Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi dalam program

BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU

BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA

D. Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi dalam program

Tazkia Qalbu 1. Perencanaan Idealnya, semua program yang dimiliki oleh radio sebaiknya melewati tahap perencanaan, produksi, dan evaluasi. Atau dengan kata lain harus memiliki proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Karena hal ini akan lebih memudahkan kinerja tim yang memproduksi program tersebut dan untuk tercapainya hasil yang maksimal. Proses perencanaan dalam sebuah program meliputi: “penentuan target pendengar yang dituju agar topik yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pendengar, menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas, serta memilih penyiar.” 88 Begitu pula dengan program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta, program ini pun memiliki proses perencanaan yang harus dilewati terlebih dulu sebelum ia mengudara. Sebetulnya tidak hanya program Tazkia Qalbu saja, program-program yang akan disiarkan di radio yang bersegmentasi eksekutif muda ini, harus melewati tahap perencanaan. Hal ini sesuai dengan visi dari radio Music 88 Morrisan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, Cet. 1, h. 284. 53 City sendiri, yaitu memberikan informasi yang bermanfaat bagi seluruh pendengar dan meningkatkan kualitas program dan siaran Music City. Adapun tahap perencanaan sebuah program yang diterapkan di radio Music City adalah sebagai berikut: 1 Program dirancang atau dikonsep terlebih dahulu oleh tim program director . Mulai dari nama acara, rundown susunan acara, isi program, sampai target pendengarnya. 2 Setelah semua aspek tersebut dijalankan, lalu dibuat strategi untuk tema yang diangkat pada saat pemutarannya. Tema tersebut harus mengikuti keinginan atau kebutuhan masyarakat pada umumnya, misalnya ideologinya harus sesuai dengan segmen dari radio Music City. 3 Kemudian program tersebut dikategorikan ke dalam program harian, program mingguan, program spesial atau tailor made, ataukah program insidental . 4 Setelah itu ditinjau aspek marketing-nya, apakah program tersebut layak untuk dijual sesuai dengan segmen dari radio Music City dan dapat diterima di mata agency atau produsen iklan klien. 5 Setelah semua proses di atas selesai dilalui, barulah dilakukan survey secara kuantitatif. Tentu bukan dengan cara menyebarkan angket kepada pendengar, melainkan dengan membuat promo program. Maksudnya, dibuat iklan dari program yang akan disiarkan untuk diputar di radio Music City sendiri. Cara ini tentu lebih efektif, karena radio adalah media yang kooperatif dan masyarakat pasti mencari informasi melalui radio Sehingga dapat diketahui dengan mudah, bagaimana respon atau animo dari masyarakat terhadap promo program yang dijalankan, apakah mereka menanti-nantikan program tersebut atau dapat diterima di masyarakat umum. Hal ini bisa diketahui misalnya lewat lewat telepon dari pendengar. 6 Jika respon dari pendengar cukup baik dan semua tahap telah dilalui dengan baik pula, barulah sebuah program dapat disiarkan on air. 89 Hal-hal di atas adalah tahap perencanaan untuk sebuah program yang benar-benar baru di radio Music City sebelum ia disiarkan. Sedangkan untuk tahap perencanaan program yang telah berjalan, dalam hal ini untuk program talk show khususnya, proses perencanaan yang dimiliki hanyalah menentukan tema yang akan dibicarakan setiap minggu. Karena untuk hal format, penyiar, narasumber, operator dan lain- lain telah dikonsep terlebih dahulu dalam poin-poin perencanaan di atas. Sehingga sebelum program talk show tersebut mengudara, ringkasan tema yang akan dibahas harus diserahkan terlebih dahulu kepada pihak radio Music City untuk keperluan persiapan penyiar dan produser acara untuk mempersiapkan bahan siaran. Akan tetapi program Tazkia Qalbu memiliki keunikan tersendiri, program ini tidak memiliki proses perencanaan tentang tema yang akan dibahas setiap minggunya. Jadi tema yang akan dibahas baru dapat diketahui oleh penyiar dan produser acara ketika Ustadz Arifin tiba di 89 Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008. radio Music City pada hari Senin untuk mengisi acara Tazkia Qalbu, yaitu sekitar 30 menit atau satu jam sebelum program tersebut on air. Atau dengan kata lain, tema-tema yang diberikan oleh Ustadz bersifat dadakan. Namun hal ini dapat diterima oleh pihak radio Music City, meskipun mereka harus beradaptasi dengan cepat tentang penyampaian materi yang bersifat dadakan tersebut, tetapi mereka tetap dapat bersifat profesional. “Semua tema memang dari Ustadz langsung, jadi kami hanya sebagai mediator. Karena Ustadz yang lebih tahu tentang kondisi atau keadaan mad’unya, dan Ustadz paling tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Mereka sedang butuh pencerahan dan penyegaran seperti apa, Ustadz yang lebih kompeten, lebih paham dan lebih tahu. Jadi sebagai seorang Ustadz maka dia yang menentukan dan lebih paham tentang penentuan tema.” 90

2. Pelaksanaan

Setelah proses perencanaan untuk sebuah program selesai dilaksanakan, tahap produksi atau pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan akan menjadi proses selanjutnya. Tahap produksi di radio biasa disebut dengan proses siaran atau on air itu sendiri. Artinya, pengaplikasian dari konsep seperti apa program yang akan disiarkan, siapa narasumber dan penyiarnya, serta sasaran pendengar dari program tersebut. 90 Ibid. Untuk program Tazkia Qalbu proses produksinya sangat sederhana, yaitu setiap hari Senin sore Ustadz Arifin datang ke radio Music City kemudian pada pukul lima sampai menjelang adzan Maghrib, Ustadz menyampaikan tausiyahnya di ruang siaran radio Music City. Di mana dalam proses siaran tersebut Ustadz Arifin tidak ditemani oleh penyiar, ia hanya ditemani oleh seorang operator untuk memutarkan lagu yang menyelingi penyampaian materi olehnya serta menyeleksi SMS dan telepon interaktif dari pendengar yang masuk. Meskipun pada awalnya ia ditemani oleh seorang penyiar, namun “beliau menyampaikan ke pimpinan radio Music City, bahwa beliau ingin siaran secara langsung tanpa MC atau penyiar, dan disetujui oleh pimpinan. Karena waktunya sangat-sangat sempit, sehingga kalau ada penyiar malah bisa lebih lama lagi. Jadi beliau inginnya langsung, agar interaktifnya ke jamaah lebih terasa. Jadi kalau ada yang tanya jawab, ada yang curhat, semuanya langsung. Hal ini sudah dilaksanakan cukup lama juga sejak dua atau tiga tahun yang lalu.” 91 Selain itu, program Tazkia Qalbu merupakan program talk show yang ada di radio Music City yang selalu disiarkan dalam kesatuan program harian bernama Street Life. “Acara ini termasuk ke dalam acara Street Life yang disiarkan dari jam empat sore sampai delapan malam. Lalu dari jam empat sampai jam lima kita hanya ngobrol-ngobrol biasa, nah dari jam lima sampai jam enam baru ada program talk show yang 91 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008. namanya Tazkia Qalbu. Jadi Tazkia Qalbu itu merupakan bagian dari acara Street Life, yang dari dulu memang sudah seperti ini.” 92

a. Format Acara

Dengan konsep berbagi rasa sharing serta mengulas tentang hablun minnanas dan hablun minnallah, pada dasarnya program Tazkia Qalbu memiliki format acara talk show dialog interaktif. Yang disiarkan secara live dengan mengundang interaktif berupa tanya jawab antara MC Friends nama panggilan untuk pendengar radio Music City, dengan Ustadz Arifin Ilham sebagai narasumber dan dipandu oleh seorang penyiar. Namun seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kini selama proses siaran program Tazkia Qalbu berlangsung, Ustadz Arifin tidak lagi ditemani oleh seorang penyiar. Sehingga kini program Tazkia Qalbu memiliki dua macam format siaran. Yang pertama, jika Ustadz Arifin yang mengisi sendiri maka formatnya adalah Ustadz berperan sebagai narasumber yang menyampaikan tausiyah, sekaligus penyiar yang membuka dan menutup acara serta membacakan SMS dan menjawab telepon yang masuk. Tentunya ditemani oleh seorang operator siaran yang memutarkan musik dan iklan. Format kedua adalah jika Ustadz Arifin berhalangan hadir, maka Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra seperti Ustadz Saefulloh, Ustadz Soleh Hasan, Ustadz Ali Nurdin, Ustadz Muslih Aziz, dan 92 Wawancara Pribadi dengan Mbak Melisa Razak, Penyiar dalam Program Tazkia Qalbu, Jakarta, 28 April 2008. Ustadz Huda Nurul Sidik yang akan menggantikan beliau mengisi acara sebagai narasumber . Dalam format yang kedua ini, narasumber hanya berperan untuk menyampaikan tausiyah dan menjawab pertanyaan yang masuk dari pendengar lewat SMS atau pun telepon, melalui seorang penyiar yang bertindak sebagai moderator. Kemudian tetap ada operator yang memutarkan lagu dan iklan. Dalam hal ini, format yang diberlakukan untuk Tazkia Qalbu sudah cukup efektif, terutama format ketika Ustadz Arifin mengisi sendiri. Karena sudah sesuai dengan karakteristik radio yaitu bersifat personal dan theatre of mind merangsang imajinasi. Artinya penyampaian materi yang diberikan Ustadz Arifin dapat langsung dirasakan oleh lubuk hati pendengar. Sebab selama kurang lebih satu jam siaran, Ustadz Arifin memberikan materi, menjawab pertanyaan yang masuk, dan membuka serta menutup acara seorang diri. Beliau tidak ditemani penyiar sehingga pendengar terasa langsung berhadapan dan bercakap-cakap dengan Ustadz Arifin, dalam hal ini theatre of mind berlaku. Durasi yang tersedia untuk acara ini kurang lebih satu jam, sehingga pembagian waktunya dibagi menjadi empat slot lima belas menit pertama untuk setiap kali siaran. 93 Sebab program ini turut memasukan unsur musik yang menyelingi pembicaraan yang sedang terjadi. 93 Berdasarkan informasi dari Mas Ari, Produser Acara di radio Music City, Jakarta, 26 Maret 2008. Lima belas pertama diisi untuk pembukaan acara, pendahuluan tema dari narasumber, diputar dua buah lagu dan promoiklan. Kemudian lima belas menit ke dua diisi untuk pembahasan tema oleh Ustadz Arifin, serta memutarkan dua buah lagu dan promoiklan. Hanya saja untuk slot kedua ini interaktif dengan pendengar melalui SMS dan telepon sudah mulai dilakukan. Lalu untuk lima belas menit ketiga dan keempat juga sama susunannya, yaitu memutarkan lagu, memutarkan promoiklan, serta interaktif dengan MC Friends. Yang membedakan di slot ketiga dan keempat ini adalah, pada slot ketiga narasumber masih membahas tentang tema yang diangkat, sedangkan pada slot keempat pembahasan hanya sedikit karena lebih diprioritaskan untuk kesimpulan tema. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rundown susunan acara program talk show untuk radio Music City di bawah ini. Tabel 3 Rundown Acara Talk Show Tazkia Qalbu Durasi menit Kegiatan 00-01 Penyebutan Stasiun ID dan Opening Program 01-06 Talk 1 dan Prolog Perkenalan Narasumber dan Tema 06-09 Lagu 1 09-12 PromoIklan dan Penyebutan Stasiun ID 12-15 Lagu 2 15-23 Talk 2 Pembahasan Tema dan Buka SMSTelepon 23-26 Lagu 3 26-29 PromoIklan dan Penyebutan Stasiun ID 29-32 Lagu 4 32-40 Talk 3 Pembahasan Tema dan Buka SMSTelepon 40-43 Lagu 5 43-46 PromoIklan dan Penyebutan Stasiun ID 46-49 Lagu 6 49-57 Talk 4 Pembahasan dan Kesimpulan Tema dan Closing Program 57-60 Lagu 7 Susunan dalam format talkshow radio Music City ini memang dirasa cukup baik. Karena meskipun program Tazkia Qalbu termasuk ke dalam kategori program dakwah, namun radio Music City tetap tidak ingin kehilangan jati dirinya. Yaitu sebagai radio yang bersegmentasi eksekutif muda dan memiliki konsep entertainment, informations , religious and lifestyle radio station stasiun radio yang memiliki karakter hiburan, informasi, religi, dan gaya hidup. Sebab pada dasarnya “sebuah stasiun radio harus menyeimbangkan antara program informasi, pendidikan, dan hiburan. Di mana hal ini sudah diatur oleh KPI Komisi Penyiaran Indonesia.” 94 Sehingga radio Music City turut memasukkan unsur musik ke dalam program religi ini, bahkan musik yang diputar pun tidak harus musik yang bernuansa religi seperti program dakwah pada umumnya, terkadang pihak radio memutarkan lagu Barat dalam program ini. Bahkan ketika Ustadz Arifin yang menjadi narasumber, beliau terkadang suka memilih sendiri lagu yang akan diputar, dan biasanya beliau memilih lagu-lagu Barat tempo dulu. Hal tersebut tidak 94 Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008. dipermasalahkan oleh pihak radio Music City, “Asalkan lagunya sesuai dengan format musik kita, pada dasarnya ya tidak apa-apa. Yang penting lagunya tidak terlalu kontras seperti jenis rock, atau ada unsur ketuhanannya. Karena kita juga tidak punya semua lagu nasyid.” 95 Hal ini pun disadari oleh Ustadz Arifin sebagai narasumber, karena dapat dikatakan bahwa itu merupakan salah satu metode yang digunakan oleh Ustadz Arifin untuk mendekati para mad’unya. “Begitu orang mendengarkan musik, eh ternyata ada dakwahnya. Yang mungkin tadinya dia tidak ingin mendengar dakwah, tapi akhirnya dia mendengarkan, dan akhirnya dia lebih menikmati dakwah itu ketimbang musik sendiri.” 96 Pendekatan yang dilakukan oleh Ustadz Arifin dan radio Music City untuk berdakwah lewat radio ini sudah sesuai dengan fungsi radio, yaitu sebagai alat hiburan dan alat pendidikaninformasi. Artinya Ustadz Arifin dan radio Music City berusaha untuk melebur dengan sasaran pendengar mad’u yang notabene adalah eksekutif muda dan akrab dengan musik-musik dari Barat. Sehingga pendengar dapat memperoleh hiburan dan pendidikan tausiyah secara bersamaan. Namun jika melihat dari susunan lagu yang diputar, yaitu sekitar dua buah lagu setiap menyelingi sekali pembicaraan, hal ini agaknya kurang tepat. Sebab durasi untuk narasumber menyampaikan materi dan menjawab interaktif dari pendengar akan terpotong oleh 95 Berdasarkan informasi dari Mas Ari, Produser Acara di radio Music City, Jakarta, 31 Maret 2008. 96 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008. lagu-lagu tersebut. Belum lagi ditambahnya durasi untuk iklan atau promo, maka jika dikalkulasikan durasi untuk narasumber berbicara hanya sekitar delapan menit setiap satu slotnya. Tentunya waktu yang minim ini kurang efektif bagi mad’u menerima pesan dakwah yang disampaikan da’i.

