17
Dari tabel 1.2. diketahui hampir seluruh KabupatenKota yang ada di Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit anggaran yang besarnya bervariasi
antara Rp. 782.000.000,00 sampai dengan Rp. 355.970.000.000,00. Defisit anggaran yang dialami KabupatenKota di Sumatera Utara yaitu tahun 2010
sekitar Rp. 1.213.961.000.000,00 , tahun 2011 sekitar Rp. 1.080.360.000.000,00 , tahun 2012 sekitar Rp. 839.374.000.000,00 dan tahun 2013 sekitar Rp
941.600.000.000,00 . Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
melihat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU,Dana Alokasi Khusus DAK dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja
Daerah. Sehingga diketahui seberapa besar kontribusi PAD, DAU, DAK , dan Jumlah Penduduk dalam Belanja Daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK , dan Jumlah Penduduk JP berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap Belanja Daerah BD pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana
Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK dan Jumlah Penduduk JP
Universitas Sumatera Utara
18
baik secara parsial, maupun secara simultan terhadap Belanja Daerah BD pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir
yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi sektor publik.
2. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dapat digunakan
sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau kebijakan mengenai penganggaran.
3. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan
terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan pembelajaran. Serta bermanfaat untuk menambah wacana
dalam perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Universitas Sumatera Utara
19 1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dan konstruksi pemikiran yang terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Simanjuntak
2011 yang meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di
Sumatera Utara.” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada:
1. Variabel penelitian, seperti penambahan pada variabel jumlah
penduduk 2.
Waktu penelitian yang dilakukan adalah untuk periode 2009 - 2012 dan dengan lag 1 tahun.
Universitas Sumatera Utara
20 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi
otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan dapat
melaksankan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang mrupakan salah
satu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah otonom
diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai
proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah.
Untuk menjalankan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat tersebut, daerah memerlukan suatu instrumen kebijakan. Instrumen
kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. APBD mempunyai peranan penting dalam perencanaan,
implementasi, dan pengendalian kinerja pemerintah daerah dalam satu periode. APBD memuat segala bentuk penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan daerah
dalam bentuk moneter atau rupiah. APBD seharusnya dapat mengakomodir seluruh kebutuhan suatu daerah namun di sisi lain juga tidak membebani secara
Universitas Sumatera Utara
21
berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu APBD harus disusun dengan memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan
semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk
memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD
menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga
pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja,
jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis
Universitas Sumatera Utara
22
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD
apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
2.1.1. Belanja Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa Belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten kota yang terdiri atas urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang – undangan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi jenis belanja, oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan
belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktifitas. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan keuangan menjadi: 1.
Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat daerah yang member manfaat
jangka pendek. Belanja Operasi meliputi:
Universitas Sumatera Utara
23
a. Belanja pegawai, b. Belanja barang,
c. Bunga, d. Subsidi
e. Hibah, f. Bantuan sosial.
2. Belanja Modal. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar
harga belibangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
Belanja Modal meliputi: a. Belanja modal tanah,
b. Belanja modal peralatan dan mesin, c. Belanja modal gedung dan bangunan,
d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, e. Belanja modal aset tetap lainnya,
f. Belanja aset lainnya aset tak berwujud 3.
Belanja Lain-lainbelanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
Universitas Sumatera Utara
24
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusatdaerah.
4. Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari
entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke
kabupaten kota serta dana bagi hasil dari kabupatenkota ke desa. Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya
perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai, b. Belanja barang dan jasa,
c. Belanja modal. 2.
Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
25
a. Belanja pegawai, b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi, d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial, f. Belanja bagi hasil kepada provinsikabupatenkota dan
pemerintahan desa. Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupetenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri.
