Respon masyarakat kelurahan perwira terhadap siaran dakwah kamis qalbu di radio M2 88.2 FM Bekasi

(1)

RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PERWIRA

TERHADAP SIARAN DAKWAH KAMIS QALBU DI

RADIO M2 88.2 FM BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

Eka Merdekawati

NIM: 104051001860

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.


(2)

RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PERWIRA

TERHADAP ACARA DAKWAH KAMIS QALBU DI

RADIO M2 88.2 FM BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh Eka Merdekawati

104051001860

Pembimbing,

Drs. H. Sunandar, MA NIP.150 273 477

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PERWIRA

TERHADAP SIARAN DAKWAH KAMIS QALBU DI RADIO M2 88.2 FM BEKASI telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2008. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 18 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP. 150 262 442 NIP. 150 281 980

Anggota,

Penguji I penguji II

Drs. M. Luthfi, M.Ag Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP 150 268 782 NIP. 150 276 299

Pembimbing

Umi Musyarrofah, MA NIP. 150 281 980


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 Juni 2008


(5)

ABSTRAK Eka Merdekawati

Respon Masyarakat Kelurahan Perwira Terhadap Dakwah Kamis Qolbu di Radio M2 88.2 FM Bekasi

Radio merupakan salah satu media massa elektronik yang mempunyai peran penting bagi masyarakat selain televisi, karena sifatnya auditif dan erakyat_ siapapun bisa memilikinya. Dengan radio kita bisa mendapatkan informasi, hiburan juga pendidikan. Yang menjadi ketertarikan penulis adalah salah satu acara dakwah yang disiarkan oleh Radio M2 satu-satunya radio yang bersegmentasikan anak muda. Di mana acara tersebut disiarkan satu minggu sekali setiap kamis malam, penulis ingin mencari tahu respon masyarakat bukan hanya dari kalangan anak muda yang nota bene adalah sasaran pendengar radio M2 namun juga masyarakat kategori usia dewasa awal, dewasa, hingga dewasa madya menjadi responden dalam penelitian ini.

Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul pertanyaan bagaimana format acara dakwah Kamis Qolbu? Apa tujuan disiarkannya acara dakwah tersebut? Bagaimana dengan materi yang disampaikan? Metode dakwah yang digunakan juga personality da’inya? Selain itu pula, bagaimana respon masyarakat Kelurahan Perwira terhadap acara dakwah Kamis Qolbu?

Format acara dakwah ini berupa dialog interaktif yang dipandu oleh penyiar sebagai perantara narasumber dengan pendengar. Tujuan disiarkannya acara dakwah Kamis Qolbu adalah semata-mata untuk memberikan pengetahuan mengenai agama Islam pada anak muda agar mereka bisa belajar dan menambah ilmu pengetahuan agama hanya dengan mendengarkan radio favorit mereka. Dengan berisikan materi-materi ringan seputar kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan anak muda ditambah dengan penjelasan sesuai dengan agama Islam dengan bersumberkan al-Qur’an dan hadits.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan instrumen questioner atau angket. Kemudian menganalisis data berdasarkan hasil jawaban responden melalui angket tersebut dengan mendeskrpisikan data yang ada ke dalam bentuk tulisan atau kata-kata verbal yang mudah difahami. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap mewakili populasi. Dalam hal ini hanya tertuju pada orang-orang yang mendengarkan acara dakwah Kamis Qolbu di radio M2.

Teori yang digunakan adalah Stimulus-Organism-Response. Teori ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton dan pendengar).

Berdasarkan analisa dari data-data hasil penelitian, masyarakat Kelurahan Perwira banyak yang mendengarkan acara dakwah Kamis Qolbu, tidak hanya dari golongan remajanya saja, bahkan kategori usia hingga dewasa madya pun pernah mendengarkan acara dakwah tersebut meskipun frekuensi dengarnya adalah kadang-kadang mendengarkan yaitu tidak lebih dari dua kali dalam sebulan. Dan mereka merespon positif baik terhadap materi yang disampaikan, metode yang digunakan, juga personality da’i yang ada.


(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan dengan tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini. Shalawat dan salam hanyalah milik nabi Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya hijrah dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan petunjuk serta ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Berkat rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril, tenaga, maupun finansial. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan orang-orang yang penulis hormati atas bantuannya, kritik, bimbingan dan sarannya, terutama penulis ucapakan khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Murodi selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarrofah, MA Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. H. Sunandar, MA yang telah meluangkan waktunya, serta do’a dan motivasinya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.


(7)

4. Para Dosen yang telah mengajarkan penulis selama menuntut ilmu di UIN Jakarta. Semoga penulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amien 5. Segenap Staf, Karyawan Akademik, Perpustakaan Utama UIN dan

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan kemudahan penulis dalam mencari referensi.

6. Kedua orang tua ayahanda H. Amansyah dan uminda Hj. Aisyah yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran, cinta dan kasih sayang dan tentu biaya yang sangat besar untuk pendidikan penulis. Penulis berjanji tidak akan mengecewakan kalian berdua. Do’akan selalu ananda agar menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Amin

7. Kakak-kakak beserta istri dan anaknya Aani dan Teh Ida Juga dede Rafif, Aasep dan Teh Yuli serta dede Fachri, yang telah membantu membiayai penulis selama penulis kuliah di UIN Jakarta semoga mendapatkan hasil yang bermanfaat. Adik ku pi2t terima kasih sudah membantu mengetikkan skripsi dikala penulis lelah. Kuliah yang bener, buat umi sama abeh bangga meskipun kita berdua jauh dari jangkauan dan pengawasannya.

8. Reza selaku Creative Program M2 Radio terima kasih atas waktu dan data yang telah diberikan kepada penulis, Sidra penyiar dakwah Kamis Qolbu juga Baim sang operator terimakasih juga karena sudah membantu merekam acara dakwah Kamis Qolbu.

9. Ustadz Aiz narasumber acara Dakwah Kamis Qolbu terimakasih atas waktu dan bimbingan serta do’anya.


(8)

10.Terima kasih kepada Lurah Perwira dan Bpk. Rw 05 yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data warga.

11.My Spesial Person ..Irfa_ you are my best friend and partner, thanks for your time, laptop and support.

12.Teman-teman KPI A-E angkatan 2004, khususnya buat teman-teman KPI D Nana, Ari Murtazha juga Ana Sabhana makasih banyak atas masukannya I will miz u all.

13.Spesial buat teman KKS 2007 Cilubang: Bundo, k. Cu’eng, Suzi, Dede, Ine, mba’ Yuli, Tina, juga Ulfa, kapan nobar di kozan lagi? teman cowokknya bang Herdy, Yayan, Anwar, Ical, Hilmy, Ucup, Uda Tanjuang. Kapan ke Cilubang lagi?

14.Teman-teman di kosan al-Barkah 2 Putri atas dan bawah. Juga mba Sariti, kebersamaan yang takkan pernah terlupakan dan slalu terkenang.

15. Sahabat-sahabati PMII Komfakda, mohon maaf ya selama pembuatan skripsi ini penulis jadi jarang mampir ke basecamp khususnya buat KETUM Alif Nuryanto, makasih mas alif atas pengertiannya.

16.Mama dan ayahnya Fauzan terima kasih atas supportnya, do’a dan pengertiannya karena selama penulis mengerjakan skripsi ini, waktu mengajinya fauzan jadi terganggu. Mami dan Papi Ende Masduki juga Iki di Cilubang Cianjur makasih banyak atas do’anya.

