Pemeriksaan Atas Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Melalui Operasional Audit Untuk Meningkatkan Pengendalian Internal Pada KPPN Pematang Siantar

(1)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Program Strata-1

Medan

SKRIPSI

PEMERIKSAAN ATAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS MELALUI OPERASIONAL AUDIT UNTUK MENINGKATKAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA KPPN PEMATANG SIANTAR

Oleh :

NAMA

: SUCI FRIKASARI NASUTION

NIM

: 080522088

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Pendidikan Pada Program Strata-1 Ekstensi

Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

PEMERIKSAAN ATAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS MELALUI OPERASIONAL AUDIT UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KPPN.

adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, Mei 2010 Yang membuat pernyataan

Suci Frikasari Nasution NIM : 080522088


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa memberi petunjuk, kekuatan lahir dan batin, dan senantiasa membasahi hati dan jiwa yang kering ini dengan semangat dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada uswah hasanah kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia. Dan semoga kita termasuk di antara mereka, ummat yang istiqomah memperjuangkan risalahnya hingga yaumul akhir nanti.

Skripsi ini disusun dengan sebuah semangat dan harapan. Meskipun karya ini hanyalah sebagian kecil dari ribuan karya orang lain, namun penulis berharap agar karya ini tetap memberikan sedikit kontribusi untuk penelitian selanjutnya.

Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, masukan dan kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi


(4)

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan jurusan akuntansi.

3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku dosen pembimbing, Bapak Drs. Wahidin Yasin, MSi, Ak selaku dosen penguji I dan Ibu Naleni Indra, MM, Ak selaku dosen penguji II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan serta dukungan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Evron Tampubolon selaku Kepala Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara Pematang Siantar serta seluruh staff dan pegawai KPPN Pematang Siantar yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan selalu memberikan dorongan dan doa yang senantiasa mengalir tiada berakhir. Kakak dan adik-adikku : Ira, Wita dan Arin yang telah memberi warna dalam hidup penulis.

6. Semua teman-teman akuntansi 2008, terima kasih atas kebersamaan selama di masa kuliah dan seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang juga telah turut membantu.

Penulis menydari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan membutuhkan banyak perbaikan. Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat digunakan untuk penyempurnaan karya ini maupun sebagai


(5)

perbaikan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.

Medan, Mei 2010 Penulis

Suci Frikasari Nasution NIM : 080522088


(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN apakah telah mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data yang penulis gunakan ialah data primer yakni dengan mengadakan kuisioner dan penelitian langsung ke KPPN Pematang Siantar untuk memperoleh data yand diperlukan dalam penulisan skripsi ini dan melakukan penelitian kepustakaan melalui bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya dengan audit operasional penerimaan dan pengeluaran kas sebagai data yang sekunder dan data sekunder yang diperoleh langsung dari KPPN adalah berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan. Metode penganalisaan data yang penulis gunakan adalah metode statistik deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan, kemudian disusun, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Dari hasil penelitian tersebut penulis mendapat kesimpulan bahwa pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan KPPN sudah baik, hal ini ditandai dengan adanya tata kerja organisasi. Di dalam tata kerja tersebut disebutkan bagian-bagian yang terkait, dan adanya pemisahan tugas, transaksi diotorisasi oleh pihak-pihak yang berwenang.

Kata Kunci : Audit Operasional, Penerimaan dan Pengeluaran Kas, Pengendalian Internal.


(7)

ABSTRACT

The aim of this research is to explain the implementation cash revenue and expenditure in the KPPN, which the implementation has support the goals company.

In the research, the writer used the descriptive type of research. The type of data the writer uses is primary data, namely by making kuisioner, the direct observation to KPPN Pematang Siantar to get the data needed in this script and making the library research through the materials related to the operational audit of cash revenue and expenditure as secondary data and the secondary data is directly from the KPPN including organization structure and the history of the KPPN. The method of data analysis used by the writer is statistic method, in which the data collecyed, classified, arranged, and analyzed to give the information for solving the facing problem.

From the result of the research writer can conclude that internal control of cash revenue and expenditure conducted by the KPPN is good, this is signaled by the presence of good organization. The procedures contain the related sections and description of the task, and transaction will be regarded after authorization by parties.

Keywords : Operational Audit, Cash Revenue and Expenditure, Internal Control.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Kerangka Konseptual ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Teoritis ... 9

1. Pengertian Kas ... 9

2. Prosedur Penerimaan Kas ... 11

3. Prosedur Pengeluaran Kas ... 14

4. Operasional Audit ... 16

4. 1 Pengertian Operasional Audit ... 16

4. 2 Manfaat Operasional Audit ... 18

4. 3 Tahapan Operasional Audit... 19

5. Pengendalian Internal... 20

5. 1 Pengertian Pengendalian Internal... 20

5. 2 Tujuan Pengendalian Internal ... 23

5. 3 Unsur Pengendalian Internal ... 25


(9)

6. Hubungan Operasional Audit terhadap Sistem

Pengendalian Internal... 29

B.Penelitian Terdahulu... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defenisi Operasional... 32

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 33

C. Jenis Dan Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data... 35

E. Metode Analisis Data... 36

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Singkat KPPN... 38

1. Sejarah Singkat KPPN ... 38

2. Bidang Kegiatan... 39

3. Visi dan Misi KPPN... 41

4. Struktur Organisasi... 42

5. Uraian Pekerjaan ... 43

6. Wilayah Kerja dan Instansi Yang Dilayani... 45

7. Audit Operasional Pada KPPN ... 48

B. Prosedur Penerimaan Kas... 49

1. Prosedur Penerimaan Kas Pada KPPN ... 50

2. Pembahasan... 53

C. Prosedur Pengeluaran Kas ... 55

1. Prosedur Pengeluaran Kas Pada KPPN... 55

2. Pembahasan... 60

D. Lingkungan Pengendalian Internal... 61

1. LingkunganPengendalian Internal Pada KPPN ... 61

2. Pembahasan... 64


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 4.1 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN Untuk Rekening

Penerimaan... 51 Gambar 4.2 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN Untuk Rekening


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuisioner ... 33

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian... 34

Tabel 4.1 Hasil Kuisioner ... 67


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Struktur Organisasi KPPN LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan

LAMPIRAN 3 Surat Research LAMPIRAN 4 Surat Setoran Pajak

LAMPIRAN 5 Surat Setoran Pajak Bumi dan Bangunan

LAMPIRAN 6 Surat Setoran Cukai Atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau

LAMPIRAN 7 Surat Setoran Bukan Pajak

LAMPIRAN 8 Surat Setoran Pengembalian Pajak LAMPIRAN 9 Surat Tanda Bukti Setor

LAMPIRAN 10 Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan LAMPIRAN 11 Bukti Penerimaan Negara

LAMPIRAN 12 Surat Perintah Membayar LAMPIRAN 13 Surat Perintah Pencairan Dana LAMPIRAN 14 Surat Permintaan Pembayaran


(14)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN apakah telah mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data yang penulis gunakan ialah data primer yakni dengan mengadakan kuisioner dan penelitian langsung ke KPPN Pematang Siantar untuk memperoleh data yand diperlukan dalam penulisan skripsi ini dan melakukan penelitian kepustakaan melalui bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya dengan audit operasional penerimaan dan pengeluaran kas sebagai data yang sekunder dan data sekunder yang diperoleh langsung dari KPPN adalah berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan. Metode penganalisaan data yang penulis gunakan adalah metode statistik deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan, kemudian disusun, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Dari hasil penelitian tersebut penulis mendapat kesimpulan bahwa pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan KPPN sudah baik, hal ini ditandai dengan adanya tata kerja organisasi. Di dalam tata kerja tersebut disebutkan bagian-bagian yang terkait, dan adanya pemisahan tugas, transaksi diotorisasi oleh pihak-pihak yang berwenang.

Kata Kunci : Audit Operasional, Penerimaan dan Pengeluaran Kas, Pengendalian Internal.


(15)

ABSTRACT

The aim of this research is to explain the implementation cash revenue and expenditure in the KPPN, which the implementation has support the goals company.

In the research, the writer used the descriptive type of research. The type of data the writer uses is primary data, namely by making kuisioner, the direct observation to KPPN Pematang Siantar to get the data needed in this script and making the library research through the materials related to the operational audit of cash revenue and expenditure as secondary data and the secondary data is directly from the KPPN including organization structure and the history of the KPPN. The method of data analysis used by the writer is statistic method, in which the data collecyed, classified, arranged, and analyzed to give the information for solving the facing problem.

