Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu

dibicarakan dengan pihak-pihak yang terkait untuk segera dicari jalan keluarnya. 100

E. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu

Dalam pembahasan tentang kegiatan dakwah ini, peneliti akan membahasnya berdasarkan unsur-unsur yang ada dalam ruang lingkup dakwah, yaitu da’i, mad’u, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah.

1. Da’i

Untuk program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City, yang menjadi da’i adalah Ustadz Arifin Ilham. Atau jika beliau berhalangan hadir, maka Ustadz utusanlah yang menjadi da’inya. Sedangkan yang menjadi mad’unya adalah para pendengar radio Music City MC Friends, khususnya yang mendengarkan program Tazkia Qalbu. Sebagai seorang da’i, Ustadz Arifin telah berperan cukup banyak untuk program ini, bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu ujung tombak dari berlangsungnya acara tersebut. Beliau telah cukup piawai dalam menyampaikan materi, sehingga pendengar mad’u yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat bukan hanya kaum eksekutif muda saja, dapat terbawa emosinya, terhipnotis, dan terus mendengarkan program Tazkia Qalbu tanpa merasa jenuh apalagi digurui. Ustadz Arifin mempunyai keyakinan bahwa dakwah yang sesungguhnya adalah mendakwahi diri sendiri, dan beliau pun menerapkan 100 Wawancara Pribadi dengan Mbak Melisa Razak Penyiar program Tazkia Qalbu dan Mas Ari Produser Acara radio Music City. dakwah yang bersifat lahir batin. Beliau memiliki prinsip, “Siapa yang tidak mampu me-manage dirinya dengan baik, dia tidak akan mampu me- manage orang lain dengan baik.” 101 Hal tersebut tentu sangat menarik perhatian mad’u. Meskipun mad’u tidak dapat menyaksikan secara langsung tausiyah yang disampaikan oleh da’i, namun karena program Tazkia Qalbu merupakan acara yang disiarkan melalui media radio yang bersifat dengar auditif, di mana menurut beberapa pakar psikolog, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. 102 Tentulah perkataan seorang da’i akan langsung dapat menyentuh hati si mad’u. Sehingga pemilihan tutur bahasa yang baik, kata-kata yang mengandung hikmah, dan intonasi yang tepat menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Di samping itu, pada hakikatnya dakwah adalah mengajak manusia muslim atau pun non muslim kepada jalan Allah dengan menyampaikan dari hati ke hati. Sebab, “inti dalam tingkah laku dan ulah manusia adalah hati qalbunya, dan pancaran wahyu serta sasaran agama tertuju ke hati manusia.” 103 Maka tiga bekal utama seorang da’i, yaitu pemahaman yang benar dan tepat serta mendalam tentang ilmu dakwah, keislaman, dan pengetahuan umum, keimanan yang kokoh, dan hubungan yang kuat 101 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008. 102 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. 1, h. 123. 103 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005, Cet. 1, h. 108. dengan Allah, mutlak diperlukan untuk menyampaikan dakwahnya. Dan nampaknya Ustadz Arifin sebagai figur seorang da’i, sedikit banyak telah mampu memenuhi kriteria tersebut. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, misalnya seperti penyampaian tentang pengetahuan umum yang kurang.

2. Mad’u

Pada dasarnya, karakteristik pendengar Tazkia Qalbu sama dengan karakteristik pendengar radio Music City pada umumnya. Yaitu mayoritas adalah perempuan dan berusia antara 24-30 tahun, meskipun tidak tertutup kemungkinan terdapat pendengar yang usianya di bawah atau di atas 24 tahun. 104 Kemudian berasal dari daerah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, Bekasi, dan Bogor. “Banyaknya pendengar dari daerah-daerah tersebut karena mengingat pemancar radio Music City berada di daerah Cibubur. Di mana daerah Cibubur sangat berdekatan dengan daerah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, Bekasi, dan Bogor.” 105 Dengan latar belakang yang beragam dari mad’u tersebut, kiranya penyampaian materi yang disampaikan oleh Ustadz Arifin dengan cara tidak menggurui dan penuh kesabaran, memudahkan mad’u untuk menyerap pesan yang diberikan. Selain itu bahasa yang digunakan oleh Ustadz bukanlah bahasa ilmiah atau bahasa dari suku tertentu, tapi Ustadz Arifin menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang dimengerti oleh 104 Wawancara pribadi dengan Mas Ari, Program Director radio Music City, Jakarta, 16 Juni 2008. 105 Berdasarkan informasi dari Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 11 Juli 2008. mad’u nya yang berasal dari tingkat pendidikan beragam tersebut. Sehingga “banyak jamaah yang menjadi rutin mengikuti kegiatan-kegiatan dzikir yang diadakan oleh Ustadz Arifin atau pun Majelis Az-Zikra, yang pada awalnya adalah pendengar setia program Tazkia Qalbu.” 106 Di samping itu, seringnya Ustadz Arifin menggantikan diri dengan Ustadz-ustadz dari Majelis Az-Zikra untuk menjadi narasumber, nampaknya tidak menjadi masalah yang berarti bagi pendengar mad’u program Tazkia Qalbu. Karena sampai saat ini program tersebut tetap diminati oleh MC Friends, dan telah menjadi salah satu program unggulan, bahkan didengarkan oleh pendengar yang aslinya bukan pendengar radio Music City.