Semoga Allah membalas semua amal baik dengan pahala yang berlipat ganda. Jakarta, 18 Juni 2008


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Tinjauan Pustaka... E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Ruang Lingkup Respon... 16

1. Pengertian Respon... 16

2. Teori S-O-R ... 17

B. Masyarakat ... 19

1. Pengertian Masyarakat ... 2. Tipe-tipe Masyarakat ... C. Ruang Lingkup Dakwah ... 28

1. Pengertian Dakwah ... 2. Unsur-unsur Dakwah ... D. Radio Sebagai Media Dakwah ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Radio M2 ... 36


(10)

1. Gambaran Umum Radio M2... 36

2. Visi dan Misi Radio M2 ... 37

3. Target Radio M2 ... 37

4. Struktur Organisasi Radio M2 ... 39

5. Program-program yang disiarkan Radio M2 ... 40

6. Profil Acara Dakwah Kamis Qolbu ... B. Profil Wilayah Penelitian ... 42

BAB IV ANALISIS RESPON MASYARAKAT TERHADAP SIARAN DAKWAH KAMIS QOLBU DI RADIO M2 A. Format Acara Dakwah Kamis Qolbu... B. Analisis Respon Masyarakat Terhadap Siaran Dakwah Kamis Qolbu... 51

1. Profil Responden... 51

2. Analisis Respon Masyarakat terhadap Siaran Dakwah Kamis Qolbu ... 56

3. Perbandingan Respon Pendengar Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Acara Dakwah Kamis Qolbu... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 86

B. Saran ... 87

Daftar Pustaka ... 88 Lampiran


(11)

DAFTAR GRAFIK DAN TABEL

1. Grafik 1 Jenis Kelamin Responden... 55

2. Grafik 2 Usia Responden... 55

3. Grafik 3 Pekerjaan Responden ... 56

4. Grafik 4 Pendidikan Terakhir Responden ... 57

5. Tabel 1 frekuensi dengar ... 58

6. Tabel 2 Respon Masyarakat dari segi Pengetahuan (Kognitif) ... 59

7. Tabel 3 Respon Masyarakat dari segi Perasaan (Afektif) ... 62

8. Tabel 4 Respon Masyarakat dari segi Tingkah laku (Behavioral). 66 9. Tabel 5 Tentang program dakwah Kamis Qolbu... 69

10.Tabel 6 Tentang Metode Dakwah yang digunakan ... 72

11.Tabel 7 Tentang Personality Da’i ... 74

12.Tabel 8 Tentang Materi Program ... 77

13.Tabel 9 Skor tentang Respon Kognitif ... 80

14.Tabel 10 Skor tentang Respon Afektif ... 80

15.Tabel 11 Skor tentang Respon Behavioral ... 80

16.Tabel 12 Skor tentang waktu Program ... 81

17.Tabel 13 Skor tentang metode dakwah yang digunakan ... 81

18.Tabel 14 Skor tentang Personality Da’i ... 81

19.Tabel 15 Skor tentang Materi Dakwah ... 82


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi dan informasi ini merupakan suatu tantangan dan peluang dalam berdakwah. Dikatakan sebagai peluang berarti dengan semakin beragamnya media komunikasi semakin praktis dan efisiennya seorang komunikator berhubungan dengan komunikan, maka jika komunikasi massa tersebut digunakan sebagai sarana dakwah akan mempercepat proses penyampaian dakwah.1 Dalam era globalisasi ini, di mana teknologi semakin maju, dakwah tidak hanya dilakukan secara konvensional yakni face to face yaitu lewat tatap muka atau diatas mimbar saja dan dakwah bil qalam yakni melalui tulisan.

Berdakwah atau mengajak orang menuju kebaikan dapat dilakukan melalui cara modern dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini, seperti berdakwah dengan media massa baik itu dengan media cetak (surat kabar, majalah, bulletin, dan sebagainya) juga media elektronik (televisi, radio, internet, handphone, dan sebagainya).

Komunikasi massa atau komunikasi dengan menggunakan media massa mempunyai fungsi menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.2 Dengan menggunakan media massa komunikasi yang disampaikan lebih cepat sampai dan diterima pada khalayak hingga di belahan

1

Aep Kusnawan et all, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), cet. Ke-1, h.x.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 2006), cet. ke-20, h. 31.


(13)

bumi sekalipun. Oleh karena itu, media massa mempunyai beban moral terhadap khalayak agar dapat memberikan informasi yang sifatnya mendidik.

Begitu pula halnya dengan acara dakwah yang saat ini banyak bermunculan di media massa terutama radio. Meskipun banyak bermunculan teknologi-teknologi yang lebih canggih namun radio tetap diminati banyak orang. Dengan karakteristik radio yang cepat, mudah dibawa ke mana saja serta sifatnya yang auditif, radio memegang peranan yang tak kalah pentingnya dengan televisi.

Media radio dipandang sebagai “kekuatan kelima” (the fifth estate) setelah lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), pers dan surat kabar. Disebut kekuatan kelima antara lain karena radio memiliki kekuatan langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, memiliki daya tarik sendiri seperti kekuatan suara, musik dan efek suara.3 Karena radio yang sifatnya auditif hanya didengar saja, hal itu yang membuat tidak ada jarak antara penyiar dan pendengar. Serta memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya. Salah satu diantaranya adalah Theatre of Mind yaitu menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya sendiri.4

Pada siaran radio ada beberapa bentuk acara mulai dari siaran hiburan meliputi siaran drama, program musik, macam-macam program humor, kuis dan format sejenis lainnya. Tidak hanya hiburan radio juga menyajikan berbagai informasi yang disampaikan secara lisan melalui siaran kata, acara-acaranya meliputi ulasan (tajuk), wawancara, berita, diskusi, majalah udara, serta feature. Dan program siaran terakhir dalam sebuah radio yaitu siaran iklan, karena tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan suatu stasiun radio tergantung kepada iklan yang disiarkan, karena iklan merupakan sumber dana yang membiayai semua

3

Asep Syamsul, M. Romli. Broadcast Journalism, (Bandung: Nuansa, 2004) h. 19.

4


(14)

aktifitasnya. Adapun jenis iklan yang disiarkan oleh radio meliputi iklan komersil dan iklan layanan masyarakat.5

Dengan radio setiap orang dapat mendengarkan dakwah di manapun dan dalam kondisi apapun. Peningkatan intensitas dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan sarana yang tersedia. Di antara salah satu sarana yang bisa dioptimalkan salah satunya adalah radio. Begitu pula halnya dengan radio M2 Bekasi. Seperti radio-radio pada umumnya, radio M2 pun menyiarkan program dakwah yaitu “Kamis Qolbu”, di mana isi program tersebut mengkaji agama Islam.

Radio ini bisa didengar pada frekuensi 88.2 FM. M2 yang merupakan salah satu radio swasta yang terletak di jalan Mayor Hasibuan No. 18 Bekasi Timur. Radio yang mempunyai panggilan kepada pendengarnya dengan sebutan M2 Fans memiliki target pendengar pelajar dan mahasiswa, berusia sekitar 13-25 tahun, sangat mencintai musik, membutuhkan informasi masa kini dan mengikuti lifestyle sebagaimana remaja pada umumnya. Begitu pula halnya dengan kajian agama Islam pada Kamis Qolbu yang disiarkan setiap hari kamis menjelang maghrib hingga isya ini mulai pukul 18:00-19:00 selalu membahas topik masalah Islam seputar kehidupan remaja yang selalu berbeda-beda setiap harinya, pembahasan yang ringan tidak terlalu membahas masalah sufistik, perbandingan madzhab, dan masalah sejenis lainnya.6

Dalam acara ini pendengar bisa ikut berinteraksi langsung dengan cara tanya jawab melalui sms atau telepon. Sadar bahwa remaja tidak hanya butuh hiburan melainkan juga informasi yang mendidik juga masalah seputar Islam,

5

Drs. Harley Prayudha, M.Si. Radio: Penyiar It’s not Just a Talk., (Malang: Bayumedia Publishng, 2006), h. 34.

6


(15)

maka M2 radio pun mencoba untuk memberikan semaksimal mungkin dengan berbagai macam keterbatasan.

Salah satu program pada radio M2 ini menarik untuk diteliti karena program ini sejak 3 bulan M2 Radio berdiri tepatnya 11 Agustus 2005 radio M2. Untuk mengetahui keefektifan atau bagus tidaknya suatu program, harus diketahui respon dari pendengar. Dalam kamus besar ilmu pengetahuan respon adalah reaksi psikologi metabolic terhadap tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat otonomis, seperti refleks dan reaksi emosional langsung. Adapula yang bersifat terkendali.

Atas dasar uraian serta penjelasan di atas peneliti ingin mengetahui respon masyarakat Kelurahan Perwira Rw. 05 terhadap acara dakwah Kamis Qolbu. Dalam hal ini yang dijadikan responden pada penelitian ini tidak hanya para remaja yang nota bene merupakan target pendengar radio M2 tetapi usia dewasa hingga dewasa madya pun menjadi responden. Pada penelitian ini untuk mengetahui acara siaran dakwah ini didengar dan dinilai bukan hanya dari kacamata remaja melainkan dari orang dewasa hingga dewasa madya baik dari segi materi, waktu yang digunakan, metode penyampaian, dan personality da’i. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Masyarakat Kelurahan Perwira Terhadap Siaran Dakwah Kamis Qolbu di Radio M2 88.2 FM Bekasi”.