From the result of the research writer can conclude that internal control of cash revenue and expenditure conducted by the KPPN is good, this is signaled by the presence of good organization. The procedures contain the related sections and description of the task, and transaction will be regarded after authorization by parties.

Keywords : Operational Audit, Cash Revenue and Expenditure, Internal Control.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam perkembangan dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, ditambah lagi dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini, hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Semakin berkembangnya perusahaan tentunya diikuti dengan semakin kompleks dan luasnya aktivitas serta permasalahan yang dihadapi sehingga mendorong timbulnya suatu bidang baru yaitu operasional audit. Operasional audit merupakan aktivitas operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Aktivitas operasional audit akan bermanfaat banyak bagi perusahaan karena dapat menunjang kelancaran dan meningkatkan pengendalian internal dari pelaksanaan operasi perusahaan terhadap kontinuitas perusahaan dimasa yang akan datang.

Operasional audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan auditor terhadap kinerja operasional suatu aktivitas. Operasional audit apabila sudah


(17)

berjalan secara efisien dan efektif maka dapat meningkatkan pengawasan internal pada suatu perusahaan. Adapun tujuan dari pengawasan intern adalah untuk melindungi harta kekayaan (aset) suatu badan (organisasi), dapat dipercayanya catatan keuangan, meningkatkan efisiensi kerja dan dapat mendorong ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengawasan yang baik hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan. Pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan dapat mencegah timbulnya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia.

Kas adalah salah satu unsur aktiva yang paling penting karena kas merupakan alat pembayaran yang bebas dan siap digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Manajemen bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam hal penerimaan kas, terdapat sumber penerimaan yaitu penerimaam kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sedangkan untuk pengeluaran kas dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan menggunakan cek dan uang tunai.

Hampir setiap transaksi perusahaan dengan pihak luar menggunakan kas. Oleh karena itu kas mempunyai sifat mudah dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya maka uang kas yang keluar akan mudah disalahgunakan. Melihat keadaan kas yang demikian beresiko, maka sangat penting dibuatkan suatu perlindungan terhadap kas dalam aktivitas perusahaan. Sistem perlindungan ini berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan baik berupa suatu sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang baik. Dengan adanya sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran


(18)

kas ini dapat diketahui bagaimana pergerakan keluar masuknya uang kas, sehingga kontrol terhadap uang kas dapat berlangsung dengan baik.

Dalam melakukan suatu kegiatan pertama sekali yang harus dipikirkan adalah apa tujuan utama kegiatan tersebut. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu pengawasan terhadap kegiatan tersebut, karena suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang baik tanpa adanya suatu pengawasan maka hal tersebut dapat menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Adanya kontrol internal yang teratur terhadap posisi laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat meminimalkan adanya kemungkinan penyelewengan atas kas. Pada dasarnya pengendalian internal bukan dimaksudkan untuk meniadakan semua kemungkinan kesalahan yang terjadi, akan tetapi sistem pengendalian internal diterapkan untuk menekankan terjadinya penyelewengan dan kesalahan dalam batas-batas yang wajar sehingga kalaupun terjadi kesalahan atas kas dapat diketahui. Struktur pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mencetak ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dari defenisi tersebut tujuan sistem pengendalian internal dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama pengendalian internal akuntansi (Internal

accounting Control) yang meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kedua pengendalian internal administratif (Internal Administrative Control) yang meliputi struktur


(19)

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Pematang Siantar merupakan salah satu lembaga pemerintah yang memerlukan adanya suatu sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas serta sistem pengendalian internal yang mampu menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Adapun masalah yang timbul selama ini yaitu dari segi pengeluaran, KPPN tidak dapat menahan atau harus mengeluarkan dana kepada satker yang dibayarkan walaupun kelengkapan berkas dari satker tersebut belum lengkap atau sesuai dengan dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh KPPN. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan pemerintah / Menteri keuangan yang membatasi wewenang KPPN. Sedangkan dari segi penerimaan, KPPN kurang mengetahui kapan tepatnya pajak disetorkan oleh wajib pajak. Hal ini disebabkan karena KPPN hanya menerima laporan dari bank di sore hari saat jam kerja. Akibat dari masalah tersebut maka sebaiknya pengendalian internal pada KPPN harus lebih ditingkatkan.

Pengendalian internal juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik yang disengaja atau tidak sehingga dapat memperlancar prosedur audit. Agar dapat berjalan lebih efektif, pengendalian internal memerlukan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas dalam organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, praktek pelaksanaan yang sehat dan didukung pula dengan karyawan yang berkualitas. Secara keseluruhan sistem pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas sangat diperlukan yang tujuannya


(20)

adalah untuk mengamankan harta perusahaan, meningkatkan operasi perusahaan, meningkatkan ketelitian dan kebenaran data akuntansi dan mendorong terlaksananya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat betapa pentingnya sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas maka permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana pelaksanaan dan pemeriksaan dokumen maupun bukti transaksi yang rapi dan sistematis terhadap posisi keuangan, khususnya kas. Maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk mengambil judul ”Pemeriksaan Atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas Melalui Operasional

Audit Untuk Meningkatkan Pengendalian Internal Pada KPPN”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah awal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum sampai kepada tahap pembahasan. Tujuannya agar penelitian dapat lebih terarah dan dapat mencapai sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut ”Apakah pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit dapat meningkatkan pengendalian internal pada KPPN Pematang Siantar ” ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit dapat meningkatkan pengendalian internal pada KPPN Pematang Siantar.


(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan sejumlah data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun suatu pembahasan atau masalah yang telah diidentifikasikan guna memperjelas gambaran mengenai pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit untuk meningkatkan pengendalian internal.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai pengetahuan tambahan mengenai teori dan praktek yang sesungguhnya mengenai pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit untuk meningkatkan pengendalian internal.

2. Bagi Perusahaan

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan dan dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan serta memberikan informasi kepada manajeman mengenai pengendalian yang ada sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan atau perubahan yang dianggap perlu, khususnya mengenai penerimaan dan pengeluaran kas.

3. Bagi Pihak Lain

Pada lingkungan perguruan tinggi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan penelitian atau karya tulis lainnya khususnya mengenai pemeriksaan atas penerimaan dan


(22)

pengeluaran kas melalui operasional audit. Selain itu penulis juga berharap penelitian ini dapat memberikan bahan masukan bagi pembaca lainnya ataupun dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut sehubungan dengan masalah yang dibahas serta dapat memperluas wawasan.

F. Kerangka Konseptual

Pemeriksaan

Melalui

KPPN

Operasional Audit Pengeluaran Kas

Pengendalian Internal Penerimaan Kas

Dapat Meningkatkan

Penjelasan :

Dengan semakin maju dan berkembangnya suatu perusahaan akan diikuti dengan semakin kompleks aktivitas serta permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Sehingga manajemen akan menghadapi kesulitan dalam mengendalikan secara


(23)

langsung, ditambah dengan adanya tuntutan efisiensi, efektivitas dan ekonomisasi dari penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia. Hal ini menuntut manajemen untuk melakukan aktivitas operasional perusahaan secara efektif dan efisien untuk mendukung tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, oleh karena itu untuk mencegah atau menghindari ketidakefektivan dan ketidakefisien tersebut maka diperlukan alat yang dapat mengukur efektivitas dan efisiensi dari bidang-bidang funsional yang mampu menciptakan suatu peringatan dini bagi pengelolaan perusahaan yang akhirnya akan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Di dalam perusahaan yang relatif besar, perusahaan memerlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern. Oleh karena itu, sejauh mana pelaksanaan pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditetapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen, maka diperlukan suatu pemeriksaan atas operasional dalam pengendalian intern tersebut yang dapat membantu manajemen di dalam pengendalian operasional petusahaan. Pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan operasional (audit operasional).


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Kas

Sebelum penulis menguraikan arti dari penerimaaan kas, terlebih dahulu penulis akan menguraikan lebih rinci mengenai pengertian kas, dimana dalam aktivitas perusahaan, kas merupakan alat pengukur dari setiap aktivitas pembiayaan dalam kegiatan pertukaran barang dan jasa, yang dilakukan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Walaupun kas tidak secara langsung terlibat dalam transaksi, tetapi hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Manajemen kas yang efesien mengisyaratkan tersedianya kas yang terus bekerja dalam siklus operasi atau sebagai suatu investasi jangka panjang. Dengan demikian kelancaran operasi perusahaan banyak tergantung pada kemampuan manajemen dalam menilai kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan untuk memenuhi kebutuhan operasi kas.

Kas adalah alat tukar yang umum dan standar, dibutuhkan setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya, baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, maupun untuk mengadakan investasi baru. Hal ini disebabkan oleh sifat dari perusahaan yang meliputi harga dan kondisi yang menjurus kepada penetapan suatu medium penukaran. Perantaraan standar dari pertukaran adalah uang tunai.


(25)

Menurut Baridwan (2003 : 85) ” Kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi. Kas merupakan aktiva yang paling sering berubah dalam neraca. Hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.

Sedangkan menurut Soemarso (2004 : 296) memberikan pengertian sebagai berikut : ”Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.

Kas sangat penting artinya karena menggambarkan daya beli dan dapat segera ditransfer kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi liquiditas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita. Kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas sebagai berikut.

1. Kas selalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.

2. Kas merupakan harta yang siap dan mudah untuk digunakan dalam transaksi serta ditukarkan dengan harta lain mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.


(26)

3. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak dan tidak kurang.

Syarat suatu elemen yang dapat disetarakan dengan kas adalah :

1. dapat diterima setiap saat sebagai alat pembayaran, khususnya di lingkungan usaha,

2. dapat disetorkan ke bank sebagai rekening giro dan dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

2. Prosedur Penerimaan Kas

Prosedur penerimaan kas menurut Marom (2000 :34) dapat diartikan sebagai berikut.

Kasir

1.a) Pada saat faktur jatuh tempo menghubungi pelanggan. Hal ini secara aktif dilakukan agar pembayaran tagihan dapat diterima secara tepat waktu.

b) Menerima cek/giro dari pelanggan, menyiapkan bukti bank lembar ke satu kepada pelanggan. BBM dapat berfungsi sebagai kwitansi.

b) Cek/ giro dan BBM lembar kedua dan ketiga serta faktur penjualan disampaikan kebidang keuangan.

Bidang Keuangan

2. a) Mencocokkan jumlah uang (cek/giro) dengan Bukti Bank Masuk (BBM) dan faktur penjualan.

b) Cek dikirim ke bank (pada keesokan harinya), dan BBM didistribusikan: lembar kedua kebagian akuntansi dan lembar ketiga ke kasir bersama faktur penjualan dan faktur pajak lembar ketiga.

Bagian Akuntansi

3. Menerima Bukti Bank Masuk dicocokkan dengan faktur penjualan dan faktur pajak (lembar kedua ), bila sesuai maka menyiapkan bukti jurnal bank masuk dan dicatat ke buku bank masuk serta kartu piutang.

Bagian Kasir

4. Menerima Bukti Bank Masuk lembar ketiga, faktur penjualan, dan faktur pajak. Formulir-formulir itu digabung, dicatat dalam daftar kas dan diarsipkan menurut nomor urut Bukti Bank Masuk.


(27)

Prosedur penerimaan kas dalam perusahaan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga tidak tercatat dan tidak diterimanya uang yang seharusnya diterima dapat dikurangi menjadi sekecil mungkin. Prosedur penerimaan kas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, yang menerima dan yang mencatat penerimaan uang. Apabila untuk sebuah perusahaan kecil pemisahan demikian tidak dapat dilakukan, maka penggabungan antara ketiga tugas tadi hanya dapat dilakukan oleh pemilik perusahaan.

2. Setiap penerimaan uang langsung disetor ke bank sebagai mana adanya. Menurut Mulyadi (2001 : 456) ada tiga prosedur di dalam penerimaan kas dengan penjualan tunai yaitu.

a Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales.

b Prosedur penerimaan dari cash on deliveri sales (COD Sales). c Prosedur penerimaan kas dari credit card sales.

a). Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales

Dalam penjualan tunai ini perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check), atau pembayaran-pembayaran langsung dari pembeli dengan kartu kredit, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari over the counter sales dilaksanakan melalui prosedur ini.

1. Pembeli memesan langsung kepada wiraniaga (sales person) dibagian penjualan.


(28)

2. Bagian kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi, atau kartu kredit.

3. Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

4. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. 5. Bagian kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank.

6. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.

7. Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.

b). Prosedur penerimaan dari cash on delivery sales (COD Sales)

Cash on delivery sales adalah transaksi yang penjual melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD Sales melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut ini.

1. Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos.

2. Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim dengan cara mengisi formulir COD Sales dari kantor pusat.

3. Kantor pos pengirim mengirim barang dari formulir COD Sales sesuai dengan instruksi penjual kepada kantor pos penerimaan.

4. Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dari formulir COD Sales segera memberitahukan kepada pembeli tentang diterimanya barang COD.


(29)

5. Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalam formulir COD, kantor pusat penerima menyerahkan barang kepada pembeli dengan diterimanya kas dari pembeli.

6. Kantor pusat penerima memberitahu kantor pusat pengirim bahwa COD Sales telah dilaksanakan.

7. Kantor pusat pengirim memberitahu penjual bahea COD Sales telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.

c). Prosedur penerimaan kas dari credit card sales

Credit card bisa merupakan suatu tipe penjualan namun merupakan salah satu cara pembayaran barang bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual yang memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi penjual. Credit card dapat merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over the counter sales maupun dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkatan umum.

3. Prosedur Pengeluaran Kas

Prosedur pengeluaran kas menurut Marom (2000 : 23) dapat diartikan sebagai berikut.

Kasir

1. a) Menerima kwitansi dari pemasok, dicocokkan dengan invoice mengenai jumlah dari jatuh tempo pembayarannya.


(30)

b) Menyiapkan Bukti Bank Keluar (BBK) dalam rangkap 2 dan cek/giro. Bersama kwitansi, invoice, BBK dan cek/girodisampaikan kepada bidang keuangan.

Bidang Keuangan

2. a) Meneliti kebenaran kwitansi dari pemasok dibandingkan dengan invoice, menandatangani cek/giro dan memberi paraf pada BBK. Berkas pembelian dicap ”lunas”.

b) Mendistribusikan cek/giro dan berkas pembayaran sebagai berikut. 1. Cek/giro kepada pemasok (setelah diminta menandatangani BBK).

2. BBK lembar ke satu dengan invoice dan faktur penjualan ke bagian akuntansi.

3. BBK lembar kedua dan kwitansi ke kasir.

Bidang Akuntansi

3. a) Membandingkan BBK dengan invoice dan faktur penjualan. Bila cocok maka menyiapkan bukti jurnal bank keluar. Bila perlu dicek terlebih dahulu ke kartu hutang.

b) Mencatat transaksi pengeluaran uang di buku bank keluar dan kartu hutang.

Kasir

4. a) BBK dan kwitansi digabung dan dicatat dalam daftar kas. Dengan melaksanakan langkah-langkah dalam prosedur kas tersebut maka pengeluaran kas akan terjamin pelaksanaannya. Bahwa pembayaran dilaksanakan tepat waktu, jumlahnya benar dan ditujukan kepada pihak yang berhak. Selain itu, pembukuan atas transaksi pengeluaran kas dilaksanakan dengan benar.

Seperti halnya penerimaan uang, pengeluaran kas perlu dirancang sedemikian rupa sehingga hanya pengeluaran-pengeluaran yang disetujui dan betul-betul untuk kegiatan perusahaan saja yang dicatat dalam pembukuan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghasilkan sistem pengendalian yang baik, prosedur pengeluaran kas harus memeperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Semua pengeluaran dilakukan dengan cek. Pengeluaran-pengeluaran

dalam jumlah kecil dilakukan melalui dana kas kecil.

2. Semua pengeluaran kas harus meperoleh persetujuan dari berwenang terlebih dahulu.


(31)

3. Terdapat pemisahan tugas antara yang berhak menyetujui pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas dan melakukan pengeluaran serta yang mencatat pengeluaran kas.

Dokumen yang digunakan dalam system akuntansi pengeluaran kas menurut Mulyadi (2001 : 510) yaitu:

a. Bukti Kas Keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian kasa sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut.

b. Cek

Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang namanya tercantum dalam cek tersebut.

c. Permintaan cek

Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti kas keluar.

4. Operasional Audit

4.1 Pengertian Operasional Audit

Operasional Audit adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajeman serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi untuk perbaikan.

Proses yang sistematis

Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.


(32)

Mengevaluasi operasi organisasi

Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa criteria yang ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing operasional, criteria sering kali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajeman. Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteriaini sering kali didefenisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporang keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan kriterianya.

Efisiensi, efektivitas dan ekonomis

Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuan. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah.

