat menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan pada wanita pasca menopause (Dewoto, 1995). Bagi mereka yang sudah menopause (putus haid), kalsium juga sangat penting untuk mengekalkan struktur tulang mereka. Wanita hamil memerlukannya untuk mencukupi kebutuhan sel darah yang lebih besar selama kehamilan dan juga kebutuhan fetus dan plasenta (Darmono, 1995). Asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak


(21)

mengandung protein atau fosfor (Dewoto, 1995). Jumlah kalsium yang dianjurkan per hari untuk anak-anak dengan usia 0-8 tahun sebesar 600 mg, 9-14 tahun sebesar 700 mg, 15-17 tahun sebesar 600 mg, dewasa sebesar 500 mg dan wanita hamil dan menyusui sebesar 1200 mg (Gaman,1992).

Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2002). Fungsi penting dari Ca di luar sel (ekstraseluler) ialah mencegah terjadinya penggumpalan darah, gumpalan ini adalah merupakan protein yang tidak larut. Peranan Ca dalam sel (intraseluler) yang penting adalah dalam eksitasi saraf dan kontraksi otot (Darmono,1995).

Kandungan kalsium yang tinggi sering dijumpai dalam tulang dan gigi, berhubungan dengan bentuk dari OH- dan PO43-. Ion Ca2+ juga ditemukan berhubungan silang dengan sel serabut dari kolagen protein yang merupakan konstituen dalam jumlah besar dari matriks organik tulang. Proses kalsifikasi dari kolagen mungkin merupakan faktor penting dalam pertumbuhan umur orang, begitu juga protein yang dikandungnnya. Contoh lain dari kalsifikasi protein terjadi pada email dan gigi (Darmono,1995).

Dalam keadaan normal, kalsium yang dikonsumsi akan diabsorpsi tubuh sebanyak 30-50 %. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan dan menurun pada proses menua. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium


(22)

yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi (Almatsier, 2002).

2.3.1 Sumber Kalsium

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serelia, kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang tiap hari (Almatsier, 2002).

2.3.2 Akibat Kekurangan Kalsium

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, akan kehilangan kalsium dari tulangnya sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki (Almatsier, 2002). Pengeroposan tulang lebih banyak 1% dialami wanita pada masa

postmenopause dan 50% wanita menopause. Namun penelitian terakhir

menunjukkan, osteoporosis tidak lagi didominasi mereka yang telah memasuki masa menopause. Mereka yang tergolong muda pun bisa terkena osteoporosis akibat perubahan gaya hidup dan pola makan.

Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena


(23)

kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan

tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan

meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor (Almatsier, 2002).

2.3.3 Akibat Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Hiperkalsemia yang sangat berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak seperti kebingungan, gangguan emosi, delirium (penurunan kesadaran), halusinasi. Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2002).

2.4 Persiapan Sampel untuk Penetapan Mineral

Untuk menentukan kandungan mineral bahan, bahan harus dihancurkan atau didestruksi dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry shing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan. Mineral yang akan dianalisa harus sensitivitas dengan cara yang digunakan. Pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat


(24)

untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan menghindari kehilangan mineral akibat penguapan (Apriantono, 1989).

2.5 Spektrofotometri

Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasis meliputi spektroskopi serapan ultraviolet, sinar tampak, infra merah, dan serapan atom (Ditjen POM, 1995).

Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002). Keuntungan utama metode spektofotometri yaitu dapat menetapkan kadar suatu zat yang sangat kecil (Basset, 1991).

2.5.1 Spektofotometer Serapan Atom

Prinsip dari spektofotometer serapan atom adalah atom-atom pada keadaan dasar mampu menyerap energi cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila tereksitasi dari keadaan dasar (Vogel, 1989).

Metode spektofotometer serapan atom sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode spektroskopi emisi nyala. Pada spektofotometer serapan atom dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi rendah dapat terjadi, namun perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada


(25)

pada tingkat dasar harus cukup besar karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak tergantung pada temperatur. Metode serapan sangat spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar (Khopkar, 1990).

Pada spektroskopi absorpsi atom, emisi radiasi unsur tertentu dalam lampu katode berongga diabsorpsi oleh atom netral unsur yang sama dalam nyala api untuk transisi elektron valensinya ke tingkat tereksitasi elektron lebih tinggi. Pada spektroskopi emisi nyala atom unsur yang potensial eksitasinya rendah dapat dieksitasi dalam nyala api dan pada waktu kembali ke tingkat dasarnya, mengemisikan radiasi panjang gelombangnunsur yang khas. Pada kedua fenomena tersebut, kekuatan emisi radiasi atom tereksitasi dan absorban radiasi unsur yang khas merupakan ukuran dari banyaknya atom unsur dalam nyala api yang terlibat dalam peristiwa itu dan digunakan untuk analisis kuantitatif. Jika pada spektroskopi emisi nyala, monokromator diskan sepanjang rentang ultraviolet-sinar tampak dan spektrumnya direkam, puncak yang teramati pada panjang gelombang tertentu menunjukkan identitas unsur (Satiadarma, 2004).

Standar dan sampel analit harus merupakan larutan encer dan jernih, pelarut yang umum digunakan adalah air yang melalui pipa kapiler dinebulisasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporisasi dan atomisasi dalam nyala api. Dalam nyala api, atom dan molekul naik sampai tingkat tereksitasi melalui pertumbukan termal dengan konstituen gas yang menyala. Pada waktu kembali ke tingkat dasar, radiasi yang diemisikan dilewatkan monokromator untuk mengisolasi panjang gelombang khas untuk analisis unsur tertentu. Sebuah


(26)

fotodetektor mengukur kekuatan radiasi emisi, diperkuat dan diteruskan ke sistem pemrosesan dan alat pembaca meter, perekam atau mikrokomputer (Satiadarma, 2004).

Atom memiliki dua bentuk keadaan, yaitu keadaan dasar dan keadaan tereksitasi. Keadaan dasar menunjukkan elektron pada atom berada pada tingkat energi terendah yang mungkin ditempatinya (secara alami atom berada dalam keadaan dasar). Sejumlah energi yang spesifik dibutuhkan untuk memindahkan elektron tersebut dan menghasilkan keadaan tereksitasi. Energi dapat diberikan pada atom dengan berbagai cara. Energi tersebut dapat dalam bentuk cahaya, muatan listrik atau panas (Satiadarma, 2004).

Bila suatu larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu dihembuskan ke dalam nyala, terjadilah peristiwa berikut secara berurutan dengan cepat:

a. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat;

b. Penguapan zat padat dengan dissosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang mula-mula berada dalam keadaan dasar,

c. Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ke tingkatan energi yang lebih tinggi, dan mencapai kondisi dalam mana mereka akan memancarkan energi.