(16)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini maka masalah hanya akan peneliti batasi pada respon masyarakat Kelurahan Perwira pada Rw 05 dari 12 Rw yang ada terhadap siaran dakwah di radio M2 Bekasi.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana format siaran dakwah Kamis Qolbu?

2. Bagaimana respon masyarakat kelurahan Perwira Rw 05 terhadap siaran dakwah Kamis Qolbu di radio M2 Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah:

1. Mengetahui format siaran dakwah Kamis Qolbu

2. Mengetahui respon masyarakat Kelurahan Perwira Rw 05 terhadap siaran dakwah Kamis Qolbu di radio M2.

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya program keagamaan dengan sarana radio.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi wawasan bagi para teoritis, praktisi dan aktivis dakwah Islam pada umumnya, termasuk juga para pengelola stasiun radio sebagai sarana dakwah.


(17)

A.

Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melihat skripsi yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, terdapat keseragaman dalam teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian respon yaitu menggunakan statistik prosentase. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan diantaranya:

1. Fitriyani, Respon Masyarakat Kelurahan Krendang terhadap Program Dakwah Sentuhan Qolbu di Trans TV, 2007. Pada skripsi tersebut, hasil temuan penelitiannya adalah bagaiamana masyarakat Kelurahan Krendang merespon acara dakwah yang ada di Trans TV, positif atau negatif. Selain itu, yang menjadi responden adalah seluruh masyarakat yang heterogen namun dianggap sama haknya sebagai responden oleh peneliti. Tidak ada pengklasifikasian yang lebih jelas.

2. Abdurrahman al-Ahdory, Respon Pendengar Terhadap Siaran Hikmah Fajar di Pro 1 RRI Bogor, 2005. hasil temuan dalam penelitian skripsi ini membahas respon pendengar diklasifikasikan berdasarkan pendidikan terakhir yaitu Pendidikan tinggi, sedang, dan rendah dalam merespon siaran hikmah fajar di PRO 1 RRI Bogor. Dan hasilnya tidak ada perbedaan dalam merespon acara tersebut antara pendengar yang berpendidikan rendah, sedang juga tinggi. Namun, dalam teknik analisisnya tidak menggunakan teknik prosentase.

Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi respon adalah masyarakat yang beragam namun dibagi berdasarkan karakteristik usia:


(18)

2. Usia 26-35 tahun kategori Dewasa awal 3. Usia 36-45 tahun kategori dewasa

4. usia 46 tahun ke atas kategori dewasa madya7

Apakah ada perbedaan antara usia tersebut dalam merespon siaran dakwah Kamis Qolbu di Radio M2.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.8

2. Variabel

Variabel dalam penelitian ialah respon masyarakat kelurahan Perwira terhadap siaran dakwah Kamis Qalbu di radio M2 ada dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah siaran dakwah Kamis Qalbu. Dan variabel bebasnya adalah respon masyarakat.

3. Populasi dan Sampel

Populasi artinya jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.9

Sedangkan sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel ialah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.10

Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive random sampling, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap mewakili populasi. Dalam hal ini hanya orang-orang-orang-orang yang mendengarkan acara dakwah Kamis Qalbu di radio M2. Adapun populasi dalam penelitian ini setelah dilakukan random ialah masyarakat Rw 05 dengan jumlah warga 694 orang dari 4 Rt yang ada. Sedangkan ukuran sampel yang digunakan adalah 10% dari populasi yaitu 69 responden.

4.

Definisi Operasional

Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi/kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indicator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variable penelitian, yaitu variabel independent dan variabel

dependent. Variabel mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel

7

W John Santrock, Life Span Development Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 46.

8

Syamsir Salam, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 6.

9

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendy, Metode Penelitian Survei,(Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1989), cet. ke 2, h.162.

10

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada, 1997), h. 144.


(19)

bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependent variabel (Y).11

A. Variabel Independent

Respon Masyarakat Kelurahan Perwira

Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunkator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh masyarakat Kelurahan Perwira terhadap acara dakwah Kamis Qolbu. Dalam bahasan respon, ada dua macam respon yaitu positif dan negatif. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui tanggapan responden mengenai pengetahuan mereka, perasaan, juga tingkah laku masyarakat setelah mendengarkan acara dakwah Kamis Qolbu, atau dengan kata lain; tanggapan mengenai kognitif, afektif dan behavioral.

1. Respon masyarakat dari segi Kognitif (pengetahuan) a. Definisi Operasional

Adalah tanggapan mengenai pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi.

b. Indikator

1. masyarakat mengetahui ilmu agama melalui acara ini. 2. masyarakat dapat menyebutkan berbagai hal tentang agama. 3. masyarakat menjadi tahu mana yang boleh dan tidak dilakukan

menurut pandangan Islam.

4. masyarakat mengetahui sumber-sumber hukum Islam

11


(20)

2. Respon masyarakat dari segi Afektif (perasaan) a. Definisi Operasional

Merupakan tanggapan berupa perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.

b. Indikator

1) masyarakat merasakan perubahan pada dirinya setelah rutin mendengarkan acara ini.

2) Masyarakat menyukai materi yang disampaikan dalam acara ini. 3) masyarakat menyukai penceramah/narasumber yang ada. 4) masyarakat menyukai metode ceramah yang digunakan. 5) masyarakt sulit memahami materi yang disampaikan. 3. Respon masyarakat dari segi Behavioural (tingkah laku)

a. Definisi Operasional

Merupakan tanggapan berupa tingkah laku/sikap yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola tindakan, kegiatan atau

kebiasaan berperilaku. b. Indikator

1) masyarakat rajin menjalankan kewajiban agama, seperti shalat, zakat, dan sebagainya.

2) masyarakat lebih sensitif terhadap lingkungan.

3) masyarakat lebih sopan dan lemah lembut dalam bertutur kata. 4) masyarakat lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan mana

yang baik dan buruk.


(21)

B. Variabel Dependent Program Radio

Rangkaian acara dari sebuah radio dan dapat berupa siaran kata atau musik, yang meliputi:

1. Waktu Program

a. Definisi Operasional

Suatu hal yang menunjukan ketepatan atau tidaknya suatu program. b. Indikator

1) penempatan waktu program sudah tepat 2) perpanjangan waktu program

3) lagu yang diputar sudah tepat 2. Metode ceramah yang digunakan da’i

a. Definisi Operasional

cara yang dipakai oleh sang penceramah dalam menyampaikan materi. b. Indikator

1) penyampaian materi berupa penjelasan, nasehat yang disertakan contoh.

2) penyampaian materi bersifat dialog interaktif. 3) terdapat unsur humor dalam penyampainnya. 3. Personality Da’i

a. Definisi Operasional

Sikap juga berpengaruhan seorang penceramah terhadap mad’u atau audience yang mendengarkan.


(22)

b. Indikator

1) menyukai narasumber karena nama besar orang tua. 2) tutur bahasa yang digunakan penceramah.

3) kejelasan artikulasi/pengucapan kata-kata dari da’i.

4. Materi Program

a. Definisi Operasional

Hal-hal atau informasi yang diberikan oleh penceramah terhadap mad’u atau audience yang mendengarkan baik berupa pengetahuan agama dan lainnya.

b. Indikator

1) materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. 2) materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya.

3) materi yang diberikan mudah dimengerti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk memperoleh data lapangan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

a. Observasi, ialah suatu cara mengumpulkan data dengan mengamati langsung terhadap objeknya atau penggantinya (misal: film, video, dan sejenisnya). Observasi dilakukan dengan mengadakan kunjungan langsung ke radio.

b. Angket/Quesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.12 Berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk dijawab, angket ini berisikan respon pendengar terhadap materi dakwah Kamis Qolbu.

12


(23)

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Mengadakan Tanya jawab secara face to face antara nara sumber, responden juga dengan pihak radio M2 dengan pewawancara guna memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian.

d. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, buku, majalah, internet dan lain sebagainya dengan cara mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dalam hal ini data yang diteliti adalah gambaran umum acara dakwah Kamis Qolbu di Radio M2 dan hasil respon pendengar terhadap program dakwah tersebut dari segi metode, materi yang disampaikan, waktu yang digunakan, dan personality da’i.

6. Sumber Data

e. Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data primer ini penulis dapat dari pengelola radio M2, serta pendengar M2 melalui angket.

f. Data sekunder biasanya tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui buku-buku dan dokumen yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.


(24)

7. Analisa Data

Ialah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang penulis peroleh dari hasil penyebaran angket akan di analisis yang kemudian akan dikritisi. Dalam menganalisa respon terhadap acara dakwah peneliti menggunakan statistic deskriptif yaitu mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh malalui hasil-hasil pengukuran. Yaitu dengan menggunakan statistik prosentase sebagai berikut:

P =

F x 100%

P : Besarnya Prosentase

F : Frekuensi (jumlah jawaban responden) N : Jumlah responden13

Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Ceqda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan Ke-2, 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal apa saja yang dibahas dalam penulisan ini, maka penulis membuat sistematika penulisan ke dalam lima bab. Yang mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan pemaparan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

13

Anas Sarjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), h. 40.


(25)

Mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Mencakup: ruang lingkup respon pengertian dan macam-macam respon, ruang lingkup dakwah diantaranya pengertian dakwah, subjek dan objek dakwah, metode dakwah, materi dakwah serta tujuan dakwah, pengertian radio dan sejarahnya, perkembangan radio di Indonesia, dan radio sebagai media dakwah.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Mencakup: gambaran umum radio M2, visi dan misi radio M2, target radio M2, struktur organisasi radio M2, serta program-program yang disiarkan radio M2, dan profil wilayah penelitian.

BAB IV ANALISIS RESPON MASYARAKAT KELURAHAN

PERWIRA TERHADAP SIARAN DAKWAH KAMIS QOLBU DI RADIO M2

Mencakup: tujuan siaran dakwah Kamis Qolbu, materi siaran dakwah Kamis Qolbu, format siaran dakwah Kamis Qolbu, pengisi acara dakwah Kamis Qolbu meliputi riwayat hidup dan latar belakang pendidikan, tinjauan daerah penelitian, profil responden, factor pendukung dan penghambat siaran dakwah Kamis Qolbu juga analisis respon pendengar terhadap program dakwah Kamis Qolbu.

BAB V PENUTUP


(26)

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respon

3. Pengertian Respon

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi, atau jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.14 Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban balasan atau tanggapan (reaction).15

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa “Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleks dan reaksi emosional langsung adapula yang bersifat terkendali”.16

Dalam buku Komunikasi Sosial di Indonesia Astrid S. Susanto menyebutkan bahwa “Respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan”.17

Menurut Abu Ahmadi, tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja. Peristiwa itu disebut sebagai “tanggapan”.

14

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, h. 585

15

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003) Cet. Ke-27, h. 481

16

Save D. Dagun, Kamus Besar BI, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara. 1997. h.964)

17


(27)

Dari beberapa pengertian di atas bisa difahami bahwa respon adalah sesuatu yang timbul akibat adanya suatu gejala atau peristiwa. Reaksi merupakan tanggapan terhadap suatu aksi. Jawaban adalah sesuatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan. Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau pesan yang didapat (yang tertinggal) dari pengamatan.

4. Teori S-O-R

Respon merupakan model dasar dan sangat sederhana dari komunikasi yang menunjukan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik.18

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response yang kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.19

Teori ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton dan pendengar).

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsure-unsur dalam teori ini adalah:

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O)

5. Winarni, Komunikasi Massa, (Malang: UMM Press, 2003) h.58

19

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h.254.


(28)

c. Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang baru, yaitu; perhatian, pengertian, dan penerimaan. Pada tabel digambarkan sebagai berikut:

Gambar di atas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.20

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas, maka peneliti membagi respon menjadi tiga bagian yaitu: kognitif, afektif, dan konatif (behavioural) serta memilih tiga bagian tersebut sebagai bahan acuan dalam pembahasan respon. Untuk mengetahui bagaimana respon dari masyarakat

20

Ibid, h. 255-256.

Stimulus Organisme:

• Perhatian • Pengertian • Penerimaan

Response (Perubahan Sikap)


(29)

terhadap acara dakwah Kamis Qolbu maka penulis bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Respon dari segi pengetahuan (kognitif), ialah respon yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. atau terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipercayai, atau dipersepsi khalayak. Hal ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.

b. Respon Perasaan (Afektif), ialah respon yang berkaitan dengan perasaan, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Hal ini berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai. c. Respon konatif (behavioral), ialah respon yang merujuk pada perilaku

nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.21

C. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. 22

21

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

h.219.

22


(30)

Selain itu banyak pula para tokoh yang mengemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat, diantaranya:

a. R. Linton: seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan social dengan bats-batas tertentu.

b. S.R. Steinmetz: seorang ahli sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.

c. Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.23

Dari definisi-definisi masyarakat di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak b. telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama

c. adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

2. Tipe-tipe Masyarakat

Dipandang dari sudut antropologi dan sosiologi pembagian masyarakat ada dua tipe yaitu masyarakat perkotaan dan pedesaan.

a. Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community, pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Berikut ini beberapa cirri yang menonjol dari masyarakat perkotaan:

23

Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gunadarma, 1997), h.149-150.


(31)

1) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.

2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang lain.

3) Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas yang nyata.

4) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. 5) Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat

perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi. 6) Jalan kehidupan yang cepat menyebabkan pentingnya factor waktu

bagi warga kota.

7) Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata dikota-kota, sebab kota biasanya terbuka menerima pengaruh-pengaruh dari luar. 24

b. Masyarakat Pedesaan

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Kemudian menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, soaial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

Ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagia berikut ini:

1) Mempunyai hubungan yang lebih dalam dan erat antar sesama warga bila dibandingkan dengan warga desa lain di luar batas-batas wilayahnya.

2) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (Gemeinschaft atau paguyuban).

3) Sebagian besar hidup dari pertanian, pekerjaan selain itu merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.

4) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.25

c. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

24

Harwantiyoko dan Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, h.146.

25


(32)

Mayarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai system jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat yang lain. Oleh karena itu, mempelajari suatu masyarakat berarti dapat berbicara soal struktur sosial. Untuk menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut, dapat ditelusuri dalm hal pekerjaan atau mata pencaharian, kepadatan penduduk, homogenitas dan heterogenitas, pelapisan social, dan nilai atau system nilainya.

1. Pekerjaan atau Mata Pencaharian

Pada umumnya mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani. Tetapi mata pencaharian berdagang (bidang ekonomi) pekerjaan sekunder dari pekerjaan yang nonpertanian.

Di masyarakat kota mata pencaharian cenderung menjadi terspesialisasi, dan spesialisasi itu dapat dikembangkan, mungkin menjadi manajer suatu perusahaan, ketua atau pimpinan dalam suatu birokrasi.

2. Kepadatan Penduduk

Penduduk desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk kota. Kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan klasifikasi dari kota itu sendiri.

3. Homogenitas dan Heterogenitas

Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri sosial, dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.


(33)

Kampung-kampung bagian dari suatu masyarakat desa mengenai minat dan pekerjaannya hampir sama, sehingga kontak tatap muka lebih sering.

Di kota sebaliknya, penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam subkultur dan kesenangan, kebudayaan, mata pencaharian.

4. Pelapisan Sosial

Klas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam perwujudannya seperti piramida sosial, yaitu kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, klas menengah ada di antara kedua tingkat klas eksterm dari masyarakat.

Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial tak resmi antara masyarakat desa dan masyarakat kota:

a. Pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, atau sosial-politik lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengan di desa.

b. Pada masyarakat desa kesenjangan (gap) antara klas ekterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan pada masyarakat kota jarak antara klas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar.

c. Pada umumnya masyarakat pedesaan cenderung berada pada klas menengah menurut ukuran desa, sebab orang kaya dan orang miskin sering bergeser ke kota.26

5. Nilai dan Sistem Nilai

Nilai dan system nilai di desa dengan kota berbeda, dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan norma yang berlaku. Pada masyarakat pedesaan nilai-nilai agama masih dipegang kuat dalam bentuk pendidikan agama (madrasah). Bentuk-bentuk ritual agama yang berhubungan dengan

26


(34)

kehidupan atau proses mencapai dewasanya manusia, selalu diikuti dengan upacara-upacara. Masih banyak nilai lainnya yang berbeda dengan masyarakat kota. Dalam hal ini masyarakat kota bertentangan atau tidak sepenuhnya sama dengan system nilai di desa.27

D. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa dakwah berasal dari kata da’a – yad’u – du’aan – dakwah yang berarti mengundang, mengajak, atau menyeru.

Secara terminologi dakwah berarti mengajak orang kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik hingga mereka meninggalkan taghut dan beriman kepada Allah, agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.28 Jum’ah Amin Abdul Aziz dalam bukunya “Fikih Dakwah”, menuliskan pengertian dakwah adalah:

a. An-nida artinya memanggil: da’a fulanun ila fulanah, artinya si fulan memanggil fulanah. b. Ad-du’a ila syar’i artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.

c. Ad-da’wat ila qadhiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik terhadap yang hak atau yang bathil, yang positif maupun yang negatif.29

Sedangkan menurut Wardi Bachtiar dalam Metode Penelitian Ilmu Dakwah menerangkan, pengertian dakwah adalah suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Proses dakwah tersebut terdiri dari:

a. Subjek dakwah (da’i) b. Materi dakwah, yaitu Islam c. Metode Dakwah

d. Media dakwah e. Objek dakwah30 2. Unsur-unsur Dakwah

A. Subjek dan Objek Dakwah

Subjek dakwah, bisa seorang atau sekelompok orang yang berorganisasi, bisa dikaji dari sudut pandang al-Islam. Subjek Dakwah

27

Ibid, h. 183

28

Jasiman, Syarah Tarbiyah, (Solo: Auliya Press, 2005), h. 310.

29

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2005), h. 24

30

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 31.


(35)

adalah pelaku dakwah itu sendiri yakni para juru dakwah (Da’i, Ulama, Ustadz, Muballigh, Murabbi). Mereka adalah orang-orang yang berusaha melakukan serangkaian aktifitas yang metodologis (Manhajji) untuk merubah dari suatu harapan kondisi ketahapan kondisi berikutnya. Mereka adalah orang-orang yang:

a. Mengubah kondisi kebodohan kepada pengertian yang jelas dan terang tentang Islam.

b. Mengubah pengertian kepada pola pikir (Fikroh) c. Mengubah pola pikir kepada aktifitas (Harokah) d. Mengubah aktifitas kepada keberhasilan (Natijah) e. Mengubah keberhasilan kepada tujuan (Ghoyah)

f. Mengubah tujuan menjadi keridhoan Allah SWT (Mardhotillah).31 Sesungguhnya yang dinamakan juru dakwah sejak wahyu pertama diturunkan adalah Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan oleh pengikutnya hingga kini yang tentunya mereka adalah orang-orang yang senantiasa istiqomah menyebarkan risalah ilahiyah di atas tuntunan al-Qur’an dan hadist nabi SAW. Mereka adalah warasatul anbiya (pewaris para nabi) yang tentunya memiliki banyak kelebihan. Di mana ia mampu:

a. Mengibarkan panji Islam dalam menghadapi ajaran-ajaran non-Islam b. Mampu menjelaskan kepada umat manusia bahwa Islam sangat

relevan bagi kehidupan

c. Mampu mempersembahkan peradaban dan kemajuan

d. Mampu menjelaskan bahwa agama Islam merupakan agama yang paling sesuai sebagai pengganti ajaran-ajaran lain yang ada.32 Kemudian Objek dakwah disebut juga mad’u adalah isim maf’ul dari

da’a, yang berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Objek dakwah adalah seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi

31

Abu I’dad, Agenda Dakwah Langkah-langkah Dakwah Manhajji, (Surakarta: al-Kowam, 1996), h. 9.

32


(36)

orang diluar Islam, baik atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u.

Hal ini disebabkan karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam tidak akan terealisir sebagai rahmat bagi alam semesta apabila dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 107:

.

Artinya:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

B. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.33 Bentuk-bentuk metode dakwah dijelaskan dalam al-Qur’an surat An-nahl : 125

!"# $ % &

'% ( ﺡ

(ی+

,

-,!"# ( . (

,

.

Artinya :

33


(37)

/Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dnhan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebuh mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat ini difahami oleh sebagian ulama untuk menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.

Terhadap kaum awam, diperintahkan untuk menerapkan mauidzah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap ahl al-kitab dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan adalah jidal/perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.34

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :

a. al-Hikmah

Al-hikmah dapat difahami merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.

Sedangkan hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata social, dan

34


(38)

latar belakang budaya. Para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan kalbunya.35

b. al-Mau’idzatul Hasanah

Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-‘idzatan yang berarti; nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.36

Mau’idzatul Hasanah dapat diartikan kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.37

c. al-Mujadalah

Dari segi etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf

35

Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, h.11

36

Ibid, h.16

37


(39)

jim yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “Mujadalah” perdebatan.38

Dari segi terminologi terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusushan diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi seperti yang dikutip ialah “suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat”.39

C. Media Dakwah

Arti media bila dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut. Pengertian media secara istilah berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Media yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien. Media dakwah dapat berjenis manusia atau orang, material tempat kondisi dan situasi, jabatan dan sebagainya.40 Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk

38

Ibid, h.18.

39

Ibid, h.19.

40

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 17.


(40)

menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.41

D. Materi Dakwah

Materi dakwah, tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah, dan akhlak.42 Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang secara murni tertulis dalam al-qur’an dan diperjelas oleh nabi Muhammad saw dalam al-hadist sebagai sumber utama materi dakwah. Berkaitan dengan materi dakwah ini barnawy umari menjelaskan bahwa materi dakwah ada sepuluh bagian, yaitu:

a. Aqidah b. Akhlak c. Ahkam d. Ukhuwah e. Social f. Kebudayaan g. Kemasyarakatan,

h. Amar ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat bahik guna memperoleh saadatuddaraini (kebahagiaan dunia akhirat).

i. Nahi munkar, yaitu melarang manusia dari perbuatan jahat agar terhindar dari malapetaka yang akan datang.43

Pada hakikatnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1. masalah keimanan (aqidah) 2. masalah hukum (syari’ah)

3. masalah budi pekerti (akhlakul karimah)

Ajaran-ajaran Islam ini wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar mau menerima dan mengikutinya.

Materi yang disampaikan oleh da’i harus cocok dengan bidang keahliannya. Materi juga harus cocok dengan metode dan media serta objek dakwahnya.

E. Tujuan Dakwah

Tujuan memiliki urgensi tersendiri dalam proses dakwah dan karena ia merupakan landasan dari seluruh aktivitas. Tujuan juga merupakan penentu sasaran, strategi dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya, dengan kata lain tanpa adanya tujuan yang jelas suatu pekerjaan hanya akan terhitung sia-sia.

Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah.44 Sedangkan bila ditinjau dari aspek psikologis tujuan

41

Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, h. 35.

42

Ibid, h. 33.

43

Barnawy Umari, Azaz-azaz Ilmu Dakwah, (Solo: CV. Ramadhani, 1987), cet. Ke-2 h. 57-58.


(41)

dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. sehingga ruang lingkup dakwah melingkupi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek kehidupan.45 Sebetulnya tujuan da’wah sangat banyak dan beragam. Para da’i, baik laki-laki maupun perempuan wajib memahaminya dengan benar, agar -dengan sadar dan senang- mereka mencurahkan potensi, kesungguhan, dan waktu mereka, bahkan semua yang mereka miliki demi terealisasinya tujuan-tujuan tersebut.

Adapun tujuan terpenting dari da’wah menurut Ali Abdul Halim dalam “Fiqh Dakwah Muslimah” adalah sebagai berikut: a. Membantu manusia untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai

dengan tuntunan yang telah disyariatkan kepada mereka.

b. Membantu manusia dalam menghidupkan suasana ta’aruf (saling mengenal) diantara mereka. (Q.S al-Hujurat:13)

c. Membantu manusia dalam mengubah realitas jelek umat Islam pada saat sekarang ini menuju realitas Islam yang bisa mendekatkan kepada Allah SWT dan kepada manusia, serta dapat merealisasikan kemaslahatan untuk mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

d. men-tarbiyah (mendidik) pribadi muslim dengan tarbiyah Islamiyah yang benar dan komprehensif, yang mencakup semua sisi kepribadian manusia; ruhiyah (spiritual), aqliyah (intelektual), khuluqiyah (akhlak/moral), badaniyah (fisik), dan ijtima’iyyah (sosial).46

E. Radio Sebagai Media Dakwah

Radio adalah salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat “merakyat”. Dengan sifat radio yang “auditif”, maka media massa ini sangat mudah untuk ditemukan juga digunakan di berbagai tempat. Radio sangat mudah untuk dimiliki oleh siapapun karena harganya yang sangat relatif murah dan bentuknya yang mudah dibawa kemanapun.