Melaporkan kepada orang-orang yang tepat

Auditor internal biasanya melapor ke manajeman atau individu atau badan yang meminta audit tentang seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini sangat jarang sekali diungkapkan keseluruh bagian organisasi apalagi ke masyarakat umum.


(33)

Rekomendasi perbaikan (sesuai standar pelaporan ketiga dalam standar pelaporan audit kinerja)

Hasil dari auditr operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak manajeman untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan perusahaan apakah sudah tepat waktu atau memerlukan perbaikan sehingga akan berpengaruh kepada kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Arens and Loebbecke (2000 : 12) mengemukakan defenisi audit operasional sebagai berikut.

” An operational Audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and method for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness.

4.2 Manfaat Operasional Audit

Laporan audit manajeman dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.

1. Penyelenggaraan perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.

2. Audit manajeman akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan.


(34)

4.3 Tahap-tahap Operasional Audit

Adapun tahap-tahap operasional audit yaitu sebagai berikut. 1. Mendefenisikan ruang lingkup audit.

Melakukan musyawarah dan perjanjian antara pihak manajemen dengan auditor tentang tujuan dan ruang lingkup operasional audit.

2. Perencanaan, persiapan, pengorganisasian.

Tim operasional audit akan menyusun suatu perencanaan pelaksanaan audit untuk dapat dipahami seluruh anggota audit. Perencanaan harus memuat target yang hendak dicapai setiap tahapn atau berdasarkan periode tertentu. Tim audit mulai mempersiapkan dokumen-dokumen penunjang. 3. Pengumpulan dan pemuktahiran data relevan.

Memulai usaha pengumpulan data yang relevan dengan audit yang sedang dilaksanakan. Data tersebut selanjutnya didokumentasikan dan dimuktahiran setiap ada data baru.

4. Analisa dan riset.

Menganalisa dan mengadakan penelitian serta evaluasi atas data relevan yang telah tersedia. Menganalisa dalam arti membandingkan kriteria yang ditetapkan dengan kondisi awal.

5. Pelaporan.

Pelaporan audit adalah hasil perbandingan antar kriteria dengan aktual. Laporan operasional manajemen merupakan ringkasan kegiatan audit yang dilaksanakan dalam bentuk rekomendasi perbaikan operasional organisasi.


(35)

Operasional audit merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan operasional audit adalah untuk :

 Mengevaluasi kinerja.

 Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.

 Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan operasional audit adalah manajemen atau pihal ketiga. Hasil operasional audit diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakan audit tersebut.

5. Pengendalian Internal

5.1 Pengertian Pengendalian Internal

Dari tahun ke tahun dirasakan kegunaan dari sistem pengawasan intern semakin penting. Hal ini disebabkan karena perusahaan telah berkembang semakin besar dan kegiatannya semakin kompleks sehingga manajeman harus tergantung kepada laporan dan analisa yang beraneka ragam untuk mengawasi kegiatan perusahaan. Dengan adanya sistem pengawasan intern yang baik maka dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun kecurangan yang disebabkan oleh kecurangan manusia.

Menurut Widjajanto (2001 : 18) menyatakan bahwa pengendalian internal adalah.

Suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan yaitu.

a. Mengamankan aktivitas perusahaan.

b. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi. c. Meningkatkan efisiensi.


(36)

d. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi.

Pengendalian intern merupakan metode yang berguna bagi manajeman untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping itu sistem pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi .

Menurut Mulyadi (2002 :60) mendefenisikan sistem pengawasan intern sebagai berikut.

Pengawasan internal meliputi tindakan yang diambil oleh manajeman untuk mengamankan atau melindungi uang kas dan mengecek ketelitian pembukuan. Pengawasan intern juga diperlukan untuk mengetahui kebenaran suatu jangka yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengawasan yang memuaskan adalah jika orang-orang yang ada dalam perusahaan tidak dapat melakukan secara bebas, baik kesalahan sistem, kesalahan akuntansi atau penggelapan dana dan meneruskan tindakan tanpa diketahui dalam waktu yang cukup lama. Suatu perusahaan dagang bisa mengalami kerugian dalam bentuk uang tunai dan barang dagang yang sangat besar jika tidak dilakukan langkah pencegahan. Jalan yang terbaik untuk melakukannya adalah dengan menerapkan sistem pengawasan yang baik didalam perusahaan.

Dalam arti luas pengawasan dapat diklasifikasikan dalam pengawasan akuntansi dan pengawasan administratif yaitu sebagai berikut. a. Pengawasan akuntansi.

Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta record yang diperlukan untuk pengamanan aktiva dan keandalan


(37)

catatan keuangan. Karena itu pengawasan akuntansi didesain untuk memberikan keyakinan yang layak mengenai hal-hal berikut ini.

1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum dan khusus manajeman.

2. Transaksi dicatat jika perlu untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim atau kriteria lainnya yang dapat diterapkan pada laporan-laporan tersebutr dan untuk menjaga akuntabilitas aktiva.

3. Akses ke aktiva hanya diperkenankan sesuai dengan otorisasi manajeman.

4. Akuntabilitas tercatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada dengan interval yang layak dan terhadap perbedaan-perbedaan yang terjadi diambil tindakan yang tepat.

b. Pengawasan administratif.

Pengawasan administratif meliputi, tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi dan prosedur serta record yang diperlukan untuk proses keputusan yang menuju pada otorisasi manajeman atas transaksi-transaksi. Otorisasi tersebut merupakan suatu fungsi manajeman yang berkaitan langsung dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan merupakan titik awal untuk membentuk pengawasan akuntansi transaksi.


(38)

5. 2 Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan suatu perusahaan akan tercapai bila adanya sistem pengawasan yang baik. Salah satunya diantaranya adalah sistem pengawasan internal. Adapun tujuan utamanya adalah mengamankan harta benda perusahaan dan dipenuhi kebijaksanaan pimpinan yang dapat dilakukan dngan membuat berbagai prosedur untuk menghindari atau meminimalkan penyelewengan, pemborosan maupun kesalahan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan sehingga efisiensi kerja sama organisasi dapat ditingkatkan.

Pengawasan internal juga meliputi sasaran pengendalian akuntansi dan pengendalian administrasi yang bertujuan untuk membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan menganalisa dan menilai, merekomendasikan dengan memberikan komentarnya mengenai kegiatan yang telah direview internal auditor sehubungan dengan semua tahapan kegiatan usaha dimana ia dapat memberikan jasanya kepada manajemen.

Tujuan pengawasan internal memberikan jasa kepada pemimpin dengan cara melakukan evaluasi atau pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Pemeriksaan yang diarahkan untuk membantu seluruh tingkatan manajemen agar mereka dapat melaksanakan kewajiban secara efektif dan efesien. Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan pengendalian Intern atas transaksi, yaitu.


(39)

1. Otoritas ( wewenang).

Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus.

2. Pencatatan.

Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap.

3. Perlindungan.

Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/ penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.

4. Rekonsiliasi.

Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang.

5. Penilaian.

Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved atas harta tersebut.

Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 180 ) tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu.


(40)

1. Keandalan informasi keuangan.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Efektivitas dan efesiensi operasi.

5. 3 Unsur-Unsur Pengendalian Internal

Adapun unsur-unsur pengendalian internal terbagi atas lima unsur pokok, yaitu.

1. Lingkungan pengendalian.

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain.

 Nilai integritas dan etika.  Komitmen terhadap kompetisi.  Dewan komisaris dan komite audit.  Filosofi dan gaya operasi manajemen.  Struktur organisasi.

 Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab.  Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

2. Penaksiran risiko

Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Penaksiran resiko manajemen harus mencakup pertimbangan


(41)

khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan sebagai berikut.

 Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.

 Perubahan standar akuntansi.  Hukum dan peraturan baru.

 Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.

 Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.

3. Informasi dan komunikasi

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi.

4. Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memeberikan keyakinan bahwa


(42)

tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat digolongkan ke dalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan adalah sebagai berikut.

a. Pengendalian pengolahan informasi.  Pengendalian umum

 Pengendalian aplikasi - Otorisasi memadai

- Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai - Pengecekan secara independen

b. Pemisahan fungsi yang memadai.

c. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan. d. Review atas kinerja.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian untern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.


(43)

5. 4 Pengendalian Internal Kas

Untuk melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, perusahaan harus mengendalikan kas yang menyangkut dengan segala aktivitasnya baik yang berkaitan dengan arus masuk maupun keluar. Sistem pengendalian kas harus disesuaikan dengan kekhususan usaha. Namun demikian, secara umum sistem pengendalian kas menolak adanya campur tangan terhadap catatan akuntansi oleh mereka yang menangani kas. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya ayat jurnal yang tidak wajar untuk menyembunyikan penyalahgunaan penerimaan dan pengeluaran kas. Selanjutnya sistem tersebut biasanya mensyaratkan adanya pemisahan tugas fungsi penerimaan dan pembayaran.

