Audit Operasional Pada KPPN

2.8 Departemen Agama, terdiri atas : a. Kantor Departemen Pematang Siantar b. MAN Pematang Siantar c. MTs Negeri Pematang Siantar d. MIN Bah Kapsul 2.9 Departemen Tenaga Kerja, terdiri atas : a. Dinas Tenaga Kerja b. Balai Latihan Kerja 2.10 Departemen Kehutanan, terdiri atas : a. Balai Pengukuran dan Perpetaan Kehutanan Wilayah II b. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan c. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Sumatera d. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai 2.11 Badan Pusat Statistik 2.12 Badan Pertahanan Nasional Kantor Pertahanan 2.13 Komisi Pemilihan Umump 2.14 Pemerintah Kota Pematang Siantar

7. Audit Operasional Pada KPPN

Dalam hal ini pemerintah melalui Departemen Keuangan yaitu Inspektorat Jenderal Perbendaharaan berperan sebagai komite audit yang bertanggung jawab dalam memeriksa sejauh mana kebijakan, prosedur dan ketentuan dalam menyelenggarakan kegiatan operasional terhadap pengelolaan kas negara. Dengan dilakukannya audit operasional ini dapat Universitas Sumatera Utara mendeteksi adanya kelemahan dalam kegiatan pengelolaan kas negara serta mengusahakan upaya penanggulangannya, mencari alternatif dan usaha meningkatan efektivitas pengelolaan kas negara. Selain itu juga dapat menyusun rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan dan peningkatan kegiatan pengelolaan kas negara. Setelah Inspektorat Jenderal Perbendaharaan melakukan pemeriksa maka dikeluarkan LHP Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Menteri Keuangan dan kepala kantor dari satker instansi yang diperiksa dalam hal ini KPPN Pematang Siantar. LHP tersebut berisikan temuan kelemahan yang perlu diperbaiki. Maka kepala kantor segera mengumumkan LHP tersebut kepada setiap bagian yang berwenang agar dapat menyusun rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan tersebut. B. Prosedur Penerimaan Kas 1. Prosedur Penerimaan Kas Pada KPPN Prosedur penerimaan kas yang diterapkan pada KPPN bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, penerimaan hibah, penerimaan pengembalian belanja, penerimaan pembiayaan dan penerimaan non anggaran. Secara umum berdasarkan perolehannya penerimaan negara yang ditatausahakan oleh KPPN sebagai berikut.  Penerimaan Negara melalui Bank Persepsi, Bank Devisa Persepsi dan Pos Persepsi. Universitas Sumatera Utara  Penerimaan Negara yang berasal dari potongan SPM, yaitu penerimaan perpajakan, dan penerimaan negara bukan pajak, termasuk penerimaan PFK.  Penerimaan melalui Bank Tunggal Bank Operasional meliputi Penerimaan Kiriman Uang, pelimpahan penerimaan PBB dan BPHTB. Dalam rangka penerimaan negara telah ditetapkan ketentuan penatausahaan penerimaan negara, seperti Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK.2006 tentang Modul Penerimaan Negara dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PB2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara. Dalam hal ini KPPN menerapkan sistem TSA, dimana dalam rangka pelaksanaan TSA, penerimaan yang berasal dari wajib pajakbayar harus disetorkan melalui Bank Persepsi. Selanjutnya pada hari itu juga melimpahkan ke Rekening Kas Umum Negara yang berada di Bank Indonesia. Mekanisme pelaksanaan TSA penerimaan dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Penerimaan Bagian Pusat Bank Indonesia RKUN Pemerintah Daerah Rekonsiliasi Pelimpahan Penerimaan Setiap Hari Bagian Pemda BO III Bank Persepsi Bank Persepsi Laporan Laporan Bank Persepsi Bank Persepsi PBB BPHTB DJPBN Laporan KPPN Wajib Bayar PBBBPHTB Wajib Pajak Bayar Wajib Pajak Bayar Wajib Pajak Bayar Penjelasan : 1. Wajib bayar atau wajib pajak akan melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi. 2. Pada setiap akhir hari kerja, bank ersepsi melimpahkan seluruh penerimaan pada hari itu ke Bank Indonesia. 3. Bank persepsi menyampaikan Laporan Harian Penerimaan LHP kepada KPPN setiap akhir hari kerja. 4. Wajib bayar PBBBPHTB melakukan penyetoran pada bank persepsi PBBBPHTB yang ditunjuk. Universitas Sumatera Utara 5. Bank persepsi PBBBPHTB melimpahkan seluruh penerimaan setiap hari ke Bank Operasional III. 6. Bank Operasional III memberikan laporan penerimaan PBBBPHTB setiap harinya kepada KPPN. 7. Bank OPerasional III membagi habis penerimaan PBBBPHTB antara bagian pemerintah pusat dan pemerintah daerah setiap akhir hari kerja. 8. KPPN menyampaikan laporan penerimaan ke Kantor Pusat DJPBN. 9. DJPBN dan Bank Indonesia melakukan rekonsiliasi. Dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara antara lain: a. Surat Setoran Pajak SSP adalah surat setoran atas pembayaran atau penyetoran pajak terutang. b. Surat Setoran Pajak Bumi dan Bangunan SSPBB merupakan surat setoran yang digunakan untuk pembayaran PBB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi PBB. c. Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan SSB merupakan surat setoran untuk pembayaran BPHTB dari tempat pembayaran ke bank persepsi BPHTB. d. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk dari SPM Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya, cukai, penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga dan PPh pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPnBM Impor. Universitas Sumatera Utara e. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan Pajak Pertambahan Nilai PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri SSCP adalah surat setoran atas penerimaan negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri berupa cukai hasil tembakau, cukai etil alkohol, cukai minuman mengandung etil alkohol, denda administrasi penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, dan PPH Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri. f. Surat Setoran Bukan Pajak SSBP adalah surat setoran atas Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. g. Surat Setoran Pengembalian Belanja SSPB digunakan untuk penyetoran penerimaan pengembalian belanja tahun anggaran belanja. h. Surat Tanda Bukti Setor STBS adalah surat setoran atas pembayaran pungutan ekspor. i. Bukti Penerimaan Negara BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh BankPos atas transaksi penerimaan negara dengan teraan Nomor Transaksi Penerimaan Negara NTPN dan Nomor Transaksi Bank NTB Nomor Transaksi Pos NTP dan dokumen yang diterbitkan oleh KPPN atas transaksi penerimaan negara bukan yang berasal dari potongan SPM dengan teraan NTPN dan Nomor Penerimaan Potongan NPP. 2. Pembahasan Menurut teori seluruh penerimaan uang yang diterima oleh perusahaan setelah dicatat dan dibukukan hendaknya langsung disetorkan ke bank sebagaimana adanya serta terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, menerima dan yang mencatat penerimaan uang. Hal ini Universitas Sumatera Utara dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap penerimaan tersebut. Pada KPPN yang paling ditekankan adalah penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, penerimaan hibah, penerimaan pengembalian belanja, penerimaan pembiayaan dan penerimaan non anggaran. Prosedur penerimaan kasnya adalah wajib bayar atau wajib pajak akan melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi. Lalu Bank PersepsiDevisa PersepsiPos Persepsi melaporkan penerimaan negara tidak termasuk penerimaan PBB dan BPHTB  yang diterima dengan menyampaikan kepada KPPN dokumen berupa LHP, DNP, Rekap DNP, SSP, SSBP, SSBC, SSPB, ADK, NK, dan RTGS pada hari pelimpahan. Atas laporan tersebut maka KPPN Seksi BendumPersepsi memeriksameneliti dokumen harian termasuk kode MAP dan jumlah penerimaan. KPPN segera melakukan konfirmasi kepada Bank PersepsiDevisa PersepsiPos Persepsi apabila ditemukan ketidakcocokan data dalam DNP, ADK, maupun Surat Tanda Setoran STS serta meminta perbaikannya. Setelah data kiriman bankpos diyakini kebenarannya, maka operator persepsi melakukan op load ke dalam data base termasuk pengawasan penerimaan LHP. KPPN berhak membuat surat teguran kepada Bank PersepsiDevisa PersepsiPos Persepsi apabila terlambat menyampaikan LHP dan surat pemberitahuan kepada Bank Indonesia atas keterlambatankekurangan pelimpahan penerimaan negara. Penerimaan kas pada KPPN melalui : 1. Bank Persepsi 2. Bank Devisa Persepsi Universitas Sumatera Utara 3. Pos Persepsi Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya penerimaan kas pada KPPN telah dilakukan dengan baik, dimana wajib bayar atau wajib pajak melakukan penyetoran kewajibannya pada bank persepsi dan pada setiap akhir hari kerja, bank persepsi melimpahkan seluruh penerimaan pada hari itu ke Bank Indonesia. C. Prosedur Pengeluaran Kas 1. Prosedur Pengeluaran Kas Pada KPPN Pengeluaran kas di dalam keuangan negara adalah untuk : a. Belanja rutin, yaitu pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan tugas tugas rutin instansi pemerintah yang terdiri atas : - Belanja rutin pegawai, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk pembayaran gaji, tunjangan, honorarium pegawai dan sejenisnya. - Belanja rutin non pegawai, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk pembelian keperluan kantor, biaya pemeliharaan dan biaya perjalanan dinas pegawai. b. Belanja pembangunan, yaitu pengeluaran negara yang dilakukan untuk membiayai proyek proyek pembangunan di lingkungan instansi pemerintah yang terdiri atas : - Belanja penunjang, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai kegiatan yang menunjang pelaksanaan proyek dan Universitas Sumatera Utara bersifat konsumtif. Misalnya untuk pembayaran gaji pegawai proyek, pembelian bahan baku, biaya perjalanan dan sebagainya. - Belanja modal, yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai kegiatan proyek yang diperkirakan dapat memberi manfaat pada periode yang panjang. Misalnya untuk pembelian tanah, mesin, bangunan, dan sebagainya. Kegiatan kegiatan tersebut dituangkan dan dananya disediakan dalam DIPA. PAKuasa PA mengajukan SPM dilengkapi dengan dokumen pendukungnya kepada KPPN. Atas dasar SPM tersebut, KPPN menerbitkan SP2D. Adapun pengertian SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. Sebelum SP2D ini diterbitkan oleh KPPN maka terlebih dahulu Surat Permintaan Pembayaran SPP. Setelah menerima SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan Surat Permintaan Membayar SPM. Pengeluaran negara harus mendapat perhatian yang serius dari KPPN maupun kantor pusat Ditjen Perbendaharaan. Kelebihankekurangan kas harus dikelola dengan baik melalui manajemen kas. Dalam pengelolaan kas ini, telah dilaksanakan rekening bersaldo nihil yang disebut dengan TSA Pengeluaran. Mekanisme pelaksanaan TSA pengeluaran dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Mekanisme Pelaksanaan TSA di KPPN untuk Rekening Pengeluaran Awal : Pukul 0 .00 Tamb.Terakhir : 1 .00 wib DJPBN KP BOI Bank Indonesia Bilyet Giro BO I RPK  BUN P Rencana Kebutuhan Dana Tambahan pukul s.d 14.00 KPPN  hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji SP2D Kantor Pos BO II Yang berhak Penyampaian SP2DSPT non gaji pukul 0 .301.00 penihilan secepat  cepatnya pukul 16.30 waktu setempat selambat lambatnya pukul 1 .30 wib e kirana Pengisian dana 3 hari kelender sebelum tanggal pembayarannya Pemindahbukuan Bayar Gaji Catatan : BO I = Bank Operasional I BO II = Bank Operasional II BO III = Bank Operasional III Penjelasan : 1. KPPN setiap sore paling lambat pukul 16.00 waktu setempat menyampaikan perkiraan kebutuhan dana ke DJPB Direktorat Pengelolaan Kas Negara  untuk keperluan hari berikutnya. Perkiraan dana yang disampaikan mencakup dana untuk mengisi BO I, BO II dan SGGPos. Universitas Sumatera Utara 2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap pagi hari sekitar pukul 0.00 meminta Bank Indonesia untuk melakukan transfer dana dari RKUN ke kantor pusat bank umum untuk mengisi dana di Rekening Pengeluaran Kuasa BUN Pusat RPKBUNP pada kantor pusat bank umum berdasarkan jumlah kebutuhan semua KPPN yang telah disampaikan ke Ditjen Perbendaharaan sore sehari sebelumnya. 3. Bank Indonesia melakukan transfer dana ke kantor pusat bank umum RPKBUNP melalui RTGS. 4. Bank Operasional I menarik dana dari RPK BUNP sesuai dengan SP2D yang dikirimkan oleh KPPN dan surat permintaan transfer ke SGGPos dan Bank Operasional II. . Bank Operasional I melakukan transfer ke Bank Operasional II Gaji untuk pembayaran gaji bulanan sesuai permintaan KPPN sebesar jumlah SP2D gaji bulanan yang diterbitkan. Bank Operasional I melakukan transfer ke SGG berdasarkan permintaan KPPN sesuai dengan jumlah SP2D gaji yang diterbitkan. 6. SGG membayarmelakukan transfer dana ke bendahararekanan sesuai SP2D yang disampaikan oleh KPPN. . Bank Operasional I membayarmentransfer dana kepada rekananbendahara sesuai dengan SP2D non gaji yang dikirimkan. 8. Bank Operasional II membayar transfer dana kepada bendaharapegawai sesuai SP2D gaji yang disampaikan oleh KPPN. Universitas Sumatera Utara . Pada setiap akhir hari kerja Bank Operasional II dan SGGPos menihilkan sisa dana ke Bank Operasional I. 10. Bank Operasional I pada setiap akhir hari kerja menihilkan sisa dana ke RPK BUNP. 11. Bank Operasional III membayarmencairkan dana kelebihan pembayaran PBB kepada wajib bayar PBB sesuai dengan SP2D pengembalian yang dikirimkan. Dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara adalah sebagai berikut. 1. SPP yaitu surat permhonan dari bendahrawan kantor atau proyek atau satuan kerja untuk memperoleh dana agar dapat dibelanjakan untuk keperluannya masing-masing. 2. SPM yaitu dokumen yang diterbitkan oleh KPPN sebagai bukti bahwa permohonan pembayaran yang diajukan bendaharawan kantor atau proyek tau satuan kerja telah diotorisasikan. 3. Buku Kas pembantu pengeluaran BKPK yaitu buku kas yang mencatat setiap pengeluaran menurut jenisnya yang dicatat berdasarkan SPM yang diterbitkan. 4. Buku bank Tunggal umum dan Giro pos Umum adalah buku yang mencatat rekapitulasi pengeluaran yang terjadi pada seluruh bank atau sentral giro pos setiap hari. Universitas Sumatera Utara 5. Rangkuman SPJ Bendaharawan Umum adalah buku yang mencatat rangkuman seluruh pengeluaran yang terjadi baik pada bank tunggal maupun sentral giro pos setiap harinya. 6. Penjelasan selisih saldo adalah penjelasan mengenai perbedaan saldo dan perbedaan transaksi yang terdapat dalam buku bank dengan rekening Koran. 2. Pembahasan Secara teori pengendalian intern pengeluaran kas harus diawasi dan perlu pemisahan tugas antara pemberi persetujuan faktur dan pembuatan cek. Karena dengan adanya pemisahan tugas tersebut maka dapat terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Sebagaimana yang diketahui untuk mengawasi suatu perusahaan diperlukan suatu prinsip kas yang baik. Namun prakteknya KPPN dalam pengeluaran kas dilakukan melalui suatu prosedur yang telah ditetapkan. Perlu diketahui KPPN dalam melakukan pembayaran yang dikeluarkan bukanlah cek tetapi dalam bentuk Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D. Sebelum SP2D ini diterbitkan oleh KPPN maka terlebih dahulu Surat Permintaan Pembayaran. Setelah menerima SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan Surat Permintaan Membayar. Penyampaian SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan Arsip Data Komputer ADK berupa soft copy disket melalui loket penerimaan SPM pada KPPN atau melalui Kantor Pos, kecuali bagi satker yang masih menerbitkan SPM secara manual tidak perlu ADK. Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM memeriksa kelengkapan SPM, mengisi Universitas Sumatera Utara check list kelengkapan berkas SPM, mencatat dalam Daftar Pengawasan Penyelesaian SPM dan meneruskan check list serta kelengkapan SPM ke Seksi Perbendaharaan untuk diproses lebih lanjut. Prosedur yang ditetapkan dan dilakukan dengan baik pastinya akan memperlancar dan mempermudah suatu perusahaan dalam menangani pengeluaran kasnya. Demikian halnya dengan KPPN. Adapun prosedur pengeluaran yang dilakukan oleh KPPN adalah sebagai berikut. a. Pembayaran yang dilakukan dengan menerbitkan SP2D harus mendapat otorisasi terlebih dahulu oleh bagian yang berwenang; b. Diadakannya pemisahan antara orang yang menerima, meneliti SPM kelengkapan dokumen lainnya, menerbitkan SP2D dengan orang yang menandatanganinya. c. Diadakannya pemisahan antara orang yang menerima, meneliti SPM kelengkapan dokumen lainnya, menerbitkan SP2D dengan orang yang menandatanganinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya prosedur pengeluaran kas yang diterapkan oleh KPPN sudah cukup baik karena telah melibatkan beberapa bagian dalam proses pelaksanaannya, sehingga tidak terpusat dalam satu bagian saja.

D. Lingkungan Pengendalian Intern Kas