44

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h..37.

45

HM. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997), cet Ke-4 h. 5

46


(42)

Secara etimologi pengertian radio menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah pengiriman suara atau bunyi melalu udara.47 Dalam “Kamus Ilmah Populer” radio diartikan sebagai pesawat pengirim atau penerima gelombang siaran.48

Secara terminologi radio sesuai dengan definisi dalam peraturan pemerintah adalah pemecahan radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.49

Kehadiran radio sebagai media massa nampaknya bersamaan dengan hadirnya film sekitar tahun 1888, ketika Henrich Hertz pada mulanya mentransmisikan aliran melalui gelombang-gelombang udara. Hal ini memberikan inspirasi bagi Gueglielmo Marconi yang pada tahun 1901 mengirimkan pesan-pesan radio melintasi lautan Atlantik, disusul dengan penambahan tabung hampa udara pada radio oleh Lee De Forest di Amerika Serikat yang mengembangkan penemuan Marconi pada tahun 1906 dengan memperkenalkan vakumnya (vacuum tube), yang memungkinkan suara dapat disiarkan. Dr. Lee De Forest dianggap sebagai pelopor radio, dan karena itu ia dijuluki “the father of radio”. Itu terjadi pada tahun 1916. untuk beberapa tahun lamanya percobaan-percobaan untuk mengembangkan radio siaran ini agak terlambat karena pecahnya Perang Dunia I. Alat-alat radio pun dikerahkan untuk kepentingan peperangan. Sampai tahun 1919 siapapun tidak diizinkan untuk mengusahakan radio siaran. Pada tahun 1919 perhimpunan radio pertama didirikan, yaitu Radio Cooporation of America (RCA).

47

Indrawan WS, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.719.

48

Pius A. Pratanto dan M. Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), h.. 648.

49

Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1992), h. 165.


(43)

Radio diterima sebagai media massa yang popular terjadi sejak tahun 1928 sampai dengan tahun 1950-an. Di antara masa itu banyak terjadi peristiwa yang melibatkan sumbangan peranan radio. Misalnya pada tahun 1938 terjadi siaran radio yang sangat terkenal dengan Orsons Welles’s War of the World. Siaran tersebut melukiskan makhluk aneh dari mars yang menyebabkan kepanikan luar biasa pada masyarakat Amerika.50

Ada beberapa kelebihan pada radio dibandingkan dengan media elektronik lainnya, yaitu bersifat langsung, tidak mengenal jarak, dan mempunyai daya tarik tersendiri.

Dewasa ini, berdakwah tidak hanya dilakukan di atas mimbar atau panggung saja. Banyak media yang dapat digunakan untuk berdakwah, seperti majalah, jurnal, televisi bahkan radio. Dengan karakteristik radio yang mudah dibawa kemana saja, maka ketika dalam perjalanan pun orang dapat mendengarkan ceramah. Dengan adanya salah satu media massa untuk berdakwah, maka menerapkan ajaran-ajaran Islam pun semakin mudah untuk dilakukan. Berceramah di radio berbeda halnya dengan di televisi, karena sifat radio yang auditif dan tidak visual, maka dalam setiap pengucapan kata haruslah teliti dan easy listening, sehingga para pendengar akan tertarik untuk mendengarkan dan mengikuti program ceramah tersebut. Pesawat radio dapat menjangkau mad’unya dalam jarak jauh dan meluas. Oleh karena itu, pesawat radio merupakan media yang efektif dalam penyampaian untuk semua kalangan.

Dilihat dari segi asal katanya media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya alat perantara, sedangkan menurut istilah media adalah sarana atau

50

Abdurrahman al-Ahdory, Respon Pendengar Terhadap Siaran Hikmah Fajar di Pro 1 RRI Bogor, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan Komunikasi), 2005, h. 30


(44)

alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan (khalayak).51

Dalam kamus telekomunikasi media adalah sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya, banyaknya atau keduanya.52

Setelah mengetahui arti media dan dakwah dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Radio sebagai media dakwah dipandang memiliki kelebihan tersendiri dalam keefektifan dan keefisienan. Indikasi ini dapat dilihat dari sederhananya suatu pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u tanpa harus bertemu.

Perkembangan radio yang ditopang oleh gelombang frekuensi sebagai saluran untuk mendengarkan pesan-pesan, memberikan input kepada masyarakat yang tidak sedikit jumlahnya. Dakwah dalam pandangan sederhana berarti mengajak, dan menyeru pada kebaikan. Substansi dari ajakan itu adalah pesan atau informasi yang bersifat “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Berdakwah melalui radio merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang cukup efektif, hal ini dikarenakan pesan yang disampaikan oleh seorang da’i mempunyai jangkauan audience yang cukup luas.

Menurut Asmuni Syukir radio sebagai media dakwah memiliki beberapa keutamaan antara lain:

1. program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu).

2. radio merupakan bagian budaya masyarakat.

51

Hafidz Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persero, 2005). Cet ke-6 h.119.

52


(45)

3. harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.

4. mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya pendengar cukup di rumah. 5. radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan

akurat.

6. pesawat mudah dibawa ke mana-mana.53

Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah antara lain: 1. siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang) kecuali memang dari

pusat pemancarnya.

2. terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran. Artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (objek dakwah). 3. terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun

teknis.54

Dapat dipahami bahwa dakwah melalui radio berarti menyampaikan pesan-pesan dakwah Islam melalui alat pemancar suara yang langsung kepada

masyarakat dalam bentuk suara dengan menggunakan gelombang radio sebagai media atau alat dalam berdakwah.

53

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, h. 176.

54


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Profil Radio M2

Gambaran Umum Radio M2

Berawal dari gagasan sang pemilik (owner) yang sangat ingin mendirikan satu radio anak muda di Bekasi, di mana radio tersebut dapat menjadi sarana ekspresi untuk generasi muda local di Kota Bekasi dan sekitarnya. Kebetulan sang pemilik yang memiliki nama MOCHTAR MOHAMMAD saat itu menjabat sebagai Wakil Walikota Bekasi sekaligus Ketua BNK Kota Bekasi dan saat ini menjabat sebagai Walikota Bekasi yang begitu concern dengan generasi muda di Kota Bekasi khususnya. Dilatar belakangi oleh karena anak muda Bekasi tidak memiliki media local yang dapat mengcover aspirasi mereka. Selain itu juga, menambah dunia entertainment baru bagi anak muda Bekasi dan sekitarnya.

M2 Radio didirikan pada tanggal 6 Juni 2005 di tempat yang saat ini menjadi kantor M2 Radio yang terletak di jalan Mayor Hasibuan No. 18 Bekasi Timur. Memiliki letak yang strategis karena dekat dengan pusat niaga dan bisnis di Kota Bekasi. Nama M2 sendiri diambil dari nama pemilik yang disingkat MOCHTAR MOHAMMAD = M2. M2 Radio dapat didengar pada frekuensi 88.2 FM.