3. Materi Dakwah

Dalam hal materi dakwah, seperti telah disinggung dalam pembahasan mengenai proses pelaksanaan program Tazkia Qalbu di atas, pihak radio menyerahkan kepada Ustadz Arifin dalam hal penentuan tema atau materi yang akan disampaikan setiap kali siaran. Karena pihak radio menganggap Ustadz Arifin lebih paham tentang kondisi mad’unya, beliau lebih tahu apa yang sedang dibutuhkan oleh mereka. Jadi radio Music City lebih berperan hanya sebagai mediator. Ustadz Arifin pun kembali kepada konsep awal, yaitu Tazkia Qalbu atau membersihkan hati tersebut. Maka materi-materi yang akan disampaikan meliputi hablun minnanas dan hablun minnallah, yang terdiri 106 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008. dari akidah keimanan, syariah keislaman, dan akhlak budi pekerti. Pada poin terakhirlah Ustadz lebih menekankan isi materinya, yaitu “lebih menekankan pada akhlak atau ikhsan. Jadi setelah hamba Allah itu beriman, kemudian dia melaksanakan syariat, lalu lebih banyak kepada pembersihan hati dan dzikir.” 107 Tentunya isi pesan atau materi yang disampaikan pada mad’u tersebut, bersumber dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama.

4. Media Dakwah

Seperti diketahui umum, bahwa Ustadz Arifin berdakwah tidak hanya menggunakan media radio. Beliau juga kerap menggunakan televisi sebagai media dakwahnya dan dzikir-dzikirnya yang bersifat personal. Namun ternyata Ustadz Arifin menganggap radio memang efektif untuk berdakwah. Meskipun kini banyak media lain yang lebih canggih daripada radio, tapi beliau berpendapat bahwa radio lebih efektif daripada televisi. Hal ini mengingat dari karakteristik radio yang bersifat personal, mobile , dan memiliki kelebihan dapat menjangkau khalayak secara lebih luas dan merakyat. “Karena kalau lewat radio orang bisa lebih santai, kemudian bersifat tidak sengaja, dan awal dzikir beberapa jamaah itu melalui radio, bukan dari TV.” 108 107 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008. 108 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008.

5. Metode Dakwah

Oleh karena dakwah yang dilakukan Ustadz Arifin kepada mad’u adalah melalui radio, maka tentu metode dakwahnya bersifat dakwah bil lisan melalui ucapan, yang di dalamnya terdapat al-mau’idzatil hasanah atau nasihat-nasihat yang baik. Jadi dengan tema atau materi yang berbobot saja rasanya tidak akan efektif kalau penyampaiannya kurang tepat. Sehingga untuk mengajak seseorang mad’u senantiasa berada di jalan Allah, salah satu caranya adalah dengan memberikan nasihat atau membimbing mereka dengan lemah lembut. Agar nantinya mereka mau ber-amar ma’ruf nahi mungkar dengan tulus hati, tanpa merasa terpaksa. Karena tujuan seorang da’i berdakwah tentunya adalah mengajak umat manusia baik mukmin, kafir, maupun musyrik kepada jalan yang benar, yang diridhoi Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Selain itu, dengan penyampaian yang diselingi dengan sedikit humor, Ustadz Arifin menyampaikan tausiyahnya dengan bahasa yang lugas, tidak formal, dan berusaha mengimbangi pemahaman dari pendengar radio Music City. Agar pesan dakwah yang disampaikan olehnya lebih mudah di pahami oleh si mad’u. Contohnya ketika beliau menjawab sebuah pertanyaan melalui SMS yang masuk, beliau menerapkan metode yang bersifat lembut dan tidak menggurui. Begitu pula dalam komunikasinya dengan karyawan radio Music City, meski pada awalnya beliau disegani oleh karyawan, namun dengan pendekatan bersikap tidak eksklusif, kini para karyawan radio Music City sudah cukup akrab dengan sosok Ustadz Arifin Ilham. “Bahkan terkadang mereka suka meminta agar dapat hadir ke radio lebih awal, agar dapat memberikan tausiyah kepada mereka terlebih dahulu sebelum siaran.” 109

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah yang ingin Ustadz Arifin capai adalah “Tazkia Qalbu” itu sendiri, karena Tazkia Qalbu artinya adalah menyucikan hati maka beliau berharap agar hati umat dapat menjadi bersih. “Kalau hati sudah bersih maka pikiran akan jernih. Kalau hati bersih doa akan mustajab, firasat tajam, dan akhlak karimah tumbuh. Hati yang bersih mengundang perhatian para malaikat, hati yang bersih akan menjadi tenang, damai, bahagia. Negeri ini butuh hati yang bersih, apalagi keadaan carut marut seperti sekarang ini. Kita butuh Tazkia Qalbu.” 110 Selain itu dalam kegiatan dakwahnya, Ustadz Arifin sangat mengedepankan proses kaderisasi atau regenerasi. Maka sejak tahun 2006 Ustadz Arifin mulai mengurangi jadwal tausiyahnya di radio Music City. Beliau kerap mengirimkan kader-kadernya atau bisa juga disebut sebagai Ustadz utusan dari majelis yang ia bina, yaitu Majelis Az-Zikra. Sahabat- sahabatnya tersebut kerap didaulat untuk menjadi narasumber “pengganti” Ustadz Arifin, tentunya dengan jadwal yang telah diatur sedemikian rupa. Karena Ustadz berprinsip, dakwah tidak bisa bersifat one man show. Hal ini pun tidak hanya berlaku untuk dakwahnya melalui media radio saja, 109 Ibid. 110 Ibid. melalui media televisi, apalagi melalui ceramah langsung pun beliau menerapkan kaderisasi tersebut.

F. Kelebihan dan Kekurangan Program Tazkia Qalbu