Jumlah atom-atom yang berada dalam keadaan tak tereksitasi jauh lebih besar dibandingkan atom-atom tereksitasi. Atom-atom yang berada dalam keadaan dasar ini mampu menyerap energi cahaya pada panjang gelombang tertentu. Jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala (Vogel, 1989).


(27)

2.5.2 Gangguan

Ada beberapa kendala yang masih ditemui dalam penggunaan Spektrofotometri Serapan Atom. Kendala-kendala ini antara lain gangguan kimia, efek ionisasi dan efek viskositas pada kecepatan nebulisasi (Vogel,1989).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan spektrum dan gangguan kimia (Vogel,1989).

2.5.2.1 Gangguan Spektral

Gangguan spektral dalam AAS timbul terutama dari tumpang-tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi yang terpilih dengan garis-garis yang dipancarkan oleh suatu unsur lain; ini timbul karena dalam praktek suatu garis yang terpilih memang mempunyai suatu ’lebar-pita’ yang terhingga.

2.5.2.2 Gangguan Kimia

Terbentuknya atom-atom gas dalam keadaan status dasar yang merupakan dasar Spektroskopi Nyala dapat dihalangi oleh dua bentuk utama gangguan kimia, yaitu:

a. Pembentukan senyawa stabil

Pembentukan senyawa stabil menyebabkan tidak sempurnanya disosiasi zat yang akan dianalisis atau pembentukan itu mungkin timbul dari pembentukan senyawa-senyawa refraktori di dalam nyala yang tak dapat berdisosiasi menjadi atom-atom penyusunnya. Sebagai contoh penetapan kalsium dengan adanya sulfat atau fosfat, dan pembentukan oksida yang bersifat refraktori dari titanium, vanadium, alumunium (Vogel, 1989).


(28)

Pembentukan senyawa stabil dapat diatasi dengan cara berikut:

1. Meningkatkan temperatur nyala dapat membentuk atom-atom gas bebas. 2. Menambahkan unsur penyangga yang berlebihan ke dalam larutan sampel

yang dianalisa.

M-X + R R-X + M

Reaksi di atas menunjukkan penambahan unsur penyangga (R) yang berlebih akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi atom logam gas (M), karena unsur penyangga tersebut akan mengikat unsur pengganggu (X). Hal ini akan terjadi jika hasil reaksi R-X merupakan senyawa yang stabil.

3. Mengekstraksi unsur pengganggu dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan larutan sampel yang diperiksa (Vogel, 1989).

b. Ionisasi atom gas keadaan status dasar dalam nyala

Ionisasi akan mengurangi serapan dalam Spektrofotometri Serapan Atom. Cara mengatasinya adalah menggunakan nyala yang bekerja pada temperatur serendah mungkin yang masih memberikan hasil analisa unsur yang akan ditetapkan. Ionisasi atom yang akan ditetapkan dapat juga dikurangi dengan menambahkan penekan ionisasi, biasanya suatu larutan yang mengandung kation yang mempunyai potensial ionisasi lebih rendah dari potensial ionisasi atom logam yang dianalisis (Vogel, 1989).


(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang menggambarkan sifat dari suatu keadaan sampel secara faktual dan akurat pada waktu penelitian dilakukan. Dalam hal ini, dilakukan penetapan kadar kalsium pada susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu penyiapan preparasi dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan pengukuran kadar dengan Spektrofotometer Serapan Atom dilakukan di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) kota Medan.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck antara lain HNO3 65 % dan larutan baku kalsium 1000 mcg/ml, kecuali aquadest (Lab. Kimia Farmasi kuantitatif Fakultas Farmasi USU).

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari spektrofotometer serapan atom (GBC Avanta Ver 2,02), Lampu Ca 10 mA (GBC Avanta Ver 2,02), tanur (Gallenkamp-Muffle furnace), neraca analitik (Shimadzu), hot plate (Schott), piknometer 5 ml, desikator, pisau stainless, lemari asam, spatula dan alat-alat gelas.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel


(30)

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif

yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti (Sudjana, 2002).

3.4.2 Penyiapan Sampel

Air tajin dibuat dari 250 g beras direbus dengan air sebanyak 1750 g sampai mendidih. Lalu air rebusan yang telah menjadi air tajin diambil setelah beberapa menit.

3.4.2.1 Penentuan berat jenis air tajin

Piknometer dicuci dengan aquadest dan dikeringkan. Lalu piknometer kosong ditimbang dalam neraca analitik. Kemudian piknometer diisi dengan air tajin sampai penuh dan tidak ada gelembung udara. Piknometer dibersihkan dengan tisu sampai kering dan ditimbang sebanyak 6 kali (Andrean,2007). Data hasil penimbangan dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4.3 Pembuatan Pereaksi Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 344 ml diencerkan dengan air suling sebanyak 1000 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.4 Proses Destruksi Basah untuk Susu Sapi

Sebanyak 8 ml sampel susu dimasukkan ke dalam cawan porselen, direndam sampel selama satu malam selanjutnya didestruksi dengan 12 ml HNO3 5 N pada suhu di bawah 100oC selama ± 30 menit dengan menggunakan hot plate dan didinginkan. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu tentukur 100


(31)

ml. Residu dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Lalu dicukupkan dengan aquadest sampai garis tanda, dihomogenkan. Disaring dengan kertas Whatman no.42 dan dibuang 10% filtrat pertama. Larutan ini digunakan untuk uji kuantitatif (Haswell, 1991).

3.4.5 Proses Destruksi Kering untuk Air Tajin

Air tajin yang telah ditimbang lebih kurang 50 g dalam krus porselen, lalu diarangkan dengan hot plate dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Sampel kering dimasukkan dalam tanur pada suhu 450oC selama 5 jam, kemudian dibiarkan mendingin dalam desikator. Ditimbang berat abunya (Barus P., 2005). Data hasil penimbangan dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.4.5.1 Pembuatan Larutan Sampel

Abu yang telah dingin dilarutkan dengan 10 ml HNO3 5 N. Lalu filtrat dipanaskan pada hot plate selama 15 menit, didinginkan. Lalu dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml. Residu dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Lalu dicukupkan dengan

aquadest sampai garis tanda, dihomogenkan. Disaring dengan kertas Whatman

no.42 dan dibuang 10% filtrat pertama. Larutan ini digunakan untuk uji kuantitatif (Barus P., 2005).

