dengan dirinya, keterlibatan seksual dengan satu orang atau lebih yang memiliki kesamaan jenis kelamin dengan dirinya, mengidentifikasi diri sebagai gay.
2.5. Jenis – jenis Homoseksual Gay
Homoseksual atau gay menurut Kartini Kartono 1989: 73, dapat digolongkan dalam tiga bagian yaitu:
1. Homoseksual yang aktif, yaitu gay yang bertindak sebagai pria yang
agresif. 2.
Homoseksual yang pasif, yang bertingkah laku lebih dominan sebagai wanita dan memiliki kecenderungan feminim
3. Homoseksual yang bergantian peranan, kadang – kadang memerankan laki
– laki dan dilain waktu memerankan wanita. Pendapat lain diungkapkan oleh Coleman A. Supratiknya,1995: 95, yang
menggolongkan gay atau homoseksual berdasarkan kualitasnya dalam beberapa jenis yaitu:
1. Homoseksual tulen, homoseksual jenis ini memenuhi gambaran stereotip
tentang laki –laki yang cenderung lebih keperempuan-perempuanan, yaitu
suka berperilaku dan mengenakan pakaian perempuan 2.
Homoseksual malu – malu, yaitu laki – laki yang memiliki hasrat homoseksual akan tetapi tidak berani menjalin hubungan personal yang
intim dengan orang lain untuk kegiatan homoseksual. 3.
Homoseksual tersembunyi, biasanya berasal dari golongan menengah keatas dan memiliki status sosial yang tinggi, sehingga biasanya hanya diketahui
oleh teman dekatnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Homoseksual situasional, homoseksual jenis ini terjadi pada situasi yang
mendesak di mana tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan hubungan dengan lawan jenis, diantaranya dapat ditemui pada situasi khusus seperti
perang dan di penjara. Sehingga tinggkah laku homoseksual timbul sebagai usaha untuk menyalurkan dorongan seksualnya.
5. Biseksual, homoseksual jenis ini mempraktekan kegiatan homoseksual dan
heteroseksual secara sekaligus, homoseksual jenis ini bisa mendapatkan kepuasan seksual dari lawan jenis dan sesama jenis.
6. Homoseksual mapan, homoseksual jenis ini dapat menerima
homoseksualitas mereka, memenuhi peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab dan mengikatkan diri pada suatu komunitas.
Pendapat lain tentang penggolongan homoseksual atau gay adalah berdasarkan PPDGJ II Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1983 yang
disusun oleh psikolog dan psikiater Indonesia mengelompokan homoseksual dalam dua jenis, yaitu;
1. Homoseks ego sentonik, merupakan homoseksual yang merasa
tidak terganggu oleh orientasi seksualnya. 2.
Homoseks ego distonik, merupakan homoseksual yang merasa selalu terganggu olek orientasi seksualnya dan mengakibat
timbulnya konflik psikis, konflik psikis internal individu ini akan menimbulkan perasaan bersalah, malu, bahkan depresi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa homoseksual dapat dikelompokan berdasarkan pola hubungannya yaitu, homoseksual aktif,
homoseksual pasif, dan homoseksual yang bergantian peranan. Homoseksual juga
Universitas Sumatera Utara
dapat dikelompokkan
berdasarkan kualitasnya
menjadi homoseksual
tulen,homoseksual tersembunyi,
homoseksual malu-malu,
homoseksual situasional, homoseksual mapan, dan biseksual. Sedangkan berdasarkan
penerimaan pada individu homoseksual dapat
dikelompokan menjadi
homoseksual ego sentonik dan homoseksual ego distonik. Untuk mempersempit dan
mempermudah penelitian,
peneliti memfokuskan
pengelompokan homoseksual atau gay berdasarkan penerimaan pada individu homoseksual yaitu
ego sentonik dan homoseksual ego distonik.
2.6. Bentuk Hubungan Seksual pada Gay