Menurut Smith dan Skousen (2001 : 247) karakteristik dasar dari suatu sistem pengendalian kas adalah sebagai berikut.

1. Menetapkan tanggung jawab secara khusus untuk menangani penerimaan kas.

2. Pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas. 3. Penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari. 4. Sistem voucher untuk mengendalikan pembayaran kas. 5. Audit internal pada selang waktu yang tak terduga.

6. Pencatatan ganda atas kas menurut bank dan pembukuan dengan rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh seorang di luar bagian akuntansi.

Terlepas dari mana asal penerimaan kas, setiap perusahaan harus menjaga dan membukukan penerimaan kas sebagaimana mestinya. Sistem pengendalian kas meningkatkan kemungkinan pelaporan nilai kas dan ekuivalen kas menjadi akurat dan dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan. Namun, sistem yang canggih pun tidak dapat menghilangkan sama sekali kemungkinan tindakan penyalahgunaan atau keliru. Penggunaan dana


(44)

kas kecil dan rekonsiliasi bank dapat membantu mengidentifikasi kas setiap kekurangan kas atau kekeliruan yang telah dilakukan dalam akun untuk kas.

6. Hubungan Operasional Audit Terhadap Sistem Pengendalian Internal

Manajemen perusahaan menerapkan sistem pengendalian Intern agar mencapai kinerja yang efektif dan efisien. Evaluasi secara periodik dan kontinu atas Pengendalian Intern adalah alat manajemen untuk meyakinkan bahwa pengendalian intern yang diterapkan efektif dan diperoleh perbaikan-perbaikan atas kekurangan yang ada. Salah satu alat evaluasi itu adalah operasional audit. Operasional audit mengevaluasi setiap pengendalian (control) yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian internal termasuk dalam ruang lingkup audit operasional. Hasil audit operasional itu sendiri berupa rekomendasi perbaikan-perbaikan atas kekurangan atau kelemahan dari sistem pengendalian internal yang ada. Operasional Audit akan mengevaluasi serta memberikan rekomendasi perbaikan terhadap sistem pengendalian internal perusahaan.

Peranan operasional audit dalam menunjang system pengendalian internal adalah operasional audit dapat mengetahui efektivitas dan efesiensi akan suatu sistem pengendalian internal pada suatu fungsi dari suatu perusahaan. Tujuan audit operasional perusahaan merupakan akibat dari sistem pengendalian internal yang baik.


(45)

B. Penelitian Terdahulu

Tinjauan terdahulu berkaitan dengan pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit untuk meningkatkan pengendalian internal, yaitu :

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Evalina Sihombing 1.

Judul Penelitian Analisis Sistem Pengawasan Intern Penerimaan Kas Atas Pajak Pada KPPN Tanjung Balai Asahan. 2.

Tahun Penelitian 2004 3.

Masalah yang Diteliti

Apakah analisis sistem pengawasan intern merekomendasikan kebaikan dan kelemahan sistem pengawasan intern penerimaan kas atas pajak”? 4.

Metode Penelitian Deskriptif analitis 5 .

Hasil Temuan Sistem pengawasan intern penerimaan atas pajak sudah dijalankan dengan baik, namun dalam prakteknya masih ada instansi-instansi yang terlambat melaporkan SPTnya sehingga dapat mengganggu penerimaan anggaran atas pajak.


(46)

No. Nama Peneliti Indi Patricia

1. Judul Penelitian Analisis Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada PT.Kahar Duta Sarana Cabang Medan.

2. Tahun Penelitian 2008

3. Masalah yang

Diteliti

Apakah prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan oleh perusahaan telah mendukung pencapaian tujuan perusahaan?

4. Metode Penelitian Deskriptif analitis

5 . Hasil Temuan Sudah dijalankan dengan baik dimana seluruh penerimaan kas langsung disetorkan ke bank oleh pelanggan dan adanya otorisasi oleh kepala cabang untuk pengeluaran kas di atas Rp. 200.000.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Defenisi Operasional

Sistem pengendalian kas harus disesuaikan dengan kekhususan usaha. Sistem pengendalian kas menolak adanya campur tangan terhadap catatan akuntansi oleh mereka yang menangani kas. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ayat jurnal yang tidak wajar untuk menyembunyikan penyalahgunaan penerimaan dan pembayaran kas. Oleh karena itu diperlukan cara pengawasan yang baik melalui operasional audit untuk meningkatkan pengendalian internal.

Cara pengawasan intern yang baik itu adalah :

1. Semua penerimaan kas harus disetor penuh ke bank pada hari yang sama dengan penerimaan kas atau pada hari kerja berikutnya.

2. Semua pengeluaran kas dilakukan dengan cek.

3. Pengeluaran kas yang tidak dapat dilakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil) dilakukan melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan imprest system.

Variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan lembaran kuisioner yang terdiri dari 1 pertanyaan dan diukur dengan skala interview 1 s/d 4 dimana :

Sangat tepat : 4


(48)

Kurang tepat : 2 Tidak tepat : 1

Adapun kisi-kisi kuisioner dapat dilihat dari tabel di bawah ini daftar pertanyaan terlampir.

Tabel 3.1 kisi-kisi kuisioner

No Komponen No. Butir Total

1 Ling. Pengawasan Intern Kas 1, 5 2

2 Sistem Akuntansi Kas 2, 3, 6 3

3 Prosedur Pengawasan

Penerimaan dan Pengeluaran Kas

4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

10

B. Tempat dan Jadwal Penelitian

Tempat penelitian : Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara Pematang Siantar. Jalan Brigjen Rajamin Purba, SH No. 119. Kode Pos 21111. Telepon : (0622) 29444, 29035, 22487. Faks : (0622) 22593.


(49)

Adapun jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Keterangan Jan Feb Maret April Mei Juni Pengajuan Proposal Skripsi

Bimbingan Proposal Skripsi

Seminar Proposal Skripsi

Bimbingan dan Penulisan

Skripsi

Penyelesaian Skripsi

C. Jenis dan Sumber Data A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas melalui operasional audit untuk meningkatkan pengendalian internal.

B. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data primer, merupakan data yang secara langsung diperoleh dari perusahaan baik melalui teknik wawancara maupun observasi yang kemudian akan diolah lebih lanjut oleh penulis. Sebagai contoh : melakukan observasi langsung terhadap KPPN serta memberikan kuisioner kepada pegawai KPPN.


(50)

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah oleh perusahaan. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sebagai contoh : sejarah KPPN, bukti/ dokumendokumen penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN terlampir serta struktur organisasi terlampir.

C. Teknik dan Pengumpulan Data

1. Teknik observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek yang bersangkutan. Penggunaan teknik observasi langsung memungkinkan bagi peneliti untuk mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian secara detail. 2. Teknik Wawancara, yaitu merupakan melakukan tanya jawab secara

langsung dengan beberapa pihak yang berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan.

3. Kuisioner, yaitu daftar pertanyaan yang disiapkan oleh penulis berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada para pejabat yang berwenang pada KPPN. Dalam hal ini pihak yang diberikan kuisioner adalah Kasubbag Umum, Kasi Perbendaharaan, Kasi Persepsi, Kasi Giro Bank/ Pos, Kasi Verifikasi/ Akuntansi. (Daftar Pertanyaan terlampir)


(51)

4. Studi Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan dan pengkopian atas data-data sekunder untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Metode analisa pengujian ini bersifat kualitatif, oleh karena itu data yang disimpulkan adalah data kualitatif. Adapun metode analisa yang digunakan dalam menganalisa data yang dikumpulkan adalah dengan menggunakan metode statistik deskriptif, yaitu usaha mengumpulkan, mengklasifikasikan, menggambarkan sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai masalah yang diteliti yaitu hasil penelitian lapangan dibandingkan dengan teori. Statistik Deskriptif yang digunakan adalah menghitung nilai rata-rata/ mean dengan rumus:

Rata-rata sampel = (x) =

N

n

Keterangan :

x = Nilai rata-rata (Mean)

= Tanda penjumalahan yang konvensional dipakai dimana-mana n = Ukuran atau besarnya setiap item atau setiap kasus

N = Total dari semua item atau semua kasus

Untuk mendeskripsikan data variabel penelitian, dianalisa dengan menggunakan jarak pengukuran (range) dengan jumlah interval. Adapun rumus untuk jarak pengukuran (range) dan jumlah interval adalah :


(52)

1. Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 4 – 1

= 3

2. Jumlah Interval = Range / Lebar Interval = 0,75

Kriteria Keputusan :

3,26 – 4 = Sistem pengawasan intern penerimaan dan pengawasan kas pada KPPN sangat memadai

2,51 – 3,25 = Sistem pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN memadai

1,76 – 2,50 = Sistem pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN kurang memadai

1 – 1,75 = Sistem pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas pada KPPN tidak memadai


(53)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Singkat KPPN 1. Sejarah Singkat KPPN

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara disingkat KPPN adalah instansi vertikal Dirjen Perbendaharaan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan dan dipimpin oleh seorang kepala. Pada awalnya, sekitar tahun 1969 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Pematang Siantar bernama Kantor Pembantu Bendahara Negara (KPBN) yang bertempat di JL. Ahmad Yani No. 1 Pematang siantar, yang kemudian pindah ke JL. Gunung Simanuk-manuk pada tahun 1970 untuk menempati kantor baru yang lebih representatif dan ditingkatkan statusnya menjadi Kantor Bendahara Negara disingkat KBN.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. KEP. 405/MK.6/4/1975 tanggal 16 Juni 1975 terjadi perubahan (reorganisasi) dimana Kantor Bendahara Umum terbagi dua menjadi KPN (Kantor Perbendaharaan Negara) dan KKN (Kantor Kas Negara). Tahun 1981, KPN Pematang Siantar pindah dan menempati gedung baru di JL. Gunung Simanuk-manuk. Kemudian pada tahun 1984 KKN bergabung kembali ke lingkungan KPN dengan menempati gedung yang baru dibangun disamping KPN Pematang Siantar.


(54)

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI, No.645/KMK.01/9189 tanggal 12 Juni 1989 terjadi reorganisasi dimana KPN dan KKN digabung kembali dan berubah nama menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan mulai beroperasional tanggal 01 April 1990 sebagai KPKN tipe-A berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Sesuai dengan Surat Direktur Jenderal Anggaran tanggal 04 Januari 1996 No. S.40/A/142/1996 bekas gedung KPN dipinjamkan kepada PT. TASPEN (Persero) sebagai kantor pembayaran pensiun yang dituangkan dalam surat perjanjian antara kepala KPKN Pematang Siantar dengan Kepala Cabang PT. TASPEN (Persero) Pematang Siantar tanggal 26 Maret 1996 yang kemudian diserahterimakan kembali kepada KPKN Pematang Siantar pada tanggal 11 Agustus 2004. Selanjutnya pada tanggal 23 Juni 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI, No. 303/KMK.01/2004, KPKN berubah nama kembali menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang disingkat dengan KPPN dan berlaku efektif sejak tanggal 01 Oktober 2004 sampai dengan sekarang dan ditetapkan sebagai KPPN tipe-A dengan wilayah kerja Kabupaten Simalungun dan Kotamadya Pematang Siantar.

2. Bidang Kegiatan

Adanya perubahan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan negara sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan undang-undang No. 01 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara maka dalam pelaksanaan anggaran terjadi pemisahan


(55)

secara tegas antara pemegang administratif (COO) yang diserahkan kepada masing masing departemen/lembaga dengan pemegang kewenangan (CFO) yang berada pada Menteri Keuangan. Kewenangan administratif meliputi tindakan melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada Kementrian Negara/Lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau penagihan penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran. Sedangkan kewenangan kebendaharaan meliputi pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara serta mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan negara termasuk investasi dan kekayaan negara yang dipisahkan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 214/KMK.01/2005 tanggal 02 Mei 2005 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, bahwa KPPN Pematang Siantar sebagai KPPN tipe-A mempunyai tugas melaksanakan kewenangan perbendaharaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pematang Siantar menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain.

1. Pengujian terhadap dokumen Surat Perintah Pembayaran (SPP) berdasarkan peraturan perundang-undangan.


(56)

2. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari kas negara atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara).

3. Penyaluran pembiayaan atas beban APBN.

4. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan.

5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara.

6. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang.

7. Penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. 8. Penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan

hibah luar negeri.

9. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

10.Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi. 11.Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan. 12.Pelaksanaan kehumasan.

13.Pelaksanaan administrasi KPPN.

3. Visi dan Misi KPPN.

KPPN Pematang Siantar selaku instansi pemerintah yang memiliki tugas utama pelayanan publik sangat penting mempunyai suatu visi sebagai penyearah dan pengendali sehingga sesuai dengan tujuan awal yakni memenuhi kebutuhan masyarakat karena kepuasan masyarakat merupakan tolak ukur dari keberhasilan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Visi sendiri merupakan suatu gambaran/pandangan akan keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi


(57)

pemerintah sehingga dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis dan bersifat antisipasif serta produktif. Visi KPPN Pematang Siantar adalah menjadi Pengelola Perbendaharaan Negara yang profesional, transparan, kredibel, dan akuntabel pada tahun 2010.

Selain visi, KPPN juga mengemban beberapa nilai yang merupakan suatu tugas atau pencapaian tujuan agar dapat mengelola perbendaharaan dan menjadi bendahara umum negara secara hati-hati, bertanggung jawab, transparan dalam proses kerja berkualitas dan berbudaya sehingga seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran instansi pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Misi KPPN Pematang Siantar adalah sebagai berikut.

1. Menjamin likuditas dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Memberikan pelayanan prima kepada pihak instansi secara vertikal.

3. Menyelenggarakan tata usaha bendaharawan umum sesuai dengan aturan yang berlaku.

4. Struktur Organisasi

Mengenai struktur organisasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pematang Siantar yang ditetapkan sebagai KPPN tipe-A dalam Wilayah II Dirjen Perbendaharaan Medan mengacu kepada Keputusan Menteri Keuangan RI tentang organisai dan tata kerja Kantor Wilayah


(58)

Direktorat Jendral Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Berikut struktur organisasi KPPN Pematang Siantar. 1. Kepala Kantor.

2. Sub. Bagian Umum. 3. Seksi Perbendaharaan . 4. Seksi Bank/Giro Pos. 5. Seksi Persepsi

6. Seksi Verifikasi dan Akuntansi.

E. Uraian Pekerjaan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 247/KM.01/2006 tanggal 20 April 2006 tentang uraian pekerjaan jabatan struktural dan pelaksana maka berikut tugas pokok masing-masing bagian yang ada di KPPN Pematang Siantar.

Tugas Pokok Subbagian Umum yang terdiri atas : 1. Pelaksana urusan kepegawaian.

2. Pelaksanaan urusan tata usaha dan keuangan. 3. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan pelaporan. 4. Penyusunan Laporan Keuangan.

5. Pelaksanaan Urusan Kehumasan.


(59)

7. Pembuatan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Tugas Pokok Seksi Perbendaharaan yaitu :

1. Pengujian terhadap dokumen perintah pembayaran yang diterbitkan pengguna anggaran dan penerbitan persetujuan pencairan dana.

2. Pengesahan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP). 3. Penatausahaan dokumen pembayaran.

4. Penyusunan laporan realisasi pembayaran.

5 Penatausahaan dan penyusunan laporan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Tugas Pokok Seksi Persepsi yaitu : 1. Penelitian dokumen penerimaan negara.

2 Penatausahaan dokumen penerimaan negara.

3 Penyusunan Laporan realisasi penerimaan negara. Tugas Seksi Bank/ Giro Pos

1 Pembayaran dan penyaluran dana atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana.

2 Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara.

3 Pengiriman dan penerimaan kiriman uang.

4. Penyusunan laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran negara. 5. Pembukuan bendahara umum.


(60)

Tugas Pokok Seksi Verifikasi dan Akuntansi. 1. Verifikasi transaksi keuangan.

2 Penyusunan Laporan Arus Kas.

6. Wilayah Kerja Dan Instansi Yang Dilayani

Setiap instansi pemerintah yang aktif pasti memiliki wilayah kerja dan instansi-instansi yang dilayani. Berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Negara Republik Indonesia No. Kep. 90/ PB/ 2006 maka wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Pematang Siantar meliputi satu kabupaten dan satu pemerintah kota yaitu Kabupaten Simalungun dan Kota Madya Pematang Siantar.

Instansi-instansi yang dilayani KPPN Pematang Siantar adalah sebagai berikut.