Menurut Halim 2004:67, “Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli daerah. “ Menurut
Kadjatmiko 2002:77, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut Halim dan Nasir 2006:44, “Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan.” Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan
Permendagri132006 adalah sebagai berikut: i. Pajak Daerah
ii. Retribusi Daerah iii. Hasil Pengolahan Daerah yang Dipisahkan
iv. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.1.3 Dana Alokasi Umum
Menurut Halim 2004 : 141, Dana Alokasi Umum adalah “dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”
Menurut Astuti dan Haryanto 2005 : 41, Dana Alokasi Umum DAU merupakan :
salah satu komponen di dalam dana perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan
fiskal fiscal gap yang merupakan selisih antara kebutuhan fiskal fiscal need dengan kapasitas fiskal fiscal capacity. Selain dihitung
berdasarkan formula dengan menggunakan fiscal gap, DAU juga dihitung dengan mempertimbangkan adanya faktor penyeimbang untuk
menghindari kemungkinan penurunan kemampuan daerah di dalam pembiayaan daerah dari hasil perhitungan formula fiscal gap.
Menurut Saragih 2003 : 97, “Dana Alokasi Umum DAU merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan dalam APBN.”
Universitas Sumatera Utara
27
Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal
yang sama horizontal fiscal imbalance. DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah intergovermental transfer
– berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah.
Saragih, 2003 : 98.
Menurut Mulia 2005 : 13, tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk :
1. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal 2. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal.
3. Menginternalisasikan memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.
4. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang
diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
Menurut Astuti dan Haryanto 2006 :41, “DAU bertujuan sebagai instrumen untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah block grants.”
Menurut Saragih 2003 : 132, “tujuan DAU di samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan equalization kemampuan
keuangan pemerintah daerah.”
2.1.4 Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada
Universitas Sumatera Utara
28
daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaksudkan sebagai
daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana
dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.
Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu
untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tiga tahun.
2.1.5 Kependudukan
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas, bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan
organisasi sosial, mengenai sumber daya alam serta kemampuan biosfer menyerap pelbagai pengaruh dari kreativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat
dikelola dan ditingkatkan guna memberi jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan
tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi
pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan diselenggarakan secara
Universitas Sumatera Utara
29
konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan
dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah tertentu.
Sebagai contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
seseorang selama 25 tahun ke depan atau satu generasi. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia pada generasi
mendatang, 25 tahun setelah tahun 1997. Demikian pula, hasil program keluarga berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu 1968, baru dapat dinikmati
dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan
.menyengsarakan. generasi berikutnya. Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah
Orde Baru memegang kendali. Konsep .pembangunan manusia seutuhnya. yang tidak lain adalah konsep .pembangunan kependudukan. mulai diterapkan dalam
perencanaan pembangunan Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1 pada tahun 1986. Namun sedemikian jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan
telah secara sungguh-sungguh mengembangkan konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat secara optimal
mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut. Jargon pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk dan
format lain, namun masih mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
30
Sudah lama didengung-dengungkan mengenai penduduk sebagai subyek dan obyek pembangunan. Atau jargon mengenai pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Atau pembangunan bagi segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh jika tidak ingin mengalami krisis
ekonomi yang lebih hebat lagi di masa mendatang.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Ardhani 2011 meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus
DAK terhadap Belanja Modal pada kabupaten kota di Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana
Alokasi Umum DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan, Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Alokasi khusus DAK tidak
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, dan
Dana Alokasi khusus DAK berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Simanjuntak 2011 meneliti PengaruhPendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini membuktikan
bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah KabupatenKota
di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 70,4 yang berarti bahwa 70,4 variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya
sebesar 29,6 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model
Universitas Sumatera Utara
31
penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran
Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan
efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah. Tambunan 2010 meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum DAU,
Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Khusus DAK, dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah kabupaten
kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum DAU, Pendapatan
Asli Daerah PAD dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan
konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada penelitian ini
Aramana2011 meneliti Pengaruh Pendapadatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja
Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel moderating pada Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah bukan merupakan variabel moderating.
