Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.
untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan menghindari kehilangan mineral akibat penguapan Apriantono, 1989.
2.5 Spektrofotometri
Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
sering digunakan dalam analisis farmasis meliputi spektroskopi serapan ultraviolet, sinar tampak, infra merah, dan serapan atom Ditjen POM, 1995.
Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan,
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang Khopkar, 2002. Keuntungan utama metode spektofotometri yaitu dapat menetapkan kadar suatu
zat yang sangat kecil Basset, 1991.
2.5.1 Spektofotometer Serapan Atom
Prinsip dari spektofotometer serapan atom adalah atom-atom pada keadaan dasar mampu menyerap energi cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang
pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom- atom itu bila tereksitasi dari keadaan dasar Vogel, 1989.
Metode spektofotometer serapan atom sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
metode spektroskopi emisi nyala. Pada spektofotometer serapan atom dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi rendah dapat terjadi,
namun perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada
Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.
pada tingkat dasar harus cukup besar karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak tergantung pada temperatur. Metode
serapan sangat spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar
Khopkar, 1990. Pada spektroskopi absorpsi atom, emisi radiasi unsur tertentu dalam lampu
katode berongga diabsorpsi oleh atom netral unsur yang sama dalam nyala api untuk transisi elektron valensinya ke tingkat tereksitasi elektron lebih tinggi. Pada
spektroskopi emisi nyala atom unsur yang potensial eksitasinya rendah dapat dieksitasi dalam nyala api dan pada waktu kembali ke tingkat dasarnya,
mengemisikan radiasi panjang gelombangnunsur yang khas. Pada kedua fenomena tersebut, kekuatan emisi radiasi atom tereksitasi dan absorban radiasi
unsur yang khas merupakan ukuran dari banyaknya atom unsur dalam nyala api yang terlibat dalam peristiwa itu dan digunakan untuk analisis kuantitatif. Jika
pada spektroskopi emisi nyala, monokromator diskan sepanjang rentang ultraviolet-sinar tampak dan spektrumnya direkam, puncak yang teramati pada
panjang gelombang tertentu menunjukkan identitas unsur Satiadarma, 2004. Standar dan sampel analit harus merupakan larutan encer dan jernih,
pelarut yang umum digunakan adalah air yang melalui pipa kapiler dinebulisasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporisasi dan atomisasi dalam
nyala api. Dalam nyala api, atom dan molekul naik sampai tingkat tereksitasi melalui pertumbukan termal dengan konstituen gas yang menyala. Pada waktu
kembali ke tingkat dasar, radiasi yang diemisikan dilewatkan monokromator untuk mengisolasi panjang gelombang khas untuk analisis unsur tertentu. Sebuah
Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.
fotodetektor mengukur kekuatan radiasi emisi, diperkuat dan diteruskan ke sistem pemrosesan dan alat pembaca meter, perekam atau mikrokomputer Satiadarma,
2004. Atom memiliki dua bentuk keadaan, yaitu keadaan dasar dan keadaan
tereksitasi. Keadaan dasar menunjukkan elektron pada atom berada pada tingkat energi terendah yang mungkin ditempatinya secara alami atom berada dalam
keadaan dasar. Sejumlah energi yang spesifik dibutuhkan untuk memindahkan elektron tersebut dan menghasilkan keadaan tereksitasi. Energi dapat diberikan
pada atom dengan berbagai cara. Energi tersebut dapat dalam bentuk cahaya, muatan listrik atau panas Satiadarma, 2004.
Bila suatu larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu dihembuskan ke dalam nyala, terjadilah peristiwa berikut
secara berurutan dengan cepat: a. Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat;
b. Penguapan zat padat dengan dissosiasi menjadi atom-atom penyusunnya,
yang mula-mula berada dalam keadaan dasar, c.
Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal dari nyala ke tingkatan energi yang lebih tinggi, dan mencapai kondisi dalam mana
mereka akan memancarkan energi. Jumlah atom-atom yang berada dalam keadaan tak tereksitasi jauh lebih
besar dibandingkan atom-atom tereksitasi. Atom-atom yang berada dalam keadaan dasar ini mampu menyerap energi cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala Vogel, 1989.
Silvia : Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Sapi, Susu Sapi Kemasan Dan Air Tajin Secara Spektofotometri Serapan Atom, 2010.
2.5.2 Gangguan