1. Wilayah Kabupaten Simalungun, meliputi instansi :

1.1 Mahkamah Agung, terdiri atas : a. Pengadilan Negeri

b. Pengadilan Agama

1.2 Departemen Pertanian, terdiri atas :

a. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura b. Dinas Perkebunan

1.3 Departemen Kesehatan, terdiri atas : a. Rumah Sakit Umum Perdagangan 1.4 Departemen Agama, terdiri atas :

a. Kantor Departemen Agama b. MTs Negeri Pematang Siantar


(61)

c. MTs Negeri Bandar d. MAN Pematang Siantar e. MIN Bandar Masilam f. MIN Karang Sari g. MIN Sayur Martinggi h. MIN Bah Sulung

i. MTs Negeri Tanah Jawa

1.5 Departemen Kehutanan, terdiri atas :

a. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Wilayah Sumatera

b. Pembinaan Perkuatan Kelembagaan Sumber Daya Air c. Dinas Kehutanan

d. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Barumun

1.6 Badan Pusat Statistik

1.7 Kepolisian Negara Republik Indonesia

1.8 Badan Pertahanan Nasional Kantor Pertahanan 1.9 Badan Meteorologi dan Geofisika, terdiri atas :

a. Stasiun Geofisika Parapat 1.10 Komisi Pemilihan Umum

1.11 Pemerintah Kabupaten Simalungun

2. Wilayah Pemerintah Kota Pematang Siantar, meliputi instansi :

2.1 Mahkamah Agung, terdiri atas : a. Pengadilan Negeri


(62)

b. Pengadilan Agama

2.2 Kejaksaan Agung, terdiri atas : a. Kejaksaan Negeri I b. Kejaksaan Negeri II

2.3 Departemen Pertahanan, terdiri atas :

a. Perkakas Babrah 3. Na.2.03.03. Kodam I./ BB (Kodim 0209/IB)

2.4 Departemen Hukum dan Perundang-Undangan, terdiri atas : a. Lembaga Kemasyarakatan

b. Kantor Imigrasi

2.5 Departemen Keuangan, terdiri atas : a. Kantor Pelayanan Pajak

b. Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara c. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan d. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

e. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak f. Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara g. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak 2.6 Departemen Pendidikan Nasional, terdiri atas :

a. Diknas Kota Pematang Siantar 2.7 Departemen Kesehatan, terdiri atas :

a. Rumah Sakit Umum Kesehatan b. Diknas Kesehatan Pematang Siantar


(63)

2.8 Departemen Agama, terdiri atas :

a. Kantor Departemen Pematang Siantar b. MAN Pematang Siantar

c. MTs Negeri Pematang Siantar d. MIN Bah Kapsul

2.9 Departemen Tenaga Kerja, terdiri atas : a. Dinas Tenaga Kerja

b. Balai Latihan Kerja

2.10Departemen Kehutanan, terdiri atas :

a. Balai Pengukuran dan Perpetaan Kehutanan Wilayah II b. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan

c. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Sumatera d. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

2.11Badan Pusat Statistik

2.12Badan Pertahanan Nasional Kantor Pertahanan 2.13Komisi Pemilihan Umump

2.14Pemerintah Kota Pematang Siantar

7. Audit Operasional Pada KPPN

Dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Keuangan yaitu Inspektorat Jenderal Perbendaharaan berperan sebagai komite audit yang bertanggung jawab dalam memeriksa sejauh mana kebijakan, prosedur dan ketentuan dalam menyelenggarakan kegiatan operasional terhadap pengelolaan kas negara. Dengan dilakukannya audit operasional ini dapat


(64)

mendeteksi adanya kelemahan dalam kegiatan pengelolaan kas negara serta mengusahakan upaya penanggulangannya, mencari alternatif dan usaha meningkatan efektivitas pengelolaan kas negara. Selain itu juga dapat menyusun rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan dan peningkatan kegiatan pengelolaan kas negara.

Setelah Inspektorat Jenderal Perbendaharaan melakukan pemeriksa maka dikeluarkan LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) kepada Menteri Keuangan dan kepala kantor dari satker instansi yang diperiksa (dalam hal ini KPPN Pematang Siantar). LHP tersebut berisikan temuan/ kelemahan yang perlu diperbaiki. Maka kepala kantor segera mengumumkan LHP tersebut kepada setiap bagian yang berwenang agar dapat menyusun rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan tersebut.

B. Prosedur Penerimaan Kas

1. Prosedur Penerimaan Kas Pada KPPN

Prosedur penerimaan kas yang diterapkan pada KPPN bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, penerimaan hibah, penerimaan pengembalian belanja, penerimaan pembiayaan dan penerimaan non anggaran. Secara umum berdasarkan perolehannya penerimaan negara yang ditatausahakan oleh KPPN sebagai berikut.

 Penerimaan Negara melalui Bank Persepsi, Bank Devisa Persepsi dan Pos Persepsi.


(65)

 Penerimaan Negara yang berasal dari potongan SPM, yaitu penerimaan perpajakan, dan penerimaan negara bukan pajak, termasuk penerimaan PFK.

 Penerimaan melalui Bank Tunggal/ Bank Operasional meliputi Penerimaan Kiriman Uang, pelimpahan penerimaan PBB dan BPHTB. Dalam rangka penerimaan negara telah ditetapkan ketentuan

penatausahaan penerimaan negara, seperti Peraturan Menteri Keuangan Nomor /PMK./2006 tentang Modul Penerimaan Negara dan Peraturan

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor /PB/2006 tentang Penatausahaan

Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara. Dalam hal ini KPPN menerapkan sistem TSA, dimana dalam rangka pelaksanaan TSA, penerimaan yang berasal dari wajib pajak/bayar harus disetorkan melalui Bank Persepsi. Selanjutnya pada hari itu juga melimpahkan ke Rekening Kas Umum Negara yang berada di Bank Indonesia. Mekanisme pelaksanaan TSA penerimaan dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini :


(66)

Gambar 4.1 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Penerimaan

Bagian Pusat

Bank Indonesia

RKUN Pemerintah

Daerah Rekonsiliasi

Pelimpahan Penerimaan Setiap Hari Bagian Pemda BO III Bank Persepsi Bank Persepsi

Laporan Laporan

Bank Persepsi Bank Persepsi PBB/ BPHTB DJPBN Laporan KPPN Wajib Bayar PBB/BPHTB Wajib Pajak/ Bayar Wajib Pajak/ Bayar Wajib Pajak Bayar Penjelasan :

1. Wajib bayar atau wajib pajak akan melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi.

2. Pada setiap akhir hari kerja, bank ersepsi melimpahkan seluruh penerimaan pada hari itu ke Bank Indonesia.

3. Bank persepsi menyampaikan Laporan Harian Penerimaan LHP kepada KPPN setiap akhir hari kerja.

4. Wajib bayar PBB/BPHTB melakukan penyetoran pada bank persepsi PBB/BPHTB yang ditunjuk.


(67)

5. Bank persepsi PBB/BPHTB melimpahkan seluruh penerimaan setiap hari ke Bank Operasional III.

6. Bank Operasional III memberikan laporan penerimaan PBB/BPHTB setiap harinya kepada KPPN.

7. Bank OPerasional III membagi habis penerimaan PBB/BPHTB antara bagian pemerintah pusat dan pemerintah daerah setiap akhir hari kerja.

8. KPPN menyampaikan laporan penerimaan ke Kantor Pusat DJPBN. 9. DJPBN dan Bank Indonesia melakukan rekonsiliasi.

Dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara antara lain:

a. Surat Setoran Pajak SSP adalah surat setoran atas pembayaran atau penyetoran pajak terutang.

b. Surat Setoran Pajak Bumi dan Bangunan SSPBB merupakan surat setoran yang digunakan untuk pembayaran PBB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi PBB.

c. Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan SSB merupakan surat setoran untuk pembayaran BPHTB dari tempat pembayaran ke bank persepsi BPHTB.

d. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk dari SPM Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya, cukai, penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga dan PPh pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPnBM Impor.


(68)

e. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan Pajak Pertambahan Nilai PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri SSCP adalah surat setoran atas penerimaan negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri berupa cukai hasil tembakau, cukai etil alkohol, cukai minuman mengandung etil alkohol, denda administrasi penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, dan PPH Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri.

f. Surat Setoran Bukan Pajak SSBP adalah surat setoran atas Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP.

g. Surat Setoran Pengembalian Belanja SSPB digunakan untuk penyetoran penerimaan pengembalian belanja tahun anggaran belanja.

h. Surat Tanda Bukti Setor STBS adalah surat setoran atas pembayaran pungutan ekspor.

i. Bukti Penerimaan Negara BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos atas transaksi penerimaan negara dengan teraan Nomor Transaksi Penerimaan Negara NTPN dan Nomor Transaksi Bank NTB/ Nomor Transaksi Pos NTP dan dokumen yang diterbitkan oleh KPPN atas transaksi penerimaan negara bukan yang berasal dari potongan SPM dengan teraan NTPN dan Nomor Penerimaan Potongan NPP.

2. Pembahasan

Menurut teori seluruh penerimaan uang yang diterima oleh perusahaan setelah dicatat dan dibukukan hendaknya langsung disetorkan ke bank sebagaimana adanya serta terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, menerima dan yang mencatat penerimaan uang. Hal ini


(69)

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap penerimaan tersebut. Pada KPPN yang paling ditekankan adalah penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, penerimaan hibah, penerimaan pengembalian belanja, penerimaan pembiayaan dan penerimaan non anggaran. Prosedur penerimaan kasnya adalah wajib bayar atau wajib pajak akan melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi. Lalu Bank Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi melaporkan penerimaan negara tidak termasuk penerimaan PBB dan BPHTB yang diterima dengan menyampaikan kepada KPPN dokumen berupa LHP, DNP, Rekap DNP, SSP, SSBP, SSBC, SSPB, ADK, NK, dan RTGS pada hari pelimpahan. Atas laporan tersebut maka KPPN Seksi Bendum/Persepsi memeriksa/meneliti dokumen harian termasuk kode MAP dan jumlah penerimaan.

KPPN segera melakukan konfirmasi kepada Bank Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi apabila ditemukan ketidakcocokan data dalam DNP, ADK, maupun Surat Tanda Setoran STS serta meminta perbaikannya. Setelah data kiriman bank/pos diyakini kebenarannya, maka operator persepsi melakukan op load ke dalam data base termasuk pengawasan penerimaan LHP. KPPN berhak membuat surat teguran kepada Bank Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi apabila terlambat menyampaikan LHP dan surat pemberitahuan kepada Bank Indonesia atas keterlambatan/kekurangan pelimpahan penerimaan negara.

Penerimaan kas pada KPPN melalui : 1. Bank Persepsi


(70)

3. Pos Persepsi

Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya penerimaan kas pada KPPN telah dilakukan dengan baik, dimana wajib bayar atau wajib pajak melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi dan pada setiap akhir hari kerja, bank persepsi melimpahkan seluruh penerimaan pada hari itu ke Bank Indonesia.

C. Prosedur Pengeluaran Kas

1. Prosedur Pengeluaran Kas Pada KPPN

Pengeluaran kas di dalam keuangan negara adalah untuk :

a. Belanja rutin, yaitu pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan tugastugas rutin instansi pemerintah yang terdiri atas :

- Belanja rutin pegawai, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk pembayaran gaji, tunjangan, honorarium pegawai dan sejenisnya. - Belanja rutin non pegawai, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk

pembelian keperluan kantor, biaya pemeliharaan dan biaya perjalanan dinas pegawai.

b. Belanja pembangunan, yaitu pengeluaran negara yang dilakukan untuk membiayai proyekproyek pembangunan di lingkungan instansi pemerintah yang terdiri atas :

- Belanja penunjang, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai kegiatan yang menunjang pelaksanaan proyek dan


(71)

bersifat konsumtif. Misalnya untuk pembayaran gaji pegawai proyek, pembelian bahan baku, biaya perjalanan dan sebagainya. - Belanja modal, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai

kegiatan proyek yang diperkirakan dapat memberi manfaat pada periode yang panjang. Misalnya untuk pembelian tanah, mesin, bangunan, dan sebagainya.

Kegiatankegiatan tersebut dituangkan dan dananya disediakan dalam DIPA. PA/Kuasa PA mengajukan SPM dilengkapi dengan dokumen pendukungnya kepada KPPN. Atas dasar SPM tersebut, KPPN menerbitkan SP2D. Adapun pengertian SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. Sebelum SP2D ini diterbitkan oleh KPPN maka terlebih dahulu Surat Permintaan Pembayaran (SPP). Setelah menerima SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan Surat Permintaan Membayar (SPM).

Pengeluaran negara harus mendapat perhatian yang serius dari KPPN maupun kantor pusat Ditjen Perbendaharaan. Kelebihan/kekurangan kas harus dikelola dengan baik melalui manajemen kas. Dalam pengelolaan kas ini, telah dilaksanakan rekening bersaldo nihil yang disebut dengan TSA Pengeluaran. Mekanisme pelaksanaan TSA pengeluaran dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.


(72)

Gambar 4.2 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Pengeluaran

Awal : Pukul 0.00 Tamb.Terakhir : 1.00 wib

DJPBN Bank KP BOI

Indonesia Bilyet

Giro

BO I

RPK BUNP

Rencana Kebutuhan Dana

Tambahan pukul s.d 14.00

KPPN

 hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji SP2D

Kantor Pos BO II Yang

berhak Penyampaian SP2D/SPT

non gaji pukul 0.301.00

penihilan secepat cepatnya pukul 16.30 waktu setempat selambatlambatnya pukul 1.30 wib ekirana

Pengisian dana

3 hari kelender sebelum tanggal pembayarannya

Pemindahbukuan

Bayar Gaji

Catatan : BO I = Bank Operasional I BO II = Bank Operasional II BO III = Bank Operasional III Penjelasan :

1. KPPN setiap sore paling lambat pukul 16.00 waktu setempat menyampaikan perkiraan kebutuhan dana ke DJPB Direktorat Pengelolaan Kas Negara untuk keperluan hari berikutnya. Perkiraan dana yang disampaikan mencakup dana untuk mengisi BO I, BO II dan SGG/Pos.


(73)

2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap pagi hari sekitar pukul 0.00 meminta Bank Indonesia untuk melakukan transfer dana dari RKUN ke kantor pusat bank umum untuk mengisi dana di Rekening Pengeluaran Kuasa BUN Pusat RPKBUNP pada kantor pusat bank umum berdasarkan jumlah kebutuhan semua KPPN yang telah disampaikan ke Ditjen Perbendaharaan sore sehari sebelumnya.

3. Bank Indonesia melakukan transfer dana ke kantor pusat bank umum RPKBUNP melalui RTGS.

4. Bank Operasional I menarik dana dari RPKBUNP sesuai dengan SP2D yang dikirimkan oleh KPPN dan surat permintaan transfer ke SGG/Pos dan Bank Operasional II.

. Bank Operasional I melakukan transfer ke Bank Operasional II Gaji untuk pembayaran gaji bulanan sesuai permintaan KPPN sebesar jumlah SP2D gaji bulanan yang diterbitkan. Bank Operasional I melakukan transfer ke SGG berdasarkan permintaan KPPN sesuai dengan jumlah SP2D gaji yang diterbitkan.

6. SGG membayar/melakukan transfer dana ke bendahara/rekanan sesuai SP2D yang disampaikan oleh KPPN.

. Bank Operasional I membayar/mentransfer dana kepada rekanan/bendahara sesuai dengan SP2D nongaji yang dikirimkan.

8. Bank Operasional II membayar transfer dana kepada bendahara/pegawai sesuai SP2D gaji yang disampaikan oleh KPPN.


(74)

. Pada setiap akhir hari kerja Bank Operasional II dan SGG/Pos menihilkan sisa dana ke Bank Operasional I.

10. Bank Operasional I pada setiap akhir hari kerja menihilkan sisa dana ke RPKBUNP.

11. Bank Operasional III membayar/mencairkan dana kelebihan pembayaran PBB kepada wajib bayar PBB sesuai dengan SP2D pengembalian yang dikirimkan.

Dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara adalah sebagai berikut.

1. SPP yaitu surat permhonan dari bendahrawan kantor atau proyek atau satuan kerja untuk memperoleh dana agar dapat dibelanjakan untuk keperluannya masing-masing.

2. SPM yaitu dokumen yang diterbitkan oleh KPPN sebagai bukti bahwa permohonan pembayaran yang diajukan bendaharawan kantor atau proyek tau satuan kerja telah diotorisasikan.

3. Buku Kas pembantu pengeluaran (BKPK) yaitu buku kas yang mencatat setiap pengeluaran menurut jenisnya yang dicatat berdasarkan SPM yang diterbitkan.

4. Buku bank Tunggal umum dan Giro pos Umum adalah buku yang mencatat rekapitulasi pengeluaran yang terjadi pada seluruh bank atau sentral giro pos setiap hari.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)