3.4.6 Pemeriksaan Kuantitatif

3.4.6.1 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Larutan standar kalsium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, dicukupkan dengan aquadest sampai garis tanda (diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 mcg/ml). Larutan baku 10 mcg/ml dipipet masing-masing 15, 20,


(32)

25, 30, 35, 40 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, dicukupkan dengan aquadest sampai garis tanda (larutan kerja ini mempunyai konsentrasi 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm. Data hasil pengukuran konsentrasi, absorbansi dan perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4.6.2 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas Deteksi (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi (LOQ) merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi (SD) dari kurva antara respon dan kemiringan dengan rumus (Harmita, 2004) :

SB =

2 -n

Yi)

-(Y 2

LOD =

Slope SB

×

3

LOQ =

Slope SB

×

10

Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4.6.3 Keseksamaan (Presisi)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual. Keseksamaan dinyatakan sebagai keterulangan. Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Kriteria seksama


(33)

diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Dihitung % Relatif Standar Deviasi (RSD) dengan rumus (Harmita, 2004) :

SD

(

)

1

2

=

n

X

Xi

% RSD =

X SD

x 100 %

Keterangan :

Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan.

Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13,14.

3.4.6.4 Penentuan Kadar Kalsium dalam Sampel

Larutan yang telah didestruksi, diukur absorpsinya dengan spektofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai absorbansi kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi kalsium dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya dan kadar logam dalam sampel dapat ditentukan dengan rumus :

Kadar logam (mcg/ml) =

BS Fp V C× ×

Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor pengenceran


(34)

Data dapat dilihat pada Lampiran 5 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 6.

3.4.7 Analisis Data secara Statistik 3.4.7.1 Uji Penolakan Hasil Analisis

Untuk mengetahui diterima atau tidaknya data penelitian maka data yang diperoleh dianalisis secara statisik dengan Qtest yang dirumuskan sebagai berikut : Nilai yang diragukan - Nilai yang terdekat

Qhitung =

(Nilai tertinggi - Nilai terendah)

Selanjutnya nilai Qhitung dibandingkan dengan nilai Qkritis, jika nilai Qhitung < Qkritis maka data diterima (tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain), begitu juga sebaliknya jika nilai-nilai Qhitung > Qkritis maka data ditolak (ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain).

Tabel 1. Tabel Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% (P=0,05) pada Uji Dua Sisi

Banyaknya data Q-tabel (nilai Q-kritis)

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Jika data ditolak, maka dilakukan Qtest kembali tanpa mengikutsertakan data yang dicurigai. Perhitungan ini dilakukan terus-menerus hingga diperoleh data yang diterima (Gandjar, 2007).

Kadar logam yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus : Kadar logam (µ) = X ± t ½ ,dk s/√n


(35)

Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, 9.

3.4.7.2 Uji Kesamaan Beberapa Rata-rata (Anava)

Adapun metode statistik untuk membandingkan hasil penentuan

kandungan logam kalsium dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh. Pada pengujian dengan analisis ragam (anava), dengan mudah akan diketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak dari beberapa nilai rata-rata contoh yang diselidiki yang mana pada akhirnya diperoleh suatu keyakinan untuk menerima hipotesis nol atau menerima hipotesis alternatifnya. Konsep analisis ragam didasarkan pada konsep distribusi F.

Setelah diketahui rata-rata berdasarkan uji penolakan hasil analisis, kemudian dilanjutkan dengan analisis ragam untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata pada kadar rata-rata setiap sampel dengan menentukan nilai kritik distribusi F berdasarkan taraf uji tertentu. Nilai kritik distribusi F ini hanya bergantung pada derajat bebas df1 = (r - 1) dalam pembilangnya dan derajat bebas df2 = r (n – 1) dalam penyebutnya. Apabila F hitung > F tabel pada taraf kepercayaan 95%, berarti terdapat perbedaan yang nyata pada kadar rata-rata antar sampel. Lalu dilanjutkan dengan uji homogenitas ragam untuk menjelaskan adanya kesamaan ragam pada masing-masing kelompok. Apabila B hitung < B tabel disebut tidak homogen artinya sekurang-kurangnya ada sepasang rata-rata yang tidak sama atau berbeda pada taraf nyata 5%. Oleh karena itu, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan ganda scheffe. Setelah diketahui nilai batas nyata terkecil perbedaan kadar rata-rata antar sampel, lalu ditentukan sampel yang


(36)

rata-ratanya berbeda nyata dengan yang lain (Wibisono, 2005).Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.4.8 Uji Validasi Metode Analisis 3.4.8.1 Uji Recovery

Untuk menguji keabsahan metode dilakukan uji terhadap akurasi (kecermatan) dengan parameter % recovery yang dilakukan dengan penentuan kadar logam dalam sampel yang telah ditambahkan larutan baku yang jumlahnya diketahui dengan pasti. Larutan standar yang ditambahkan yaitu 2,5 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 500 mcg/ml) pada susu sapi kemasan dan 2 ml (konsentrasi 50 mcg/ml) pada air tajin. Dihitung persentase persen perolehan kembali (% recovery) dengan rumus (Harmita, 2004) :

% Recovery =

C B A ) ( −

x 100%

Keterangan : A = Jumlah total analit setelah ditambahkan baku B = Jumlah total analit sebelum ditambahkan baku C = Baku yang ditambahkan ke dalam analit.

Data hasil pengukuran absorbansi, % Recovery dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11.


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Survei di Beberapa Plaza dan Toko Kelontong di Kota Medan

Susu cair kemasan merek Indomilk lebih banyak beredar di masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada hasil survei peneliti pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Survei Beberapa Tempat Penjualan Berbagai Merek Susu Cair

Kemasan.

No. Nama Tempat Merek Susu Cair Kemasan

1. Toko Kelontong di Sumber Frisian flag, Yes, Indomilk,

Milkuat, Bear brand.

2. Sun Plaza Frisian flag, Yes, Indomilk,

Milkuat, Ultra Jaya, Susu sehat.

3. Suzuya Plaza Frisian flag, Yes, Indomilk,

Milkuat, Ultra jaya, Ultra mimi.

4. Sun Supermarket Indomilk, Frisian flag, Yes.

5. Toko Kelontong di Brig. Jend. Katamso Indomilk

6. Toko Kelontong di Titi Kuning Indomilk

7. Paladium Bonetto, Indomilk, Ultra

Jaya, Bendera, Bear Brand.

8. Medan Fair Real Good, Bonetto, Bear

Brand, Indomilk, Frisian Flag, Indomilk Kids, Ultra mimi, Ultra jaya.


(38)

Air tajin dibuat dari 250 g beras direbus dengan air sebanyak 1750 g selama ± 35 menit. Lalu air rebusan yang telah menjadi air tajin diambil setelah ± 10 menit dan diperoleh air tajin sebanyak 650 g.

4.3 Kurva Kalibrasi Kalsium

Kurva kalibrasi kalsium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar kalsium dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang 422,7 nm. Dari data kalibrasi kalsium diperoleh kurva kalibrasi yang dapat dilihat pada gambar di bawah.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

1,5 2 2,5 3 3,5 4 5

A b s o r b a n s i

Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Ca dengan Konsentrasi 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0

ppm yang Diukur dengan Alat Spektofotometri Serapan Atom pada Panjang Gelombang 422,7 nm

Berdasarkan kurva kalibrasi kalsium pada Gambar 1 diperoleh adanya hubungan yang linier antara absorbansi dan konsentrasi dengan persamaan garis regresi yaitu : Y = 0,06127X + 0,01131 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99978 sehingga dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan


(39)

meningkat. Hal ini berarti terdapat 99,978 % data yang memiliki hubungan linear (Sudjana, 2002).