Universitas Sumatera Utara
32
Sitorus 2014 meneliti Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kota di
Provinsi Lampung. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah
selama periode 2001-2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di pemerintah Provinsi Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh positif
terhadap belanja daerah, walaupun masih kecilnya dana yang didapatkan dari DAU sehingga belum memberikan kontribusi yang besar terhadap belanja daerah.
Dan DAK memiliki kontribusi yang besar terhadap belanja daerah di Pemerintah Provinsi Lampung.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Ardhani
2011 Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana
Alokasi Umum DAU, dan Dana
Alokasi Khusus DAK terhadap
Belanja Modal pada kabupaten kota di
Jawa Tengah
Independent: • Pertumbuhan
Ekonomi, • Pendapatan Asli
Daerah PAD, • Dana Alokasi
Umum DAU, • Dana Alokasi
KhususDAK Dependent :
• Belanja Modal. Penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial
Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana
Alokasi Umum DAU berpengaruh signifikan
terhadap Belanja Modal. Sedangkan,
Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Alokasi
khusus DAK tidak berpengaruh signifikan
terhadap Belanja Modal. Secara simultan
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah
PAD, Dana Alokasi Umum DAU, dan
Dana Alokasi khusus DAK berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
33
signifikan terhadap Belanja Modal.
2. Simanjuntak
2011 Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus berpengaruh
terhadap Belanja Daerah pada
Pemerintah Daerah di Provinsi
Sumatera Utara Independent:
• Pendapatan Asli Daerah PAD,
• Dana Alokasi Umum DAU,
• Dana Alokasi KhususDAK
Dependent : • Belanja Daerah
. Penelitian ini
membuktikan bahwa secara simultan
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus
berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara
dengan Adjusted R2 sebesar 70,4 yang
berarti bahwa 70,4 variabel Belanja Daerah
dapat dijelaskan oleh variabel independen,
sisanya sebesar 29,6 dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model
penelitian ini.
3. Tambunan
2011 Pengaruh Dana
Alokasi Umum DAU, Pendapatan
Asli Daerah PAD, Dana Alokasi
Khusus DAK, dan pendapatan lain-lain
yang dianggap sah terhadap belanja
pemerintahan daerah kabupaten
kota di Propinsi Sumatera Utara
Independent: • Pendapatan Asli
Daerah PAD, • Dana Alokasi
Umum DAU, • Dana Alokasi
KhususDAK • Pendapatan
lain-lain yang sah
Dependent : • Belanja
Pemerintahan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa baik secara parsial
ataupun secara bersama-sama, Dana
Alokasi Umum DAU, Pendapatan Asli Daerah
PAD dan pendapatan lain-lain yang dianggap
sah berpengaruh signifikan positif
terhadap belanja daerah. Hasil penelitian
ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut
melalui penelitian selanjutnya.
4. Aramana
2011 Pengaruh
Pendapadatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan Independent:
• Pendapatan Asli Daerah PAD,
• Dana Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-
lain Pendapatan Daerah
Universitas Sumatera Utara
34
dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah terhadap Belanja
Daerah dengan Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah sebagai variabel
moderating pada Provinsi Sumatera
Utara. Perimbangan,
• Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
• Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah
Dependent : • Belanja Daerah.
yang Sah berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah bukan merupakan
variabel moderating.
5. Sitorus 2014 Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum,Dana
Alokasi Khusus terhadap Belanja
Daerah di Pemerintahan Kota
Provinsi Lampung Independent:
• Pendapatan Asli Daerah PAD,
• Dana Alokasi Umum DAU,
• Dana Alokasi KhususDAK
Dependent : Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh
terhadap Belanja Daerah selama periode 2001-
2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh
terhadap belanja daerah di pemerintah Provinsi
Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh
positif terhadap belanja daerah, walaupun masih
kecilnya dana yang didapatkan dari DAU
sehingga belum memberikan kontribusi
yang besar terhadap belanja daerah. Dan
DAK memiliki kontribusi yang besar
terhadap belanja daerah di Pemerintah Provinsi
Lampung.
Universitas Sumatera Utara
35
2.3 Kerangka Konseptual