Petugas Kapal-Kapal Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Labu :

Seksi Pengawasan Perairan Laut, Umum, Waduk, Dan Sungai : Abdul Azid Anggota : - Armin - Muhammad Ali - Ngadino - Edi Lufi - Abdul Gani - Aidi Usni - Ahmad Zien

4.5.3 Petugas Kapal-Kapal Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Labu :

Nahkoda : Muhsan Juru Mesin : Abdul Azid ABK : M.Yusni Penjaga Kapal : Ilham Universitas Sumatera Utara ii

BAB V ANALISIS DATA

4.1 POKMASWAS dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pantai 4.1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya POKMASWAS Pantai Labu Kelompok masyarakat pengawas atau yang disingkat dengan POKMASWAS merupakan kelompok yang dibentuk atas ladasan kebijakan yang dikeluarkan oleh kementrian kelautan dan perikanan No. 58 tahun 2001 tentang tata cara pelaksanaan sistem pengawasan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Kelompok ini bertugas untuk mengawasi nelayan pesisir dalam penggunaan kapal-kapal besar yang dapat merusak lingkungan biota laut dan mengawasi pengambilan ikan secara ilegal. POKMASWAS hanya menghalangi tidak untuk menindak atau menangkap. Akan tetapi POKMASWAS juga menjelaskan kepada nelayan tentang zona-zona mana saja yang boleh untuk pengambilan ikan dan alat apa saja yang diperbolehkan untuk menangkap ikan. Hal ini di jelaskan oleh Bapak Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M.Si selaku Ketua Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang ketika peneliti melakukan wawancara pada tanggal 18 Juni 2015 : “Kelompok POKMASWAS ini di bentuk untuk mengawasi masyarakat kita nelayan pesisir dari yang dikatakan merekalah yang melihat jika ada kapal-kapal besar yang merusak lingkungan mereka yang menghalang, bukan menindak atau menangkap , tapi menghalang mereka yang menjelaskan pada nelayan bahwa ini kawasan nelayan kecil.” Universitas Sumatera Utara POKMASWAS sifatnya hanya menjaga, dan mengajak kelompok-kelompok nelayan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus penangkapan ikan dan pelestarian lingkuangan biota laut. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa penanaman mangrove, sosialisasi penggunaan alat tangkap yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan, dan bahkan pokmaswas juga mengajak nelayan yang memiliki kapal untuk melengkapi administrasi-administrasi kapalnya. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak Ayub, S.Sos, M.Si selaku Camat Pantai Labu pada tanggal 10 Juni 2015: “POKMASWAS sifatnya hanya menjaga, mengajak kelompok-kelompok nelayan supaya melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus penangkapan ikan lah, paling itu saja. ” Selain itu, Bapak Muhsan selaku ketua POKMASWAS pantai labu pada tanggal 9 Juni 2015 juga menjelaskan bahwa : “POKMASWAS ini kan gini, POKMASWAS ini uda ada dari peraturan menteri untuk membantu dinas perikanan dan kelautan deli serdang untuk membantu dalam mengawasi ikan yang di laut kan banyak pelanggaran atau pencurian- pencurian ikan ataupun jaring-jaring tangkap yang di bawah zona. Itulah kerja daripada POKMASWAS ini. jadi kalau ada katrol alat tangkap ikan itu kan di larang karena uda di bawah zona yang mengawasi agar nelayan yang di pinggir ini tidak terganggu. Karena kan katrol ini mengambil ikan, merusak lingkungan jadi tugas kami daripada POKMASWAS ya itulah mengusir kapal-kapal yang besar-besar ini untuk menghalau pada zonanya masing-masing. Dan kalau ada pelanggaran- pelanggaran kan laporkan ke Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang.” Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa POKMASWAS pantai labu memiliki tugas sebagai pengawas di lapangan yang membantu kerja Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang. Dimana di sini POKMASWAS dapat dikatakan sebagai petugas lapangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kbupaten Deli serdang. Apa yang terjadi di lapangan maka secara otomatis akan dilaporkan POKMASWAS Universitas Sumatera Utara ii ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Dalam kerjanya tersebut, POKMASWAS melihat kapal-kapal mana saja yang melakukan pencurian ikan dan nelayan-nelayan mana saja yang menggunakan jaring-jaring penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Pencurian ikan atau pengambilan ikan secara illegal ini biasanya dilakukan oleh kapal-kapal yang telah memiliki alat yang cukup canggih, yang dimana biasanya alat tersebut selalu berhubungan dengan perusakan biota laut. Misalnya, kapal yang menggunakan pukat jaring harimau, dimana pukat ini memiliki jaring-jaring yang kecil sehingga anak-anak ikan juga ikut terangkat. Hal inilah yang dapat merusak kelangsungan biota laut. Selain itu, permasalahan yang dihadapi nelayan adalah pengambilan ikan yang tidak sesuai zonanya. Dimana terkadang nelayan yang sudah menggunakan alat modern akan mengambil ikan di zona nelayan tradisional. Hal ini yang membuat pendapatan nelayan tradisional berkurang. Dalam masalah tersebut POKMASWAS akan menegur langsung nelayan yang mengambil kan tidak sesuai dengan zonanya, apabila teguran ini tidak juga dapat menyelesaikan masalah tersebut maka POKMASWAS akan secara resmi melaporkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Tidak berbeda jauh dengan yang diungkapan ketua POKMASWAS, Bapak Abdul Rachman, SP selaku sekretaris camat pada tanggal 18 Juni 2015 juga mengatakan bahwa : “POKMASWAS itu singkatan dari kelompok masyarakat pengawasan. Dalam arti sebenarnya masyarakat yang turut berpartisipasi menjadi mitra perikanan dan kelautan untuk mengawasi sumber daya perairan dibidang perikanan.” Dalam hal itu dijelaskan jika POKMASWAS itu diangkat dari masyarakat yang berkenan untuk berpartisipasi dalam pengawasan penangkapan ikan. Tidak Universitas Sumatera Utara hanya membantu, POKMASWAS juga sudah menjadi mitra Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang, yang dimana sudah ada keterikatan atara POKMASWAS dan dinas. Dalam hal ini yang disebut sebagai mitra adalah POKMASWAS menjadi pekerja lapangan dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Dimana pengangkatan anggota POKMASWAS dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan. Sehingga membuat POKMASWAS menjadi terikat dengan dinas khususnya pada bidang pengawasan dan pengendalian. Dimana pada bidang pengawasan dan pengendalian inilah nantinya POKMASWAS akan mendapatkan pembinaan atas tugas dan kewajibannya di lapangan. Selain itu, semua pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan oleh POKMASWAS akan secara resmi dengan prosedur yang telah ditetapkan akan dilaporkan pada bidang pengawasan dan pengendalian ini. Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang juga memberikan sarana dan prasarana berupa sampan atau kapal untuk mempermudah POKMASWAS dalam berpatroli, kemudian ada juga alat komunikasi, dan alat kerja, serta akhir-akhir ini juga dibangun tempat kesetariatan POKMASWAS agar kelompok masyarakat pengawas ini dapat berkumpul untuk merundingkan masalah-masalah yang mereka dapatkan, serta dapat dijadikan ruangan diskusi untuk mereka dalam menstrategikan kegiatan patroli pengambilan ikan secara ilegal. Hal ini disampaikan oleh Bapak Abdul Rachman, SP selaku sekretaris camat pada tanggal 18 Juni 2015, dimana beliau mengatakan bahwa : “Kita ada bidang pengawasan dan pengendalian. Itulah perpanjangan tangan dari bidang pengawasan, mereka kita lengkapi dengan sarana dan prasarana sampan patroli. Kemudian ada alat komunikasi, alat kerja mereka dan belakangan ini kita bangunkan kesetariatannya, biar mereka ada tempat-tempat berkumpul disitu bertemu jadi kalau ada sesuatu di telefon bidang pengawasan. Jika ada