4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Untuk melihat kadar terkecil sampel yang masih dapat ditentukan oleh alat maka dilakukan perhitungan LOD dan LOQ. Pada analisa kalsium diperoleh batas deteksi sebesar 0,0352 mcg/ml dan batas kuantitasi 0,1173 mcg/ml. Hasil pengukuran LOD dan LOQ untuk sampel terendah yaitu 1,71 mcg/ml. LOD dan LOQ menentukan suatu analisis sampel dimana konsentrasi analit diketahui dan dengan menetapkan konsentrasi analit terkecil yang dapat dideteksi dan kuantitas terkecil analit dalam sampel sehingga pengukuran sampel dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita,2004).

4.5 Uji Keseksamaan

Uji keseksamaan dilakukan terhadap sampel susu sapi kemasan dan air tajin dengan perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur pengujian sampel. Hasil % Relatif Standar Deviasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 3. Persen RSD pada Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin

No. Jenis Sampel Kadar Rata-Rata

(mg/100 ml)

% RSD 1.

2.

Susu Sapi Kemasan Air Tajin

120,29 2,13

0,57 % 0,92 %

Hasil uji keseksamaan (% RSD) kalsium pada susu sapi kemasan adalah sebesar 0,57 % dan air tajin adalah 0,92 %. Menurut Harmita (2004) bahwa kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi kurang dari atau sama dengan 2%, sehingga dapat disimpulkan


(40)

4.6 Penentuan Kandungan Kalsium dalam Sampel

Konsentrasi kalsium dalam susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi kalsium yaitu Y = 0,06127X + 0,01131 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99978. Dari hasil pengukuran absorbansi larutan sampel maka dapat dihitung kadar sampel yang diperoleh. Dari data tersebut diperoleh kadar rata-rata kalsium yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Kadar Rata-rata Logam Ca dalam Sampel

Sampel Kadar rata-rata kalsium (mg/100ml bahan)

Susu Sapi Susu Sapi Kemasan

Air Tajin

121,75 ± 2,25 107,28 ± 0,50 2,06 ± 0,09

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa kadar kalsium yang terdapat pada susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin mempunyai perbedaan yang signifikan. Perbedaan kadar kalsium dari susu sapi dan susu sapi kemasan muncul dikarenakan pengaruh sumber susu sapi yaitu kandungan kalsium berbeda-beda dari sapi yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan pakan ternak yang dikonsumsi oleh sapi dapat mempengaruhi komposisi susu sapi, salah satunya adalah kalsium (Darmono, 1995). Penyebab lainnya yaitu dikarenakan adanya penambahan vitamin, protein, mineral pada susu sapi kemasan. Pada susu kemasan, masyarakat bukan hanya membutuhkan kalsium, tetapi juga komponen gizi yang lain, seperti vitamin-vitamin dan mineral-mineral. Masyarakat yang biasanya mengonsumsi susu sapi menganggap kebutuhan kalsium mereka telah terpenuhi. Pada kenyataannya, kadar kalsium pada susu sapi yang diperoleh dari


(41)

hasil pemeriksaan kadar tidak mencukupi asupan kalsium dalam kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat harus memenuhinya dari sumber-sumber yang lain.

Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal. Selain itu, air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. Didalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang suka meminum air susu yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah) atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal yang disebutkan diatas dapat diatasi. Oleh karena itu, air susu menjadi beraroma enak dan disukai orang (Saleh, 2004).

Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk yang baru lahir, baik bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin B dan riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen. Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Secara alamiah yang dimaksud dengan susu


(42)

adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7 (Saleh, 2004).

Bahan yang dapat diambil oleh tubuh dari air susu ialah : 1. Laktosa sebagai sumber energi,

2. Protein sebagai bahan pembangun tubuh atau pertumbuhan dan pergantian sel, dan diambil dalam bentuk albumin dan globulin,

3. Lemak sebagai sumber energi,

4. Mineral dan vitamin yang diperlukan dalam pemeliharaan fungsi tubuh (Saleh, 2004).

Kadar kalsium yang terdapat dalam air tajin memang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan susu sapi murni dan susu sapi olahan. Sekalipun demikian air tajin bermanfaat untuk digunakan sebagai pengganti susu bagi masyarakat menengah ke bawah. Ada beberapa keunggulan dari air tajin diantaranya bahwa air tajin diperoleh dari hasil perebusan beras yang ke dalamnya tidak ditambahkan bahan tambahan pangan, seperti bahan pengawet, sehingga air tajin terbebas dari kemungkinan zat-zat kimia yang tidak diinginkan masuk ke dalam tubuh (dibandingkan dengan susu yang ke dalamnya ditambahkan bahan tambahan pangan). Air tajin dapat diperoleh dengan mudah atau tanpa adanya pengeluaran biaya tambahan. Proses pembuatan air tajin sangat mudah dan dalam waktu yang tidak lama. Air tajin cukup efektif bagi bayi untuk mengatasi diare dan juga jauh


(43)

lebih baik dibandingkan dengan oralit karena tajin mengandung glukosa, protein dan mineral-mineral yang mudah diserap. Kandungan proteinnya yaitu 7 - 10 %. Sedangkan garam oralit tidak mengandung protein. Penggunaan air tajin sebagai obat diare tidak berbahaya untuk bayi sekalipun.

Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) yaitu bayi 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg, dan ibu hamil dan menyusui > 400 mg. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju, ikan yang dimakan dengan tulang, serelia, kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau. Akan tetapi, sayuran hijau mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang setiap hari (Almatsier, 2002).

4.7 Uji Kesamaan Rata-rata

Perhitungan kadar rata-rata kalsium dari susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin secara statistik diperoleh nilai beda nyata terkecil sebesar ± 5,39 mg/100 ml. Hasil perbandingan kadar rata-rata kalsium dari masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Perbandingan Kadar Rata-rata Kalsium (Mean) Antara Susu Sapi, Susu

Sapi Kemasan dan Air Tajin

No. Perbandingan Kadar Kalsium Perbandingan Nilai Kadar Rata-Rata Kalsium (mg/100ml)

1. 2. 3.

A – B A – C B – C

+ 14,47 + 119,69 + 105,23 Keterangan:


(44)

B : Susu sapi kemasan C : Air tajin

Kadar rata-rata kalsium pada ketiga jenis sampel memiliki perbedaan yang nyata karena perbandingan nilai kadar rata-rata kalsium dari susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin lebih besar dari 5,39 dan perbedaan terbesar ditunjukkan oleh susu sapi.