M2 radio dibentuk dengan latar belakang kurangnya media informasi yang bisa menjangkau kawula muda Bekasi dengan cara yang diminati oleh muda-mudi


(47)

usia pelajar sampai dengan mahasiswa. Bertujuan untuk memberantas narkoba dan menjauhkan kawula muda Bekasi dari pengaruh negatif obat-obatan terlarang, M2 radio berinisiatif untuk mengadakan program-program on air maupun off air yang dijadikan media penyampaian informasi tercepat dan tepat sasaran. Selain itu, M2 radio juga membuat wadah kreativitas kawula muda dengan mengadakan lomba-lomba di segala bidang kreativitas seperti musik, tari, ilmu pengetahuan dan teknologi, otomotif, komunikasi, dan lain-lain, bekerja sama dengan instansi pemerintah dan sponsor. M2 radio sangat terbuka untuk kritik dan saran yang bisa membuat kehadiran radio ini bisa semakin berarti di hati para pendengarnya.55

2. Visi dan Misi Radio M2

a) Menjadi satu–satunya radio lokal dengan segmentasi pendengar anak muda Bekasi & sekitarnya.

b) Menjadi sarana ekspresi untuk generasi muda Bekasi & sekitarnya. 3. Target Radio M2

Target Pendengar

a) Usia : 13 s/d 24 Tahun

b) Jenis Kelamin : Laki-laki (50%), Perempuan (50%)

55

Company Profile, Radio M2 88.2 FM Bekasi, h. 1-2

30%

50% 20%

A = 13-14 Th B = 15-24 Th C = >25 Th

A = Pria B = Wanita


(48)

c) Status Ekonomi Sosial : A (20%), B (30%), C (50%)

d) Pendidikan : SLTP-SLTA (50%), Akademi (30%),

Perguruan tinggi (20%)

e) Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa (70%), Umum

(30%)56

56

Ibid, h. 3-4

A 20%

B 30% C

50%

A B C

A 2 0 %

B 3 0 % C

5 0 %

A B C

70% 30%

Pelajar/Mhsw Umum


(49)

4. Struktur Organisasi Radio M2

Struktur organisasi merupakan elemen yang penting untuk mempertahankan kelanggengan dan perkembangan sebuah stasiun radio, karena aspek ini akan menjadi dasar dari pembagian dan mekanisme tugas serta tanggung jawab dari personel yang terlibat selanjutnya akan sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas yang dihasilkan baik program on air maupun off air.

Radio M2 memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

1) Penanggung jawab : H. Mochtar Mohamad

2) Direktur Utama : Hj. Sumiyati Mochtar

3) Direktur Operasional : MT. Haryadi

4) Direktur Keuangan : Toharoh

5) Marketing : Asri, Mela

6) Program Director : Ferry Hermawan (Yoga)

7) Supervisor Program : Bambang Mulyadi

8) Creative Program : Reza Andika Putra

9) Music Director : Dwi Persada Putra

10) Administrasi umum : Dwi

11) Administrasi siaran : Dewi Novianti

12) Traffic : Citra

13) Kepala Teknis studio : Zaenal

14) Driver : Sunarto


(50)

Kru penyiar : Dhani, Sandy, Ayu, Caca, Sidra, Nova, Dive, Dewa, Agnia, Andi, Sagi, Indah, Yoan, Citra, Krishna, Bayu, Deva.

Kru operator : Agil, Baim, Anggra 57

5. Program-program yang disiarkan Radio M2

Regular : Senin – Jumat

WAKTU CONTENT

06.00 – 09.00 WIB M2 BREAKFAST

(Reza dan Caca)

Membahas Headline surat kabar (chit-chat) TKP (Terkejut Pagi)

Dikirain cuaca Kritik Pujian M2 Market

Portal (Laporan Tentang Lalu Lintas) Pagi Lagu Terakhir / Morning Request

Format Acara Smart dan Middle Hard Lagu Middle Up Indonesia

Interaktif Via Telp dan SMS

09.00 – 12.00 WIB SIAP – SIAP MO SIANG

(Dhany dan Sandy)

Life style, IPTEK, info-info Aneh/ Unik, Otomotif, Sport

Cowo vs Cewe Kapan terakhir kali?

Apa yang kamu lihat di Bekasi tadi? Double Klik

Format acara santai tetapi Smart Lagu Middle Up Indonesia (Lagu) Interaktif via telepon dan SMS

57


(51)

12.00 – 15.00 WIB KLIP KAMU (Ayu)

Request lagu dan kirim salam via Telepon dan SMS

Film, Musik, Gosip Box Amarah

Siapa yang terkenal hari ini? (Primadona Sekolah / Kampus)

15.00 – 18.00 WIB SAATNYA SORE SANTAI..

(Iga dan Nolie)

Profesi, Bazoka (Baca zodiac kamu) Apa yang kamu liat di Bekasi tadi? Format acara ringan, santai

Lagu slow, Middle Indonesia Interaktif via telepon dan SMS

18.00 – 21.00 WIB CAFE KONGKOW

(Sidra)

Format acara santai, Smart Sensi (senin sinsitif) Selasa Rekomendasi Rabu Accoustic

Kamis Qalbu

Jumat Ketahuan Dikirain Cuaca Sore

Berani Request/ Chart kamu Portal Sore

Apa yang kamu liat di Bekasi tadi? Lagu Middle Indonesia

Interaktif via telepon dan SMS

21.00 – 24.00 WIB SELIMUT KAMU

(Fauzi dan Nova)

Format acara santai, ringan

Berisi obrolan santai dengan M2 Fans untuk menemani waktu istirahat (tema kecil aja)

Pin pesan Iga Nova” B’day jam 24.00 Request Malem

Lagu Hits, New Realese, pass (show, middle)58

6. Profil Acara Dakwah Kamis Qolbu

58


(52)

Dakwah Kamis Qolbu ialah program pendidikan dan informasi yang berisi materi tentang berbagai aspek ajaran Islam. Berawal dari pemilik M2 yakni H. Mochtar Mohammad yang menginginkan agar radio miliknya disisipi materi dakwah yang sasarannya adalah anak muda. Beliau langsung yang memilih Ustadz Aiz sebagai narasumbernya, dengan siaran pertama pada tanggal 11 Agustus 2005 dengan tema pertama “Birrul Walidain”.59

Dinamakan Kamis Qolbu karena menurut narasumber sederhana saja, acaranya disiarkan hari kamis dan yang menjadi sasaran utamanya adalah hati sanubari anak muda, maka dinamailah “Kamis Qolbu”.

Sasaran pendengar dari siaran dakwah Kamis Qolbu secara spesifik adalah anak muda, sedangkan secara umum siapapun tanpa batasan umur. Meskipun radio ini umumnya bersegmentasikan anak muda namun, tidak jarang orang-orang yang telah dewasa pernah menjadi penanya dalam acara dakwah ini. Semua itu tergantung dari materi yang disampaikan.

B. Format Dakwah Kamis Qolbu

Acara dakwah Kamis Qolbu mulai mengudara setelah 2-3 bulan radio M2 didirikan yang tepatnya pada 11 Agustus 2005, dengan metode dialog interaktif. Acara ini diawali dengan lagu-lagu Religi kemudian masuk ke segment penjelasan materi oleh narasumber yang dibuka oleh penyiar, kemudian penyiar sedikit banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit banyak mencerminkan rasa ingin tahu anak muda. Baru setelah itu dibuka session Tanya jawab oleh pendengar.Biasanya line telephone yang masuk setiap kali acara berlangsung ada

59


(53)

sekitar 6 sampai 8 penelepon sedangkan sms yang masuk mencapai 20 sms, namun yang bisa terjawab dari pertanyaan line telephone sekitar 3 penelepon dan 6 sms pengisi acara berharap bahwa pertanyaan yang terjawab bisa mewakili pertanyaan-pertanyaan yang lain, karena waktu yang ada relatif singkat dan terbatas.60

Siaran dakwah Kamis Qolbu ini disajikan secara live dengan menggunakan system komunikasi dua arah (two way communication) dengan menyertakan pendengar untuk memberi respon secara langsung terhadap materi yang tengah dibahas oleh narasumber sehingga pendengar tidak hanya menerima tetapi dapat meminta konfirmasi akan pengertian yang ditimbulkan dari pesan yang diterima serta pendengar dapat bertanya langsung tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi bahasan. System dua arah ini terlihat jelas ketika seorang penanya memberi tanggapan langsung terhadap narasumber yang selanjutnya direspon oleh narasumber.

Selain itu, format siaran yang digunakan adalah santai, ringan tetapi smart. Si penyiar membuat seorang narasumber bisa dijadikan sebagai bapak, kakak, teman yang bisa diajak curhat dan mengerti problematika yang dihadapi para remaja namun tetap dalam koridor Islam, karena memang lagi-lagi radio M2 ini mempunyai segmentasi anak muda.

C. Materi Dakwah Kamis Qolbu

Berbicara tentang program siaran radio maka tidak terlepas dari materi/pesan yang akan disampaikan kepada pendengar. Untuk materi yang

60


(54)

disampaikan narasumber diberi arahan agar materi dakwah yang diberikan tidak terlalu “berat” karena memang peruntukannya anak muda. Ringan, namun mengena pada kehidupan sehari-hari, terlebih lagi diamalkan dan dipraktekkan pada kehidupan.