b. Waktu Acara

Waktu yang dipilih untuk menyiarkan program Tazkia Qalbu adalah hari Senin, selama kurang lebih satu jam yaitu dari pukul lima sore sampai menjelang adzan Maghrib. Pemilihan hari Senin, “tidak lepas dari kinerja bagian program, produksi, maupun tim manajemen untuk merancang sebuah program, termasuk menentukan hari yang cocok. Tapi di sisi lain juga harus diperhatikan aspek narasumber, atas kefleksibelan waktu yang mereka miliki. Jadi tidak tergantung hari Senin, kalau misalnya fleksibelnya di hari Selasa dan seterusnya, tentu akan dikomitmenkan seperti itu. Selain itu alasan pemilihan hari Senin adalah karena setiap hari Senin, orang biasanya merasa lelah untuk beraktifitas kembali setelah weekend dua hari, dan mungkin di sinilah mereka butuh penyejukan.” 97 Sedangkan untuk waktu siarnya, yaitu sejak pukul lima sore sampai menjelang adzan Maghrib, memang dirasa cukup tepat. Meskipun biasanya program dakwah disiarkan pada pagi hari, yaitu sekitar pukul lima sampai enam pagi setelah waktu Subuh, akan tetapi 97 Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008. radio Music City mencoba mencari celah lain untuk menyiarkan program dakwahnya. Pada pukul lima sampai enam sore, masyarakat baik eksekutif muda ataupun karyawan pada umumnya sedang berada di jalan menuju rumah setelah seharian beraktifitas. Sehingga program Tazkia Qalbu kiranya dapat menemani perjalanan MC Friends agar lebih bermanfaat dengan tausiyah dan lagu yang diputar, daripada hanya sekedar mendengarkan musik saja. Dan ini sesuai dengan karakteristik radio yang bersifat mobile dapat dibawa ke mana-mana. Ternyata pemilihan waktu tersebut tidak hanya mampu menarik pendengar dari kalangan eksekutif muda atau karyawan saja yang menjadi sasaran pendengar dari radio Music City, namun masyarakat umum seperti ibu rumah tangga, pelajar SMA dan mahasiswa, banyak juga yang mendengarkan program Tazkia Qalbu. Pemilihan waktu siar pada sore hari memang cukup tepat, apalagi mendekati waktu Maghrib. Sehingga pendengar dapat mendengarkan Tazkia Qalbu sambil menunggu adzan Maghrib berkumandang. “Bahkan banyak pendengar dari radio lain yang turut mendengarkan program Tazkia Qalbu. Yang biasanya mereka tidak mendengarkan radio Music City, namun pada hari Senin, pukul lima sore, mereka akan memutar gelombang ke Music City FM untuk mendengarkan program Tazkia Qalbu.” 98 98 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008.

3. Evaluasi

Sedangkan untuk proses akhir, program ini tidak mempunyai tahap pasca produksi karena disiarkan secara live langsung. Yang ada hanya tahap evaluasi, itu pun tidak khusus untuk program ini saja, sebab di radio Music City hanya terdapat rapat evaluasi karyawan sekaligus program secara keseluruhan yang diadakan kira-kira setiap tiga bulan sekali. “Kita cuma ada rolling tugas aja. Jadi setiap penyiar atau operator itu tidak selalu ada di satu program. Tapi itu juga tidak harus tiga bulan sekali, bisa lebih atau kalau misalnya ada operator yang jenuh di suatu acara maka dia bisa minta rolling ke atasan langsung, biasanya langsung ke produser. Sedangkan kalau penyiar itu tidak di-rolling setiap tiga bulan sekali, itu tergantung dari kesiapan mereka aja.” 99 Selain agar semua penyiar dan operator bisa merasakan mengisi program-program yang ada di radio Music City, pertukaran jadwal untuk penyiar dan operator dilakukan karena mayoritas dari karyawan radio Music City adalah karyawan yang bekerja paruh waktu part time, sehingga perubahan jadwal dirasa perlu. Jadi dalam pelaksanaannya, evaluasi untuk program dilaksanakan bersifat langsung. Artinya, ketika misalnya penyiar melakukan sedikit kesalahan dengan tidak fokus dengan tema yang dibicarakan, maka produser acara berhak untuk menegurnya. Kemudian ketika ada kekurangan-kekurangan lain dalam program ini maka secepatnya 99 Wawancara Pribadi dengan Mas Syamlani, Operator Siaran dalam Program Tazkia Qalbu, Jakarta, 28 April 2008. dibicarakan dengan pihak-pihak yang terkait untuk segera dicari jalan keluarnya. 100

E. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu