25
a. Belanja pegawai, b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi, d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial, f. Belanja bagi hasil kepada provinsikabupatenkota dan
pemerintahan desa. Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupetenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri.
Menurut Halim 2004:67, “Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli daerah. “ Menurut
Kadjatmiko 2002:77, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut Halim dan Nasir 2006:44, “Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan.” Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan
Permendagri132006 adalah sebagai berikut: i. Pajak Daerah
ii. Retribusi Daerah iii. Hasil Pengolahan Daerah yang Dipisahkan
iv. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.1.3 Dana Alokasi Umum
Menurut Halim 2004 : 141, Dana Alokasi Umum adalah “dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”
Menurut Astuti dan Haryanto 2005 : 41, Dana Alokasi Umum DAU merupakan :
salah satu komponen di dalam dana perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan
fiskal fiscal gap yang merupakan selisih antara kebutuhan fiskal fiscal need dengan kapasitas fiskal fiscal capacity. Selain dihitung
berdasarkan formula dengan menggunakan fiscal gap, DAU juga dihitung dengan mempertimbangkan adanya faktor penyeimbang untuk
menghindari kemungkinan penurunan kemampuan daerah di dalam pembiayaan daerah dari hasil perhitungan formula fiscal gap.
Menurut Saragih 2003 : 97, “Dana Alokasi Umum DAU merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan dalam APBN.”
Universitas Sumatera Utara
27
Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal
yang sama horizontal fiscal imbalance. DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah intergovermental transfer
– berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah.
Saragih, 2003 : 98.
Menurut Mulia 2005 : 13, tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk :
1. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal 2. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal.
3. Menginternalisasikan memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.
4. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang
diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
Menurut Astuti dan Haryanto 2006 :41, “DAU bertujuan sebagai instrumen untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah block grants.”
Menurut Saragih 2003 : 132, “tujuan DAU di samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan equalization kemampuan
keuangan pemerintah daerah.”
2.1.4 Dana Alokasi Khusus