4.8 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel susu sapi kemasan dan air tajin dengan perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur pengujian sampel. Hasil uji perolehan kembali (% recovery) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6. Persen Perolehan Kembali pada Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin

No Jenis Sampel Perolehan Kembali

(%)

Perolehan Kembali Rata-rata (%)

1. Susu Sapi Kemasan

88,15 84,22 84,87 75,07 85,52 81,60

83,24

2. Air Tajin

104,52 87,29 106,66

74,29 94,67 64,49

88,65

Hasil uji perolehan kembali (%) kalsium pada susu sapi olahan adalah sebesar 83,24% dan air tajin adalah sebesar 88,65%. Menurut Harmita (2004) bahwa uji perolehan kembali memenuhi syarat bila persen perolehan kembali berada pada rentang 80% - 110%, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan hasil yang akurat.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar kalsium yang diukur dengan menggunakan spektofotometri serapan atom yang terkandung dalam susu sapi 121,75 ±2,25 mg/100 ml, dalam susu sapi kemasan 107,28 ± 0,50 mg/100 ml dan dalam air tajin 1,96 ± 0,02 mg/100 ml.

Berdasarkan hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata kadar kalsium antara susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin yang menggunakan analisis ragam dengan konsep distribusi F pada taraf kepercayaan 95%, disimpulkan bahwa kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi lebih tinggi daripada kadar kalsium yang terkandung dalam susu sapi kemasan dan kadar kalsium yang terkandung dalam keduanya lebih tinggi daripada kadar kalsium yang terkandung dalam air tajin.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti jenis susu kemasan yang lain (misalnya susu kental manis) dan cara pembuatan air tajin yang baik supaya kalsium yang tertarik lebih banyak. Disarankan kepada masyarakat agar mengonsumsi bahan pangan lain yang mengandung kalsium untuk mencukupi kebutuhan kalsium dalam kehidupan sehari-hari.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Z. (2004). Penentuan Kadar Unsur Kalsium Pada Susu Sapi Murni Dan Susu Sapi Di Pasaran Dengan Metode Spektofotometer Serapan Atom.

Jurnal Sains Kimia. Vol. 8. No. 1.

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 228.

Andrean, Chrsiye dan Dhedy. (2007). Viskositas.

Anonim. (2009a). Susu.

Anonim. (2009b). Konsumsi Kalsium Untuk Cegah Osteoporosis.

Anonim. (2009c). Hiperkalsemia.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/10953-hiperkalsemia/. Diakses 31 Januari 2009. Pk. 09.45.

Anonim. (2007). Pilih Air Tajin atau Susu.

http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg06231.html. Diakses 4 April

2009. Pk. 11.23.

Aprianto. (1989). Petunjuk Laboratorium : Analisis Pangan. Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Bogor : IPB Press. Hal. 16-19.

Barus, P. (2005). Studi Penentuan Kandungan Karbohidrat, Protein Dan Mineral Dalam Air Rebusan Beras Sebagai Minuman Pengganti Susu. Jurnal Sains

Kimia. Vol. 9. No. 3.

Bassett, J.et al. (1991). Vogel’s Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis

Including Elementary Instrumental Analysis. London : Longman Group

Limited. Penerjemah A. Hadyana. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis

Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC Kedokteran. Hal. 942-943.

Direktorat Gizi. (1996). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta : Bhratara Yudha. Hal. 18.

Darmono. (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan I. Jakarta : UI Press. Hal. 89.


(47)

Dewoto, H.R. dan Wardhini, S. (1995). Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi

Dan Terapi. Editor Sulistia G. Ganiswarna. Edisi Keempat. Jakarta :

Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Hal. 733.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 651, 716.

Gaman, P.M. dan Sherrington, K.B. (1992). The Science Of Food, An

Introduction To Food Science, Nutrition And Microbiology. Second

Edition. Penerjemah Murdjiati G., Sri N., Agnes M. dan Sardjono. Ilmu

Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi Dan Mikrobiologi. Yogyakarta :

UGM Press. Hal. 133.

Gandjar, I.G. dan Rohman A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 22.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I. No. 3. Hal. 119, 123. Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam : Elsevier.

Hal. 196, 208.

Khopkar, S.M. (1990). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah A. Saptorahardjo. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press. Hal. 274.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Cetakan I. Jakarta : UI-Press. Hal. 249.

Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan : Produksi Ternak Fakultas Pertanian-USU. Hal. 1, 2.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono D.H. dan Kartasasmita, R. E. (2004). Asas

Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya : Airlangga

University Press. Hal. 120, 121.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung : Tarsito. Hal. 168, 239, 249, 254.

Vogel. (1989). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. London : Longman Group Limited. Penerjemah Setiono L. (1990).

Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi Kelima.

Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Hal : 262, 302,307,617.

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UGM Press. Hal. 479-501.


(48)

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dari Data Kurva Kalibrasi

Kalsium yang Diperoleh secara AAS pada Panjang Gelombang 422,7 nm

No Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 4,0000 0,1032 0,1336 0,1641 0,1964 0,2254 0,2561 N o.

X Y XY X2 Y2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 0,1032 0,1336 0,1641 0,1964 0,2254 0,2561 0,1548 0,2672 0,4103 0,5892 0,7889 1,0244 2,25 4 6,25 9 12,25 16 0,01065 0,01785 0,02693 0,03857 0,05081 0,06559

∑x = 16,5 ∑y = 1,0788 ∑xy = 3,2348 ∑x2 = 49,75 ∑y2 = 0,2104 Persamaan garis regresi dengan rumus : Y = aX + b

Keterangan : a = slope, b = intersep

a =

=

=

= 0,06127

n (∑xy) – (∑x) (∑y) n (∑x2) – (∑x)2

6 (3,2348) – (16,5)(1,0788) 6 (49,75) – (16,5)2 19,4088 – 17,8002


(49)

Y = aX + b b = Y – aX

= 0,1798 – (0,06127)(2,75) = 0,01131

Koefisien korelasi dapat ditentukan sebagai berikut :

r = =

=

=

= 0,99978

Jadi persamaan garis regresi adalah : Y = 0,06127X + 0,01131

dengan r = 0,99978

n (∑xy) – (∑x) (∑y)

[

n (∑x2) – (∑x)2

] [

n (∑y2) – (∑y)2

]

6 (3,2348) – (16,5) (1,0788)

[

6 (49,75) – (16,5)2

] [

6 (0,2104) – (1,0788)2

]

19,4088 – 17,8002

[

298,5 – 272,25

] [

1,2624 – 1,16381

]

0,26805


(50)

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Logam Ca No Konsentrasi (mcg/ml) X Absorbansi

Y Yi (Y-Yi)

2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 4,0000 0,1032 0,1336 0,1641 0,1964 0,2254 0,2561 0,10322 0,13385 0,16449 0,19512 0,22576 0,25639

0,0004 x 10-6 0,062 x 10-6 0,152 x 10-6 1,638 x 10-6 0,129 x 10-6 0,084 x 10-6

n = 6 ∑(Y-Yi)2 =

2,0654 x 10-6

Simpangan Baku (SB)

(

)

2

2

=

n

yi

y

2 6 0000020654 , 0 − =

= 0,71857 x 10-3

Batas Deteksi Slope SB 3 = = 06127 , 0 0,00071857 3× = 0,0352 Batas Kuantitasi Slope SB 10 = = 06127 , 0 00071857 , 0 10× = 0,1173


(51)

Lampiran 3. Perhitungan Berat Jenis Air Tajin

Larutan Air tajin (g)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

16,293 16,292 16,289 16,288 16,291 16,293 Jumlah

Rata-rata d

97,746 16,291 1,0506

Massa piknometer kosong = 11,038 g

Volume piknometer = 5 ml

d = massa piknometer berisi – massa piknometer kosong volume piknometer

d =

ml

g g

5

038 , 11 291 ,

16 −


(52)

Lampiran 4. Data Berat, Volume dan Berat Abu dari Air Tajin

No Berat Sampel (g) Volume Sampel (ml) Berat Abu (g) 1.

2. 3. 4. 5. 6.

50,008 50,008 50,001 50,010 50,005 50,011

47,5995 47,5995 47,5928 47,6014 47,5966 47,6023

0,657 0,654 0,591 0,689 0,623 0,684


(53)

Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kadar Kalsium dalam Susu Sapi, Susu Sapi

Kemasan dan Air Tajin 1. Susu Sapi

No Kode Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100ml) 1. 2. 3. 4. 5. 6. SSM1 SSM2 SSM3 SSM4 SSM5 SSM6 8 8 8 8 8 8 0,1329 0,1324 0,1318 0,1279 0,1306 0,1284 1,98449 1,97633 1,96654 1,90289 1,94696 1,91105 124,0306 123,5206 122,9088 118,9306 121,6850 119,4406 2. Sayur Sapi Kemasan

No Kode Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100ml) 1. 2. 3. 4. 5. 6. SSO1 SSO2 SSO3 SSO4 SSO5 SSO6 8 8 8 8 8 8 0,1165 0,1166 0,1168 0,1171 0,1161 0,1158 1,71683 1,71846 1,72172 1,72662 1,71029 1,70540 107,3019 107,4038 107,6075 107,9138 106,8931 106,5875

3. Air Tajin No Kode Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mg/100ml) 1. 2. 3. 4. 5. 6. AT1 AT2 AT3 AT4 AT5 AT6 47,5995 47,5995 47,5928 47,6014 47,5966 47,6023 0,1304 0,1314 0,1302 0,1324 0,1306 0,1321 1,94369 1,96001 1,94043 1,97633 1,94696 1,97144 2,0417 2,0589 2,0386 2,0759 2,0453 2,0707


(54)

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium pada Sampel

Misalnya untuk kadar kalsium pada susu sapi murni dengan menggunakan persamaan garis regresi untuk kalsium :

Y = 0,06127X + 0,01131 Keterangan : Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mcg/ml) 1. 0,1329 = 0,06127X + 0,01131

X = 1,98449 mcg/ml

Dengan menggunakan rumus : C x V x Fp Kadar (mcg/g) =

BS

Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor pengenceran

BS = Berat sampel (g) Maka kadarnya adalah :

1,98449 mcg/ml x 100 ml x 50 Kadar (mcg/ml) =

8 ml

= 1240,306 mcg/ml = 124,0306 mg/100 ml

Fp susu sapi murni = 50 Fp susu sapi olahan = 50 Fp air tajin = 10


(55)

Lampiran 7. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca pada Susu Sapi

No Kadar Ca ( mg

/100ml) Xi

Absorbansi Xi - X (Xi – X)2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 124,0306 123,5206 122,9088 118,9306 121,6850 119,4406 0,1329 0,1324 0,1318 0,1279 0,1306 0,1284 2,2779 1,7679 1,1561 -2,8221 -0,0677 -2,3121 5,1888 3,1255 1,3366 7,9642 0,0046 5,3458 n=6 ∑X = 730,5162

X =121,7527

∑(Xi-X)2 = 22,9655

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-5 adalah data yang paling menyimpang

121,6850 – 122,9088

Qhitung = = 0,2399 124,0306 – 118,9306

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621 Qhitung < Qkritis ; maka semua data diterima

s = ∑(X – X)2

n-1 22,9655 s =

6-1 s = 2,1432

Rata-rata kadar kalsium dengan selang kepercayaan 95% pada susu sapi = X ± t ½ ,dk s/√n

= 121,7527 ± 2,5706. 2,1432/√6 = 121,7527 ± 2,2492 mg/100 ml µ = 121,75 ± 2,25 mg/100 ml


(56)

Lampiran 8. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca pada Susu Sapi Kemasan

No Kadar Ca (

mg /100ml) Xi

Absorbansi Xi - X (Xi – X)2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 107,3019 107,4038 107,6075 107,9138 106,8931 106,5875 0,1165 0,1166 0,1168 0,1171 0,1161 0,1158 0,0173 0,1192 0,3229 0,6292 -0,3915 -0,6971 0,0003 0,0142 0,1043 0,3959 0,1533 0,4859 n=6 ∑X = 643,7076

X = 107,2846

∑(Xi-X)2 = 1,1539

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-1 adalah data yang paling menyimpang

107,3019 – 107,4038

Qhitung = = 0,0768 107,9138 – 106,5875

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621 Qhitung < Qkritis ; maka semua data diterima

s = ∑(X – X)2

n-1 1,1539 s =

6-1 s = 0,4804

Rata-rata kadar kalsium dengan selang kepercayaan 95% pada susu sapi kemasan = X ± t ½ ,dk s/√n

= 107,2846 ± 2,5706. 0,4804/√6 = 107,2846 ± 0,5042 mg/100 ml µ = 107,28 ± 0,50 mg/100 ml


(57)

Lampiran 9. Uji Penolakan Hasil Analisis Logam Ca pada Air Tajin

No Kadar Ca ( mg

/100 ml) Xi

Absorbansi Xi - X (Xi – X)2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 2,0417 2,0589 2,0386 2,0759 2,0453 2,0707 0,1304 0,1314 0,1302 0,1324 0,1306 0,1321 -0,0135 0,0037 -0,0166 0,0207 -0,0099 0,0155 0,0002 0,00001 0,0003 0,0004 0,00009 0,0002 n=6 ∑X = 12,3311

X = 2,0552

∑(Xi-X)2 = 0,0012

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-2 adalah data yang paling menyimpang

2,0589 – 2,0453

Qhitung = = 0,3646

2,0759 – 2,0386

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621 Karena Qhitung < Qkritis ; maka semua data diterima

s = ∑(X – X)2

n-1 0,0011 s =

6-1 s = 0,0155

Rata-rata kadar kalsium dengan selang kepercayaan 95% pada air tajin = X ± t ½ ,dk s/√n

= 2,0552 ± 2,5706. 0,0155/√6 = 2,0552 ± 0,0976 mg/100 ml µ = 2,06 ± 0,09 mg/100 ml


(58)

Lampiran 10. Uji Kesamaan Beberapa Rata-rata (Anava) Kadar Logam Ca

I. Bentuk Tabel Analisis Ragam

Sampel Susu sapi (mg/100ml) Susu sapi kemasan (mg/100ml) Air tajin (mg/100ml) Jumlah 1 2 3 4 5 6 124,0306 123,5206 122,9088 118,9306 121,6850 119,4406 107,3019 107,4038 107,6075 107,9138 106,8931 106,5875 2,0417 2,0589 2,0386 2,0759 2,0453 2,0707 Jumlah Rata-rata 730,5162 121,7527 643,7076 107,2846 12,3311 2,0552 1386,5549 231,0925

Analisis jumlah kuadrat (JK) 1. Faktor Koreksi (FK)

FK = = 3 6 5549 , 1386 2 × = 106807,4717

2. Jumlah Kuadrat Total (JKT) JKT T (Yij2) – FK

(124,03062 + 123,52062 +…+ 2,07072) 106715,9941 158051,6954 – 106807,4717


(59)

3. Jumlah Kuadrat antar Kolom (JKK)

JKK

6

3311 , 12 7076 , 643 5162

,

730 2 + 2 + 2

18 5549 ,

1386 2

158027,5748 106807,4717 51220,1031

4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG JKT – JKK

51244,2237 – 51220,1031 24,1206

Analisis Sidik Ragam 1. Derajat Bebas (V)

a. Total m x n 1

6 x 3 1 17 b. Antar kolom n 1

3 1 2

c. Galat V total – V antar kolom

= 17 2 15 2. Kuadrat Tengah (KT)

a. Antar kolom

2 1031 , 51220


(60)

b. Galat

15 1206 , 24

1,6080 3. F hitung

F hitung

1,6080 0516 , 25610

15926,6490 4. F tabel

F tabel

F 0,05 (2,15) 3,68 5. Uji Hipotesis

Ho : tidak ada perbedaan kadar kalsium pada susu sapi murni, susu sapi olahan dan air tajin.

H1 : ada perbedaan kadar kalsium pada susu sapi murni, susu sapi olahan dan air tajin.

Daerah kriteria penerimaan : F hitung ≤ 3,68 Daerah kriteria penolakan : F hitung > 3,68 6. Kriteria Pengujian

Pada batas ketangguhan 5% pada daerah pengujian berlaku : H0 diterima tn (tidak nyata) bila F hitung < F tabel


(61)

No Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F = 0,05 1 2 Antar kolom Galat Total 51220,1031 24,1206 51244,2237 2 15 17 25610,0516 1,6080 25611,6596 15926,6490 - - 3,68 - - Keterangan :

F hitung > F tabel disebut berbeda nyata artinya sekurang-kurangnya ada sepasang rata-rata yang tidak sama atau berbeda pada taraf nyata 5%. Oleh karena itu, kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas ragam.

II. Uji Homogenitas Ragam

Diketahui r = 3, n = 6, N = 18 dan digunakan taraf kepercayaan 95%. Ragam dalam masing-masing sampel :

Si2

S12 (5,1888 + 3,1255 + 1,3366 + 7,9642 + 0,0046 + 5,3458)

4,5931

S22 (0,0003 + 0,0142 + 0,1043 + 0,3959 + 0,1533 + 0,4859)

0,2308

S32 (0,0002 + 0,00001 + 0,0003 + 0,0004 + 0,00009 + 0,0002)


(62)

Dengan memasukkan ragam-ragam dalam masing-masing sampel diperoleh ragam gabungan yaitu :

Sp2 =

(

)

r N S S S n − + + − 2 3 2 2 2 1 1 =

(

)

3 18 0002 , 0 2308 , 0 5931 , 4 1 6 − + + − = 1,6080

1. Ho : 32

2 2 2

1 σ σ

σ = =

H1 : Sekurang-kurangnya ada dua ragam populasi yang tidak sama 2. Taraf nyata = 0,05 B0,05(3,6) = 0,6483

3. Daerah kritik penerimaan: B hitung ≥ 0,6483 Daerah kritik penolakan : B hitung < 0,6483

4. Pengujian statistik : S12 = 4,5931 ; S22 = 0,2308 ; S32 = 0,0002 ; Sp2 = 1,6080

Selanjutnya Bo =

[

( ) ( ) ( )

2

]

3 18 1 1 6 2 3 1 6 2 2 1 6 2 1 p S S S

S − × − × − −

=

[

(

) (

) (

)

]

6080 , 1 0002 , 0 2308 , 0 5931 , 4 15 1 5 5 5 × × =

(

)

6080 , 1 10 5791 , 4 15 1 19 −

× = 0,0372

5. Karena Bo = 0,0372 < 0,6483 maka hipotesis Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ragam ketiga sampel tidak sama.

Keterangan :

B hitung < B tabel disebut tidak homogen artinya sekurang-kurangnya ada sepasang rata-rata yang tidak sama atau berbeda pada taraf nyata 5%. Oleh karena


(63)

III.Uji Perbandingan Ganda Scheffe S12 = 4,5931 ; S22 = 0,2308 ; S32 = 0,0002

Ragam gabungan : Sp2

3

2 3 2 2 2

1 S S

S + +

4,5931 + 0,2308 + 0,0002 3

1,6080

Diketahui F0,05(2,15) = 3,68 untuk r = 3 dan n = 6, maka df1 = r – 1 = 2 dan df2 = r (n – 1) = 12. Selisih rata-rata kadar kalsium pada ketiga sampel dapat digunakan selang kepercayaan 95% bagi ( ) dengan 1 dan 2 nilai rata-rata contoh acak bebas yaitu

( ) ( 1 2) (r−1)F0,05 sp

(121,7527 107,2846) 7,36 1,6080

= + 14,4681 ± 5,3889

( ) ( 1 3) (r−1)F0,05 sp

(121,7527 2,0552) 7,36 1,6080

+ 119,6975 ± 5,3889

(µ2 ) ( 2 3) (r−1)F0,05 sp

(107,2846 2,0552) 7,36 1,6080


(64)

Pada taraf kepercayaan 95%, beda nilai nilai rata-rata kadar kalsium antar jenis susu dan air tajin melampaui nilai tertentu (± 5,3889). Ini berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar kalsium pada susu sapi, susu sapi kemasan dan air tajin. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak.

1. ( ) = + 14,4681 ± 5,3889. Disimpulkan bahwa X1 lebih besar nyata daripada X2, berarti µ1 > µ2.