Materi dakwah yang disiarkan tidak terlepas dari materi dakwah pada umumnya yaitu seputar aqidah, akhlak, ahkam, ukhuwah, social, kebudayaan dan kemasyarakatan, serta amar ma’ruf dan nahi munkar. Namun, penjelasan materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh anak muda. Dan masalah yang diangkat pun seputar problematika remaja dari sudut pandang Islam. Sebagi contoh dari segi akhlak, bagaimana akhlak seorang anak kepada orang tua, guru dan teman-temannya. Masalah Ahkam atau hukum, seperti bagaimana hukum nikah muth’ah (kawin kontrak) yang terjadi di masyarakat, bagaimana hukum pacaran menurut Islam. Masalah Kebudayaan dan

kemasyarakatan bagaimana para remaja menyikapi maulid nabi Muhammad SAW, dan sebagainya.

D. Sekilas tentang Narasumber

Pengisi acara selain penyiar yang merupakan ujung tombak suksesnya sebuah acara ataupun program yang disiarkan di radio yaitu narasumber.

Berawal dari pencarian sang creative program tentang siapa orang yang akan mengisi program dakwah yang ada di radio M2. Karena radio M2 mempunyai segmentasi anak muda maka ia ingin yang akan mengisi acara ini adalah seorang ustadz di Bekasi yang tentu saja faham dibidangnya yaitu masalah agama, namun


(55)

ia pun memiliki jiwa muda yang concern pada kehidupan masalah seputar anak muda. Setelah didiskusikan akhirnya dari owner atau pemilik stasiun radionya langsung yang meminta ustadz Aiz sebagai pengisi acara dakwah di radio M2 yang merupakan anak dari teman sang owner tersebut. Ustadz Aiz merupakan anak dari salah satu kyai besar di Bekasi yaitu KH. Muhajirin pendiri Pondok Pesantren An-nida al-Islamy Bekasi.61

Hingga saat ini acara dakwah Kamis Qolbu yang disiarkan setiap kamis malam pukul 18.00 hingga pukul 19.00 masih tetap dan terus berlangsung dengan ustadz Aiz sebagai narasumbernya.

E. Tujuan Siaran Dakwah Kamis Qolbu

Setiap program atau acara yang dibuat pasti memiliki tujuan tersendiri, terlebih lagi acara yang dibuat akan dikonsumsi oleh publik, maka sedikit banyaknya harus memiliki nilai informasi, edukasi juga hiburan karena memang itulah fungsi dari media massa.

Begitu pula halnya dengan acara dakwah yang ada di radio M2 ini, meskipun mengudaranya hanya sekali dalam minggu, namun sangat berarti bagi kaum muda yang haus akan siraman rohani. Selain itu waktu yang dipilih pun berbeda dari stasiun radio lain yang ada. Biasanya program siraman rohani disiarkan pada waktu shubuh mulai dari jam 05.00 hingga jam 06.00, dan M2 radio mencoba sesuatu hal yang berbeda yaitu menyiarkan program dakwah pada kamis malam ba’da magrib yaitu jam 18.00 hingga 19.00. Selain itu lagu-lagu yang diputar selama acara berlangsung pun lagu-lagu religi yang dinyanyikan oleh

61


(1)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai respon masyarakat kelurahan perwira terhadap acara dakwah Kamis Qalbu maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Format siaran dakwah Kamis Qolbu adalah berupa dialog interaktif, dengan berisikan materi-materi yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dengan penjelasan yang ringan dan santai tetapi penuh dengan makna dan berbobot, meskipun radio ini bersegmentasikan anak muda namun materi yang diberikan bisa diterima oleh kalangan dari usia manapun baik itu remaja, dewasa, hingga dewasa madya.

2) Masyarakat Kelurahan Perwira Rw 05 ternyata banyak yang mengikuti siaran dakwah Kamis Qolbu di radio M2 dan mereka merespon positif baik terhadap materi, metode, waktu, dan personality da’i. Banyaknya masyarakat yang merespon baik terhadap acara dakwah Kamis Qalbu tidak terlepas dari berbagai pihak diantaranya pengelola radio, creative programmer, penyiar, juga narasumber yang mempunyai wawasan luas, menguasai bukan ilmu pengetahuan agama saja tapi juga menguasai ilmu pengetahuan umum yang disampaikan dengan ikhlas dan semangat, membuat hijrah mental bagi pendengarnya.


(2)

3) Tidak ada perbedaan antara masyarakat antara usia remaja, dewasa, hingga dewasa madya dalam merespon terhadap materi, bahasa, metode, dan waktu yang digunakan dalam acara dakwah kamis qalbu diradio M2. hal ini terbukti dengan jawaban responden yang merespon baik terhadap materi, bahasa, metode, dan waktu dalam siaran.

Dengan demikian bahwa acara dakwah Kamis Qolbu merupakan acara dakwah yang menarik dan bagus selain itu acara ini mendapat respon yang positif dari masyarakat.

MM. Saran

1) Bagi pemilik media diharapkan lebih memperhatikan hendaknya durasi waktu siaran ditambah agar respon masyarakat yang masuk melalui telepon bisa lebih banyak lagi yang diterima sehingga dapat bisa memberi kesempatan yang luas dalam memberikan pertanyaan atau tanggapan.

2) Hendaknya untuk waktu suatu acara lebih dipertimbangkan lagi dengan keadaan atau kondisi para pendengarnya.

3) Hendaknya acara dakwah Kamis Qalbu disajikan lebih kreatif lagi sehingga program dakwah di radio tetap disukai dan mendapat perhatian yang baik dari masyarakat.

4) Bagian marketing hendaknya lebih optimal dalam mencarikan sponsor atau iklan untuk program dakwah tersebut sehingga bisa memberikan transport atau honor yang setimpal bagi narasumbernya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Jum’ah Amin. Fiqh Dakwah. (Solo: Era Intermedia, 2005) Abd.Halim, Ali. Fiqh Dakwah Muslimah. (Jakarta: Robbani Press, 1991) Arifin, HM. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Bina Aksara, 1997) cet. Ke-4

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,2002) cet. Ke-12

Ar-Rafi’I, Musthafa. Potret Juru Dakwah. (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002)

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) Cangara, Hafidz. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT. Raja

GrafindoPersero, 2005) cet. Ke-6

Dagun, Save D. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997)

Echols, Jhon M. Kamus Bahasa Inggris Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia, 2003) cet. Ke-27

Effendy, Onong Uchajana. Kamus Komunikasi. (Bandung: Mandar Maju, 1989) ---. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Rosdakarya, 2006) cet.

Ke-20

---. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003). Cet. Ke-3

Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk. MKDU Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta: Gunadarma, 1997)

I’dad, Abu. Agenda Dakwah Langkah-langkah Dakwah Manhajji. (Surakarta: al-Kowam, 1996)


(4)

Kusanawan, Aef. Komunikasi Penyiaraan Islam. (Bandung: Benang Merah Press, 2004)

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada, 1997)

Prananto, A Pius. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arloka, 1994)

Prayudha, Harley. Radio: Penyiar It’s not Just a Talk. (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)

Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) cet. Ke-3

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) cet. Ke-21

Salam, Syamsir. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Santrock, W John. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (Jakarta:

Erlangga, 2006)

Sarjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997) cet. Ke-8

Shahdar, Ghazali. Kamus Istilah Komunikasi. (Bandung: Jambatan, 1992) Shihab, M. Qurais. Tafsir al-Mishbah vol. V. (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Singarimbun, Masri. MetodePenelitian Survei. (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES,

1989) cet. Ke-2

Suhartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. (Bandung: Rosdakarya, 2004) cet. Ke-6

Suparta, Munzir dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006) Susanto, Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. (Jakarta: Bina Cipta, 1980) Syamsul, Asep. Broadcast Journalism. (Bandung: Nuansa, 2004)

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: al-Ikhlas, 1983)

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Jakarta: CeQda UIN Syarif Hidayatullah, 2007). Cet. Ke-2


(5)

Winarni. Komunikasi Massa. (Malang: UMM Press, 2003)

WS, Indrawan. Kamus Besar Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) DATA

Company Profile Radio M2 88.2 FM Bekasi dan data-data yang ada • Data Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara

• Data Masyarakat Rw 05 Kelurahan Perwira WAWANCARA

• Wawancara langsung dengan Reza selaku Creative Program Radio M2 di Kantor Radio M2, 2 Mei 2008

• Wawancara langsung dengan Ustadz Aiz selaku narasumber di sekolah Pondok Pesantren An-nida al-Islamy Bekasi, 30 April 2008 dan 3 Juni 2008


(6)