publik ini maka dapat dikatakan bahwa pemerintah Sumatera Utara makin memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4.2.2. Pengeluaran Pembangunan
Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah yang berkaitan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi,
sosial, dan umum baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang
lebih stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Bila dilihat dari segi pengeluaran pembangunan pemerintah di Sumatera Utara terlihat bahwa anggaran tahun 1978 sampai dengan tahun 2011 rata-rata
proporsi belanja pembangunan daerah adalah 32,7 persen. Dibanding dengan periode sebelum desentralisasi rata-rata anggaran pemerintah dalam pengeluaran
pembangunan hanya mencapai 23,2 persen namun setelah desentralisasi maka rata-rata anggaran pemerintah lebih tinggi yaitu sebesar 50,3 persen.
Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan penerimaan negara, alokasi dana bagi anggaran pembangunan lainnya semakin ditingkatkan untuk
mendorong laju pertumbuhan dan pelaksanaan berbagai program pemerintah. Kebanyakan negara berkembang dimana peranan pemerintah dalam
perekonomian relatif besar, pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana
yang dibutuhkan yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Seperti halnya pengeluaran rutin yang cenderung meningkat, pengeluaran
pembangunan juga menunjukkan pola yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa
pelaksanaan desentralisasi otonomi daerah di Sumatera Utara berhasil dilaksanakan. Beberapa kejadian penting yang memberikan
a
ndil turunnya belanja pembangunan:
• Adanya mutasi pegawai pemerintah pusat ke daerah yang berlangsung sangat drastis. Banyak pemda yang mengeluh dikarenakan menerima
limpahan pegawai lebih dari yang dibutuhkan. • Adanya perintah dari pemerintah pusat agar pemda menaikkan gaji pegawai
negeri sipil per 1 Januari 2001 akibatnya, belanja pemda lebih banyak tersedot untuk belanja rutin belanja gaji pegawai naik secara tajam.
Produktifitas belanja ini sangat kecil, terlebih lagi bagi pemda-pemda yang menerima pegawai lebih dari yang diinginkan.
Pada tahun anggaran 2001, peranan pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran pemerintah Sumatera Utara adalah sebesar 31,4 persen dan
kemudian menurun menjadi 31,12 persen pada tahun anggaran 2002. Tahun anggaran 2003 pengeluaran pembangunan meningkat menjadi Rp 789,3 milyar
dengan pertumbuhan 5,7 persen dan kontribusinya terhadap pengeluaran 58,3 persen lebih besar dari pada pengeluaran publik.
Pada tahun anggaran 2006 pengeluaran pembangunan yang telah dirinci menurut jenis, berdasarkan pengelompokan ini belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan menjadi kontributor terbesar terhadap pembentukan pengeluaran pembangunan yang mencapai Rp 706,9 milyar dan diikuti oleh belanja modal
sebesar Rp 606,4 milyar kemudian diikuti oleh belanja operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 295,6 milyar. walaupun pada tahun berikutnya pengeluaran
pembangunan terus meningkat tetapi pertumbuhan pengeluaran pembanguna mengalami penurunan dan selama tahun 2008-2011 pengeluaran pembangunan
kembali meningkat dari Rp 1127,9 milyar menjadi Rp 2646,1milyar tingginya pengeluaran ini disebabkan oleh beberapa jenis pembiayaan anggaran yang relatif
cukup besar yaitu belanja bagi hasil Rp 683,3 milyar kemudian belanja modal dan barang jasa sebesar Rp 579,7 milyar dan Rp447,6 milyar. Jika naiknya porsi
belanja pembangunan ini tidak diikuti dengan naiknya PAD maka realitas ini mengindikasikan, antara lain :
• Masih tingginya penerimaan transfer dana dari pusat. Prosentase kenaikan PAD tidak lebih besar daripada prosentase penerimaan dari
transfer.Kenyataan ini menunjukkan masih tinggi ketergantungan sebagian besarpemda pada dana dari pusat ini. Riset Abdullah dan Halim
2004 menunjukkan adanya kecenderungan ini, belanja daerah sangat
dipengaruhi oleh penerimaan DAU. • Tingginya transfer dana dari pusat justru menyebabkan rendahnya
inisiatif pemda untuk meningkatkan PAD. • Agresifitas pemda dalam melaksanakan pembangunan tidak dapat secara
langsung dirasakan dampaknya. Penerimaan PAD tidak merefleksikan sepenuhnya dampak pembangunan yang dilakukan.
Dengan meningkatnya pengeluaran pembangunan di masing-masing sektor menciptakan bertambahnya kesempatan kerja dan akan menambah pendapatan
masyarakat. Selain itu dapat mendatangkan penerimaan finansial berupa penerimaan pajak yang diperoleh pemerintah melalui pembangunan saran dan
prasarana publik. Perkembangan pengeluaran pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan
dan Kontribusinya terhadap Total Pengeluaran Tahun 1978-2011
Tahun Pe nge l uaran
Pe mbangunan Mi l yaran Rp
Pe rtumbuhan Pe nge l uaran
Pe mbangunan Kontri busi Pe nge l uaran
Pe mbangunan Thdp Total Pe nge l uaran
Total Pe nge l uaran Mi l yaran Rp
1978 9.2
19.5 47.3
1979 21.8
57.8 32.4
67.2 1980
21.6 -0.9
24.6 87.8
1981 21
-2.8 20.1
104.2 1982
23.2 9.4
19.3 120
1983 21.2
-9.4 15.8
134.2 1984
20 -6
15.4 129.6
1985 26.2
23.7 15.1
173.2 1986
31 15.5
16.6 186.4
1987 36.3
14.6 17.7
205.2 1988
44.7 18.8
15.4 290.4
1989 58.5
23.6 21.9
267.2 1990
73.5 20.4
23.4 313.9
1991 81.3
9.6 24.1
336.9 1992
84.2 3.4
22 383.2
1993 93.6
10.04 20.4
458.7 1994
93.5 -0.1
18.1 515.6
1995 127.1
26.4 21.8
584 1996
169.3 24.9
25.6 660.8
1997 195
13.2 25.3
771 1998
141.8 -37.5
41.4 342.6
1999 246.8
42.5 55
449 2000
197.2 -25.1
47.3 416.8
2001 287.9
31.5 31.4
916.2 2002
317.9 9.4
31.1 1021.3
2003 789.3
5.7 58.3
1352 2004
949.8 16.8
63.3 1501.5
2005 1290.1
26.3 70.5
1830.6 2006
1640.5 21.3
72.3 2269
2007 1201
-36.6 47
2560.7 2008
1172.9 -2.4
39.5 2967.3
2009 1378.4
14.9 40.01
3444.6 2010
1795.5 23,2
46.8 3833.2
2011 2646.1
32.1 56.6
4677.9
Sumber : BPS Sumatera Utara data diolah
Secara keseluruhan pengeluaran pembangunan pemerintah Sumatera Utara mengalami kenaikan setiap tahunnya. Diharapkan agar kenaikan ini sesuai dengan
kondisi pembangunan semua sektor di Sumater utara.
4.2.3. Perkembangan Pengeluaran Total Pemerintah