2. ( ) = + 119,6975 ± 5,3889. Disimpulkan bahwa X1 lebih besar nyata daripada X3, berarti µ1 > µ3.

3. (µ2 ) = + 105,2294 5,3889. Disimpulkan bahwa X2 lebih besar nyata daripada X3, berarti µ2 > µ3.


(65)

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali (% Recovery)

Kalsium dari Data Hasil Pengukuran Absorbansi dalam Susu Sapi Kemasan dan Air Tajin

1. Susu Sapi Kemasan N

o

Sampel Volu me Basah (ml)

Absor-bansi

CA (mg/100

ml)

C∗A (mg/100

ml)

CF (mg/100

ml)

Perolehan Kembali

(%)

1. SSO 1 8 0,1300 107,3019 15,625 121,075 88,15

2. SSO 2 8 0,1295 107,4038 15,625 120,5625 84,22

3. SSO 3 8 0,1298 107,6075 15,625 120,8688 84,87

4.

SSO 4 8 0,1286 107,9138 15,625 119,6438 75,07

5.

SSO 5 8 0,1292 106,8931 15,625 120,2563 85,52

6.


(66)

2. Air Tajin N o Samp-el Volume Basah (ml) Absor-bansi CA (mg/100 ml)

C∗A (mg/100 ml) CF (mg/100 ml) Perolehan Kembali (%)

1. AT 1 47,598 0,1432 2,0417 0,2101 2,2613 104,52

2. AT 2 47,599 0,1421 2,0589 0,2101 2,2423 87,29

3. AT 3 47,601 0,1433 2,0386 0,2101 2,2627 106,66

4.

AT 4 47,600 0,1415 2,0759 0,2101 2,2320 74,29

5.

AT 5 47,596 0,1422 2,0453 0,2101 2,2442 94,67

6.

AT 6 47,601 0,1400 2,0707 0,2101 2,2062 64,49

Larutan baku kalsium yang ditambahkan pada susu sapi kemasan dan air tajin pada perlakuan recovery secara berturut-turut adalah 2,5 ml dengan konsentrasi larutan baku tersebut adalah 500 mcg/ml dan 2 ml dengan konsentrasi larutan baku tersebut adalah 50 mcg/ml, sehingga konsentrasi larutan baku yang ditambahkan dapat dihitung sebagai berikut

C*A =

Massabasah Volume konsentras×

Contoh perhitungan larutan baku yang ditambahkan

C*A =

ml ml 598 , 47 50mcg/ml 2 ×

= 2,1009 mcg/ml = 0,2101 mg/100 ml


(67)

Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan diperoleh dari

% Perolehan kembali = −* ×100%

A A F

C C C

Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku

CA = konsentrasi sampel awal

C∗A = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan Contoh perhitungan % Perolehan kembali pada kalsium Biji Melinjo :

% Perolehan kembali

(

)

100%

100 / 0,2101

g/100ml 2,0417

-g/100ml 2,2613

× =

ml mg

m m


(68)

Lampiran 12. Data Konsentrasi Ca yang Sebenarnya dalam Susu Sapi Kemasan

dan Air Tajin

No

Jenis Sampel

Absorba nsi

Kadar Sampel (mg/100 ml)

Kadar Kadar rata-rata Perolehan Kembali rata-rata (%) Kadar Sebenarnya (mg/100ml) 1. Susu Sapi

Kemasan 0,1300 0,1295 0,1298 0,1286 0,1292 0,1283 107,3019 107,4038

107,6075 107,2846 107,9138

106,8931 106,5875

83,24 128,89

2. Air Tajin 0,1432

0,1421 0,1433 0,1415 0,1422 0,1400 2,0417 2,0589

2,0386 2,0552 2,0759

2,0453 2,0707


(69)

Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) pada Susu Sapi Kemasan

No Kadar (mg/100 ml)

X

Xi - X (Xi - X)2

1. 2. 3. 4. 5. 6 121,075 120,5625 120,8688 119,6438 120,2563 119,3375 0,7843 0,2718 0,5781 -0,6469 -0,0344 -0,9532 0,6151 0,0739 0,3342 0,4185 0,0012 0,9086

n = 6

∑X = 721,7439 X = 120,2907

∑(Xi-X)2 = 2,3515

SD

(

)

1

2

=

n

X

Xi

1 6 3515 , 2 − =

= 0,6858

% RSD = SD x 100 % X = 2907 , 120 6858 , 0

x 100 %


(70)

Lampiran 14. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) pada Air Tajin

No Kadar (mg/100 ml)

X

(Xi - X) (Xi - X)2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 2,2613 2,2423 2,2627 2,2320 2,2442 2,2062 0,0198 0,0008 0,0212 -0,0095 0,0027 -0,0353 0,0004 0,69 x 10-6

0,0004 0,903 x 10-4

7,29 x 10-6 0,0012

n = 6 ∑X = 13,4487 X = 2,2415

∑(Xi-X)2 = 0,0021

SD

(

)

1 2 − − =

n X Xi 1 6 0021 , 0 − =

= 0,0205

% RSD = SD x 100 % X

=

2,2415 0,0205

x 100 %


(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(1)

(2)

Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.


(3)

(4)

Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.


(5)

(6)

Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.


Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Air Tebu Merah Dan Air Tebu Hijau Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 59 94

Penetapan Kadar Ca Dalam Susu Kedelai Murni dan Kemasan yang beredar di Pasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom.

11 96 84

Penetapan Kadar Kalsium Susu Kambing, Susu Kuda Liar Dan Susu Sapi Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

12 57 66

Analisis Saluran Pemasaran Susu Sapi (Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

17 95 70

Penentuan Kadar Unsur Kalsium (Ca+) Pada Susu Sapi Murni Dan Susu Sapi Di Pasaran Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

12 137 3

Penetapan Kadar Kalsium Dan Magnesium Pada Susu Kambing Dan Susu Sapi Secara Kompleksometri

11 119 71

Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Susu Sapi Segar dan Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2015

1 21 107

KADAR KALSIUM DAN UJI ORGANOLEPTIK DADIH KOMBINASI SUSU KACANG MERAH DAN SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN Kadar Kalsium Dan Uji Organoleptik Dadih Kombinasi Susu Kacang Merah Dan Susu Sapi Dengan Penambahan Ekstrak Nanas Dan Jambu Biji.

0 4 13

KADAR KALSIUM DAN UJI ORGANOLEPTIK DADIH KOMBINASI SUSU KACANG MERAH DAN SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN Kadar Kalsium Dan Uji Organoleptik Dadih Kombinasi Susu Kacang Merah Dan Susu Sapi Dengan Penambahan Ekstrak Nanas Dan Jambu Biji.

0 2 15

Analisis Kandungan Fe dalam Susu Sapi Kemasan Asal Kabupaten Sinjai Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 73