perusakan Universitas Sumatera Utara ii lingkungan, alat tangkap yang tidak cocok dengan daerah penangkapannya, telefon kemari terus datang tim untuk patrol. Jadi mereka perpanangan tangan kita di lapangan.” Selain memiliki keterkatan dengan dinas, POKMASWAS juga berkaitan erat dengan nelayan. Dengan melakukan pengawasan terhadap pengambilan ikan secara ilegal dan pengawasan terhadap penggunaan jaring-jaring yang dapat merusak lingkungan biota laut, POKMASWAS secara tidak langsung sudah ikut dalam pemberdayaan nelayan. Diman jika lingkungan biota laut sudah rusak maka kesejahteraan nelayan akan rusak juga. Dengan begitu mereka sudah membantu dalam peningkatan kesejahteraan nelayan. Apalagi POKMASWAS juga menerima keluhan-keluhan dari nelayan, yang nantinya keluhan ini akan mereka sampaikan ke dinas. Keluhan-keluhan nelayan ini biasanya disampaikan ke POKMASWAS secara langsung dengan berbincang-bincang biasa kemudian akan ditanggapin serius oleh POKMAWAS dengan mengurus semua berkas-berkas laporan sesuai dengan prosedur yang ada. Dimana berkas inilah nantinya yang akan disampaikan ke Dinas Perikanan dan Kelautan khususnya pada bidang Pengawasan dan Pengendalian. Dengan adanya kehadiran POKMASWAS, nelayan setidaknya sudah mengetahui dimana tempat untuk menyampaikan keluhan-keluhan mereka. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Bapak Abdul Rachman, SP selaku sekretaris camat kepada peniliti ketika wawancara pada tanggal 18 Juni 2015, dimana beliau mengatakan bahwa : “Ada kaitannya, karena kan jika tidak ada POKMASWAS yang nakal-nakal ini kan merusak lingkungan ini, sederhananya ginilah sumber protein perairan itu dan untuk pesisir. Pesisir inilah sumber perairan untuk nelayan. Jika sudah ada alat kapal-kapal yang merusak, kesejahteraan mereka juga rusak. Kemana lagi mencari ikan kalau sudah tempat perkembangbiakan ikannya rusak. Jadi secara langsung maupun tidak langsung.” Universitas Sumatera Utara POKMASWAS juga sangat membantu nelayan tradisional yang dimana melalui pengawasannya, penangkap ikan sudah mulai pada zonanya masing-masing sehingga zona nelayan tradisional tidak ditempati lagi oleh kapal-kapal besar. Meskipun hal ini belum sepenuhnya terjadi dan kadang masih ada saja yang mengambil diluar zonanya. Namun, setidaknya masalah ini sudah mulai berkurang semenjak hadirnya POKMASWAS. Selain itu, karena maraknya penangkapan nelayan Pantai Labu oleh pemerintah Malaysia, yang dimana nelayan-nelayan ini kebanyakan sudah memasuki wilayah Malaysia. Jika sudah begini, biasanya untuk mengurus kepulangan dan pelepasan nelayan-nelayan Pantai Labu ini cukup sulit karena tidak adanya dokumen- dokumen kapal dari nelayan. Sehingga membuat POKMASWAS tergerak untuk berusaha membantu dalam pembuatan dokumen bagi kapal-kapal nelayan yang dimana kegiatan ini sudah mendapat ijin dan dukungan dari dinas perikanan dan kelautan serta dinas perhubungan. Meskipun tugas POKMASWAS hanya mengawasi tapi mereka tidak mau bertugas hanya sebatas mengawasi saja. Apapun kegiatan yang dapat membantu nelayan Pantai Labu maka akan mereka lakukan. Karena bagaimanapun mereka juga nelayan dan pernah merasakan susahnya nelayan. Dengan adanya dokumen ini, setidaknya nelayan yang tertangkap dapat dikembalikan tanpa ada kendala masalah administrasi. Hal ini dikemukakan juga oleh Ketua Dinas Perikanan Dan Kelautan, Bapak Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M.Si pada tanggal 18 Juni 2015, dimana beliau mengatakan bahwa : “Ada ngaruhnya. Contohnya tidak semua orang bisa mengambil hasil-hasil laut. Ada bidangnya ada kawasannya mana yang boleh, tapi semua itu di bawah POKMASWAS tapi untuk mengangkat nelayan-nelayan kecil, ada juga Universitas Sumatera Utara ii POKMASWAS ini memberitahu nelayan atas zonanya, karena ada pula nelayan ini yang keluar negeri tertangkap.”

4.1.2 Pemberdayaan Nelayan Pantai Labu

Pemberdayaan masyarakat sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan ataupun tingkat kemiskinan masyarakat, yang dimana terkadang pemerintah sering dituntut untuk serius dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tersebut. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat pesisir dan pantai Kabupaten Deli Serdang selalu berkaitan dengan pemanfaatan ikan sebagai bahan makanan yang dapat dijual kembali. Disini masyarakat dituntut untuk kreatif dalam pengelolaan ikan, kerang dll. Dinas Perikanan Dan Kelautan melihat bahwa jika para suami berlayar, apa yang dilakukan para istri di rumah. Tidak hanya nelayan pencari ikan, kerang ataupun udang saja yang diberdayakan Dinas Perikanan dan Kelautan yang melibatkan POKMASWAS. Namun, para ibu-ibu rumah tangga juga ikut diberdayakan supaya ibu-ibu rumah tangga ini dapat membantu penghasilan suami mereka. Karena hal ini lah Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang dan juga Camat Pantai Labu memberdayakan perempuan dengan mengelola ikan menjadi suatu produk yang dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi mereka. Seperti : pembuatan abon ikan, trasi, sovernir dari kerang, steak ikan, bakso ikan, dan juga diajarkan bagaimana menjemur ikan apabila nelayan tidak dapat menangkap ikan. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M.Si selaku Ketua Dinas Perikanan Dan Kelautan Deli Serdang pada tanggal 18 Juni 2015, dimana beliau mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Bagaimana utntuk meningkatkan taraf hidup mereka yang ekonominya rendah, mana diberdayakan semua suami kelaut, istri tinggal kerumah. Kan ada pelatihan- pelatihan bagaimana membuat abon kan, bakso ikan,trasi, nah kalau mereka lagi musim-musim tidak menangkap kalau angin kencang, bagaimana nelayan ini yang kita ajarin jemuran ikan yang menyangkut hasil olahan-olahan yang ada di pesisir itu.” Hal tersebut hampir serupa juga diungkapkan oleh Camat Pantai Labu, Bapak Ayub, S.Sos, M.Si pada tanggal 10 Juni 2015, dimana beliau menjelaskan bahwa : “Kecamatan khususnya bekerjasama dengan ibu-ibu PKK untuk melatih ibu- ibu nelayan membuat sovernir, steak ikan, Cuma sifatnya masih sementara.” Selain dari pelatihan-pelatihan pengelolaan atau pemanfaatan ikan, pemberdayaan masyarakat biasanya tidak akan jauh-jauh dari kebijakan-kebijakan ataupun program-program yng dibuat oleh pemerintah. Contohnya pada dinas perikanan dan kelautan deli serdang yang dimana mereka membuat suatu penyuluhan hukum, pengawasan perairan dan sebuah program slah satunya yaitu program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pembinaan kelompok masyarakat POKMASWAS sumber daya perikanan dan kelautan. Dimana program ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2009 dengan pembuatannya berlandaskan atas undang- undang no. 31 tahun 2004 dan undang-undang no. 45 atas perubahan undang- undang no. 31 tahun 2009. Hal ini dikatakan oleh Bapak Abdul Rachman, SP selaku Sekertris Dinas pada tanggal 18 Juni 2015 ketika peneliti melaukan wawancara : “Untuk memberdayakan masyarakat pesisir dan pantai, kami membuat penyuluhan hukum, pengawasan perairan dan pelatihan-pelatihan untuk memanfaatkan pengelolaan hasil perikanan. Seperti : kerang.” Selain bapak sekretaris,, Ibu Sada Ukur Br. Karo, SH selaku kabid pengawasan dn pengendalian pada tanggal 29 Mei 2015 menjelaskan bahwa : Universitas Sumatera Utara ii “ ada program pemebrdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pembinaan kelompok masyarakat POKMASWAS sumberdaya perikanan dan kelautan. Dan program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2009, dasarnya undang-ndang no. 31 tahun 2004 dan undang-undang no.45 perubahan undang-undang no. 31 tahun 2009.” Kecamatan Pantai Labu memiliki kelompok-kelompok masyarakat yang ikut membantu dalam pemberdayaan masyarakat pesisir dan pantai. Kelompok-kelompok tersebut yaitu POKMASWAS, BKPNI, GAPOKAN, karang taruna, koperasi, masyarakat anti narkoba. Selain itu juga harus ada dukungan dari wadah-wadah yang ada di masyarakat, seperti : BPD, LKMD, PKK, dll. Hal ini dikatakan oleh Bapak Ayub selaku camat pantai labu kepada peneliti ketika wawancara. “ Dalam rangaka pemberdayaan masyarakat daam berbagai pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tanpa dukungan dari pihak masyarakat tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu kita berusaha untuk membuat suatu kelompok masyarakat, seperti : POKMASWAS, BKPNI, GAPOKAN, karang taruna, koperasi, masyarakat anti narkoba. Selain wadah-wadah yang ada di masyarakat, seperti : BPD, LKMD, PKK, dll. Yang kita buat kelompok-kelompok ini untuk ikut berperan dalam sector pemb angunan.” Gambar 3. Kapal nelayan tradisional Universitas Sumatera Utara Masyarakat Pantai Labu sebenarnya kesejahteraannya belum memenuhi standart. Hal ini dilihat dari 70 nelayan di pantai labu sekitar 60nya masih berada di bawah kecukupan. Hal ini disebabkan karena para nelayan masih tergantung oleh juragan- juragan yang memiliki kapal. Dimana para nelayan Pantai Labu ini sebagian besar tidak memiliki kapal sendiri, sehingga membuat mereka harus menyewa kapal dari juragan agar dapat menangkap ikan dan agar dapat mendapatkan penghasilan meskipun penghasilan tersebut tidak begitu banyak karena harus dibagi lagi dengan pemilik kapal. Belum lagi terkadang penghasilan mereka sedikit yang menyebabkan mereka menjadi kekurangan. Tapi, tidak semua nelayan seperti itu ada juga yang pendapatannya bagus bisa mencapai ratusan ribu perhari dan bisa juga mendapat 30.000 – 50.000 hari. Hal ini Bapak Ayub, S.Sos, M.Si selaku Camat Pantai Labu pada tanggal 10 Juni 2015 juga mengungkapkan bahwa : “Kesejahteraan nelayan pantai labu belum memenuhi standart, karena masih banyak nelayan yang ketergantungan sama toke. Jadi nelayan tidak memiliki sampan Universitas Sumatera Utara ii dan mereka kerja dengan toke atau juragan. Hasil tangkapanyang kurang dan kurang standart sehingga membuat hasil mereka kecil. Tapi, tidak semua, akan tetapi ada pengusaha-pengusaha yang bagus ada juga ratusan ribu per hari seperti kadang-kadang ada 30.000- 50.000 per hari.”

4.2 Pelaksanaan POKMASWAS Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir